selamat hari minggu semua
"Ada apa Sayang?" tanya Yasmin di seberang saat menerima panggilan dari Clara itu. Wanita cantik berusia paruh baya itu, saat ini sedang bersantai setelah pulangnya menjemput Daffa di sekolah. "Apa ada masalah?" Yasmin memang begitu perhatian pada Clara. Karena di mata Yasmin, Clara adalah seorang gadis muda yang lembut dan penyayang serta selalu harus dilindungi."Bukan masalah sih, Tan. Tetapi lebih pada melaporkan suatu kejadian," ucap Clara sambil tersenyum licik dan malah terkesan bertele-tele. Yasmin langsung mengerutkan keningnya saat itu. "Melaporkan hal apa Sayang? Apa ini bersangkutan dengan Arjuna?"Tebakan Yasmin tentu saja benar, apa lagi yang akan dilaporkan oleh Clara jika bukan tentang calon suaminya itu."Iya Tante. Saat ini saya sedang berada di restoran Sandy's." Clara menjawab sembari terus menatap ke depan dan cemburu melihat Arjuna dan Rara. "Arjuna dan si penganggu itu saat ini sedang makan siang."Yasmin mengangguk di seberang. "Dengan siapa lagi?" Yasmin sebe
"Aku akan menghancurkan Rara dengan bantuan masa lalunya." Lirih Clara berucap dengan tetap tersenyum licik sambil mengawasi Arjuna yang saat ini malah sedang mengelap sudut bibir Rara yang terkena saos.Hatinya semakin terbakar dan malah semakin berniat untuk semakin menghancurkan kehidupan Rara. "Clara Sayang, kamu masih disana?" Yasmin akhirnya bertanya karena Clara beberapa saat yang lalu trus diam. "Oh iya, Tante." Rara sebenarnya sempat kaget tadi. "Ini loh sedang melihat kelakuan Rara yang semakin memalukan." Kembali Clara pun berbalik menyalahkan Rara.Yasmin menghela nafas panjang, tiap kebohongan yang keluar dari mulut Clara, semakin membuat wanita paruh baya ini membenci Rara."Itu baru di awal, entah, Tante pun takut jika nanti misalnya Arjuna dan Rara menikah, hanya akan mempermalukan keluarga saja," ucap Yasmin.Clara pun kembali tersenyum licik. "Kemungkinan besar sih begitu, Tante. Ya ... sudah terbiasa dengan kehidupan kalangan bawah yang menjijikan. Oh iya, Tan. La
"Bagaimana perkembangan hubungan kamu dengan Rara? Apa sudah lebih maju?" Handi bertanya pada Arjuna yang sedang memainkan ponselnya.Saat berada di kediaman Pranama, saat itu Arjuna sedang berada di teras bersama dengan Handi. Hampir setiap saat Handi seperti selalu mempertanyakan hal ini pada Arjuna. Pria tua itu memang begitu terniat untuk segera menikahkan Arjuna dengan Rara. Seperti perjodohan pertama kali yang dia atur untuk Arjuna dulu, Handi ingin apa yang menurutnya terbaik segera terjadi. Namun ketimbang yang pertama dulu, kali ini Handi lebih yakin jika pernikahan kedua Arjuna akan langgeng untuk selamanya, asal itu dengan Rara."Masih sama saja, Kek." Arjuna pun menjawab dengan wajah datarnya. " Malah Satria yang sepertinya mulai mengetahui hal itu."Arjuna memang selalu begitu, dia jarang sekali mengekspresikan apa yang ada di dalam hatinya. Sehingga orang begitu sulit untuk menebak apa yang sedang dirasakan saat ini.Handi yang tadi juga sedang asyik dengan ponselnya p
"Tante, aku pup di celana!" Daffa berteriak sambil memegangi perutnya dengan kedua tangan.Clara yang sejak masuk ke dalam mobil tadi terus menampakkan wajah sumringah dan bernyanyi, sontak menoleh pada Daffa yang berada di sampingnya. "Eh, kamu barusan bilang apa?" Clara sebenarnya mendengar dengan jelas apa yang dikatakan oleh Daffa, hanya saja otaknya tak ingin mempercayai hal itu."Perut aku sakit, Tante. Nggak bisa nahan pup ini, rasanya seperti sudah keluar di celana,' ucap Daffa dengan wajah memelas seperti ingin menangis.Ciittt Saat itu juga Clara langsung mengerem mendadak mobilnya. Untung saja saat itu dia sedang melajukan mobilnya dengan pelan, hingga tak begitu membuat kaget. "Kamu ... eek di celana sekarang?" Clara langsung kembali bertanya pada Daffa dengan wajah yang pias dan raut muka yang memelas bercampur dengan jijik.Daffa pun menganggukan kepalanya dengan cepat. "Iya Tante. Habisnya Daffa udah nggak tahan," seru Daffa dengan lirih, sembari mengurut perutnya.'Du
"Selamat Nona Rara. Anda sudah membuat Jaya Corp semakin maju." Saat ini Rara sedang berada di kantor dan baru saja menyelesaikan sebuah meeting penting. Baru beberapa bulan menjadi presiden direktur Jaya Corp, Rara memang sudah memberikan banyak kemajuan dan perubahan, tak ayal beberapa rekanan pun memberikan selamat padanya. "Anda benar-benar hebat. Pasti Tuan Satria Wijaya sangat bangga." Rekanan yang lain pun juga memberikan selamat.Sebenarnya tanpa Rara dan Satria ketahui, ketika pertama kali Rara menjabat sebagai presiden direktur Jaya Corp, banyak rekanan yang meragukan ketrampilan berbisnis Rara.Tak salah ketika mereka berpikiran seperti itu, karena diketahui jika Rara belum punya pengalaman memimpin sebuah perusahaan besar.Mereka tentu takut jika Jaya Corp malah akan merugi dan berujung pailit. Hanya saja karena saat itu sangat menghormati Satria Wijaya, mereka pun lebih memilih diam sembari terus memperhatikan perkembangan presdir Jaya Corp yang baru itu.Saat ini, mer
"Sudah-sudah, jangan pikirkan orang licik seperti itu." Stella pun berkata saat melihat mata sahabatnya itu penuh amarah. "Sekarang kamu harus fokus istirahat."Rara pun mengenal nafas panjang, dia memang sesaat tadi sempat emosi, tetapi saat ini dia mulai menstabilkan emosinya. Mengingat Clara yang licik, tak ayal membuat Rara pun ingat dengan berapa liciknya sang mantan mertua dan juga mantan suaminya.Pengalaman saat itu pun mengajarkan pada Rara, untuk lebih berhati-hati dan tak lupa menyiapkan banyak strategi jitu agar tak ketinggalan dari orang-orang jahat itu.Namun Stella juga benar, saat ini Rara tak lagi boleh terlalu memforsir pikiran dan tenaganya. Dia masih drop dan memang butuh istirahat agar besok bisa kembali lebih fresh."Bagaimana perkembangan hubungan kamu dengan Arjuna?" Stella pun mulai kembali bertanya. Sebuah pertanyaan yang sebenarnya tak ingin dijawab oleh Rara."Berjalan mengalir saja, Stel. Seperti air," jawab Rara lirih. Saat ini Stella hanya mengangguk da
"Raja Sanjaya," ucap Raja yang nampak sekali tidak percaya diri dihadapan Stella.Pria itu malah terlihat sedikit kikuk. Biasanya pria akan agresif, tetapi tidak pada Raja. Tampangnya memang cool tetapi pemalu, apa lagi jika berhadapan dengan wanita yang bisa mengugah hatinya. "Estrella Caramela," ucap Stella dengan cepat dan nampak begitu bersemangat.Raja hanya tersenyum tipis sembari menganguk, setelahnya dia tak lagi berkata-kata. Seperti sama sekali tak tertarik untuk menanyakan apa pun perihal wanita cantik di depannya itu.Stella tersenyum dalam hati dan malah menganggap jika sosok seperti Raja ini sangat menarik. 'Kenapa dia begitu lucu dan unik?"Karena beberapa pria dalam dunia artis yang dia temui malah selalu agresif dan kadang membuat dia ilfeel.Ehem ehemRara berdehem saat melihat Stella yang terus memperhatikan Raja sambil tersenyum. "Jangan terus melotot seperti itu, Stel. Takut nanti bola matanya loncat," ucap Rara sambil terkekeh."Apaan sih." Wajah Stella merona
"Cukup sudah! Anak setan itu sungguh keterlaluan. Lebih baik aku menyerang Arjuna saja." Clara berucap dengan nafas yang naik turun, menahan emosi yang begitu mendalam.Dia begitu merasa terhina atas perlakuan Daffa. Sebagai seorang artis yang namanya sedang naik daun, dia merasa sangat tak pantas diperlakukan seperti itu.Beberapa saat Clara diam dan terus mencoba menurunkan emosinya di dalam mobil. Dengan bebarapa kali menghirup nafas panjang dan menghembuskannya secara perlahan. Tetapi Clara memang bukan seorang wanita yang lemah, dia adalah seorang wanita yang ambisius dan penuh dengan banyak rencana jahat dan licik.Akhirnya dia pun bisa kembali menstabilkan emosinya. "Ya ... seharusnya aku tak begitu bodoh untuk menerima rencana konyol dari Tante Yasmin itu. Sekarang, sudah waktunya aku melakukan rencanaku sendiri." Clara berucap dengan penuh percaya diri. "Aku bisa melakukan semua ini sendiri, tanpa batuan orang lain, aku pasti bisa segera mendapatkan Arjuna!"Mata Clara nampa