"Bagaimana perkembangan hubungan kamu dengan Rara? Apa sudah lebih maju?" Handi bertanya pada Arjuna yang sedang memainkan ponselnya.Saat berada di kediaman Pranama, saat itu Arjuna sedang berada di teras bersama dengan Handi. Hampir setiap saat Handi seperti selalu mempertanyakan hal ini pada Arjuna. Pria tua itu memang begitu terniat untuk segera menikahkan Arjuna dengan Rara. Seperti perjodohan pertama kali yang dia atur untuk Arjuna dulu, Handi ingin apa yang menurutnya terbaik segera terjadi. Namun ketimbang yang pertama dulu, kali ini Handi lebih yakin jika pernikahan kedua Arjuna akan langgeng untuk selamanya, asal itu dengan Rara."Masih sama saja, Kek." Arjuna pun menjawab dengan wajah datarnya. " Malah Satria yang sepertinya mulai mengetahui hal itu."Arjuna memang selalu begitu, dia jarang sekali mengekspresikan apa yang ada di dalam hatinya. Sehingga orang begitu sulit untuk menebak apa yang sedang dirasakan saat ini.Handi yang tadi juga sedang asyik dengan ponselnya p
"Tante, aku pup di celana!" Daffa berteriak sambil memegangi perutnya dengan kedua tangan.Clara yang sejak masuk ke dalam mobil tadi terus menampakkan wajah sumringah dan bernyanyi, sontak menoleh pada Daffa yang berada di sampingnya. "Eh, kamu barusan bilang apa?" Clara sebenarnya mendengar dengan jelas apa yang dikatakan oleh Daffa, hanya saja otaknya tak ingin mempercayai hal itu."Perut aku sakit, Tante. Nggak bisa nahan pup ini, rasanya seperti sudah keluar di celana,' ucap Daffa dengan wajah memelas seperti ingin menangis.Ciittt Saat itu juga Clara langsung mengerem mendadak mobilnya. Untung saja saat itu dia sedang melajukan mobilnya dengan pelan, hingga tak begitu membuat kaget. "Kamu ... eek di celana sekarang?" Clara langsung kembali bertanya pada Daffa dengan wajah yang pias dan raut muka yang memelas bercampur dengan jijik.Daffa pun menganggukan kepalanya dengan cepat. "Iya Tante. Habisnya Daffa udah nggak tahan," seru Daffa dengan lirih, sembari mengurut perutnya.'Du
"Selamat Nona Rara. Anda sudah membuat Jaya Corp semakin maju." Saat ini Rara sedang berada di kantor dan baru saja menyelesaikan sebuah meeting penting. Baru beberapa bulan menjadi presiden direktur Jaya Corp, Rara memang sudah memberikan banyak kemajuan dan perubahan, tak ayal beberapa rekanan pun memberikan selamat padanya. "Anda benar-benar hebat. Pasti Tuan Satria Wijaya sangat bangga." Rekanan yang lain pun juga memberikan selamat.Sebenarnya tanpa Rara dan Satria ketahui, ketika pertama kali Rara menjabat sebagai presiden direktur Jaya Corp, banyak rekanan yang meragukan ketrampilan berbisnis Rara.Tak salah ketika mereka berpikiran seperti itu, karena diketahui jika Rara belum punya pengalaman memimpin sebuah perusahaan besar.Mereka tentu takut jika Jaya Corp malah akan merugi dan berujung pailit. Hanya saja karena saat itu sangat menghormati Satria Wijaya, mereka pun lebih memilih diam sembari terus memperhatikan perkembangan presdir Jaya Corp yang baru itu.Saat ini, mer
"Sudah-sudah, jangan pikirkan orang licik seperti itu." Stella pun berkata saat melihat mata sahabatnya itu penuh amarah. "Sekarang kamu harus fokus istirahat."Rara pun mengenal nafas panjang, dia memang sesaat tadi sempat emosi, tetapi saat ini dia mulai menstabilkan emosinya. Mengingat Clara yang licik, tak ayal membuat Rara pun ingat dengan berapa liciknya sang mantan mertua dan juga mantan suaminya.Pengalaman saat itu pun mengajarkan pada Rara, untuk lebih berhati-hati dan tak lupa menyiapkan banyak strategi jitu agar tak ketinggalan dari orang-orang jahat itu.Namun Stella juga benar, saat ini Rara tak lagi boleh terlalu memforsir pikiran dan tenaganya. Dia masih drop dan memang butuh istirahat agar besok bisa kembali lebih fresh."Bagaimana perkembangan hubungan kamu dengan Arjuna?" Stella pun mulai kembali bertanya. Sebuah pertanyaan yang sebenarnya tak ingin dijawab oleh Rara."Berjalan mengalir saja, Stel. Seperti air," jawab Rara lirih. Saat ini Stella hanya mengangguk da
"Raja Sanjaya," ucap Raja yang nampak sekali tidak percaya diri dihadapan Stella.Pria itu malah terlihat sedikit kikuk. Biasanya pria akan agresif, tetapi tidak pada Raja. Tampangnya memang cool tetapi pemalu, apa lagi jika berhadapan dengan wanita yang bisa mengugah hatinya. "Estrella Caramela," ucap Stella dengan cepat dan nampak begitu bersemangat.Raja hanya tersenyum tipis sembari menganguk, setelahnya dia tak lagi berkata-kata. Seperti sama sekali tak tertarik untuk menanyakan apa pun perihal wanita cantik di depannya itu.Stella tersenyum dalam hati dan malah menganggap jika sosok seperti Raja ini sangat menarik. 'Kenapa dia begitu lucu dan unik?"Karena beberapa pria dalam dunia artis yang dia temui malah selalu agresif dan kadang membuat dia ilfeel.Ehem ehemRara berdehem saat melihat Stella yang terus memperhatikan Raja sambil tersenyum. "Jangan terus melotot seperti itu, Stel. Takut nanti bola matanya loncat," ucap Rara sambil terkekeh."Apaan sih." Wajah Stella merona
"Cukup sudah! Anak setan itu sungguh keterlaluan. Lebih baik aku menyerang Arjuna saja." Clara berucap dengan nafas yang naik turun, menahan emosi yang begitu mendalam.Dia begitu merasa terhina atas perlakuan Daffa. Sebagai seorang artis yang namanya sedang naik daun, dia merasa sangat tak pantas diperlakukan seperti itu.Beberapa saat Clara diam dan terus mencoba menurunkan emosinya di dalam mobil. Dengan bebarapa kali menghirup nafas panjang dan menghembuskannya secara perlahan. Tetapi Clara memang bukan seorang wanita yang lemah, dia adalah seorang wanita yang ambisius dan penuh dengan banyak rencana jahat dan licik.Akhirnya dia pun bisa kembali menstabilkan emosinya. "Ya ... seharusnya aku tak begitu bodoh untuk menerima rencana konyol dari Tante Yasmin itu. Sekarang, sudah waktunya aku melakukan rencanaku sendiri." Clara berucap dengan penuh percaya diri. "Aku bisa melakukan semua ini sendiri, tanpa batuan orang lain, aku pasti bisa segera mendapatkan Arjuna!"Mata Clara nampa
"Arjuna, maaf ya karena aku yang kemarin seperti terlalu berambisi untuk mendapatkan kamu," ucap Clara dengan wajah yang penuh rasa bersalah.Sejak datang sekitar sepuluh menit yang lalu, Clara sudah memasang wajah yang lembut dan tak seperti Clara yang biasanya begitu bersemangat.Kali ini Clara dan Arjuna sedang makan makan, seperti permintaan Clara sebelum akhirnya dia mau pergi selamanya dari kehidupan Arjuna.Arjuna yang sejak datang tadi pun seperti biasa terlihat dingin, lebih memilih untuk diam. Saat ini pun dia hanya menganguk dan tersenyum tipis."Dulu, aku mengira jika bisa begitu mudah untuk mengambil hati kamu dan Daffa, tetapi nyatanya ... itu adalah hal yang sangat sulit." Clara terus saja mencoba menunjukan jika dia benar benar menyesal. "Daffa pun tak suka sekali sama aku. Hatinya sudah begitu terpaut pada Rara."Arjuna kembali tersenyum, jika tak karena kenakalan Daffa dan Clara berjanji akan mundur dari perjodohan ini, tentu Arjuna tak akan pernah mau datang ke tempa
"Akhirnya sampai juga." Rara merasa begitu lega ketika sudah sampai di rumah Arjuna."Ayo Kak Juna kita turun. Aku bantu ya." Rara ingin membopong Arjuna seperti tadi, karena menurutnya Arjuna masih terlihat lemah."Tidak perlu," ucap Arjuna sambil memundurkan diri. Arjuna bukan tak mau menerima pertolongan dari Rara, tetapi dia hanya ingin menjaga agar tak melakukan hal yang tidak senonoh pada wanita itu.Arjuna tadi diberikan obat perangsang oleh Clara. Sedikit sentuhan saja dari lawan jenis sudah bisa menimbulkan hal yang fatal. Sejak berada di perjalanan tadi Arjuna sudah terus berusaha sekuat tenaga agar bisa menahan dirinya. Tetapi karena efek obat pera ngsang ini sekali kuat, maka Arjuna tak lagi mau disentuh. Dia tidak yakin dia bisa menahan diri kalau disentuh Rara.Rara mencoba untuk mengerti, dan akhirnya dia pun memiliki inisiatif untuk memanggil pertolongan dari rumah Arjuna."Tolong ... Tolong bantu Kak Juna." Rara langsung berkata dengan nafas yang naik turun karena ber