Selamat pagi, selamat membaca
Arggh Arjuna mengerjapkan matanya beberapa kali sambil memegang keningnya yang masih sedikit pusing. Saat ini memang dia baru saja terbangun setelah tadi mendapatkan obat tidur dari dokter. "Rara?" Sontak saja Arjuna yang saat ini baru mendapatkan kesadarannya langsung kaget, ketika melihat sosok Rara yang tertidur dengan tangan terlipat di pinggir tempat tidur.Arjuna pun kemudian melirik pada jam dan itu sudah waktu subuh. 'Kenapa Rara masih ada disini? Sedangkan ini sudah hampir pagi." Arjuna bertanya-tanya dalam hati. Dia mengingat kembali apa yang terjadi kemarin malam, dan ingatnya pun hanya berakhir saat dokter mulai memeriksanya.Pria itu pun dengan sangat pelan mencoba untuk duduk. Dengan masih terus memperhatikan Rara. Ketika dalam keadaan tidur seperti ini, wajah cantik Nina terlihat damai. 'Apa dia tidur disini karena sangat mengkhawatirkan aku?' Arjuna kembali bertanya dalam hati. Lalu, pertanyaannya dijawab oleh suara lembut dari sisi kirinya. "Rara khawatir dan tida
"Mengenai Clara, aku yang akan membereskan wanita itu sendiri. Kamu tidak perlu khawatir." Arjuna sudah merasa begitu banyak berhutang budi pada Rara, saat ini dia tak ingin wanita cantik itu menjadi khawatir. Dia tahu jika yang nantinya dihadapi adalah wanita ular seperti Clara.Tentunya Clara pun tak akan tinggal diam karena Rara sudah menghancurkan rencana yang sudah dia susun sedemikian rupa. Meski telah gagal total, tetapi pasti Clara akan merencanakan hal yang lebih dasyat lagi.Arjuna hanya tak ingin sesuatu apa pun nantinya terjadi pada Rara atau Bella, maka dia berjanji akan membereskan artis cantik itu."Terima kasih, Kak." Rara berucap dengan senyum tipis agar membuat hati Arjuna senang. "Aku hanya tak ingin terjadi hal buruk pada Kak Juna, karena ulah Clara yang begitu licik."Sebenarnya meski pun tahu jika Clara itu licik dan berbahaya, tetapi hal tersebut tak sedikit pun mengendurkan niat Rara. Dia tak merasa takut jika nanti Clara akan membalas dengan lebih kejam. Karen
"Kegilaan macam apa yang telah kamu lakukan, Juna!?" Wajah satria banyak begitu mengeras. Kakak dari Rara itu pun berkacak pinggang dan seolah ingin segera mendapatkan jawab saat ini."Ini masih sangat pagi dan kamu sudah membuat kehebohan sebesar ini?" Satria belum mengatakan alasanya, tetapi dia masih terus saja seperti menyalahkan Arjuna, yang malah tak tahu apa apa.Rara dan Arjuna masih nampak bingung dengan ucapan Satria itu. 'Apa mungkin Kak Satria sudah tahu dengan kejadian tadi malam, ya?' Rara langsung menautkan tindakan Satria ini dengan kejadian tadi malam. 'Mungkinkah berita itu langsung menyebar?' Banyak spekulasi bermunculan di pikiran Rara.Satria selama beberapa hari kemarin berada di luar kota, bahkan saat Rara dan Stella akan membuntuti acara makan malam Clara dan Arjuna, saat itu Satria masih belum sampai di rumah. Lalu saat ini malah Satria datang tiba-tiba dan seakan menyalahkan Arjuna. Sungguh tak bisa dimengerti.Rara ingin bertanya pada sang kakak, karena dia
"Jika tidak, dalam konferensi pers siang ini, aku akan mengabarkan bahwa kamu memerkosa aku. Dan, itu berarti kamu harus masuk ke dalam jeruji penjara."Clara berucap seolah dia menjadi orang yang paling benar. Dia sedikit pun tak merasa bersalah atau pun tak berada malu."Arjuna, aku sedang tidak bercanda saat ini! Kamu jangan main-main denganku."Karena Arjuna masih terdiam, Clara malah merasa jika pria itu saat ini takut dengan ancaman yang dia berikan. Sepertinya Clara lupa dengan siapa yang saat ini menjadi lawannya, Arjuna Pranama bukan seorang pria biasa yang gampang takut. Mungkin Clara juga lupa jika Arjuna bisa dengan mudah menyelesaikan sebuah masalah seperti membalikkan telapak tangan."Reputasi kamu juga akan rusak." Arjuna pun akhirnya berkata.Arjuna memang tampak tenang saat ini, karena ada Satria dan juga Rara. Tetapi sesungguhnya saat ini emosi tengah begitu bergemuruh di dalam hatinya. Dia bahkan tak menyangka jika ada wanita selicik Clara.Clara sedikit kaget sebena
"Papa, tolong dong jangan seperti ini." Wajah cantik Clara kini nampak kesal bercampur dengan khawatir. Saat ini gadis cantik itu sedang bertelepon dengan sang ayah. Tepat di lima belas menit sebelum jam sebelas, waktu yang telah dia berikan untuk Arjuna."Kamu sudah keterlaluan. Dan, saat ini Papa nggak akan lagi mau terlihat dengan semua urusan kamu." Dari seberang terdengar suara berat seorang pria yang diliputi oleh amarah. Pria tersebut tak lain adalah ayah dari Clara.Clara mendengus kasar dan merasa frustasi, padahal saat ini dia sedang membutuhkan dukungan dari orang-orang terdekat, tetapi nyatanya dia malah tak mendapatkan hal itu."Tapi, Pa. Saat ini Clara lagi butuh banyak dukungan." Clara sampai terdengar memohon saat ini.Sejak kegagalan rencananya tadi malam, Clara memang tak berani pulang ke rumah. Dia lebih memilih untuk menenangkan diri di suatu tempat. Dia takut jika nanti akan ada awak media atau wartawan yang mengetahui tentang masalah itu sebelum dia mengadakan k
'Clara mungkin seorang artis ternama, tapi dia tidak sepenuhnya sempurna. Aku ada cara membereskannya.'Wanita cantik ini memang selalu menjadi seorang dewi penyelamat bagi Arjuna. Dalam diam, dia memang telah memikirkan beberapa cara untuk bisa menyelamatkan Arjuna.Rara sama sekali tak akan pernah rela untuk membiarkan jika Arjuna sampai kalah dari seorang Clara yang begitu licik. Bukan karena rasa cinta saja, tetapi juga karena rasa kemanusiaan dan Arjuna yang sering membantunya.Apa lagi Rara begitu tahu jika Arjuna tak suka pada Clara, terlebih artis muda juga bukan perempuan baik-baik. Itu lah kenapa Rara saat ini akan berjanji akan membela Arjuna mati-matian."Kita harus melaporkan secepatnya perempuan itu ke pihak yang berwajib." Satria yang baru saja tahu, saat ini malah terlihat begitu geram. "Ini sudah sangat keterlaluan Juna."Kakak Rara ini benar-benar tak terima ketika sahabatnya sejak kecil diperlakukan dengan tidak benar. Pikiran Satria, hampir sama dengan pikiran para
"Saya nggak salah, Pak. Tolong jangan bawa saya." Sampai di depan gedung petemuan pers itu, Clara masih terus berontak.Dia bahkan sama sekali tak pernah menyangka jika akan seperti ini. Segala impiannya hancur hanya karena begitu berambisi untuk mendapatkan Arjuna."Lepaskan!" Kembali Clara berteriak sambil meronta. "Edo! Tolong gue dong!"Saat itu ternyata manager Clara pun mengikuti sampai depan. Pria kemayu itu pun sedikit berlari dan memang ingin menghampiri sang artis."Tolong tunggu sebentar, Pak. Saya ingin bicara dengan Clara sebentar," ucap Edo dengan suara melengking.Petugas pun langsung memberhentikan sebentar langkahnya membawa Clara, mereka tahu jika Edo adalah manager Clara."Edo tolong aku! Lepaskan aku!" Clara berharap jika kali ini sang manager akan menyelamatkan dia. Karena hanya Edo satu-satunya yang dia miliki saat ini. Setelah kedua orang tuanya pun kini tak lagi menganggapnya sebagai anak.PlakkTiba-tiba saja sebuah tamparan dilayangkan oleh Edo dengan begitu k
' Aku harus mengatakan apa? Apa aku harus mengatakan yang sebenarnya?'Mulut Rara kembali terdiam saat itu. Kebingungan kembali menyelimuti hatinya. Satria sebenarnya sudah sejak bebarapa jam yang lalu sudah sangat penasaran perihal ini. Dari kasus Clara yang ternyata Rara bisa berada di tempat yang tepat. Itu jelas bukan sebuah kebetulan. Dari cara bicara Yasmin, Satria juga bisa menyimpulkan jika ada sesuatu antara Satria dan Arjuna. Beberapa waktu yang lalu, saat dia menginterogasi sang adik, Satria juga sudah bisa menarik kesimpulan jika Rara memiliki rasa pada Arjuna.Saat Rara masih diam, Satria pun mengatakan "Kakak tetap tak ingin kamu berhubungan dengan Arjuna, meskipun baru saja kejadian ini."Sebenarnya apa yang dilakukan oleh Satria ini juga tak terlalu berlebihan. Dia begitu karena sangat sayang pada Rara, terlebih setelah adiknya itu dikhianati oleh Nizam, pria yang dipilih sendiri oleh Rara. Dia rasanya tak lagi bisa melihat jika Rara kembali terpuruk, apa lagi saat
"Selamat menempuh hidup baru ya, Raja, Stella. Doa kami semua yang terbaik untuk kamu. Semoga segera memiliki momongan."Rara kembali memberikan selamat pada sahabatnya ini, kali ini saat Raja dan Stella baru saja tadi mengungkapkan janji suci pernikahan. Setelah dua bulan yang lalu mereka juga menggelar acara pertunangan yang mewah."Terima kasih banyak ya. Tanpa kalian,mungkin kali ini kami pun belum bisa bersatu." Stella terus mengenggam tangan Rara. Sahabat yang memang menjadi support utama hubungannya dengan Raja. "Sepetinya para baby gemoy ini nunggu Tante dan Om nya resmi dulu, baru mau launching nih."Stella mengelus perut Rara yang begitu buncit. Rara dan Arjuna yang berada di sampingnya pun terkekeh. "Bisa jadi seperti itu. Karena harusnya HPL kemarin."Ya, memang meski telah terlewat HPL sehari, tetapi Rara belum merasakan tanda tanda kehamilan yang datang. Itu Lah kenapa hari ini dia kekeh untuk datang ke pesta pernikahan itu. "Ah iya, kak Satria juga akan segera melamar
"Bu, Mas Ardi tumben banget sih jam segini belum keluar kamar ya?" Dita yang baru duduk di meja makan, bertanya pada sang ibu sambil menoleh pada kamar sang kakak, yang sejak kemarin sore tak terbuka sama sekali."Iya, dari pulang kerja sudah nggak keluar. Nggak makan malam juga kan?"Ketika Bu Mira masih terdiam, Dewi malah menimpali ucapan adiknya itu. "Halah ... Paling dia itu masih meratapi si Sarah itu," ucap Bu Mira ketus. "Dasar Cemen!"Bu Mira sebenarnya juga sedikit merasa khawatir dengan Ardi. Karena memang setelah Sarah pergi dari rumah ini, putranya itu bahkan tak pernah mau makan. Ardi yang biasanya begitu hangat dengan keluarga, berubah menjadi Ardi yang tertutup dan begitu muram.Padahal ini bukanlah untuk pertama kalinya Ardi menalak istrinya, Sarah adalah yang ketiga, tetapi sungguh saat ini berbeda.Biasanya Ardi biasa saja dan seperti tak lagi memikirkan tentang mantan mantan istrinya itu."Aku kok khawatir ya Bu sama Ardi. Dia itu kayaknya patah hati banget deh keh
"Selamat ya Stella, aku benar benar ikut bahagia. Kalian memang pasangan yang sangat serasi loh." Rara mencium pipi kanan kiri sahabatnya yang malam ini terlihat begitu cantik dalam balutan dres warna putih itu. "Ini semua nggak akan pernah terjadi tanpa bantuan kamu Ra. Pokoknya terima kasih banget loh." Stella memeluk Rara. "Kamu memang sahabat terbaikku."Air mata telah menumpuk di pelupuk mata, tetapi tangis bahagia itu memang sengaja ditekan oleh Stella, karena takut merusak riasan. Malam ini adalah malam pertunangan Stella dengan Raja Sanjaya. Hanya satu hari berselang dari acara jumpa pers yang berakhir menyenangkan itu, keluarga Sanjaya menggelar pesta pertunangan keduanya dengan begitu mewah."Nggak juga. Lebih tepatnya aku hanya perantara sih, yang berperan penting tentu masih tetap Tuhan. Gimana, enak rasanya lebih wow kan, jika cinta di dapat setelah begitu banyak rintangan?" Rara kembali berucap.Kali ini tidak hanya Stella yang tertawa, tetapi Raja juga. Raja pun ter
"Raja?!" Stella langsung memekik, saat melihat sosok yang saat ini paling ingin dia hindari berjalan masuk dari pintu keluar. Raja tidak sendiri, tetapi saat ini pria tampan itu bersama dengan Sinta dan juga Jeni."Hei mau apa dia ke sini? Apa kamu bilang juga sama si Raja jika saat ini kamu mengadakan konversi press?" Romi pun langsung bertanya sembari berbisik. Pria kemayu itu benar-benar tak menyangka sama sekali, jika Raja datang. Bukan apa-apa, tetapi setelah tadi Stella mengambil keputusan bahwa akan menjauhi Raja, dan sekarang Raja datang kembali, itu berarti Romi harus kembali menghadapi Stella yang banyak masalah dan banyak pikiran. Dan, itu berarti juga Stella pun akan menunda beberapa jadwal shooting, karena tak bisa fokus untuk melakonkan perannya. Semua itu tentu saja berimbas pada Romi yang merupakan manajernya."Entahlah, Rom. Aku tak tahu." Stella menjawab sembari menggelengkan kepalanya.Stella yang memang menghindari Raja, ingin segera pergi dari ruangan itu. Teta
"Duh kenapa aku jadi grogi banget gini sih ROM?" tanya Stella, yang sebentar lagi akan melakukan jumpa pers, pada manajernya yang kemayu itu. Romi menepuk-nepuk pundak sang artis. "Ih kamu ini kayak apa aja sih Stella? Kamu ini kan artis besar, masa sih gini aja Kamu demam panggung? Nggak level banget sih."Apa yang dikatakan oleh Romi itu tadi, sebenarnya bukanlah sebuah ejekan. Tetapi Romi melakukan hal itu untuk memantik semangat Stella yang sepertinya memang telah mulai mengendur."Romi, ini kan bukan sandiwara atau film-film yang sering aku bintangi. Ini nyata Romi, ini hal yang benar-benar terjadi dalam hidupku. Jadi rasanya wajar dong jika aku grogi banget seperti ini." Stella mengelak. Romi memutar bola matanya dengan malas. Dia tahu jika memang konferensi pers yang akan diadakan oleh Stella ini, seperti suatu hal yang tidak diinginkan oleh hatinya Stella. Tetapi artis cantik itu memaksakan kehendak."Makanya dong Stella, Aku kan udah bilang sama kamu, jangan bohongin hati
Brak brak brak"Dewi bangun!" Pagi buta itu, Bu Mira sudah menggedor pintu kamar Dewi. Setelahnya, wanita itu ganti menggedor kamar Dita, yang terletak tepat di samping kamar Dewi.Brak BrakBrak"Dita bangun kamu. Ini sudah siang! Kamu itu anak gadis, jadi jangan bangun siang-siang!" eriak bu Mira dengan penuh emosi.Merasa tak mendapatkan respon sama sekali dari kedua putrinya, bu Mira pun kembali menggedor dengan keras pintu kamar itu, dengan teriakan yang sangat melengking di pagi hari."Duh ternyata repot banget kalau nggak ada Sarah. Ngapain sih Ardi kemarin itu sampai menalak Sarah? Coba saja ada Sarah, pasti aku sekarang masih tidur dan mainan hp di kamar." Bu Mira begitu emosi dengan dirinya sendiri saat ini.Sejak kemarin malam setelah kepergian Sarah, wanita paruh baya itu tak dapat memejamkan matanya sama sekali. sSepertinya dia merasakan apa yang sedang dirasakan oleh Ardi saat ini. Rasa penyesalan karena telah mengusir Sarah dari rumah ini."Seharusnya Ardi juga menge
"Dasar perempuan jalang! Cepat pergi kamu dari rumah ini!" Bu Mira kembali berteriak, saat itu Ardi pun sedikit kaget. "Cepat pergi atau kuse-ret kamu!!"Bu Mira sudah akan maju untuk menyeret Stella, sedangkan Dewi dan Dita mengikuti di belakangnya."Hentikan Bu!" Yang berteriak ternyata bukan Sarah, tetapi Ardi. "Jangan lagi menghina Sarah."Raut wajah para anggota keluarga itu nampak terkejut dengan ucapan pria itu. Kemudian Ardi menoleh pada Sarah. "Pergilah Sarah. Semoga kamu bisa mendapatkan ganti yang lebih baik dariku. Maafkan aku ya."Sarah sedikit kaget juga dengan perubahan sikap Ardi yang begitu drastis setelah mengucapkan kata talak tadi. Dia sempat berpikir jika mungkin mantan suaminya itu menyesal karena telah mengakhiri hubungan itu. Tetapi sejurus kemudian seperti ada yang kembali mengingatkan pada Sarah. Seperti apa sikap Ardi, yang selama mereka menikah malah sama sekali tak pernah memperlakukan dia seperti layaknya seorang istri."Tentu Mas. Tuhan tak pernah tidur.
"Terima kasih telah terus bersama dengan Sarah, Bu. Jika tak ada ibu, mungkin Sarah sudah semakin hilang arah." Sarah kemudian memeluk ibunya .Tak terkira rasa terima kasih Sarah pada sang ibu. Karena memang tak ada lagi tempat kita kembali selain pada ibu. Wanita yang benar benar menyayangi kita apa adanya tanpa balas jasa.Terhitung sudah dua hari Sarah kembali pulang ke rumah kontrakan Bu Endang. Setelah kemarin ditalak Ardi dan diusir dari rumah mantan suaminya itu. Untung saja pernikahan mereka hanya pernikahan siri alias secara agama, jadi tak perlu repot repot menuju ke pengadilan agama. Tak butuh proses lama untuk menjadikan Sarah berstatus menjadi janda.Kadang memang banyak hal rasanya seperti membuat kita kecewa, seakan Tuhan tak menuruti segala keinginan kita. Padahal sebenarnya semua itu adalah berkah, karena Tuhan nyatanya tidak memberikan apa yang kita inginkan, tetapi apa yang kita butuhkan."Maaf ya, dulu ibu sempat melarang karena kamu hanya akan dinikahi di balik t
"Kamu nggak kerja, Sarah?" Bu Endang bertanya pada Sarah setelah mereka berdua baru saja selesai melaksanakan salat subuh.Sarah mencium punggung tangan ibunya dengan takdzim. "Belum untuk sekarang Bu. Mungkin besok." Sarah berkata sambil tersenyum manis."Jika memang kamu sudah tak nyaman kerja disana, lebih baik kamu cari kerja di tempat lain saja, Sarah." Raut wajah wanita paruh baya itu nampak khawatir.Tak salah jika akhirnya Bu Endang jadi mengkhawatirkan tentang tempat kerja Sarah. Setelah kini Sarah tak lagi menjadi istri Ardi, Bu Endang merasa takut jika Sarah tak akan nyaman bekerja satu kantor dengan sang mantan suami. Apa lagi mengingat jika hubungan yang pernah terjalin dulu begitu tidak baik.Sarah tersenyum penuh artis, ditepuknya telapak tangan Bu Endang yang sejak tadi masih digenggamnya. "Sarah belum memikirkan hal itu Bu. Nanti malam saja." Ada hal yang tentu saja disembunyikan oleh Sarah. Apa lagi jika bukan rasa sakit hati. Hanya saja tentu wanita itu tak ingin me