"Bagaimana kabar kamu, Sarah?" Bu Endang sepertinya akan segera mengintrogasi putrinya itu. Saat ini keduanya sudah duduk di ruang tamu berukuran sempit itu. Setelah Rara pamit, keduanya memang masuk dan menutup pintu rumah kontrakan itu. Karena tak ingin diganggu kebersamaannya.Sarah menghela nafas panjang sebelum menarik sudut bibirnya membentuk sebuah senyuman manis. "Baik, Bu. Tapi ... Kabar ibu sepetinya kurang baik ya?" Sarah menebak.Ah, rasanya bukan hanya Sarah yang berkata seperti itu ketika melihat penampilan Bu Endang saat ini.Mata cekung, bibir pucat, badan kurus kering dengan rambut yang tak pernah disisir sebulan terakhir.Bu Endang menc-ebik dan tersenyum kecut. "Memang Sarah. Sejak kepergian kamu dulu, semangat ibu seakan sudah hilang."Sembari memegang tangan Sarah, Bu Endang pun menceritakan satu persatu apa yang terjadi dan dia alami setelah kepergian Sarah dari rumah itu. Mau tak mau air mata itu pun kembali luruh.Hari hari Bu Endang memang begitu berat dan bah
Bab 229"Ibu." Sarah kemudian memeluk erat lagi sang ibu. Sepertinya dia tak lagi bisa menyembunyikan semuanya. "Sarah sudah nggak kuat lagi Bu."Pertahanan yang telah dibuat Sarah sejak tadi jebol. Dia tak kuat menahan rasa di dalam hati yang memberontak. Tak kuasa menahan hati yang terasa begitu sakit. Dan satu hal yang pasti, dia tak bisa jika harus berbohong pada ibunya."Sarah tenang, Nak. Ada ibu disini." Bu Endang memeluk erat putri kesayangannya itu. Hati Bu Endang langsung mencelos mendengar pernyataan Sarah, meski Sarah belum bercerita. Hatinya lebih hancur dari pada hati Sarah. Hatinya menjerit, tetapi dia ingin tetap tenang demi menguatkan Sarah."Ceritakan pada ibu Sayang, apa yang sebenarnya terjadi."Segera diurai pelukan dari Sarah itu, kini dia menatap manik mata yang berembun itu. "ibu selalu ada untuk kamu, Nak."Awalnya Sarah hanya masih terisak saja, tetapi kemudian wanita ayu itu mulai bercerita. Dia melupakan janji yang sudah dibuat dengan Rara. Karena baginya i
"Udah lama nunggu?" Stella bertanya ketika baru sampai di restoran."Tidak. Baru beberapa menit saja." Raja dengan sigap berdiri menarik kursi yang akan diduduki oleh Stella."Terima kasih," ucap Stella sambil mengangguk dan menjatuhkan bobot tubuhnya di kursi. "Maaf ya, sedikit macet tadi."Wajah Stella nampak datar dan cuek saat ini. Raja terdiam sesaat, memandang wajah cantik itu. Setelahnya dia pun tersenyum penuh arti. "Ketika weekend tiba, memang pasti macet. Tak masalah."Raja sebenarnya telah menunggu Sarah di restoran Sandys itu selama kurang lebih setengah jam. Hanya saja dia tak ingin mengatakan hal itu. Dibiarkan saja Sarah tak mengerti.Sarah mengangguk dengan wajah yang nampak datar saja, tak ada rasa bersalah sepertinya memang disana."Banyak orang memang yang ingin menghabiskan waktu dengan keluarga dan orang terkasih. Weekend berlaku untuk orang orang yang berbahagia, beda dengan aku."Stella nampak acuh dan datar, artis cantik itu segera membuka buku menu dan memesa
"Kamu basi, Raja. Jangan sok care gitu deh. Kita ini Jan nggak ada hubungan apa apa, jadi kamu nggak perlu tahu apa yang terjadi padaku bukan? Berlakulah seperti Raja yang biasanya, yang cuek dan tak pernah peduli padaku. Bukankah kita juga tak punya hubungan apa pun? Jadi tak perlu aku mengatakan apa yang terjadi pada kamu."Raut wajah Stella nampak begitu garang saat mengatakan hal itu, seperti saat dia melakonkan peran antagonis di film layar lebar.Raja menautkan kedua alisnya, pria tampan ini sedikit kaget dengan perubahan sikap Stella. Artis cantik yang biasanya bersikap begitu manja di depannya, bahkan sampai terlihat kolokan, kini malah berubah cuek, judes dan acuh sekali."Ya ... Bukan begitu Stella." Raja mengedikkan bahunya. "Tapi kamu benar benar telah banyak berubah. Apa yang terjadi sama kamu dua Minggu terakhir ini? Apa semuanya baik baik saja?" Kali ini wajah Raja mulai nampak khawatir.Stella mendengus dengan kasar lagi. "Tuan Raja Sanjaya, please deh jangan sok care
Tentu saja Doni yang memang masih begitu mencintai Stella itu langsung mengangguk. "Tentu, apa lagi ditemani bidadari yang cantik seperti kamu. Dih, ini seperti mimpi!" Doni tak sungkan meluapkan rasa bahagianya. Pria itu segera saja duduk di kursi.Ehem Ehem Raja, yang sejak tadi hanya diam tetapi sambil mendengarkan percakapan antara Stella dan Doni, berdehem. Raut wajahnya terlihat kesal, meski hal itu tentu saja tak bisa dia tunjukkan. "Eh maaf, maaf sampai lupa jika ada Tuan Raja," ucap Doni, yang sepetinya memang tadi tak melihat ada Raja. Karena begitu terpesona dengan Stella, yang malam itu juga terlihat begitu cantik, meski hanya berdandan sederhana saja.Bagi Doni, dalam segala hal Stella selalu cantik dan bisa mengalihkan dunianya."Selamat malam Tuan Raja." Doni langsung menyalami kolega bisnisnya itu, sejenak melupakan Stella yang tersenyum simpul. "Maaf jika saya menganggu makan malam Anda. Apa kedatangan saya ini menganggu?" Doni berkata dengan sopan seperti biasa.R
Stella mencebik dan segera menimpali ucapan Raja itu. "Dulu dan sekarang sudah berbeda Don, jangan disamakan Don. Jadi, kamu nyantai saja, tak perlu sungkan dengan siapa pun!"Cuek, itu kah saat ini yang ditunjukkan oleh Stella. Raja sepetinya langsung kaget dengan hal itu, hingga pria itu menghentikan sejenak kunyahan nya. Menghela nafas sejenak, tetapi kemudian kembali melanjutkan makan tanpa menimpali ucapan Stella itu. Sedangkan Doni, malah langsung tersenyum sembari menatap Stella dan juga Raja secara bergantian. "Maksudnya? ... Apa kalian ini sedang bertengkar?" Doni mulai mempertanyakan. "Atau ... Saat ini kalian malah sudah putus?" Pria berkacamata itu pun menarik salah satu sudut bibirnya, ada seulas senyum kebahagiaan disana. Sebuah hal yang wajar jika kemudian Doni akan merasa bahagia jika terjadi hal yang buruk pada hubungan Stella dan Raja. Karena itu berarti satu penghalang sudah terlewati. Sebenarnya tadi saat bertemu dengan Stella di restoran ini, Doni sudah begitu
Tak ada jawaban dari Raja, sepetinya pria itu sedang kebingungan.Stella segera berdiri dan menyambar tas tangannya. "Nikmati aja sendiri malam spesial itu. Basi." Setelahnya dia pun meninggalkan Raja yang hanya bisa menatap dari jauh.*Stella menjatuhkan tubuhnya di jok mobil dan segera menutupnya dengan keras. Bukan marah, tetapi sepertinya artis cantik ini sedang bahagia. Disenderkan kepalanya sebentar ke punggung jok. "Raja ... Sampai kapan sih kamu akan diam dan terus munafik kayak gitu?" ucap Stella sembari memejamkan matanya dan tersenyum. "Syukurin!"Ternyata memang Stella tadi hanya sedang menggoda Raja saja. Seperti yang sudah dia rencanakan sebelumnya. Sebenarnya rencana seperti ini, untuk membuat Raja cemburu atau pun menyatakan cinta, sudah sering juga dilakukan oleh Stella. Namun, hasilnya tetap saja sama..Meski telah terlihat cemburu dan terlihat juga jika Raja memiliki rasa cinta pada Stella. Tetapi pria tampan itu tetap tak mau mengungkapkan.Stella bukan wanita y
"Apa apaan sih Doni ini? Nggak jelas banget deh!" Stella urung uringan setelah telepon dimatikan secara sepihak oleh Doni. "Dia yang nelpon, eh malah dia yang matiin duluan. Nggak ada akhlak!"Karena kesal, Stella melempar ponsel kesayangannya itu ke jok sebelah. Memang begitu mudah bagi seorang Stella untuk melakonkan sebuah peran. Hingga Doni, yang dulu pernah menjadi orang terkasih, terkecoh. Mengira jika perlakuan manis yang diberikan oleh Stella tadi bukanlah sekedar sandiwara.Diam sesaat, Stella kemudian terkekeh sembari memukul kemudi bulat itu. "Ya ampun ... Maafin aku ya Don. Kamu sih datang di waktu yang tepat banget!" Sepertinya Stella malah baru sadar dengan apa yang ingin dibicarakan oleh Doni di telepon tadi. "Harusnya aku tadi berterima kasih ya, karena dia, sandiwaraku untuk mengerjai Raja jadi sukses!" Stella pun kembali tergelak.Di tempat berbeda, tetapi sama sama di dalam mobil, Raja sepetinya belum ingin menyalakan mesin mobilnya. Pria tampan itu masih hanya dudu