Share

Bab 222. Mau Kemana?

Penulis: Anggrek Bulan
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Nyonya Rara meminta Anda untuk menemani menemui klien. Sekarang." Linda berkata dengan tegas seperti biasanya, pada Sarah yang berkutat dengan pekerjaannya.

"Saya Bu?" Setengah kaget, Sarah langsung berdiri dan menunduk sebentar.

Linda menganggukan kepala dengan mengulas sebuah senyum manis. "Tentu, mari ikut saya."

Kembali Sarah mengangguk. Tetapi sejurus kemudian wanita itu pun menoleh ke samping. Tempat dimana sang suami duduk.

Memang ruangan Sarah dan Ardi sama,

kebetulan juga meja mereka bersebelahan. Mungkin karena itu pula mereka berdua dulu mengalami yang dinamakan cinta lokasi.

Sarah tak berbicara, hanya tatapan matanya saja yang seolah meminta persetujuan dari sang suami.

Ardi pun sejak kedatangan Linda tadi sudah mulai menajamkan indra pendengarannya.

Mata pasangan suami itu saling bertatapan tanpa ucap, kemudian pria itu pun mengangguk setelah beberapa detik melirik pada Linda.

"Aku pergi dulu, Mas." Sarah pun langsung mencium tangan Ardi dengan takzim.

"Tenang saja Pak A
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Mantan Istriku Ternyata Pewaris Nomor Satu   Bab 223. Penuh Tekanan

    [Ingat Sarah. Pokonya semua anc-amku ini nggak main main. Kalau kamu sampai ngomong yang nggak nggak sama Nyonya Rara, aku akan menghabisi nyawa ibu kamu yang miskin itu!]Dalam hati Sarah langsung beristighfar membaca beberapa chat yang dikirim oleh suaminya itu. Ternyata, tadi Ardi tetap tak bisa menenangkan dirinya sendiri. Dia terus mengirimkan beberapa pesan ancaman untuk Sarah. Sejak tadi di jalan sebenarnya ponsel itu sudah berdering, hanya saja diabaikan oleh Sarah. Baru ketika Rara lah yang mendengar sendiri dan meminta Sarah membukanya, dia mau membuka pesan itu."Mbak ... Apa kamu baik baik saja?" Rara yang memperhatikan raut wajah Sarah pun langsung bertanya. "Pesan dari siapa?" tanyanya lebih lanjut.Sontak Sarah langsung menoleh. Mencoba untuk menyuguhkan senyuman pada sang bos, tetapi nyatanya tak bisa. "Ah tidak apa apa kok." Segera Sarah memasukan lagi benda pipih kesayangannya itu ke dalam saku dan memberikan jawaban dengan nada yang gugup.Kembali wanita itu mena

  • Mantan Istriku Ternyata Pewaris Nomor Satu   BB 224. Topeng

    "Terima kasih Ra. Terima kasih banyak. Kamu memang Dewi penolongku."Sarah merengkuh kedua telapak tangan Rara dan mencium pungungnya. Dengan segera Rara menariknya, karena dirasa hal itu keterlaluan. "Jangan berlebihan seperti itu, Mbak. Aku hanya melakukan apa yang aku bisa bantu saja. Sekarang mari kita temui ibu."Sarah mengangguk dan menghapus sisa air mata yang ada di pelupuk mata. Yang terjadi saat ini, seperti sebuah impian yang menjadi nyata baginya. Saat sudah masuk ke kediaman keluarga Ardi yang penuh dengan monster dan kejahatan, tetapi dia juga terkungkung oleh cinta buta pada sang suami, dia merasa sangat mustahil baginya untuk kembali bertemu dengan sang ibu. Sebenarnya dia bisa saja mencuri waktu, karena dia masih bisa diluar rumah saat bekerja. Tetapi dia sangat takut pada Ardi.Kling klingPonsel Sarah kembali berbunyi, sebuah pesan masuk dan tentu saja dia bisa menebak dari mana pesan itu didapat. Sebelum turun, Sarah pun membuka pesan itu. Tentu saja setelah dipe

  • Mantan Istriku Ternyata Pewaris Nomor Satu   Bab 225. Tersenyum Kecut

    "Mbak ... Mbak Sarah baik baik saja kan?" Rara menepuk pundak Sarah yang memang sejak tadi nampak melamun.Segera Sarah pun tersenyum kecut. "Sebelum kita turun, bolehkah aku menanyakan sesuatu hal yang sedikit privat?" Wanita itu menatap Rara dengan pandangan yang nampak begitu berharap.Rara tersenyum dan mengangguk. "Tanyakan Mbak. Jika aku bisa menjawab pasti akan kujawab dengan jujur."Sesaat nampak Rara memejamkan mata dan menghela nafas panjang. "Dulu ... Saat masih menjadi istri Nizam, apa dulu dia begitu romantis saat kalian ... Melakukan hubungan suami istri?" Nampak sekali jika wajah Sarah sedikit sungkan, menanyakan tentang hal yang sedikit tabu.Rara terkekeh. "Wah ... Kalau boleh tahu, kenapa Mbak Sarah menanyakan tentang hal itu?" Wajar saja rasanya jika dia sedikit kaget dengan hal ini.Sarah nampak menautkan jari jemarinya. "Karena ... Hubunganku dengan Mas Ardi ... Sudah hancur sejak malam pertama kami."Sarah lalu menceritakan seperti apa kehidupan seks nya dengan

  • Mantan Istriku Ternyata Pewaris Nomor Satu   Bab 226. Fokus Sarah

    "Lupakan dulu tentang apa yang terjadi di rumah Ardi. Sekarang Mbak Sarah temui saja Bu Endang dulu. Beliau pasti akan sangat senang dengan kedatangan Mbak Sarah."Sarah menyusut lagi sisa air mata yang ada di sudut matanya, dalam hati dia membenarkan ucapan mantan adik iparnya itu. Dengan susah payah dia kini berada di sini, sungguh kesempatan ini tak akan pernah dia sia siakan."Kamu benar Ra, aku nggak boleh cengeng seperti ini kan? Karena pasti itu akan membuat ibu bersedih saja nanti." Sarah menarik kedua sudut bibirnya. "Apa ...menurut kamu aku harus menceritakan semua ini sama ibu?"Nyatanya, Sarah malah masih kembali meminta pertimbangan pada Rara. Saat ini, hanya Rara saja yang dia miliki sebagai teman yang selalu bisa memberikan masukan dan juga menena-ngkan hatinya. Seperti hari ini, Sarah sama sekali tak menyangka jika akan diberikan kejutan seperti ini. Sebuah hal yang begitu diharapkan oleh Sarah saat ini adalah bertemu dengan sang ibu. Selain karena dirundung rindu dan

  • Mantan Istriku Ternyata Pewaris Nomor Satu   Bab 227. Menyesal

    "Jangan berlebihan, itu biasa saja Mbak. Satu lagi, jangan bilang uang itu dari aku ya. Bilang saja itu murni uang kamu."Sarah kembali menatap Rara dengan penuh rasa kagum. Tak menyangka sekali jika mantan adik iparnya itu bisa begitu baik, melebihi dari ekspektasi. Ketika membantu seseorang, Rara memang tak pernah setengah setengah, semua dia lengkapi."Aku sungguh menyesal karena dulu pernah bersikap buruk pada kamu." Tak ayal masa lalu pun menjadi kembali menyembul. Rasa sesal kembali merajai pikiran wanita ayu itu.Rara mencebik dan tersenyum. "Aduh Mbak, kamu ini apa apaan sih? Sudahlah. Ayo lekas kita masuk."Rara keluar dari mobil dan kedua wanita itu segera melangkah ke rumah kontrakan Bu Endang yang sejak tadi pintunya terlihat tertutup. Kebetulan juga sekitar kontrakan itu sedang sepi.Tok tok tokSarah langsung mengetuk pintu berwarna coklat itu. Tak ada jawaban. Kembali Sarah pun mengetuk sambil memanggil ibunya.Tok tok tok"Bu, ini Sarah?!" ucap Sarah yang sedikit berte

  • Mantan Istriku Ternyata Pewaris Nomor Satu   Bab 228. Coba Diam

    "Bagaimana kabar kamu, Sarah?" Bu Endang sepertinya akan segera mengintrogasi putrinya itu. Saat ini keduanya sudah duduk di ruang tamu berukuran sempit itu. Setelah Rara pamit, keduanya memang masuk dan menutup pintu rumah kontrakan itu. Karena tak ingin diganggu kebersamaannya.Sarah menghela nafas panjang sebelum menarik sudut bibirnya membentuk sebuah senyuman manis. "Baik, Bu. Tapi ... Kabar ibu sepetinya kurang baik ya?" Sarah menebak.Ah, rasanya bukan hanya Sarah yang berkata seperti itu ketika melihat penampilan Bu Endang saat ini.Mata cekung, bibir pucat, badan kurus kering dengan rambut yang tak pernah disisir sebulan terakhir.Bu Endang menc-ebik dan tersenyum kecut. "Memang Sarah. Sejak kepergian kamu dulu, semangat ibu seakan sudah hilang."Sembari memegang tangan Sarah, Bu Endang pun menceritakan satu persatu apa yang terjadi dan dia alami setelah kepergian Sarah dari rumah itu. Mau tak mau air mata itu pun kembali luruh.Hari hari Bu Endang memang begitu berat dan bah

  • Mantan Istriku Ternyata Pewaris Nomor Satu   Bab 229. Luka Hati Sarah

    Bab 229"Ibu." Sarah kemudian memeluk erat lagi sang ibu. Sepertinya dia tak lagi bisa menyembunyikan semuanya. "Sarah sudah nggak kuat lagi Bu."Pertahanan yang telah dibuat Sarah sejak tadi jebol. Dia tak kuat menahan rasa di dalam hati yang memberontak. Tak kuasa menahan hati yang terasa begitu sakit. Dan satu hal yang pasti, dia tak bisa jika harus berbohong pada ibunya."Sarah tenang, Nak. Ada ibu disini." Bu Endang memeluk erat putri kesayangannya itu. Hati Bu Endang langsung mencelos mendengar pernyataan Sarah, meski Sarah belum bercerita. Hatinya lebih hancur dari pada hati Sarah. Hatinya menjerit, tetapi dia ingin tetap tenang demi menguatkan Sarah."Ceritakan pada ibu Sayang, apa yang sebenarnya terjadi."Segera diurai pelukan dari Sarah itu, kini dia menatap manik mata yang berembun itu. "ibu selalu ada untuk kamu, Nak."Awalnya Sarah hanya masih terisak saja, tetapi kemudian wanita ayu itu mulai bercerita. Dia melupakan janji yang sudah dibuat dengan Rara. Karena baginya i

  • Mantan Istriku Ternyata Pewaris Nomor Satu   Bab 230. Perubahan Drastis

    "Udah lama nunggu?" Stella bertanya ketika baru sampai di restoran."Tidak. Baru beberapa menit saja." Raja dengan sigap berdiri menarik kursi yang akan diduduki oleh Stella."Terima kasih," ucap Stella sambil mengangguk dan menjatuhkan bobot tubuhnya di kursi. "Maaf ya, sedikit macet tadi."Wajah Stella nampak datar dan cuek saat ini. Raja terdiam sesaat, memandang wajah cantik itu. Setelahnya dia pun tersenyum penuh arti. "Ketika weekend tiba, memang pasti macet. Tak masalah."Raja sebenarnya telah menunggu Sarah di restoran Sandys itu selama kurang lebih setengah jam. Hanya saja dia tak ingin mengatakan hal itu. Dibiarkan saja Sarah tak mengerti.Sarah mengangguk dengan wajah yang nampak datar saja, tak ada rasa bersalah sepertinya memang disana."Banyak orang memang yang ingin menghabiskan waktu dengan keluarga dan orang terkasih. Weekend berlaku untuk orang orang yang berbahagia, beda dengan aku."Stella nampak acuh dan datar, artis cantik itu segera membuka buku menu dan memesa

Bab terbaru

  • Mantan Istriku Ternyata Pewaris Nomor Satu   Bab Ending

    "Selamat menempuh hidup baru ya, Raja, Stella. Doa kami semua yang terbaik untuk kamu. Semoga segera memiliki momongan."Rara kembali memberikan selamat pada sahabatnya ini, kali ini saat Raja dan Stella baru saja tadi mengungkapkan janji suci pernikahan. Setelah dua bulan yang lalu mereka juga menggelar acara pertunangan yang mewah."Terima kasih banyak ya. Tanpa kalian,mungkin kali ini kami pun belum bisa bersatu." Stella terus mengenggam tangan Rara. Sahabat yang memang menjadi support utama hubungannya dengan Raja. "Sepetinya para baby gemoy ini nunggu Tante dan Om nya resmi dulu, baru mau launching nih."Stella mengelus perut Rara yang begitu buncit. Rara dan Arjuna yang berada di sampingnya pun terkekeh. "Bisa jadi seperti itu. Karena harusnya HPL kemarin."Ya, memang meski telah terlewat HPL sehari, tetapi Rara belum merasakan tanda tanda kehamilan yang datang. Itu Lah kenapa hari ini dia kekeh untuk datang ke pesta pernikahan itu. "Ah iya, kak Satria juga akan segera melamar

  • Mantan Istriku Ternyata Pewaris Nomor Satu   Bab 267. Part Menuju Ending

    "Bu, Mas Ardi tumben banget sih jam segini belum keluar kamar ya?" Dita yang baru duduk di meja makan, bertanya pada sang ibu sambil menoleh pada kamar sang kakak, yang sejak kemarin sore tak terbuka sama sekali."Iya, dari pulang kerja sudah nggak keluar. Nggak makan malam juga kan?"Ketika Bu Mira masih terdiam, Dewi malah menimpali ucapan adiknya itu. "Halah ... Paling dia itu masih meratapi si Sarah itu," ucap Bu Mira ketus. "Dasar Cemen!"Bu Mira sebenarnya juga sedikit merasa khawatir dengan Ardi. Karena memang setelah Sarah pergi dari rumah ini, putranya itu bahkan tak pernah mau makan. Ardi yang biasanya begitu hangat dengan keluarga, berubah menjadi Ardi yang tertutup dan begitu muram.Padahal ini bukanlah untuk pertama kalinya Ardi menalak istrinya, Sarah adalah yang ketiga, tetapi sungguh saat ini berbeda.Biasanya Ardi biasa saja dan seperti tak lagi memikirkan tentang mantan mantan istrinya itu."Aku kok khawatir ya Bu sama Ardi. Dia itu kayaknya patah hati banget deh keh

  • Mantan Istriku Ternyata Pewaris Nomor Satu   Bab 266. Pasangan Serasi

    "Selamat ya Stella, aku benar benar ikut bahagia. Kalian memang pasangan yang sangat serasi loh." Rara mencium pipi kanan kiri sahabatnya yang malam ini terlihat begitu cantik dalam balutan dres warna putih itu. "Ini semua nggak akan pernah terjadi tanpa bantuan kamu Ra. Pokoknya terima kasih banget loh." Stella memeluk Rara. "Kamu memang sahabat terbaikku."Air mata telah menumpuk di pelupuk mata, tetapi tangis bahagia itu memang sengaja ditekan oleh Stella, karena takut merusak riasan. Malam ini adalah malam pertunangan Stella dengan Raja Sanjaya. Hanya satu hari berselang dari acara jumpa pers yang berakhir menyenangkan itu, keluarga Sanjaya menggelar pesta pertunangan keduanya dengan begitu mewah."Nggak juga. Lebih tepatnya aku hanya perantara sih, yang berperan penting tentu masih tetap Tuhan. Gimana, enak rasanya lebih wow kan, jika cinta di dapat setelah begitu banyak rintangan?" Rara kembali berucap.Kali ini tidak hanya Stella yang tertawa, tetapi Raja juga. Raja pun ter

  • Mantan Istriku Ternyata Pewaris Nomor Satu   Bab 265. Akhirnya Diterima.

    "Raja?!" Stella langsung memekik, saat melihat sosok yang saat ini paling ingin dia hindari berjalan masuk dari pintu keluar. Raja tidak sendiri, tetapi saat ini pria tampan itu bersama dengan Sinta dan juga Jeni."Hei mau apa dia ke sini? Apa kamu bilang juga sama si Raja jika saat ini kamu mengadakan konversi press?" Romi pun langsung bertanya sembari berbisik. Pria kemayu itu benar-benar tak menyangka sama sekali, jika Raja datang. Bukan apa-apa, tetapi setelah tadi Stella mengambil keputusan bahwa akan menjauhi Raja, dan sekarang Raja datang kembali, itu berarti Romi harus kembali menghadapi Stella yang banyak masalah dan banyak pikiran. Dan, itu berarti juga Stella pun akan menunda beberapa jadwal shooting, karena tak bisa fokus untuk melakonkan perannya. Semua itu tentu saja berimbas pada Romi yang merupakan manajernya."Entahlah, Rom. Aku tak tahu." Stella menjawab sembari menggelengkan kepalanya.Stella yang memang menghindari Raja, ingin segera pergi dari ruangan itu. Teta

  • Mantan Istriku Ternyata Pewaris Nomor Satu   Bab 264. Konferensi Pers

    "Duh kenapa aku jadi grogi banget gini sih ROM?" tanya Stella, yang sebentar lagi akan melakukan jumpa pers, pada manajernya yang kemayu itu. Romi menepuk-nepuk pundak sang artis. "Ih kamu ini kayak apa aja sih Stella? Kamu ini kan artis besar, masa sih gini aja Kamu demam panggung? Nggak level banget sih."Apa yang dikatakan oleh Romi itu tadi, sebenarnya bukanlah sebuah ejekan. Tetapi Romi melakukan hal itu untuk memantik semangat Stella yang sepertinya memang telah mulai mengendur."Romi, ini kan bukan sandiwara atau film-film yang sering aku bintangi. Ini nyata Romi, ini hal yang benar-benar terjadi dalam hidupku. Jadi rasanya wajar dong jika aku grogi banget seperti ini." Stella mengelak. Romi memutar bola matanya dengan malas. Dia tahu jika memang konferensi pers yang akan diadakan oleh Stella ini, seperti suatu hal yang tidak diinginkan oleh hatinya Stella. Tetapi artis cantik itu memaksakan kehendak."Makanya dong Stella, Aku kan udah bilang sama kamu, jangan bohongin hati

  • Mantan Istriku Ternyata Pewaris Nomor Satu   Bab 263. Setelan Awal

    Brak brak brak"Dewi bangun!" Pagi buta itu, Bu Mira sudah menggedor pintu kamar Dewi. Setelahnya, wanita itu ganti menggedor kamar Dita, yang terletak tepat di samping kamar Dewi.Brak BrakBrak"Dita bangun kamu. Ini sudah siang! Kamu itu anak gadis, jadi jangan bangun siang-siang!" eriak bu Mira dengan penuh emosi.Merasa tak mendapatkan respon sama sekali dari kedua putrinya, bu Mira pun kembali menggedor dengan keras pintu kamar itu, dengan teriakan yang sangat melengking di pagi hari."Duh ternyata repot banget kalau nggak ada Sarah. Ngapain sih Ardi kemarin itu sampai menalak Sarah? Coba saja ada Sarah, pasti aku sekarang masih tidur dan mainan hp di kamar." Bu Mira begitu emosi dengan dirinya sendiri saat ini.Sejak kemarin malam setelah kepergian Sarah, wanita paruh baya itu tak dapat memejamkan matanya sama sekali. sSepertinya dia merasakan apa yang sedang dirasakan oleh Ardi saat ini. Rasa penyesalan karena telah mengusir Sarah dari rumah ini."Seharusnya Ardi juga menge

  • Mantan Istriku Ternyata Pewaris Nomor Satu   Bab 262. Menyesal?

    "Dasar perempuan jalang! Cepat pergi kamu dari rumah ini!" Bu Mira kembali berteriak, saat itu Ardi pun sedikit kaget. "Cepat pergi atau kuse-ret kamu!!"Bu Mira sudah akan maju untuk menyeret Stella, sedangkan Dewi dan Dita mengikuti di belakangnya."Hentikan Bu!" Yang berteriak ternyata bukan Sarah, tetapi Ardi. "Jangan lagi menghina Sarah."Raut wajah para anggota keluarga itu nampak terkejut dengan ucapan pria itu. Kemudian Ardi menoleh pada Sarah. "Pergilah Sarah. Semoga kamu bisa mendapatkan ganti yang lebih baik dariku. Maafkan aku ya."Sarah sedikit kaget juga dengan perubahan sikap Ardi yang begitu drastis setelah mengucapkan kata talak tadi. Dia sempat berpikir jika mungkin mantan suaminya itu menyesal karena telah mengakhiri hubungan itu. Tetapi sejurus kemudian seperti ada yang kembali mengingatkan pada Sarah. Seperti apa sikap Ardi, yang selama mereka menikah malah sama sekali tak pernah memperlakukan dia seperti layaknya seorang istri."Tentu Mas. Tuhan tak pernah tidur.

  • Mantan Istriku Ternyata Pewaris Nomor Satu   Bab 261. Badai Pasti Berlalu

    "Terima kasih telah terus bersama dengan Sarah, Bu. Jika tak ada ibu, mungkin Sarah sudah semakin hilang arah." Sarah kemudian memeluk ibunya .Tak terkira rasa terima kasih Sarah pada sang ibu. Karena memang tak ada lagi tempat kita kembali selain pada ibu. Wanita yang benar benar menyayangi kita apa adanya tanpa balas jasa.Terhitung sudah dua hari Sarah kembali pulang ke rumah kontrakan Bu Endang. Setelah kemarin ditalak Ardi dan diusir dari rumah mantan suaminya itu. Untung saja pernikahan mereka hanya pernikahan siri alias secara agama, jadi tak perlu repot repot menuju ke pengadilan agama. Tak butuh proses lama untuk menjadikan Sarah berstatus menjadi janda.Kadang memang banyak hal rasanya seperti membuat kita kecewa, seakan Tuhan tak menuruti segala keinginan kita. Padahal sebenarnya semua itu adalah berkah, karena Tuhan nyatanya tidak memberikan apa yang kita inginkan, tetapi apa yang kita butuhkan."Maaf ya, dulu ibu sempat melarang karena kamu hanya akan dinikahi di balik t

  • Mantan Istriku Ternyata Pewaris Nomor Satu   Bab 260. Janda Bahagia

    "Kamu nggak kerja, Sarah?" Bu Endang bertanya pada Sarah setelah mereka berdua baru saja selesai melaksanakan salat subuh.Sarah mencium punggung tangan ibunya dengan takdzim. "Belum untuk sekarang Bu. Mungkin besok." Sarah berkata sambil tersenyum manis."Jika memang kamu sudah tak nyaman kerja disana, lebih baik kamu cari kerja di tempat lain saja, Sarah." Raut wajah wanita paruh baya itu nampak khawatir.Tak salah jika akhirnya Bu Endang jadi mengkhawatirkan tentang tempat kerja Sarah. Setelah kini Sarah tak lagi menjadi istri Ardi, Bu Endang merasa takut jika Sarah tak akan nyaman bekerja satu kantor dengan sang mantan suami. Apa lagi mengingat jika hubungan yang pernah terjalin dulu begitu tidak baik.Sarah tersenyum penuh artis, ditepuknya telapak tangan Bu Endang yang sejak tadi masih digenggamnya. "Sarah belum memikirkan hal itu Bu. Nanti malam saja." Ada hal yang tentu saja disembunyikan oleh Sarah. Apa lagi jika bukan rasa sakit hati. Hanya saja tentu wanita itu tak ingin me

DMCA.com Protection Status