Share

Bab 172. Mantan Kekasih?

Author: Anggrek Bulan
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

"Lima tahun tak bertemu, ternyata kamu makin cantik saja." Wajah pria itu nampak begitu bahagia. "Persis seperti yang aku bayangkan."

Stella dan Jeny saling berpandangan, kedua wanita itu merasa tidak mengenal sang pria dengan tampilan parlente itu. Bahkan Stella yang sejak tadi disebut.

"Maaf, Anda siapa? Apa kita sudah pernah saling bertemu?" Stella bertanya dengan begitu sopan.

Sang pria malah berkacak pinggang sambil tetap tersenyum dan menatap intens pada Stella.

"Ah ... Mungkin ini salah satu fans fanatiknya Kak Stella ya? Sama seperti aku." Jeny malah lebih punya pikiran yang positif.

Stella membenarkan hal itu, karena terlalu kaget dia bahkan lupa profesi apa yang sedang dia geluti saat ini. Namun ketika dia ingin bersuara, malah si pria terlebih dahulu kembali berucap.

"Anda benar sekali Nona. Saya adalah penggemar berat fanatik di Stella. Bahkan sejak kami duduk di bangku sekolah," ucapnya sambil terus menatap Stella .

"Masa sekolah? Siapa Anda?" Kali ini Stella malah langs
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Mantan Istriku Ternyata Pewaris Nomor Satu   Bab 173. Sudah Berubah

    "Aku serius Stella. Bertahun-tahun aku bekerja demi untuk memantaskan diri ini untuk kamu. Kini aku sudah sukses dan kita dipertemukan lagi. Bukankah ini berarti jika Tuhan menakdirkan kita menjadi pasangan alias jodoh?"Stella makin dibuat kaget dengan perkataan yang diucapkan oleh Vino itu. Lima tahun lebih bukanlah waktu yang sebentar untuk mengubah setiap orang."Semua sudah berlalu Vino. Dulu memang kita pernah dekat. Tetapi tidak dengan sekarang." Stella memang tak lagi memiliki rasa cinta itu. Semua sudah hilang seiring dengan berjalannya waktu. "Apa kamu sudah lupa dengan semua itu? Kamu juga tahu kan jika aku dulu begitu sangat menyayangi kamu?" Vino nampak semakin berhasrat pada Stella. Kini pria itu malah memindahkan kursi duduknya menjadi tepat di depan Stella. "Percayalah rasa itu tak akan pernah terhapus sampai kapan pun. Bahkan semakin hari semakin bertambah saja."Stella terdiam dan malah memilih untuk diam. Artis cantik itu masih bisa mengingat dengan jelas seperti a

  • Mantan Istriku Ternyata Pewaris Nomor Satu   Bab 174. Merasa tak pantas

    "Apa Thea sudah tidur?" tanya Raja pada Jeny yang baru saja datang ke teras."Sudah Kak. Baru saja." Setelah memberikan jawaban Jeny pun langsung mengambil tempat duduk yang tepat di depan sang kakak.Malam ini setelah makan malam tadi, Raja memang memilih untuk duduk di teras depan sembari mendengarkan musik. Karena memang tak ada dokumen yang terlalu penting sehingga harus dibawa pulang ke rumah.Sedangkan Jeny terlebih dahulu menidurkan Thea. Kini bayi itu sudah tidur dan ditinggalkannya bersama si baby sitter."Kamu belum mengantuk?" Raja kembali bertanya sembari masih fokus pada layar benda pipih kesayangannya itu."Belum, masih jam delapan juga kok," jawab Jeny dengan cepat. "Kak Raja tumben disini, lagi ada masalah?" tebak Jeny ganti.Memang Raja tak biasanya duduk di teras depan. Karena pria ini lebih senang berada di dalam kamar atau ruangan kerjanya demi sekedar membaca buku, hobi yang sampai saat ini tak pernah bisa dia tinggalkan.Jadi wajar jika kini Jeny bertanya dan ju

  • Mantan Istriku Ternyata Pewaris Nomor Satu   Bab 175. Selalu Ada Kesempatan Kedua

    "Sarah, apa kamu sudah siap?" Bu Endang dengan lirih bertanya pada Sang anak. "Ini sudah pukul tujuh pagi loh."Sarah berlari dari dalam rumah dengan sedikit tergesa gesa, "siap Bu!" Wanita itu pun kemudian langsung mengunci pintu rumah kontrakan mungil itu. "Maaf tadi Sarah ke kamar mandi dulu."Sarah kembali berucap dengan tersenyum pada sang ibu."Ha." Bu Endang mendengus kasar, karena memang tadi dia sudah menunggu hampir lima menit di depan pintu, dan Sarah tak kunjung keluar. "Ya sudah ayo cepat mana ojeknya?"Sarah menatap pada layar benda pipih kesayangannya. "Ini tadi sudah otw kok Bu, paling juga sebentar lagi."Mereka berdua pun akhirnya kembali menunggu dengan tak sabar mobil ojek on-line yang sudah di pesan."Mau mengunjungi Nizam ya, Bu?" Salah satu tetangga kontrakan menyapa mereka berdua dengan ramah.Bu Endang tersenyum manis dan mengangguk-anggukkan kepalanya. "Iya, Bu. Mumpung hari Selasa, saya tadi masak kesukaan Nizam, Bu," jawab Bu Endang sambil menunjukan bungku

  • Mantan Istriku Ternyata Pewaris Nomor Satu   Bab 176. Anak Setan

    Bab 176"Kita akan mencoba menanyakan hal ini pada Rara , Bu. Dia orang baik, semoga saja mau memberikan waktu pada kita untuk memberikan kasih sayang juga pada Bella. Mantan suami istri memang ada, tetapi mantan anak dan cucu tidak akan pernah ada."Sarah hanya bisa mencoba untuk menenangkan hati sang ibu, padahal dia sendiri sebenarnya tidak yakin jika bisa meluluhkan hati Rara tentang masalah Bella ini.Sarah tahu jika Rara adalah seorang pemaaf dan itu sudah berkali kali terbukti. Tetapi untuk masalah dengan Bella, Sarah malah seakan masih meragukan hal itu. Mengingat begitu sayangnya Rara pada Bella. Dan juga mengingat begitu menyakitkan perkataan mereka yang sering kali menghina gadis kecil itu."Hey anak setan cepat bangun. Tidur aja kerjaan kamu!" Pernah suatu hari ketika Bella yang baru berumur tiga tahun itu tertidur di lantai di depan TV, dengan begitu enteng Sarah berucap sambil menendang tubuh mungil itu.Sontak saja apa yang dilakukan oleh Sarah itu langsung membuat kage

  • Mantan Istriku Ternyata Pewaris Nomor Satu   Bab 177. Posisikan Diri

    Bab 177"Jika ibu berada di posisi Rara, apa ibu bisa memaafkan segala perbuatan buruk yang pernah kita lakukan itu?" Beberapa saat saling diam dan berkutat dengan pikirannya masing-masing akhirnya Sarah pun kembali berucap. Bahkan meski hanya dalam khayalan saja dan telah berlalu, tetapi ada rasa malu ketika bertindak tak seperti manusia itu.Mendengar pertanyaan dari putrinya itu, Bu Endang tak segera memberikan jawaban. Tetapi terlebih dahulu berpikir sembari menghapus lelehan air mata di pipi. "Ibu tak akan pernah membiarkan satu orang pun menyakiti atau pun sampai menghina anak anak ibu." Sorot mata Bu Endang terlihat penuh api kemarahan."Nah, berarti itu pula yang mungkin dirasakan oleh Rara, Bu." Sarah kembali seperti mengingatkan.Meski Bu Endang begitu jahat pada orang lain, tetapi dia juga begitu sayang pada kedua anaknya, bahkan meski ketika Nizam dan Sarah melakukan kesalahaan, dia tetap tak bisa menerima anak anaknya itu disakiti.Bu Endang mengendus kasar, hatinya mera

  • Mantan Istriku Ternyata Pewaris Nomor Satu   Bab 178. Andai Bisa Diputar

    "Zam, doakan ya. Mbak hari Sabtu besok mau lamaran." Sarah tak bisa menahan untuk menyebarkan berita bahagia ini pada sang adik.Nizam mengerutkan keningnya sembari kembali membungkus sisa makannya yang hanya tinggal lauk saja. Sedangkan nasinya sudah habis tak bersisa."Eh mau nikah ni ya? Sama siapa?" Nizam nampak tersenyum juga. "Kenapa nggak dikenalin sama aku Mbak?" Perut kenyang membuat hati Nizam menjadi lebih bahagia. "Apa kamu malu punya adik seorang napi?" tebak Nizam sambil tersenyum.Memang berada di lembaga pemasyarakatan seperti ini dia juga tentu mendapatkan jatah makanan, tetapi rasanya tentu sanga jauh lebih enak. Apa lagi jika itu hasil buatan tangan orang orang yang tersayang. Sebuah kebahagiaan tersendiri ketika seorang nara pidana yang dikunjungi keluarganya. Bukan hanya karena bisa melepaskan rindu, tetapi buah tangan dari dunia luar juga begitu mereka harapkan."Dia hanya teman satu kantor ku saja kok, Zam. Nggak ada yang spesial dari dia. Nanti setelah lamara

  • Mantan Istriku Ternyata Pewaris Nomor Satu   Bab 179. Hanya Bella

    "Jika saja aku tak gampang goyah, tentu saat ini aku masih bahagia bersama Rara dan juga Bella. Kami pasti masih jadi keluarga yang bahagia tanpa campur tangan orang luar."Hati Bu Endang mencelos mendengar curahan hati sang anak. Rasa bersalah yang ada dalam hatinya semakin besar saja. 'Ya Tuhan, ampuni semua kesalahanku. Aku memang yang membuat Rara dan Nizam berpisah. Berikanlah lagi kebahagiaan untuk putraku."Sarah juga tak luput dari rasa bersalah. "Sudahlah, Zam. Semua Jan sudah terjadi. Kami memang salah dan sangat menyesal dengan semua itu," ucap yang merasa tak enak."Ibu juga minta maaf Zam. Andai saja waktu ini bisa diputar, tentu ibu ingin memperbaiki semua kesalahan. Ibu akan memperlakukan Rara seperti seharusnya. Sungguh ibu sangat menyesal," timpal Bu Endang.Beribu kali kata maaf dan penyesalan itu terucap, tetapi tentu saja itu akan bisa merubah keadaan.Nizam kembali tersenyum kecut. "Nizam mengerti Bu, Mbak Sarah. Semua sudah terlanjur dan terlambat." Nizam ternya

  • Mantan Istriku Ternyata Pewaris Nomor Satu   Bab 180. Belum Ada Rasa?

    "Kami berangkat dulu, Tante." Stella pun menyalami ibunda Raja, Sinta. "Iya," jawab Sinta dengan wajah yang datar. Sejak tadi, saat Stella datang ke rumah Raja, untuk menjemput pria itu datang ke sebuah pesta, wanita paruh baya itu memang lebih memilih untuk irit bicara. Lebih fokus pada bayi Thea saja yang sejak tadi memang terus berada dalam gendongannyaStella merasa tak enak juga sebenarnya, tetapi seperti biasa dia mencoba untuk tetap tersenyum ramah. 'Sudah resiko Stella. Jangan baper!' Stella terus mencoba mengingatkan dirinya sendiri."Kami berangkat dulu." Kali ini ganti Raja yang berpamitan sambil mencubit gemas pipi Thea."Hati hati ya, Kak!" Jeny menimpali dengan senyuman yang terus saja menghiasi wajahnya.Raja dan Stella pun segera berangkat menaiki mobil Stella. Sengaja memang tadi Stella yang menjemput. Bukan karena Raja ngalem atau ingin menimbulkan kesan yang romantis, tetapi karena mobil yang Stella gunakan itu baru. Dibeli menggunakan hasil dari penjualan produk d

Latest chapter

  • Mantan Istriku Ternyata Pewaris Nomor Satu   Bab Ending

    "Selamat menempuh hidup baru ya, Raja, Stella. Doa kami semua yang terbaik untuk kamu. Semoga segera memiliki momongan."Rara kembali memberikan selamat pada sahabatnya ini, kali ini saat Raja dan Stella baru saja tadi mengungkapkan janji suci pernikahan. Setelah dua bulan yang lalu mereka juga menggelar acara pertunangan yang mewah."Terima kasih banyak ya. Tanpa kalian,mungkin kali ini kami pun belum bisa bersatu." Stella terus mengenggam tangan Rara. Sahabat yang memang menjadi support utama hubungannya dengan Raja. "Sepetinya para baby gemoy ini nunggu Tante dan Om nya resmi dulu, baru mau launching nih."Stella mengelus perut Rara yang begitu buncit. Rara dan Arjuna yang berada di sampingnya pun terkekeh. "Bisa jadi seperti itu. Karena harusnya HPL kemarin."Ya, memang meski telah terlewat HPL sehari, tetapi Rara belum merasakan tanda tanda kehamilan yang datang. Itu Lah kenapa hari ini dia kekeh untuk datang ke pesta pernikahan itu. "Ah iya, kak Satria juga akan segera melamar

  • Mantan Istriku Ternyata Pewaris Nomor Satu   Bab 267. Part Menuju Ending

    "Bu, Mas Ardi tumben banget sih jam segini belum keluar kamar ya?" Dita yang baru duduk di meja makan, bertanya pada sang ibu sambil menoleh pada kamar sang kakak, yang sejak kemarin sore tak terbuka sama sekali."Iya, dari pulang kerja sudah nggak keluar. Nggak makan malam juga kan?"Ketika Bu Mira masih terdiam, Dewi malah menimpali ucapan adiknya itu. "Halah ... Paling dia itu masih meratapi si Sarah itu," ucap Bu Mira ketus. "Dasar Cemen!"Bu Mira sebenarnya juga sedikit merasa khawatir dengan Ardi. Karena memang setelah Sarah pergi dari rumah ini, putranya itu bahkan tak pernah mau makan. Ardi yang biasanya begitu hangat dengan keluarga, berubah menjadi Ardi yang tertutup dan begitu muram.Padahal ini bukanlah untuk pertama kalinya Ardi menalak istrinya, Sarah adalah yang ketiga, tetapi sungguh saat ini berbeda.Biasanya Ardi biasa saja dan seperti tak lagi memikirkan tentang mantan mantan istrinya itu."Aku kok khawatir ya Bu sama Ardi. Dia itu kayaknya patah hati banget deh keh

  • Mantan Istriku Ternyata Pewaris Nomor Satu   Bab 266. Pasangan Serasi

    "Selamat ya Stella, aku benar benar ikut bahagia. Kalian memang pasangan yang sangat serasi loh." Rara mencium pipi kanan kiri sahabatnya yang malam ini terlihat begitu cantik dalam balutan dres warna putih itu. "Ini semua nggak akan pernah terjadi tanpa bantuan kamu Ra. Pokoknya terima kasih banget loh." Stella memeluk Rara. "Kamu memang sahabat terbaikku."Air mata telah menumpuk di pelupuk mata, tetapi tangis bahagia itu memang sengaja ditekan oleh Stella, karena takut merusak riasan. Malam ini adalah malam pertunangan Stella dengan Raja Sanjaya. Hanya satu hari berselang dari acara jumpa pers yang berakhir menyenangkan itu, keluarga Sanjaya menggelar pesta pertunangan keduanya dengan begitu mewah."Nggak juga. Lebih tepatnya aku hanya perantara sih, yang berperan penting tentu masih tetap Tuhan. Gimana, enak rasanya lebih wow kan, jika cinta di dapat setelah begitu banyak rintangan?" Rara kembali berucap.Kali ini tidak hanya Stella yang tertawa, tetapi Raja juga. Raja pun ter

  • Mantan Istriku Ternyata Pewaris Nomor Satu   Bab 265. Akhirnya Diterima.

    "Raja?!" Stella langsung memekik, saat melihat sosok yang saat ini paling ingin dia hindari berjalan masuk dari pintu keluar. Raja tidak sendiri, tetapi saat ini pria tampan itu bersama dengan Sinta dan juga Jeni."Hei mau apa dia ke sini? Apa kamu bilang juga sama si Raja jika saat ini kamu mengadakan konversi press?" Romi pun langsung bertanya sembari berbisik. Pria kemayu itu benar-benar tak menyangka sama sekali, jika Raja datang. Bukan apa-apa, tetapi setelah tadi Stella mengambil keputusan bahwa akan menjauhi Raja, dan sekarang Raja datang kembali, itu berarti Romi harus kembali menghadapi Stella yang banyak masalah dan banyak pikiran. Dan, itu berarti juga Stella pun akan menunda beberapa jadwal shooting, karena tak bisa fokus untuk melakonkan perannya. Semua itu tentu saja berimbas pada Romi yang merupakan manajernya."Entahlah, Rom. Aku tak tahu." Stella menjawab sembari menggelengkan kepalanya.Stella yang memang menghindari Raja, ingin segera pergi dari ruangan itu. Teta

  • Mantan Istriku Ternyata Pewaris Nomor Satu   Bab 264. Konferensi Pers

    "Duh kenapa aku jadi grogi banget gini sih ROM?" tanya Stella, yang sebentar lagi akan melakukan jumpa pers, pada manajernya yang kemayu itu. Romi menepuk-nepuk pundak sang artis. "Ih kamu ini kayak apa aja sih Stella? Kamu ini kan artis besar, masa sih gini aja Kamu demam panggung? Nggak level banget sih."Apa yang dikatakan oleh Romi itu tadi, sebenarnya bukanlah sebuah ejekan. Tetapi Romi melakukan hal itu untuk memantik semangat Stella yang sepertinya memang telah mulai mengendur."Romi, ini kan bukan sandiwara atau film-film yang sering aku bintangi. Ini nyata Romi, ini hal yang benar-benar terjadi dalam hidupku. Jadi rasanya wajar dong jika aku grogi banget seperti ini." Stella mengelak. Romi memutar bola matanya dengan malas. Dia tahu jika memang konferensi pers yang akan diadakan oleh Stella ini, seperti suatu hal yang tidak diinginkan oleh hatinya Stella. Tetapi artis cantik itu memaksakan kehendak."Makanya dong Stella, Aku kan udah bilang sama kamu, jangan bohongin hati

  • Mantan Istriku Ternyata Pewaris Nomor Satu   Bab 263. Setelan Awal

    Brak brak brak"Dewi bangun!" Pagi buta itu, Bu Mira sudah menggedor pintu kamar Dewi. Setelahnya, wanita itu ganti menggedor kamar Dita, yang terletak tepat di samping kamar Dewi.Brak BrakBrak"Dita bangun kamu. Ini sudah siang! Kamu itu anak gadis, jadi jangan bangun siang-siang!" eriak bu Mira dengan penuh emosi.Merasa tak mendapatkan respon sama sekali dari kedua putrinya, bu Mira pun kembali menggedor dengan keras pintu kamar itu, dengan teriakan yang sangat melengking di pagi hari."Duh ternyata repot banget kalau nggak ada Sarah. Ngapain sih Ardi kemarin itu sampai menalak Sarah? Coba saja ada Sarah, pasti aku sekarang masih tidur dan mainan hp di kamar." Bu Mira begitu emosi dengan dirinya sendiri saat ini.Sejak kemarin malam setelah kepergian Sarah, wanita paruh baya itu tak dapat memejamkan matanya sama sekali. sSepertinya dia merasakan apa yang sedang dirasakan oleh Ardi saat ini. Rasa penyesalan karena telah mengusir Sarah dari rumah ini."Seharusnya Ardi juga menge

  • Mantan Istriku Ternyata Pewaris Nomor Satu   Bab 262. Menyesal?

    "Dasar perempuan jalang! Cepat pergi kamu dari rumah ini!" Bu Mira kembali berteriak, saat itu Ardi pun sedikit kaget. "Cepat pergi atau kuse-ret kamu!!"Bu Mira sudah akan maju untuk menyeret Stella, sedangkan Dewi dan Dita mengikuti di belakangnya."Hentikan Bu!" Yang berteriak ternyata bukan Sarah, tetapi Ardi. "Jangan lagi menghina Sarah."Raut wajah para anggota keluarga itu nampak terkejut dengan ucapan pria itu. Kemudian Ardi menoleh pada Sarah. "Pergilah Sarah. Semoga kamu bisa mendapatkan ganti yang lebih baik dariku. Maafkan aku ya."Sarah sedikit kaget juga dengan perubahan sikap Ardi yang begitu drastis setelah mengucapkan kata talak tadi. Dia sempat berpikir jika mungkin mantan suaminya itu menyesal karena telah mengakhiri hubungan itu. Tetapi sejurus kemudian seperti ada yang kembali mengingatkan pada Sarah. Seperti apa sikap Ardi, yang selama mereka menikah malah sama sekali tak pernah memperlakukan dia seperti layaknya seorang istri."Tentu Mas. Tuhan tak pernah tidur.

  • Mantan Istriku Ternyata Pewaris Nomor Satu   Bab 261. Badai Pasti Berlalu

    "Terima kasih telah terus bersama dengan Sarah, Bu. Jika tak ada ibu, mungkin Sarah sudah semakin hilang arah." Sarah kemudian memeluk ibunya .Tak terkira rasa terima kasih Sarah pada sang ibu. Karena memang tak ada lagi tempat kita kembali selain pada ibu. Wanita yang benar benar menyayangi kita apa adanya tanpa balas jasa.Terhitung sudah dua hari Sarah kembali pulang ke rumah kontrakan Bu Endang. Setelah kemarin ditalak Ardi dan diusir dari rumah mantan suaminya itu. Untung saja pernikahan mereka hanya pernikahan siri alias secara agama, jadi tak perlu repot repot menuju ke pengadilan agama. Tak butuh proses lama untuk menjadikan Sarah berstatus menjadi janda.Kadang memang banyak hal rasanya seperti membuat kita kecewa, seakan Tuhan tak menuruti segala keinginan kita. Padahal sebenarnya semua itu adalah berkah, karena Tuhan nyatanya tidak memberikan apa yang kita inginkan, tetapi apa yang kita butuhkan."Maaf ya, dulu ibu sempat melarang karena kamu hanya akan dinikahi di balik t

  • Mantan Istriku Ternyata Pewaris Nomor Satu   Bab 260. Janda Bahagia

    "Kamu nggak kerja, Sarah?" Bu Endang bertanya pada Sarah setelah mereka berdua baru saja selesai melaksanakan salat subuh.Sarah mencium punggung tangan ibunya dengan takdzim. "Belum untuk sekarang Bu. Mungkin besok." Sarah berkata sambil tersenyum manis."Jika memang kamu sudah tak nyaman kerja disana, lebih baik kamu cari kerja di tempat lain saja, Sarah." Raut wajah wanita paruh baya itu nampak khawatir.Tak salah jika akhirnya Bu Endang jadi mengkhawatirkan tentang tempat kerja Sarah. Setelah kini Sarah tak lagi menjadi istri Ardi, Bu Endang merasa takut jika Sarah tak akan nyaman bekerja satu kantor dengan sang mantan suami. Apa lagi mengingat jika hubungan yang pernah terjalin dulu begitu tidak baik.Sarah tersenyum penuh artis, ditepuknya telapak tangan Bu Endang yang sejak tadi masih digenggamnya. "Sarah belum memikirkan hal itu Bu. Nanti malam saja." Ada hal yang tentu saja disembunyikan oleh Sarah. Apa lagi jika bukan rasa sakit hati. Hanya saja tentu wanita itu tak ingin me

DMCA.com Protection Status