"Jika saja aku tak gampang goyah, tentu saat ini aku masih bahagia bersama Rara dan juga Bella. Kami pasti masih jadi keluarga yang bahagia tanpa campur tangan orang luar."Hati Bu Endang mencelos mendengar curahan hati sang anak. Rasa bersalah yang ada dalam hatinya semakin besar saja. 'Ya Tuhan, ampuni semua kesalahanku. Aku memang yang membuat Rara dan Nizam berpisah. Berikanlah lagi kebahagiaan untuk putraku."Sarah juga tak luput dari rasa bersalah. "Sudahlah, Zam. Semua Jan sudah terjadi. Kami memang salah dan sangat menyesal dengan semua itu," ucap yang merasa tak enak."Ibu juga minta maaf Zam. Andai saja waktu ini bisa diputar, tentu ibu ingin memperbaiki semua kesalahan. Ibu akan memperlakukan Rara seperti seharusnya. Sungguh ibu sangat menyesal," timpal Bu Endang.Beribu kali kata maaf dan penyesalan itu terucap, tetapi tentu saja itu akan bisa merubah keadaan.Nizam kembali tersenyum kecut. "Nizam mengerti Bu, Mbak Sarah. Semua sudah terlanjur dan terlambat." Nizam ternya
"Kami berangkat dulu, Tante." Stella pun menyalami ibunda Raja, Sinta. "Iya," jawab Sinta dengan wajah yang datar. Sejak tadi, saat Stella datang ke rumah Raja, untuk menjemput pria itu datang ke sebuah pesta, wanita paruh baya itu memang lebih memilih untuk irit bicara. Lebih fokus pada bayi Thea saja yang sejak tadi memang terus berada dalam gendongannyaStella merasa tak enak juga sebenarnya, tetapi seperti biasa dia mencoba untuk tetap tersenyum ramah. 'Sudah resiko Stella. Jangan baper!' Stella terus mencoba mengingatkan dirinya sendiri."Kami berangkat dulu." Kali ini ganti Raja yang berpamitan sambil mencubit gemas pipi Thea."Hati hati ya, Kak!" Jeny menimpali dengan senyuman yang terus saja menghiasi wajahnya.Raja dan Stella pun segera berangkat menaiki mobil Stella. Sengaja memang tadi Stella yang menjemput. Bukan karena Raja ngalem atau ingin menimbulkan kesan yang romantis, tetapi karena mobil yang Stella gunakan itu baru. Dibeli menggunakan hasil dari penjualan produk d
"Sini Ma, Thea aku gendong," ucap Jeny saat keduanya telah kembali masuk ke dalam rumah, saat mobil yang dikendarai oleh Raja dan Stella sudah hilang dari pandangan dan keluar dari pekarangan rumah besar itu."Biarin saja sama mama. Dia barusan tidur, nanti kebangun kasihan," jawab Sinta yang memang begitu menyayangi cucu pertamanya itu.Bahkan saking sayangnya, Sinta yang seorang wanita karir itu sampai rela mengorbankan waktunya demi bersama dengan sang cucu. Dulu, dia akan menghabiskan waktu dari pagi hingga malam untuk mengurus bisnis butiknya. Tetapi sekarang, hanya jika perlu saja dia akan mendatangi kantor pusat saja."Aku panggilkan mbak pengasuhnya saja ya Ma, biar ditaruh di kamar?" Jeny kembali menawarkan opsi pada sang ibu."Nggak usah Jeny. Nanti saja biar mama yang bawa Thea ke kamar," tolak Sinta sambil tersenyum.Theana Frederica Sanjaya, nama itulah yang dipilih Jeny untuk bayi mungilnya yang cantik itu. Ketika berada di luar negeri, sebenarnya saat hamil tua Jeny me
"Apa kamu tak memiliki sedikit pun rasa padaku, Raja? Setelah apa yang kita lewati selama ini?"Tatapan mata Raja sedikit menjadi sendu mendengar pertanyaan dari Stella itu. Pertanyaan yang paling dia ingin hindari selama tiga bulan terakhir ini.Setelah mendatangani surat perjanjian itu, sikap Raja terus saja dingin pada Stella. Kadang malah justru ke-agresifan Stella membuat dia semakin kikuk dan tak nyaman. Tetapi ketika artis cantik itu bermanja di depan umum, tentu saja Raja tak bisa berkutik.Seperti ketika keduanya sedang datang di acara syukuran produk yang menjadikan Stella ambasador. Saat itu Stella terus bergelayut manja di lengan Raja. "Apa saat ini Anda berdua tengah menjalin hubungan yang serius?" Seorang wartawan menanyakan saat itu, karena memang saat itu adalah untuk pertama kalinya mereka terlihat mesra di depan publik.Raja saat itu seperti biasa menampakan senyuman terbaiknya, seperti yang biasa dilakukan oleh para petinggi dan para artis. "Seperti yang Anda liha
"Bukankah ini semua hanya sebuah perjanjian? Sebuah sandiwara?"Perkataan yang keluar dari mulut Raja kali ini benar benar membuat hati Stella mencelos. Sakit bercampur dengan kecewa, itu lah yang saat ini dia rasakan. Karena selama tiga bulan ini Stella sudah merasa melakukan segala hal yang terbaik demi untuk bisa mengambil hati Raja, sedikit pun dia bahkan belum pernah mengeluh."Apa yang aku ucapkan tadi salah?" Nyatanya Raja malah tak merasa bersalah sama sekali. "Kamu jahat Raja!" Akhirnya kata kata itu keluar dari bibir Stella. Air mata itu pun luruh tak lagi bisa dibendung.Stella yang biasanya begitu ceria dan tegar, saat ini benar benar menangis. Hatinya begitu kecewa karena sang pujaan hati tak jua peka.Mendengar suara Stella yang parau, Raja pun segera menginjak rem mobil. Dia begitu panik. Untung saja jalanan begitu sepi , sehingga dia bisa menepi dengan begitu mudahnya."Stella kamu menangis?" Raja menoleh pada Stella dengan wajah yang panik.Stella tak menjawab, hany
"Oke, Stella sudah siap. Mari kita lanjutkan perjuangan ini Tuan Raja Sanjaya."Sesaat Raja terdiam melihat perubahan seorang Stella yang begitu cepat. 'ah aku lupa, dia memang seorang artis profesional,' tukas Raja dalam hati sambil tersenyum tipis."Ngapain malah senyam senyum nggak jelas gitu? Ngeledek ya?" Stella yang perasa menoleh pada Raja sambil menarik bibirnya ke kiri.Sontak saja hal tersebut malah membuat Raja terkekeh. Tak dipungkiri, tiga bulan bersama dengan artis cantik itu, banyak hal yang telah dirasakan oleh Raja. Yang tak pernah dia rasakan ketika sedang dekat dengan wanita lain."Jangan pikir saat ini aku sendang berakting ya." Stella masih sewot. "Ayo lekas buka pintu mobilnya."Raja yang masih mengulum senyum pun mengangguk dan melakukan apa yang Stella mau. Membuka pintu mobilnya dan mengulurkan tangan pada artis cantik itu.'eh tumben banget!' sesaat Stella kaget dengan apa yang dilakukan oleh Raja tersebut. Ini untuk pertama kalinya saat mereka melakukan hubu
"Tidak apa apa, hanya keselip saja mungkin tadi," ucap Raja pada si penannya.Saat Stella menoleh pada pria tersebut, langsung aja matanya terbelalak. "Vino?!"Tadi memang posisi Stella membelakangi pria itu, jadi dia sekarang kaget karena pria tersebut tak lain adalah sang mantan kekasih.Tadi juga Stella tak begitu fokus saat mendengar suara Vino, karena masih kaget akan terjatuh.Pertemuan terakhir kali dengan mantan kekasihnya itu, saat bersama dengan Jeny, sudah membuat Stella tak enak hati, itu lah mengapa saat ini dia tak suka bertemu dengan Vino."Kamu ngapain disini?" Telunjuk mengarah pada pria yang malah terlihat begitu stylish dan berpenampilan sama seperti Raja.Pria bermata sipit itu tersenyum penuh arti. "Iya Nona Stella. Ini saya Vino Bagaskara," jawab Vino sambil menyalami Stella dan kemudian mencium punggung tangan artis cantik itu."Eh! Apaan sih!" Stella segera menarik tangannya, dia merasa tak suka dengan apa yang dilakukan oleh mantan kekasih nya itu. Meski itu k
"Semua memang benar Tuan Vino. Tetapi itu hanya masa lalu, karena saat ini saya sudah memiliki Raja untuk masa depan saya." Stella berucap dengan penuh percaya diri sembari langsung mengandeng tangan Raja. "Memang benar Anda pernah hadir dalam hidup saya, tetapi itu sudha lewat dan bahkan saya pun sebenarnya sudah melupakan hal itu dari lama."Raja kembali dibuat kaget oleh Stella, karena kembali melihat kesungguhan hati wanita itu. Padahal menurutnya, Vino dari segi penampilan jauh lebih baik dibandingkan dia. Dalam segi materi, mungkin pria bermata sipit ini sudah hampir bisa disejajarkan dengan dia. Bahkan beberapa bisnis Vino saat ini sedang berkembang pesat dan kemungkinan bisa menambah beberapa kali lipat pundi pundi kekayaan untuk Vino.Sedangkan Vino, saat itu tersenyum kecut. Nampak sekali rasa kecewa di wajah berkacamata mata itu."Ya ... Maafkan saya karena telah mengungkapkan hal ini," ucapnya lagi. "silahkan dinikmati hidangannya, karena saya ingin ke toilet." Raja seg