"Oke, Stella sudah siap. Mari kita lanjutkan perjuangan ini Tuan Raja Sanjaya."Sesaat Raja terdiam melihat perubahan seorang Stella yang begitu cepat. 'ah aku lupa, dia memang seorang artis profesional,' tukas Raja dalam hati sambil tersenyum tipis."Ngapain malah senyam senyum nggak jelas gitu? Ngeledek ya?" Stella yang perasa menoleh pada Raja sambil menarik bibirnya ke kiri.Sontak saja hal tersebut malah membuat Raja terkekeh. Tak dipungkiri, tiga bulan bersama dengan artis cantik itu, banyak hal yang telah dirasakan oleh Raja. Yang tak pernah dia rasakan ketika sedang dekat dengan wanita lain."Jangan pikir saat ini aku sendang berakting ya." Stella masih sewot. "Ayo lekas buka pintu mobilnya."Raja yang masih mengulum senyum pun mengangguk dan melakukan apa yang Stella mau. Membuka pintu mobilnya dan mengulurkan tangan pada artis cantik itu.'eh tumben banget!' sesaat Stella kaget dengan apa yang dilakukan oleh Raja tersebut. Ini untuk pertama kalinya saat mereka melakukan hubu
"Tidak apa apa, hanya keselip saja mungkin tadi," ucap Raja pada si penannya.Saat Stella menoleh pada pria tersebut, langsung aja matanya terbelalak. "Vino?!"Tadi memang posisi Stella membelakangi pria itu, jadi dia sekarang kaget karena pria tersebut tak lain adalah sang mantan kekasih.Tadi juga Stella tak begitu fokus saat mendengar suara Vino, karena masih kaget akan terjatuh.Pertemuan terakhir kali dengan mantan kekasihnya itu, saat bersama dengan Jeny, sudah membuat Stella tak enak hati, itu lah mengapa saat ini dia tak suka bertemu dengan Vino."Kamu ngapain disini?" Telunjuk mengarah pada pria yang malah terlihat begitu stylish dan berpenampilan sama seperti Raja.Pria bermata sipit itu tersenyum penuh arti. "Iya Nona Stella. Ini saya Vino Bagaskara," jawab Vino sambil menyalami Stella dan kemudian mencium punggung tangan artis cantik itu."Eh! Apaan sih!" Stella segera menarik tangannya, dia merasa tak suka dengan apa yang dilakukan oleh mantan kekasih nya itu. Meski itu k
"Semua memang benar Tuan Vino. Tetapi itu hanya masa lalu, karena saat ini saya sudah memiliki Raja untuk masa depan saya." Stella berucap dengan penuh percaya diri sembari langsung mengandeng tangan Raja. "Memang benar Anda pernah hadir dalam hidup saya, tetapi itu sudha lewat dan bahkan saya pun sebenarnya sudah melupakan hal itu dari lama."Raja kembali dibuat kaget oleh Stella, karena kembali melihat kesungguhan hati wanita itu. Padahal menurutnya, Vino dari segi penampilan jauh lebih baik dibandingkan dia. Dalam segi materi, mungkin pria bermata sipit ini sudah hampir bisa disejajarkan dengan dia. Bahkan beberapa bisnis Vino saat ini sedang berkembang pesat dan kemungkinan bisa menambah beberapa kali lipat pundi pundi kekayaan untuk Vino.Sedangkan Vino, saat itu tersenyum kecut. Nampak sekali rasa kecewa di wajah berkacamata mata itu."Ya ... Maafkan saya karena telah mengungkapkan hal ini," ucapnya lagi. "silahkan dinikmati hidangannya, karena saya ingin ke toilet." Raja seg
"Tunggu Stella!"Stella yang akan melangkah sejenak berhenti karena mendengar panggilan itu. Dia tentu saja masih ingat dengan jelas siapa pemilik suara bariton itu."Ada apa lagi Tuan Vino?" Stella memang sengaja berhenti sejenak. "Ah iya, aku mau berterima kasih karena ucapan kamu tadi membuat Raja semakin takut kehilangan aku."Dengan wajah sumringah Stella berucap seperti itu. Dia merasa memang per temuan dengan Vino di pesta ini membawa beberapa keuntungan baginya. Sehingga Stella merasa perlu berterima kasih."Maksudnya?" Pria berkacamata itu seperti tak mengerti arah pembicaraan Stella."Ya ... Karena kamu tadi mengatakan jika kita dulu pernah punya hubungan. Raja cemburu berat dan itu berarti dia sangat sayang padaku." Stella yang masih nampak bahagia mengungkapkan perasaannya.Tanpa dia sadari hal itu malah seperti membuat luka baru di hati Vino. Pria berkulit putih bersih itu hanya tersenyum kecut, menyadari jika sang pujaan hati malah begitu bahagia merasa dicintai oleh oran
"Tak masalah Tuan Vino. Ini sudah malam dan waktunya untuk Stella pulang. Terima kasih atas jamuannya."Hanya dengan menganggukkan kepala, Raja lalu mengandeng Stella dan mengajaknya keluar dari gedung itu.Stella hanya tersenyum saat melihat wajah Vino yang nampak pias. Bukannya jahat, tetapi saat ini Stella sama sekali memang tak memperdulikan mantan kekasihnya itu, karena saat ini hatinya sudah merasa sangat bahagia.Selama berada di pesta ini, Raja sudah menyelamatkan dia sebanyak dua kali. Satu saat akan terjatuh tadi dan kemudian saat bisa lepas dari Vino.Jujur, saat tadi Vino menceritakan kisah hidupnya saat berusaha memantaskan diri untuk Stella, saat itu juga terbit perasaan iba. Hingga dan rasanya tak enak untuk langsung pergi begitu saja, kedatangan Raja yang tiba tiba malah membuatnya begitu tenang."Ini masih sore Tuan Raja," ucap salah seorang kolega saat Raja melintas masih dengan mengandeng tangan Stella."Haha ... Ada sedikit urusan yang mendadak." Raja menjawab den
Wajah Raja langsung nampak pias dan menghentikan aktivitas nya bermain ponsel. "Aku cemburu?" Pria itu terkekeh sesaat. "Kalau benar apa salah?"*"Kak Stella nggak mampir dulu?" Jeny bertanya sembari berdiri di samping mobil Stella. Saat ini Stella sudah duduk di kursi kemudinya, setelah Raja turun dan saat ini berdiri juga tepat di samping Jeny."Emm----"Stella tersenyum manis dan dengan segera ingin menjawab pertanyaan dari Jeny itu, tetapi ketika Stella masih bergumam, Raja malah menyambar terlebih dahulu."Ini sudah malam Jeny. Tak baik bagi seorang wanita pulang sendiri terlalu larut," ucap Raja dengan wajah dingin.Jeny mengerucutkan bibirnya dan sesaat menatap malas pada sang kakak, lalu melihat pada arloji mewah yang melingkar di tangannya."Ini masih pukul sepuluh malam Kak." Protes Jeny."Iya itu sudah malam! Cepatlah pulang, Stella. Atau buat diantar sama anak buahku?" Sepertinya Raja begitu khawatir pada Stella, dengan wajah yang tak bersahabat.Membuat Jeny menarik sala
"Stella. Dia memang sungguh unik." Setalah telah sampai di kamarnya, Raja segera membaringkan tubuhnya di ranjang, sambil memejamkan matanya.Senyum terkembang di bibir pria tampan pemilik manik mata hitam putih pekat itu. Membayangkan nama wanita yang baru saja dia sebut."Ah ... Kenapa aku malah membayangkan Stella?" Nata Raja terbuka dibarengi dengan kekehan.Sepertinya pria itu masih juga belum sadar dengan perasaanya pada Stella. Wanita cantik yang malam ini membuat hatinya seperti roller coaster."Lebih baik aku tidur dan tak terbawa oleh suasana."Raja bangkit dan akan segera menuju ke kamar mandi untuk membersihkan diri dan ingin segera untuk istirahat. Tetapi langkahnya terhenti saat ponsel yang ada di nakas berdering, menandakan sebuah panggilan masuk."Siapa malam malam begini?" tanya Raja sambil berjalan menuju kembali ke arah nakas. "Apa itu Stella?"Dan lagi, pikirannya saat ini malah tertuju pada Stella yang mungkin saja saat ini memang belum sampai rumah. Sekedar inf
"Kakak harus jaga kesehatan dong. Sudah aku bilang kan jangan forsir diri pada pekerjaan saja." Rara mengomel saat menjenguk Satria yang memang sedang sakit di rumah.Satria malah terkekeh melihat adiknya yang sejak datang tadi memang terus berbicara tanpa putus. "Kenapa setelah menikah dengan Arjuna, kamu jadi bawel ya?" ucap Satria yang memang merasa pusing.Sejak kemarin Satria memang merasa drop, memang benar dia kecapekan karena terus bekerja seperti tak kenal lelah. Sehingga akhirnya tubuhnya tak bisa menerima hal itu. Sedangkan Rara tahu karena mendapat telepon dari salah satu asisten rumah tangga di kediaman keluarga Wijaya.Rara mendengus dan malah memelototi sang kakak. "Ya ampun, Kak. Aku ini kan nggak bawel. Semua hanya demi kebaikan Kak Satria saja." Rara terus menyiapkan semangkuk bubur ayam pada kakaknya. "Kalau bukan aku, lalu siapa lagi? Toh kakak juga sampai sekarang nggak mau nikah, nggak punya juga malah," ucap Rara sambil sedikit bercanda.Satria menghela nafas pa