Share

Bab 191. Kakak Beradik Wijaya

Penulis: Anggrek Bulan
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Kakak harus jaga kesehatan dong. Sudah aku bilang kan jangan forsir diri pada pekerjaan saja." Rara mengomel saat menjenguk Satria yang memang sedang sakit di rumah.

Satria malah terkekeh melihat adiknya yang sejak datang tadi memang terus berbicara tanpa putus. "Kenapa setelah menikah dengan Arjuna, kamu jadi bawel ya?" ucap Satria yang memang merasa pusing.

Sejak kemarin Satria memang merasa drop, memang benar dia kecapekan karena terus bekerja seperti tak kenal lelah. Sehingga akhirnya tubuhnya tak bisa menerima hal itu. Sedangkan Rara tahu karena mendapat telepon dari salah satu asisten rumah tangga di kediaman keluarga Wijaya.

Rara mendengus dan malah memelototi sang kakak. "Ya ampun, Kak. Aku ini kan nggak bawel. Semua hanya demi kebaikan Kak Satria saja." Rara terus menyiapkan semangkuk bubur ayam pada kakaknya. "Kalau bukan aku, lalu siapa lagi? Toh kakak juga sampai sekarang nggak mau nikah, nggak punya juga malah," ucap Rara sambil sedikit bercanda.

Satria menghela nafas pa
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Mantan Istriku Ternyata Pewaris Nomor Satu   Bab 192. Hanya Wejangan

    Bab 192"Ah iya, Kak Sarah, kakaknya Nizam, akan dipersunting oleh salah satu karyawan Jaya Corp.," ucap Rara memberikan kabar.Kening Satria langsung berkerut mendengar hal itu. "Ra ... Seharunya kamu tak berhubungan lagi dengan keluarga itu. Kakak tak suka."Wajah Satria yang tadi nampak bersahabat, saat ini malah mulai mengeras.Degh'kenapa kakak masih berkeras hati seperti itu?' Sesaat Rara bergumam dalam hati."Kenapa Kak? Itu kah sudah masa lalu, mereka juga sudah meminta maaf." Rara bertanya dengan suara lirih. "Dan lagi pula, Kak Sarah saat ini juga bekerja di Jaya Corp."Rara memang belum membicarakan tentang hal ini pada Satria dulu, bukan karena apa apa, tetapi karena memang dia lupa. Saat memberikan pekerjaan untuk Sarah itu, saat itu memang sedang riweh untuk acara persiapan pernikahan Rara dan Arjuna. Jadi rasanya tak ada waktu untuk membicarakan hal itu. Ditambah lagi Rara berpikir jika hal yang dia ambil juga tidak salah.Satria nyatanya malah membuka mulutnya lebar-

  • Mantan Istriku Ternyata Pewaris Nomor Satu   Bab 193. Terlalu Cepat

    "Apa kamu benar benar sudah siap menikah dengan Ardi?" Bu Endang bertanya pada Sarah yang sedang menunggu kedatangan keluarga Ardi saat itu. "Apa nggak lebih baik hanya tunangan saja dulu, Sarah?" Wanita paruh baya itu nampak khawatir.Sejak tadi dia memegang telapak tangan sang anak sembari berharap cemas menatap ke arah luar rumah kontrakan."Siap, Bu. Doakan saja ya." Sarah tersenyum penuh arti. "Sepertinya Mas Ardi memang jodoh Sarah. lagian usia Sarah kan juga semakin bertambah, Bu. Rasanya tak enak kalau masih tetap sendiri."Sarah yang memakai kebaya warna putih dengan make up sederhana polesan sendiri, nampak ayu saat ini. Karena memang dasarnya dia sudah cantik. Sengaja juga dia tak memakai jasa salon demi mengirit uang. Karena memang Andi pun tak memberikan padanya uang sama sekali.Bu Endang menghela nafas dalam, menyadari jika usia sang putri saat ini memang sudah hampir tiga puluh tahun. Untuk ukuran gadis apa lagi orang tak punya seperti mereka, termasuk dipanggil perawa

  • Mantan Istriku Ternyata Pewaris Nomor Satu   Bab 194. Takut Karma

    "Menikah itu tak hanya melihat enaknya aja Sarah. Semua butuh perimbangan matang. Tahu tentang keluarganya satu sama lain harus menjadi yang utama. Ini bukan untuk sementara, tetapi untuk selamanya," ucap Bu Endang terus berusaha untuk mengingatkan. "Jangan seperti membeli kucing dalam karung. Agar tak menyesal di kemudian hari." Bu Endang pun tak lupa berkaca pada kejadian pernikahan Rara dan Nizam dulu. Bukan karena dia kaget jika tenyata tiba tiba Rara yang dianggap miskin malah ternyata seorang anak dari pemilik kerajaan bisnis paling tersohor di Nusantara ini. Bukan itu.Tetapi lebih karena perlakuan buruknya dan juga anak anaknya dulu pada Rara. Dia yang sekarang sudah banyak berubah, pun menjadi sangat takut dengan yang dinamakan karma. Takut jika ada kejadian buruk yang nanti akan berimbas pada kehidupan anak anaknya Ketika menikah.Meski hal itu terus membayangi pikirannya, tetapi dia tak mau mengatakan hal ini pada Nizam dan juga Sarah. Takut jika hanya membuat mereka kepik

  • Mantan Istriku Ternyata Pewaris Nomor Satu   Bab 195. Karma Di Depan Mata

    Bu Endang hatinya makin merasa tak enak, hanya saja melihat Sarah yang nampak bahagia, dia tak bisa lagi protes. 'Semoga kamu benar benar bahagia dengan Ardi, Sarah.'Bu Endang meremas tangan Sarah yang duduk tepat berada di sampingnya, ada rasa yang tak bisa diungkapkan saat ini. Air mata sudah menggantung di pelupuk mata. Wanita paruh baya itu dengan sekuat tenaga agar bulir bening hangat itu jangan sampai menetes di pipi."Ibu tenang ya," ucap Sarah sambil berbisik di telinga ibunya. "Meski sudah menikah, Sarah akan sering datang kesini Bu."Dalam pikiran Sarah, sang ibu menangis dan sejak tadi terus menangguhkan pernikahannya karena tak ingin Sarah pergi dari rumah saja. Itu lah kenapa dia pun menenangkan hati sang ibu."Benar begitu kan Mas? Jika nanti kita sudah menikah, maka aku masih boleh mengunjungi ibu?" Sarah pun bertanya pada Ardi, demi untuk menenangkan pikiran Bu Endang."Tentu saja." Tanpa menunggu sepersekian detik, Ardi pun memberikan jawaban disertai dengan senyuman

  • Mantan Istriku Ternyata Pewaris Nomor Satu   Bab 196. Tantangan Berikutnya

    "Yang ini bagus nggak sih buat aku?" tanya Stella pada Raja, sembari menunjukkan sebuah dress berwarna hitam di tangannya."Bagus sepertinya." Raja menjawab sambil tersenyum sesaat dan kemudian kembali fokus pada ponselnya.Stella mendengus dan mengerucutkan bibirnya. "Niat nggak sih?!" Raja yang sedang fokus pada ponselnya langsung menoleh. "Ah maaf, ada chat dari asisten pribadiku tadi. Sedikit kendala di lokasi proyek yang baru."Tanpa disuruh oleh Stella, pria tampan itu pun langsung memasukkan ponselnya pada saku. "Sudah Tuan Putri," ucap Raja lagi sambil tersenyum.Stella menarik kedua sudut bibirnya membentuk sebuah senyuman yang teramat manis. "Gitu dong." Stella merasa begitu senang.Setelahnya dia pun menggandeng tangan Raja menuju ke depan kamar pas. "Kamu tunggu sebentar di sini ya, aku ingin mencoba. Nah, baru nanti kasih komentar," ucap Stella dengan suara yang manja."Siap!" Dengan cepat Raja menjawab sambil sedikit membungkukkan badannya ke depan.Rona kebahagiaan beg

  • Mantan Istriku Ternyata Pewaris Nomor Satu   Bab 197. Makin Membingungkan

    "Kamu kan seharusnya kerja, Raja. Bukan keluyuran seperti ini." Nada bicara ibunda Raja yang sewot dan tatapan mata yang tak enak, membuat Stella merasa nyeri di hati. 'ya Tuhan, apa ini ujianku selajutnya?'Stella yang tadi sumringah, sontak saja langsung menunduk, ada rasa nyeri dalam hatinya.Ini adalah pertemuan kedua dengan Sinta, ibunda Raja. Pada pertemuan pertama, saat akan menghadiri pesta Vino, Stella sudah bisa merasakan sikap dingin ibunda Raja. Saat itu Stella berpikiran positif, mungkin Karena saat itu Thea sedang tidur. Sehingga saat di pertemuan kedua ini, Stella berharap lebih. Tetapi nyatanya dia dibuat kecewa lagi, ternyata Sinta masih bersikap begitu dingin. Dan, malah berbicara dengan nada menyindir.Raja tampak tersenyum tipis. menghadapi sang mama. "Ini juga kan lagi kerja Ma. Kerja bareng artis cantik." Sepertinya pria itu ingin mengurai suasana yang beberapa saat tadi sempat tegang. "Kerja kan nggak harus di kantor Ma."Raja menoleh pada Stella yang kini m

  • Mantan Istriku Ternyata Pewaris Nomor Satu   Bab 198. Jangan Menyerah

    "Dari mana kamu bisa menyimpulkan hal itu? Raja saat ini juga seorang pemeran sandiwara yang bagus aktingnya. Sampai bisa membuat semua orang percaya jika kami saling mencintai."Perih hati Stella mengatakan kalimat itu. Entahlah, beberapa bulan terakhir Stella memang merasa dirinya menjadi begitu labil. Kadang dia seperti memiliki semangat juang yang tinggi, pantang menyerah untuk mendapatkan Raja. Tetapi kadang dia seperti orang yang rapuh, gampang sakit hatinya jika mengingat cintanya yang bertepuk sebelah tangan pada Raja."Kak ... Mungkin memang yang kakak rasakan seperti itu. Tetapi aku melihatnya sangat berbeda." Jeny pun mulai mengomentari ucapan Stella. "Kak Raja sudah banyak berubah dan aku bisa merasakan itu. Jika dia tak memiliki rasa cinta pada Kak Stella, dia pasti tak se khawatir tadi."Stella menghela nafas panjang, dia menelaah perkataan Jeny. Bisa jadi seperti Itu, atau tetap semua itu hanya sebuah kebohongan belaka."Semoga saja apa yang kamu pikirkan itu benar. Ten

  • Mantan Istriku Ternyata Pewaris Nomor Satu   Bab 199. Jangan Menikah Dengan Artis

    "Ma, kenapa sih bersikap seperti itu pada Stella tadi?" Ketika telah sampai di rumah, Raja langsung protes pada Sinta.Sinta memutar bola matanya malas. "Memangnya mama tadi bersikap gimana sih, Raja?" jawabnya sambil menaruh barang belanjaannya di meja ruang tamu.Raja mendengus dan menghela nafas panjang. "Ma ... Semua orang yang melihat pasti tahu bagiamana arti dari tatapan mata dan cara bicara mama yang begitu sinis."Sinta tersenyum kecut dan meminta sang putra untuk duduk di sampingnya. "Mama kan begitu sama dia, bukan sama kamu. Kenapa kamu protes?" tanya Sinta sambil menatap lekat wajah Raja dari samping.Saat itu Jeny sedang berada di kamar Thea, jadi dia tak tahu jika kakak dan ibunya itu telah sampai di rumah.Raja sedikit bingung ingin menjawab seperti apa, ketika dia baru membuka mulut, Sinta lebih dulu menyambar."Oh iya mama lupa. Kamu kan bucin sekali ya sama dia. Artis terkenal yang begitu cantik dan sudah membantu produk dari perusahaan kita booming?" Pertanyaan yan

Bab terbaru

  • Mantan Istriku Ternyata Pewaris Nomor Satu   Bab Ending

    "Selamat menempuh hidup baru ya, Raja, Stella. Doa kami semua yang terbaik untuk kamu. Semoga segera memiliki momongan."Rara kembali memberikan selamat pada sahabatnya ini, kali ini saat Raja dan Stella baru saja tadi mengungkapkan janji suci pernikahan. Setelah dua bulan yang lalu mereka juga menggelar acara pertunangan yang mewah."Terima kasih banyak ya. Tanpa kalian,mungkin kali ini kami pun belum bisa bersatu." Stella terus mengenggam tangan Rara. Sahabat yang memang menjadi support utama hubungannya dengan Raja. "Sepetinya para baby gemoy ini nunggu Tante dan Om nya resmi dulu, baru mau launching nih."Stella mengelus perut Rara yang begitu buncit. Rara dan Arjuna yang berada di sampingnya pun terkekeh. "Bisa jadi seperti itu. Karena harusnya HPL kemarin."Ya, memang meski telah terlewat HPL sehari, tetapi Rara belum merasakan tanda tanda kehamilan yang datang. Itu Lah kenapa hari ini dia kekeh untuk datang ke pesta pernikahan itu. "Ah iya, kak Satria juga akan segera melamar

  • Mantan Istriku Ternyata Pewaris Nomor Satu   Bab 267. Part Menuju Ending

    "Bu, Mas Ardi tumben banget sih jam segini belum keluar kamar ya?" Dita yang baru duduk di meja makan, bertanya pada sang ibu sambil menoleh pada kamar sang kakak, yang sejak kemarin sore tak terbuka sama sekali."Iya, dari pulang kerja sudah nggak keluar. Nggak makan malam juga kan?"Ketika Bu Mira masih terdiam, Dewi malah menimpali ucapan adiknya itu. "Halah ... Paling dia itu masih meratapi si Sarah itu," ucap Bu Mira ketus. "Dasar Cemen!"Bu Mira sebenarnya juga sedikit merasa khawatir dengan Ardi. Karena memang setelah Sarah pergi dari rumah ini, putranya itu bahkan tak pernah mau makan. Ardi yang biasanya begitu hangat dengan keluarga, berubah menjadi Ardi yang tertutup dan begitu muram.Padahal ini bukanlah untuk pertama kalinya Ardi menalak istrinya, Sarah adalah yang ketiga, tetapi sungguh saat ini berbeda.Biasanya Ardi biasa saja dan seperti tak lagi memikirkan tentang mantan mantan istrinya itu."Aku kok khawatir ya Bu sama Ardi. Dia itu kayaknya patah hati banget deh keh

  • Mantan Istriku Ternyata Pewaris Nomor Satu   Bab 266. Pasangan Serasi

    "Selamat ya Stella, aku benar benar ikut bahagia. Kalian memang pasangan yang sangat serasi loh." Rara mencium pipi kanan kiri sahabatnya yang malam ini terlihat begitu cantik dalam balutan dres warna putih itu. "Ini semua nggak akan pernah terjadi tanpa bantuan kamu Ra. Pokoknya terima kasih banget loh." Stella memeluk Rara. "Kamu memang sahabat terbaikku."Air mata telah menumpuk di pelupuk mata, tetapi tangis bahagia itu memang sengaja ditekan oleh Stella, karena takut merusak riasan. Malam ini adalah malam pertunangan Stella dengan Raja Sanjaya. Hanya satu hari berselang dari acara jumpa pers yang berakhir menyenangkan itu, keluarga Sanjaya menggelar pesta pertunangan keduanya dengan begitu mewah."Nggak juga. Lebih tepatnya aku hanya perantara sih, yang berperan penting tentu masih tetap Tuhan. Gimana, enak rasanya lebih wow kan, jika cinta di dapat setelah begitu banyak rintangan?" Rara kembali berucap.Kali ini tidak hanya Stella yang tertawa, tetapi Raja juga. Raja pun ter

  • Mantan Istriku Ternyata Pewaris Nomor Satu   Bab 265. Akhirnya Diterima.

    "Raja?!" Stella langsung memekik, saat melihat sosok yang saat ini paling ingin dia hindari berjalan masuk dari pintu keluar. Raja tidak sendiri, tetapi saat ini pria tampan itu bersama dengan Sinta dan juga Jeni."Hei mau apa dia ke sini? Apa kamu bilang juga sama si Raja jika saat ini kamu mengadakan konversi press?" Romi pun langsung bertanya sembari berbisik. Pria kemayu itu benar-benar tak menyangka sama sekali, jika Raja datang. Bukan apa-apa, tetapi setelah tadi Stella mengambil keputusan bahwa akan menjauhi Raja, dan sekarang Raja datang kembali, itu berarti Romi harus kembali menghadapi Stella yang banyak masalah dan banyak pikiran. Dan, itu berarti juga Stella pun akan menunda beberapa jadwal shooting, karena tak bisa fokus untuk melakonkan perannya. Semua itu tentu saja berimbas pada Romi yang merupakan manajernya."Entahlah, Rom. Aku tak tahu." Stella menjawab sembari menggelengkan kepalanya.Stella yang memang menghindari Raja, ingin segera pergi dari ruangan itu. Teta

  • Mantan Istriku Ternyata Pewaris Nomor Satu   Bab 264. Konferensi Pers

    "Duh kenapa aku jadi grogi banget gini sih ROM?" tanya Stella, yang sebentar lagi akan melakukan jumpa pers, pada manajernya yang kemayu itu. Romi menepuk-nepuk pundak sang artis. "Ih kamu ini kayak apa aja sih Stella? Kamu ini kan artis besar, masa sih gini aja Kamu demam panggung? Nggak level banget sih."Apa yang dikatakan oleh Romi itu tadi, sebenarnya bukanlah sebuah ejekan. Tetapi Romi melakukan hal itu untuk memantik semangat Stella yang sepertinya memang telah mulai mengendur."Romi, ini kan bukan sandiwara atau film-film yang sering aku bintangi. Ini nyata Romi, ini hal yang benar-benar terjadi dalam hidupku. Jadi rasanya wajar dong jika aku grogi banget seperti ini." Stella mengelak. Romi memutar bola matanya dengan malas. Dia tahu jika memang konferensi pers yang akan diadakan oleh Stella ini, seperti suatu hal yang tidak diinginkan oleh hatinya Stella. Tetapi artis cantik itu memaksakan kehendak."Makanya dong Stella, Aku kan udah bilang sama kamu, jangan bohongin hati

  • Mantan Istriku Ternyata Pewaris Nomor Satu   Bab 263. Setelan Awal

    Brak brak brak"Dewi bangun!" Pagi buta itu, Bu Mira sudah menggedor pintu kamar Dewi. Setelahnya, wanita itu ganti menggedor kamar Dita, yang terletak tepat di samping kamar Dewi.Brak BrakBrak"Dita bangun kamu. Ini sudah siang! Kamu itu anak gadis, jadi jangan bangun siang-siang!" eriak bu Mira dengan penuh emosi.Merasa tak mendapatkan respon sama sekali dari kedua putrinya, bu Mira pun kembali menggedor dengan keras pintu kamar itu, dengan teriakan yang sangat melengking di pagi hari."Duh ternyata repot banget kalau nggak ada Sarah. Ngapain sih Ardi kemarin itu sampai menalak Sarah? Coba saja ada Sarah, pasti aku sekarang masih tidur dan mainan hp di kamar." Bu Mira begitu emosi dengan dirinya sendiri saat ini.Sejak kemarin malam setelah kepergian Sarah, wanita paruh baya itu tak dapat memejamkan matanya sama sekali. sSepertinya dia merasakan apa yang sedang dirasakan oleh Ardi saat ini. Rasa penyesalan karena telah mengusir Sarah dari rumah ini."Seharusnya Ardi juga menge

  • Mantan Istriku Ternyata Pewaris Nomor Satu   Bab 262. Menyesal?

    "Dasar perempuan jalang! Cepat pergi kamu dari rumah ini!" Bu Mira kembali berteriak, saat itu Ardi pun sedikit kaget. "Cepat pergi atau kuse-ret kamu!!"Bu Mira sudah akan maju untuk menyeret Stella, sedangkan Dewi dan Dita mengikuti di belakangnya."Hentikan Bu!" Yang berteriak ternyata bukan Sarah, tetapi Ardi. "Jangan lagi menghina Sarah."Raut wajah para anggota keluarga itu nampak terkejut dengan ucapan pria itu. Kemudian Ardi menoleh pada Sarah. "Pergilah Sarah. Semoga kamu bisa mendapatkan ganti yang lebih baik dariku. Maafkan aku ya."Sarah sedikit kaget juga dengan perubahan sikap Ardi yang begitu drastis setelah mengucapkan kata talak tadi. Dia sempat berpikir jika mungkin mantan suaminya itu menyesal karena telah mengakhiri hubungan itu. Tetapi sejurus kemudian seperti ada yang kembali mengingatkan pada Sarah. Seperti apa sikap Ardi, yang selama mereka menikah malah sama sekali tak pernah memperlakukan dia seperti layaknya seorang istri."Tentu Mas. Tuhan tak pernah tidur.

  • Mantan Istriku Ternyata Pewaris Nomor Satu   Bab 261. Badai Pasti Berlalu

    "Terima kasih telah terus bersama dengan Sarah, Bu. Jika tak ada ibu, mungkin Sarah sudah semakin hilang arah." Sarah kemudian memeluk ibunya .Tak terkira rasa terima kasih Sarah pada sang ibu. Karena memang tak ada lagi tempat kita kembali selain pada ibu. Wanita yang benar benar menyayangi kita apa adanya tanpa balas jasa.Terhitung sudah dua hari Sarah kembali pulang ke rumah kontrakan Bu Endang. Setelah kemarin ditalak Ardi dan diusir dari rumah mantan suaminya itu. Untung saja pernikahan mereka hanya pernikahan siri alias secara agama, jadi tak perlu repot repot menuju ke pengadilan agama. Tak butuh proses lama untuk menjadikan Sarah berstatus menjadi janda.Kadang memang banyak hal rasanya seperti membuat kita kecewa, seakan Tuhan tak menuruti segala keinginan kita. Padahal sebenarnya semua itu adalah berkah, karena Tuhan nyatanya tidak memberikan apa yang kita inginkan, tetapi apa yang kita butuhkan."Maaf ya, dulu ibu sempat melarang karena kamu hanya akan dinikahi di balik t

  • Mantan Istriku Ternyata Pewaris Nomor Satu   Bab 260. Janda Bahagia

    "Kamu nggak kerja, Sarah?" Bu Endang bertanya pada Sarah setelah mereka berdua baru saja selesai melaksanakan salat subuh.Sarah mencium punggung tangan ibunya dengan takdzim. "Belum untuk sekarang Bu. Mungkin besok." Sarah berkata sambil tersenyum manis."Jika memang kamu sudah tak nyaman kerja disana, lebih baik kamu cari kerja di tempat lain saja, Sarah." Raut wajah wanita paruh baya itu nampak khawatir.Tak salah jika akhirnya Bu Endang jadi mengkhawatirkan tentang tempat kerja Sarah. Setelah kini Sarah tak lagi menjadi istri Ardi, Bu Endang merasa takut jika Sarah tak akan nyaman bekerja satu kantor dengan sang mantan suami. Apa lagi mengingat jika hubungan yang pernah terjalin dulu begitu tidak baik.Sarah tersenyum penuh artis, ditepuknya telapak tangan Bu Endang yang sejak tadi masih digenggamnya. "Sarah belum memikirkan hal itu Bu. Nanti malam saja." Ada hal yang tentu saja disembunyikan oleh Sarah. Apa lagi jika bukan rasa sakit hati. Hanya saja tentu wanita itu tak ingin me

DMCA.com Protection Status