“Aku akan membuatmu menyesal karena telah mencampakkanku, Jovan!” pekik Luna dengan suara penuh kemarahan, lalu dengan langkah cepat ia pergi, meninggalkan Jovan sendirian dengan perasaan yang campur aduk antara rasa sakit hati dan kebingungan.Jovan masih berdiri di tempatnya, memegang pipinya yang terasa panas karena tamparan Luna tadi. “Oh, wanita itu. Mengapa aku bisa terlena dulu olehnya,” gerutunya dalam hati, merasa menyesal dan menyalahkan diri sendiri karena memilih Luna daripada Cassandra.“Cassandra … jika memang kau tidak bisa aku ambil dengan cara baik-baik, maka aku akan melakukan apa saja demi mengambilmu kembali!” ucapnya dengan suara yang penuh dengan tekad, lalu melangkahkan kakinya menuju parkiran mobilnya.Tubuhnya sedikit gontai karena efek mabuk yang ia rasakan, namun tekadnya tidak goyah. Jovan menarik napas dalam-dalam, mengukir rencana yang akan ia lakukan untuk mengambil kembali Cassandra dari Kendrick.“Kau tahu, Kendrick? Kau sangat tidak pantas memiliki Ca
Kendrick duduk di tepi tempat tidur, wajahnya penuh perhatian saat memandang Cassandra yang duduk di sebelahnya dengan ekspresi khawatir."Sayang," ucap Kendrick dengan lembut, "kamu tak perlu membebani dirimu dengan pikiran seperti itu. Kita baru menikah beberapa minggu, dan masa-masa ini seharusnya kita nikmati bersama, tanpa tekanan."Cassandra menundukkan kepalanya, tatapannya terpaku pada lantai. "Tapi, Kendrick. Rasa takut selalu menghantuiku. Aku tidak bisa menghindarinya."Kendrick menggapai tangan Cassandra dengan lembut dan memeluknya erat. "Kamu tidak sendiri, Sayang. Kita bisa melalui ini bersama-sama. Dan jika kamu merasa ragu atau takut, kita bisa mencari bantuan bersama, termasuk memeriksa kesuburan kita."Cassandra tersenyum tipis mendengar kata-kata pengertian dari Kendrick. "Baiklah. Aku akan mencoba untuk tidak membiarkan ketakutan itu menguasai pikiranku.""Bagus," ucap Kendrick sambil mengusap lembut punggung Cassandra, "sekarang, kau sebaiknya mandi. Sudah hampir
Kendrick menaikkan alisnya dengan sedikit keheranan saat Jovan tiba-tiba menghampirinya. Dia tetap tenang, meskipun matanya penuh perhatian saat menatap Jovan."Yeah. Apa yang ingin kau sampaikan padaku, Jovan?" tanya Kendrick dengan santai, namun intonasi suaranya tetap tegas, menunjukkan bahwa dia siap menghadapi apapun yang akan dikatakan Jovan.Jovan menatap tajam Kendrick, wajahnya penuh dengan intimidasi. "Kau benar-benar keras kepala! Mengapa kau masih tetap melanjutkan pernikahanmu dengan Cassandra, huh?" tanyanya dengan nada yang menantang.Kendrick menyunggingkan senyum tipis. "Sebenarnya itu bukan urusanmu, Jovan. Kau dan Cassandra telah berakhir, Cassandra telah menjadi seorang janda. Lantas, di mana letak kesalahanku, hm? Bukankah kau sendiri yang telah menceraikan Cassandra?""Kurang ajar! Berani sekali kau mengatakan hal itu padaku," pekik Jovan, ekspresinya penuh dengan kemarahan karena merasa tertantang oleh Kendrick.Kendrick menghela napas dengan kasar. "Tentu saja
"Hei!" Luna mendekati Helena yang baru saja hendak memasuki kafe miliknya, tatapannya penuh dengan ketertarikan.Helena menaikkan alisnya, sedikit terkejut oleh kedatangan tiba-tiba Luna. "Kau ... yang dua hari lalu menemui Jovan, bukan?" tanyanya dengan pasti, ingin memastikan identitas Luna."Ya, aku Luna. Aku ingin berbicara denganmu mengenai pertemuan itu," ucap Luna dengan suara yang tegas, namun penuh dengan rasa ingin tahu.Helena mengangguk, memberikan izin pada Luna untuk masuk. "Masuklah. Kafe ini milikku," ujarnya sambil membuka pintu lebih lebar."Oh, baguslah kalau begitu. Kita bisa bicara di ruang kerjamu kalau begitu?" tanya Luna dengan sopan."Boleh," jawab Helena sambil memimpin Luna menuju ruang kerja di belakang kafe, diikuti oleh Luna yang penasaran.Ketika mereka tiba di ruang kerja, Helena duduk di kursi di depan meja, sementara Luna mengambil tempat di kursi di hadapannya."Ada apa? Apa yang ingin kau bicarakan denganku, Luna?" tanya Helena sambil meletakkan tas
Kendrick menggelengkan kepalanya dengan lembut, mencoba menenangkan Cassandra. “Tidak. Aku tidak menyembunyikan sesuatu darimu. Mengapa kau berkata demikian, hm?” tanyanya dengan nada yang penuh dengan kejujuran, berusaha meyakinkan Cassandra bahwa semuanya baik-baik saja.Namun, keraguan masih terpantul di mata Cassandra. “Apa kau yakin? Kendrick, aku tahu kau baru saja bertemu dengan Jovan, kan?” tanyanya lagi, mencoba menggali lebih dalam.Kendrick mengangguk, mengakui pertemuan tersebut. “Ya. Kau benar. Aku dan Jovan memang bertemu. Namun, tidak lama. Karena aku tak mau merespon apa pun yang dia katakan,” jelasnya dengan jujur, mencoba memberikan penjelasan yang memadai.Cassandra mengangguk, namun ekspresi wajahnya masih menunjukkan ketidakpuasan. “Lantas, apa yang dia katakan padamu?” tanyanya kembali, ingin tahu tentang isi percakapan antara Kendrick dan Jovan.Kendrick menarik napas dalam-dalam seraya menatap wajah Cassandra dengan penuh perhatian. Dia tahu Cassandra ingin tah
Kendrick semakin geram dengan apa yang dilakukan oleh Jovan padanya. Sampai membuat Cassandra jadi salah paham dan hampir membencinya.“Tuan Kendrick? Anda memanggil saya?” tanya Arch ketika Kendrick meminta Serly menghubungi Arch untuk menghampirinya.“Ya, Arch. Aku butuh update terbaru tentang Jovan,” ujar Kendrick dengan nada tegang.Arch mengangguk, mengerti urgensi dari permintaan itu. “Kabar terbaru yang saya dapatkan hanyalah dia tengah mencari tahu ke mana saja Anda akan pergi. Entah apa maksud dari itu semua, namun saya pikir jika Jovan ingin melakukan sesuatu kepada Anda di sana.”Wajah Kendrick semakin mengeras. “Apa? Dia benar-benar telah melampaui batas! Dia tak bisa terus mengganggu hidupku dan merusak rumah tanggaku. Ini sudah cukup!”Kendrick mengepalkan tangannya lalu menarik napasnya dalam-dalam. “Baiklah. Jika ada informasi lagi, segera beri tahuku. Kali ini dia tidak boleh me
Waktu telah menunjukkan pukul dua belas siang. Jam makan siang telah tiba, dan kini Kendrick tengah menyusuri jalan menuju gedung milik sang istri—Cassandra.“Hh! Rasanya sudah tidak sabar ingin memberikan makan siang untuk Cassandra,” ucapnya dengan senyum mengembang di bibirnya. Ia ingin memberikan yang terbaik untuk istrinya agar Cassandra tahu, bahwa ia benar-benar mencintai wanita itu.Setelah lima belas menit lamanya, Kendrick akhirnya tiba dan kini tengah mengayunkan langkahnya menuju ruang kerja sang istri.“Selamat siang, Tuan Kendrick,” sapa sang security saat melihat suami dari bosnya itu lewat.Kendrick membalasnya dengan senyum tipis yang terbit di bibirnya. Ia pun masuk ke dalam lift menuju ruang kerja sang istri. Sesekali, ia membuang napasnya untuk menghilangkan kegugupan dalam dirinya.Hingga tiba di lantai dua puluh lima, Kendrick kembali melangkah memasuki ruangan tersebut. "Emme?" panggil Kendrick ketika melihat sahabat istrinya itu tengah menikmati pizza di atas m
Cassandra menatap Kendrick dengan matanya yang penuh dengan perasaan campur aduk, seperti badai emosi yang tak terkendali di dalamnya.Dia merasakan getaran emosi yang mendalam dalam kata-kata Kendrick, tetapi rasa takut dan keraguan masih menghantui pikirannya."Jangan seperti itu, Kendrick," ucap Cassandra pelan, suaranya gemetar karena keraguan dan kecemasan yang melanda hatinya.Kendrick menangkap kerentanan di dalam suara Cassandra, lalu ia berbicara lagi dengan lembut, mencoba meyakinkannya, "Cassandra. Meskipun kau tidak bisa percaya sepenuhnya padaku, kita bisa membuat perjanjian agar kau bisa tenang menjalani hidup bersamaku."Cassandra menghela napas kasar, merenung sejenak sebelum akhirnya menjawab, "Sebenarnya bukan harta yang aku butuhkan, Kendrick. Melainkan cinta. Kau tahu, mengapa ayah dan ibuku berpisah? Itu semua karena ayahku tidak dapat dipercaya."Kendrick mendengarkan dengan serius, mencoba memahami beban yang dipikul oleh Cas