Emme berjalan dengan langkah ringan menuju meja Cassandra, senyum manis terpampang di wajahnya saat menyapa sahabatnya yang baru kembali ke kantor setelah menikah. "Selamat pagi, wahai pengantin baru yang sedang dimabuk asmara," ucapnya dengan penuh keceriaan.Cassandra menoleh dari layar komputernya, wajahnya yang cantik dipenuhi oleh senyuman hangat. "Emme. Apakah kau telah mengecek surel yang telah kukirimkan padamu?" tanyanya sambil mengalihkan perhatian dari topik asmara yang Emme bawa.Emme menghela napas kasar, seolah merasakan Cassandra ingin membahas pekerjaan. "Oh, Mrs. Kendrick. Sepertinya kau sudah merindukan pekerjaanmu. Sudah, Nyonya Cassandra. Anda tenang saja. Pekerjaan akan segera selesai dalam waktu dekat ini," jawabnya sambil mencoba menenangkan Cassandra yang mulai membawa pembicaraan kembali ke urusan pekerjaan."Good! Aku harus memeriksa beberapa jadwal pertemuan dengan beberapa klien, Emme. Kau bisa membantuku, kan?" Cassandra meminta bantuan Emme dengan wajah p
Kendrick menggenggam erat tangan Cassandra, matanya penuh dengan kepercayaan. “Semoga saja tidak terjadi apa pun. Meski memang harus terjadi, aku yakin, aku akan baik-baik saja,” ucapnya dengan penuh keyakinan.Cassandra hanya diam, matanya mencerminkan keraguan dan kekhawatiran yang dalam. Bagaimana mungkin ia bisa biasa saja sementara Jovan adalah mantan yang paling gila.“Kau tahu, dia yang menceraikan aku, tapi dia juga yang tidak terima kami berpisah. Kau dipukuli setelah tahu aku akan menikah denganmu hingga masuk rumah sakit. Lalu sekarang dia tiba-tiba masuk dalam jajaran kolega yang bekerja sama dalam proyek terbarumu. Wajar bukan, jika aku curiga?” cerita Cassandra dengan nada yang penuh dengan kebingungan.Kendrick mengangguk memahami. “Ya, sangat wajar. Namun, aku tak ingin memikirkan hal itu, Sayang. Sebab jika dia berani membuat onar, aku tidak akan main-main untuk membuatnya jatuh miskin. Kau harus ingat, aku adalah konglomerat terkaya di kotaku,” tegasnya dengan suara
Helena duduk di sebuah bar, tatapannya kosong sambil memegang erat gelas beer-nya. "Argh! Mereka telah resmi menikah dan aku masih belum terima karena wanita jalang itu telah mengambil Kendrick dariku!" pekiknya dengan nada penuh kebencian. Masih belum bisa menerima kenyataan bahwa Kendrick telah menikahi Cassandra.“Aku harus bagaimana? Aku tak bisa melupakan Kendrick,” keluh Helena, wajahnya terlihat penuh dengan keputusasaan.“Aku pikir kau sudah menyerah,” sahut suara tiba-tiba dari sampingnyaHelena menoleh pelan ke arah Jovan, mantan suaminya yang sekarang menjadi sekutunya dalam rencana balas dendamnya. “Tentu saja belum. Memangnya kau sudah menyerah? Mana mungkin. Kau yang sudah mengajakku kerja sama. Namun, gagal,” jawabnya dengan nada tajamJovan tersenyum miring, matanya dipenuhi dengan ketenangan. “Aku sudah mendapatkan banyak rencana untuk menghancurkan hubungan mereka,” ujarnya dengan suara yang penuh dengan keyakinan.Helena menaikkan alisnya, tertarik dengan kata-kata
“Aku akan membuatmu menyesal karena telah mencampakkanku, Jovan!” pekik Luna dengan suara penuh kemarahan, lalu dengan langkah cepat ia pergi, meninggalkan Jovan sendirian dengan perasaan yang campur aduk antara rasa sakit hati dan kebingungan.Jovan masih berdiri di tempatnya, memegang pipinya yang terasa panas karena tamparan Luna tadi. “Oh, wanita itu. Mengapa aku bisa terlena dulu olehnya,” gerutunya dalam hati, merasa menyesal dan menyalahkan diri sendiri karena memilih Luna daripada Cassandra.“Cassandra … jika memang kau tidak bisa aku ambil dengan cara baik-baik, maka aku akan melakukan apa saja demi mengambilmu kembali!” ucapnya dengan suara yang penuh dengan tekad, lalu melangkahkan kakinya menuju parkiran mobilnya.Tubuhnya sedikit gontai karena efek mabuk yang ia rasakan, namun tekadnya tidak goyah. Jovan menarik napas dalam-dalam, mengukir rencana yang akan ia lakukan untuk mengambil kembali Cassandra dari Kendrick.“Kau tahu, Kendrick? Kau sangat tidak pantas memiliki Ca
Kendrick duduk di tepi tempat tidur, wajahnya penuh perhatian saat memandang Cassandra yang duduk di sebelahnya dengan ekspresi khawatir."Sayang," ucap Kendrick dengan lembut, "kamu tak perlu membebani dirimu dengan pikiran seperti itu. Kita baru menikah beberapa minggu, dan masa-masa ini seharusnya kita nikmati bersama, tanpa tekanan."Cassandra menundukkan kepalanya, tatapannya terpaku pada lantai. "Tapi, Kendrick. Rasa takut selalu menghantuiku. Aku tidak bisa menghindarinya."Kendrick menggapai tangan Cassandra dengan lembut dan memeluknya erat. "Kamu tidak sendiri, Sayang. Kita bisa melalui ini bersama-sama. Dan jika kamu merasa ragu atau takut, kita bisa mencari bantuan bersama, termasuk memeriksa kesuburan kita."Cassandra tersenyum tipis mendengar kata-kata pengertian dari Kendrick. "Baiklah. Aku akan mencoba untuk tidak membiarkan ketakutan itu menguasai pikiranku.""Bagus," ucap Kendrick sambil mengusap lembut punggung Cassandra, "sekarang, kau sebaiknya mandi. Sudah hampir
Kendrick menaikkan alisnya dengan sedikit keheranan saat Jovan tiba-tiba menghampirinya. Dia tetap tenang, meskipun matanya penuh perhatian saat menatap Jovan."Yeah. Apa yang ingin kau sampaikan padaku, Jovan?" tanya Kendrick dengan santai, namun intonasi suaranya tetap tegas, menunjukkan bahwa dia siap menghadapi apapun yang akan dikatakan Jovan.Jovan menatap tajam Kendrick, wajahnya penuh dengan intimidasi. "Kau benar-benar keras kepala! Mengapa kau masih tetap melanjutkan pernikahanmu dengan Cassandra, huh?" tanyanya dengan nada yang menantang.Kendrick menyunggingkan senyum tipis. "Sebenarnya itu bukan urusanmu, Jovan. Kau dan Cassandra telah berakhir, Cassandra telah menjadi seorang janda. Lantas, di mana letak kesalahanku, hm? Bukankah kau sendiri yang telah menceraikan Cassandra?""Kurang ajar! Berani sekali kau mengatakan hal itu padaku," pekik Jovan, ekspresinya penuh dengan kemarahan karena merasa tertantang oleh Kendrick.Kendrick menghela napas dengan kasar. "Tentu saja
"Hei!" Luna mendekati Helena yang baru saja hendak memasuki kafe miliknya, tatapannya penuh dengan ketertarikan.Helena menaikkan alisnya, sedikit terkejut oleh kedatangan tiba-tiba Luna. "Kau ... yang dua hari lalu menemui Jovan, bukan?" tanyanya dengan pasti, ingin memastikan identitas Luna."Ya, aku Luna. Aku ingin berbicara denganmu mengenai pertemuan itu," ucap Luna dengan suara yang tegas, namun penuh dengan rasa ingin tahu.Helena mengangguk, memberikan izin pada Luna untuk masuk. "Masuklah. Kafe ini milikku," ujarnya sambil membuka pintu lebih lebar."Oh, baguslah kalau begitu. Kita bisa bicara di ruang kerjamu kalau begitu?" tanya Luna dengan sopan."Boleh," jawab Helena sambil memimpin Luna menuju ruang kerja di belakang kafe, diikuti oleh Luna yang penasaran.Ketika mereka tiba di ruang kerja, Helena duduk di kursi di depan meja, sementara Luna mengambil tempat di kursi di hadapannya."Ada apa? Apa yang ingin kau bicarakan denganku, Luna?" tanya Helena sambil meletakkan tas
Kendrick menggelengkan kepalanya dengan lembut, mencoba menenangkan Cassandra. “Tidak. Aku tidak menyembunyikan sesuatu darimu. Mengapa kau berkata demikian, hm?” tanyanya dengan nada yang penuh dengan kejujuran, berusaha meyakinkan Cassandra bahwa semuanya baik-baik saja.Namun, keraguan masih terpantul di mata Cassandra. “Apa kau yakin? Kendrick, aku tahu kau baru saja bertemu dengan Jovan, kan?” tanyanya lagi, mencoba menggali lebih dalam.Kendrick mengangguk, mengakui pertemuan tersebut. “Ya. Kau benar. Aku dan Jovan memang bertemu. Namun, tidak lama. Karena aku tak mau merespon apa pun yang dia katakan,” jelasnya dengan jujur, mencoba memberikan penjelasan yang memadai.Cassandra mengangguk, namun ekspresi wajahnya masih menunjukkan ketidakpuasan. “Lantas, apa yang dia katakan padamu?” tanyanya kembali, ingin tahu tentang isi percakapan antara Kendrick dan Jovan.Kendrick menarik napas dalam-dalam seraya menatap wajah Cassandra dengan penuh perhatian. Dia tahu Cassandra ingin tah