Rusdi akhirnya ke luar dari area VIP setelah menyapa hampir seluruh menteri. Dia punya kekuatan tepat di bawah Thomas sehingga orang akan segan menolak kehadirannya walaupun Harraz Mall sedang goyah.“Kamu pergi ke area VIP?” Suara pria tua bertanya pada Rusdi yang tengah mengambil minuman non-alkohol. Pria tua itu menoleh dan spontan tersenyum.“Hai, Thomas. Selamat malam!” sapa Rusdi sambil mengangkat gelasnya.Thomas sedikit mengangguk. “Saya tidak ingat memasukkan namamu ke tamu VIP.”Mendapat balasan sapaan yang sinis dari sahabat lamanya, Rusdi tertawa kecil.“Saya berteman baik dengan Pak Sunandar. Beliau mengajak saya bergabung dengannya. Tidak mungkin saya menolaknya, Thomas,” ucap Rusdi.Sunandar adalah Menteri Luar Negeri. Dia sangat menghormati Rusdi.“Ah ya, kamu memang punya banyak teman baik karena sikap ramahmu dibanding saya yang pemurung!” tukas Thomas mengernyitkan dahi.Rusdi masih tersenyum walaupun Thomas selalu membalas ucapannya dengan sinis.“Thomas, saya bisa
“Bukankah kita harus mengundang Nona Gauri ke komunitas kita?” tanya Utari yang sedang menikmati makan malam bersama Arum sambil memperhatikan Gauri dari jauh.Gauri menjadi topik utama di seluruh meja malam ini. Mereka semua takjub dengan kehebatan Gauri. Namun, tidak sedikit juga yang tertarik dengan kehidupan pribadinya sebagai mantan istri Adam Harraz.“Untuk apa? Komunitas kita tidak kekurangan anggota,” ucap Arum langsung menolak ide Utari yang konyol untuknya.“Nona Gauri adalah CEO wanita dari perusahaan nomor satu di Indonesia. Saya bersedia menyerahkan posisi saya sebagai wakil jika Nona Gauri setuju bergabung,” ucap Utari sambil memainkan bibirnya.“Kamu menyimak penjelasan Tuan Thomas, kan? Nona Gauri adalah seorang wanita muda yang pantas dijadikan panutan. Dia bisa membawa banyak perkembangan ke komunitas dan bukan tidak mungkin, perusahaan-perusahaan para suami anggota!” Utari menambahkan dengan antusias.Wanita seusia Arum itu mengunci pandangannya pada Gauri yang seda
Tatapan Lily yang bergetar dan hampir menangis, tiba-tiba berubah gelap. Wanita manis itu menatap tajam Amora.“Tidak ada yang tidak mungkin jika takdir yang tertulis untuk Mas Adam adalah saya,” sahut Lily membela dirinya. Bibirnya mengukir senyum, tetapi tidak matanya.Senyum kemenangan Amora lenyap. Dia tidak tahu Lily yang terlihat polos dan lugu memiliki tatapan seperti itu.Tangan Amora mengepal. Dia masih ingin membalas ucapan Lily, tetapi matanya tidak sengaja menangkap sosok Ezra yang mengawasinya dari jauh.Pria itu memelototinya. Ekspresi Ezra seakan mengatakan supaya Amora mengurungkan niatnya.Amora pergi tanpa mengucapkan kata-kata. Dia menghentakan hak tingginya pada karpet mewah dengan dramatis.“Kamu tidak apa-apa?” tanya Arum menggenggam lengan Lily. Dia merasa khawatir Amora menyakiti calon menantunya yang berharga.Lily mengedipkan matanya dan tatapannya kembali cerah seperti biasa. Dia tersenyum pada Arum.“Sangat tidak apa-apa, Tante.” Lily balas mengelus punggun
“Pesta pertunangan macam apa yang mengundang 600 tamu undangan? Kakek agak ….” Gauri tidak melanjutkan ucapannya, segan mengucapkan kata gila.Wanita itu baru saja membanting tubuhnya di atas sofa ruang tamu griya tawang. Jam menunjukkan pukul dua pagi dan sisa energinya hanya tersisa kurang dari 10 persen.“Kakek hanya memberi saya 50 undangan, begitu pula dengan Ezra. Siapa sangka kalau Kakek memegang 200 undangan!” gerutu Gauri yang kelelahan usai merayakan pesta pertunangannya yang panjang.Undangan tersebut bisa digunakan sebagai akses masuk oleh tamu undangan bersama pasangannya. Sehingga satu undangan akan dihitung dua orang.“Jika Nona menikah dan semua kenalan Tuan Thomas diundang, pesta pernikahan itu tidak akan selesai dalam waktu satu minggu, Nona,” sahut Amelia sambil menarik koper Gauri ke ruang cuci.Gauri mendengkus sebal. “Itu tidak akan terjadi.”Wanita cantik itu tidak berniat menikah dengan Ezra. Justru dia harus segera mencari jalan keluar yang bisa membuat semuan
“Nona akan kembali segar setelah meminum teh hijau yang dicampur obat herbal dari saya,” ucap seorang terapis pijat wanita yang Amelia panggil untuk Gauri.Terapis pijat itu baru saja selesai memijat Gauri. Gauri mengangguk dan mengenakan jubah mandi untuk menutup bagian bahunya yang terbuka.Tubuh Gauri terasa lebih baik, terutama bagian leher dan punggung belakang. Walaupun belum pulih sepenuhnya, Gauri sudah tidak merasakan pegal yang mengganggu.“Saya akan langsung meminumnya,” sahut Gauri tersenyum manis.“Baik. Saya pergi dulu, Nona!” pamit si terapis wanita.“Terima kasih,” ucap Gauri sambil melangkahkan kaki mengekori terapisnya.Sebagai tuan rumah yang baik, Gauri mengantarkan wanita paruh baya itu sampai ke depan griya tawangnya. Lalu, Gauri masuk kembali dan berniat pergi ke dapur.Namun, Gauri tersentak ketika melihat seorang pria sedang bersantai di sofa ruang keluarganya. “Astaga!”Teriakan Gauri membuat pria itu mengangkat wajah dan mengernyitkan dahi. “Ada apa?”Gauri
Gauri turun dari mobil dan menyugar rambutnya. Matanya menyapu ke sekeliling area rumah Keluarga Lenson yang terlihat indah saat waktu senja seperti ini.Rumah besar bergaya Eropa klasik dengan danau buatan di sisi kanan memanjakan matanya.Wanita cantik itu membayangkan betapa tenangnya menghabiskan secangkir teh hijau hangat di dekat sana saat pagi atau sore hari.“Sepertinya saya harus mulai mencari rumah seperti ini,” ujar Gauri pada Amelia.“Nona ingin saya mencarikannya?” Amelia menawarkan.“Kamu bisa melakukannya diam-diam? Rumah itu harus menjadi tempat istirahat saya yang tidak bisa didatangi oleh Ezra, Kakek, bahkan Mas Adam.” Gauri memberi syarat.“Berikan saya waktu, Nona,” izin Amelia.Gauri mengangguk. Lalu, dia mulai melangkah mendekati pintu utama rumah Keluarga Lenson. Sementara Amelia mengekorinya dari belakang.Seorang pria dengan seragam pelayan segera membukakan pintu saat mengenali wajah Gauri. Mereka membungkuk saat Gauri berlalu.“Oh lihat siapa yang datang!” s
“Saya tidak setuju, Pat. Kemampuan Nona Gauri yang diagungkan oleh Tuan Thomas belum terbukti. Jabatan yang sekarang dia peroleh hanya karena garis keturunan, bukan usahanya sendiri.” Nina Topan membuka suara.Utari Giordano, Nyemas Vexya, dan Yuranita Muszo mengangguk setuju. Sementara, setengah yang lain tetap diam.Lingkaran para wanita yang merupakan istri pebisnis kelas atas ini terbelah menjadi dua kubu setelah kehadiran pertama Gauri di pertemuan mereka.“Maaf, Nyonya. Makanan sudah siap!” ujar seorang pelayan wanita pada Patricia.Patricia mengangguk dan tersenyum tipis.“Baiklah, sepertinya kita harus melanjutkan obrolan kita nanti. Saya menyiapkan sup daging, itu lebih enak dinikmati saat hangat. Ayo!” ajak Patricia perlahan bangkit.“Oh ya, Nona Gauri. Adam Harraz dan anak saya, Lily, juga akan bergabung untuk makan malam. Saya harap Nona tidak apa-apa?” Patricia menambahkan dengan mimik khawatir.Gauri memaksakan senyumnya, terlalu terkejut dengan ucapan Patricia.Dia hany
“Apa kamu terlalu banyak minum, Gauri?!” bentak Adam setelah mereka sampai di luar rumah Keluarga Lenson.Wajah Adam memerah dan rahangnya mengeras. Pria itu menatap tajam Gauri.Gauri melepaskan tangannya dari cengkeraman Adam. Namun, secepat kilat Adam kembali mencengkeramnya kembali.“Apa yang kamu bicarakan tadi?!” tanya Adam lagi dengan nada tinggi. “Hanya karena kamu kuliah di luar negeri dan mencapai gelar S2 melalui program akselerasi, lantas kamu sudah merasa hebat, Gauri?!”Gauri meringis kesakitan. Dia balas menatap tajam Adam.“Sakit, Mas!” protes Gauri, tetapi Adam semakin kuat mencengkeram.“Kamu tidak akan bisa mengatasi krisis yang terjadi di Harraz Mall!” cibir Adam sambil menghempaskan tangan Gauri dengan kasar.Lalu, pria itu berbalik badan dan memunggungi Gauri. Adam menyugar rambutnya frustasi sambil melihat langit malam yang sangat gelap.Sementara Gauri mengelus lengannya yang memerah. Dia memandangi punggung tegap Adam dengan tatapan dingin.Gauri menarik napas
Gauri menggenggam tangan Adam dengan erat, menarik pria itu keluar dari aula yang penuh dengan berbagai macam tatapan para tamu undangan. Gaun biru tua wanita itu menyapu lantai, menciptakan desiran halus setiap kali Gauri melangkah cepat.Adam mengikuti tanpa perlawanan, senyuman kecil masih tersungging di wajahnya yang tampan.Tatapan penuh rasa ingin tahu dari para tamu yang mereka lewati tidak membuat pria itu merasa terintimidasi. Sebaliknya, Adam justru tampak menikmati setiap detik pertunjukan yang dia ciptakan.Sampai akhirnya, mereka berhenti di sebuah lorong sepi yang dipenuhi dengan pintu-pintu menuju ruangan kecil untuk panitia dan staf acara.Lampu temaram menciptakan bayangan panjang di dinding, mempertegas aura intens di antara keduanya.Gauri melepas genggaman tangannya, lalu berbalik menghadapi Adam. Tatapan wanita itu tajam, walaupun wajahnya masih sedikit memerah akibat insiden di meja tadi.“Apa yang kamu lakukan tadi di depan banyak orang, Mas Adam?!” seru Gauri s
Sorotan lampu dari panggung utama mengikuti langkah anggun Gauri saat wanita itu melangkah menuju podium. Gaun biru tuanya berkilauan di bawah cahaya lampu, menonjolkan aura berkelas dan memukau yang membuat ruangan seketika terdiam.“Selamat, Nona Gauri!” ucap pembawa acara dengan senyum lebar sambil memberikan piagam penghargaan pada Gauri.Setelah Gauri menerima piagam itu, pembawa acara segera mempersilakannya menuju podium untuk berpidato.Dengan kepala terangkat, Gauri berdiri tegap di belakang mikrofon. Senyuman kecil tersungging di wajahnya, bukan senyum hangat, melainkan senyum formalitas yang hanya wanita itu gunakan di depan rekan bisnis.“Terima kasih kepada panitia dan para dewan juri atas penghargaan ini,” ucap Gauri, suaranya mengalir lembut, memenuhi ruangan yang dipenuhi sosok penting dunia bisnis. “Penghargaan ini adalah bukti nyata kerja keras dan dedikasi seluruh tim di Uno Rekayasa Industri. Tanpa mereka, visi saya tidak akan pernah terwujud.”Saat Gauri melanjutk
Gauri turun dari mobil hitam yang berhenti di depan venue acara Penghargaan Bisnis.Gaun biru tua berpotongan klasik dengan potongan punggung rendah menghiasi tubuhnya dengan sempurna. Kilauan berlian di bahunya memantulkan cahaya lampu sorot, membuat wanita itu tampak seperti ratu.Ezra melangkah keluar terlebih dahulu, lalu dengan sigap mengulurkan tangan untuk membantu Gauri. Senyum lebar menghiasi wajahnya, tetapi mata pria itu sebenarnya sedang mengawasi setiap gerak-gerik tunangannya.“Senyum, Gauri. Kamera sedang menonton kita,” bisik Ezra sambil memegang pinggang wanita itu.Gauri mengangkat dagu sedikit, memamerkan senyum anggun yang dingin. Kamera dari para wartawan berkerlap-kerlip tanpa henti, menangkap setiap langkah mereka di karpet merah.Ezra melingkarkan lengannya di pinggang Gauri, menciptakan citra pasangan sempurna. Pria itu tersenyum penuh kebanggaan.Setelah berhenti di depan kumpulan wartawan, Ezra dan Gauri mulai berpose mesra. Ezra mendekatkan bibirnya ke teli
Ezra berdiri di depan cermin besar di kamar mewahnya. Mata pria itu menatap pantulan dirinya sendiri dengan senyum licik yang menghiasi bibirnya.Jas hitam eksklusif yang dikenakan Ezra membuat penampilannya terlihat sempurna, tetapi ketegangan samar di garis rahangnya tetap terlihat.Ponsel Ezra yang tergeletak di atas meja kecil di samping cermin bergetar. Pria itu segera meraihnya dan menjawab panggilan itu tanpa basa-basi.“Sudah selesai?” tanya Ezra sedikit berbisik.Suara seorang pria terdengar di seberang telepon. “Ya, sudah selesai. Amora meninggal di tempat. Anak kecil itu … dia masih hidup, tapi kehilangan banyak darah. Saya tidak yakin dia bisa bertahan.”Ezra terdiam. Suasana di sekitarnya tiba-tiba menjadi hening. Jantung Ezra berdetak lebih cepat, bukan karena panik, tetapi karena dia sedang memikirkan apa dampak yang mungkin terjadi setelahnya.“Chava ada di sana?” tanya Ezra akhirnya, dengan dingin dan tajam.“Ya, dia bersama Amora saat kecelakaan terjadi. Tidak ada ya
Adam menatap layar laptop dengan tatapan kosong. Berita yang terpampang di sana menghantam pria itu, seperti pukulan keras yang mengenai wajahnya.Pernikahan Gauri Bentlee Uno dan Ezra Damon Akan Digelar Minggu Depan.Kalimat itu terpampang jelas di headline sebuah situs berita ternama. Tidak hanya di situs berita, setiap Adam membuka media sosial, informasi yang sama pun muncul.Walaupun Gauri bukan seorang selebriti, tetapi wanita yang tiba-tiba menjadi konglomerat dan menjabat sebagai CEO Uno Rekayasa Industri adalah hal yang sangat menarik.Adam mengatupkan rahang erat, dan napasnya terasa berat. Pria itu mengepalkan tangan. Sudah dua hari sejak kontak terakhirnya dengan Gauri terputus, dan sekarang berita tidak masuk akal ini justru naik ke permukaan.Brak!Adam memukul meja kerjanya hingga gelas kopi yang berada di sudut meja terguncang. Wajah Adam memerah. Amarah, kebingungan, dan rasa kecewa menyelimuti pikiran Adam.“Bagaimana mungkin? Apa ini keputusan Gauri? Apa Gauri mener
Gauri keluar dari kamar mandi dengan rambut yang masih basah menjuntai di punggung. Wanita itu masih mengenakan jubah mandi berwarna putih dengan bahan lembut.Wajah wanita itu terlihat lebih segar setelah air dingin membasuh kulitnya yang lelah. Namun, berapa kali pun Gauri mencuci rambut, kepala dan pikirannya tetap kacau.Tanpa membuang waktu, Gauri segera melangkah ke meja rias. Dia membuka laci paling bawah, tempat dia menyimpan ponsel pemberian Adam. Gauri tahu betapa berharganya benda itu, dan dia selalu memastikan menyimpannya sesuai dengan instruksi Adam.Tangan Gauri bergerak cepat, menggeser beberapa benda kecil yang memenuhi laci itu. Namun, wanita itu tidak bisa menemukan benda pipih yang dia cari di sana.Hati Gauri mulai berdegup kencang. Jantungnya terasa berat. Dia menarik napas panjang dan merogoh lebih dalam, berharap mungkin ponsel itu tergelincir ke sudut lain laci. Namun, dia tetap tidak menemukan apa-apa.“Di mana ya?” bisik Gauri, kepanikannya mulai merayap.Se
Gauri duduk di tepi tempat tidur sambil memandangi ponsel kecil berwarna hitam di tangannya. Benda pipih itu diam-diam diselundupkan oleh Adam saat pria itu menggenggam tangannya di belakang Thomas.Hanya ada satu kontak yang tersimpan di sana, yaitu Adam Harraz 2. Tidak ada nomor lain, tidak ada akses internet, bahkan kartu SIM di dalamnya, sepertinya khusus hanya untuk berkomunikasi dengan Adam.Wanita itu mendesah panjang, tangannya menggenggam erat ponsel itu. Ponsel itu adalah satu-satunya jembatan yang bisa menghubungkan Gauri dengan satu-satunya orang yang ada di pihaknya saat ini.Pikiran Gauri melayang pada kejadian beberapa jam lalu yang membuat hari itu semakin terasa berat dan panjang.***Gauri duduk di meja kecil di sudut kamarnya. Wanita itu sedang membaca dokumen laporan perusahaan yang sempat dia bawa beberapa hari lalu dari kantor, ketika pintu kamarnya diketuk dengan keras.Tok! Tok! Tok!Gauri menoleh
Ezra memasuki ruang kunjungan Rumah Tahanan Wanita Jakarta Timur. Wajah pria itu tampak tegang, tetapi matanya tetap tajam seperti biasa.Di balik kaca pembatas, Amora menunggunya dengan senyum tipis yang penuh ejekan. Wanita itu duduk dengan tenang, tempat yang membuat dia terisolasi dari dunia luar itu tidak mengurangi sedikit pun keangkuhannya.“Kamu akhirnya datang juga, Ezra.” Amora membuka percakapan dengan santai. Dia menyunggingkan senyum miring.Ezra mengambil tempat di kursi di depannya, tidak membalas sapaan Amora. Tatapan Ezra hanya menyoroti wanita itu dengan penuh kewaspadaan.Sudah beberapa hari pihak rumah tahanan terus menghubungi Ezra karena Amora meminta bertemu. Pria itu terpaksa menggunakan segala cara untuk kembali ke Indonesia walaupun dia sedang tersandung kasus hukum di Belanda.Untunglah, kesehatan Thomas membaik dan pria tua itu masih berpihak pada Ezra. Jadi mereka bisa kembali ke negara ini bersama.“
Adam duduk di sofa ruang tamu griya tawang, berhadapan langsung dengan Thomas yang memandangnya dengan tatapan tidak suka.Atmosfer ruangan terasa semakin menekan, dan Adam harus menjaga ekspresinya tetap netral.“Jadi, apa yang ingin kamu bicarakan, Adam?” tanya Thomas dengan tegas sambil mengetukkan ujung tongkatnya ke lantai.Adam melirik sekilas ke arah Gauri yang berdiri di belakang Thomas. Sebelum pria muda itu sempat menjawab, Thomas berbalik, menatap Gauri dengan tajam.“Kamu tidak perlu berada di sini, Gauri. Kembali ke kamar!” perintah Thomas dengan kedua bola mata yang melebar.Gauri tampak ingin membantah, tetapi pada akhirnya wanita itu hanya mengangguk pelan dan melangkah pergi.Saat melewati Adam, wanita itu meliriknya sekilas, tatapan mereka bertemu selama beberapa detik.Lalu, tanpa bicara sepatah kata pun, Gauri memutus tatapan mereka dan menghilang di balik pintu kama