"Dia adalah cinta pertama Zayn, juga teman masa kecil Zayn, bagaimana?"Aku melihat ke arah kakakku, tertawa dengan rasa iri, "Apa kamu merasa wanita itu jauh lebih baik dari aku? Zayn benci aku, jadi dia pilih wanita itu adalah hal yang normal?""Eh!"Kakakku mengerutkan alis, berbicara dengan suara rendah, "Kapan aku bilang begitu?""Kan kamu bilang aku punya temperamen buruk, tidak heran kalau Zayn tidak suka aku?""Aduh, itu cuma omongan marah, masa kamu beneran percaya?"Kakakku menatapku dengan tatapan kesal.Beberapa saat kemudian, kakakku bergumam, "Aku cuma merasa wanita itu terlihat familier, tapi pasti bukan dia."Aku tidak tahu siapa yang dimaksud oleh kakakku, tetapi dari ekspresinya kelihatan sangat yakin.Aku memalingkan badan, diam-diam memakan kue yang ada di tanganku, tanpa berkata apa-apa.Beberapa saat kemudian, kakakku dengan marah berkata, "Kalau Zayn sudah punya cinta pertama, kenapa sebelumnya dia dengan kejar kamu dengan menggebu-gebu?""Gak tahu!" Aku mengunya
Aku disiksa Zayn selama tiga hari tiga malam di kasur.Dulu dia adalah menantu yang tinggal di keluargaku, bahkan menantu yang rendahan. Aku tidak membiarkannya menyentuhku, juga sering menghinanya.Sekarang aku jatuh miskin, dia malah kaya. Seperti balas dendam, dia pun mulai menyiksaku, seperti tenaganya dalam melakukan hal itu tidak ada habisnya....Suamiku adalah menantu yang tinggal di rumahku.Orang yang aku sukai adalah adiknya, tapi dia malah tidur denganku karena aku mabuk di acara reuni.Hal ini diketahui semua orang.Ayahku hanya bisa menikahiku dengannya, tapi syaratnya adalah dia harus menjadi menantu yang tinggal di keluargaku.Suamiku adalah anak dari ayahnya dan mantan istri. Semenjak ayahnya menikah lagi setelah bercerai, ia tidak begitu diperhatikan lagi oleh ayahnya.Akan tetapi, keluargaku sangat makmur dan aku telah menjadi anak kesayangan orang tuaku sejak kecil. Jadi ayahnya tentu saja ingin dia menjadi menantu kami.Dengan begitu, kami menikah.Akan tetapi, aku
Aku meremas jariku dan menjelaskan tujuanku dengan malu.Sorot mata Zayn tiba-tiba menjadi agak gelap dan dia tersenyum padaku dan bertanya, "Menurutmu atas dasar apa aku akan membantu kalian?"Mengetahui meminta bantuan tidak akan berhasil, aku berkata sambil tersenyum, "Kalau begitu, anggap saja aku tidak pernah ke sini."Benar. Saat itu kami memperlakukannya dengan buruk. Meskipun dia tidak membalas dendam terhadap keluarga kami, mana mungkin dia akan membantu keluargaku?Betapa tidak tahu malunya aku sampai berani memohon padanya?Semakin aku memikirkannya, semakin aku merasa malu.Aku ingin melarikan diri, tetapi dia menghentikanku lagi, "Katakan padaku, Apa yang akan kamu berikan sebagai permohonan bantuan? Kalau aku merasa itu sepadan, tidak ada salahnya membantumu."Aku tertegun dan bahkan setelah memikirkannya, aku tidak bisa memikirkan apa pun yang bisa kuberi untuk memohon padanya.Tubuh ini?Heh, kalau dia benar-benar menginginkanku, kami sudah menikah selama tiga tahun dan
"Hei, bukankah ini Nona Audrey yang dulu? Istri kecil Pak Zayn yang cantik? Kenapa? Datang untuk minum? Hei ... mau minum ya minum saja, untuk apa pakai pakaian kerja?"Begitu pria itu selesai berbicara, terdengar suara tawa di ruang pribadi.Aku mengencangkan genggamanku pada gerobak dan menarik napas dalam-dalam.Sudahlah, mereka sudah menemukanku dan bertekad untuk mempermalukanku. Aku tidak bisa melarikan diri, jadi sebaiknya aku pergi ke sana dan mungkin mendapatkan beberapa tip dari mereka.Saat ini penagih utang bekerja keras setiap hari, ayahku bilang dia tidak ingin hidup lagi, ibuku menangis setiap hari dan kakakku pergi mengantar makanan setiap hari. Untuk apa aku masih mementingkan harga diri dan kesombongan yang tidak ada artinya itu?Aku mendorong troli minuman dan berusaha keras untuk mempertahankan senyuman kaku namun sopan.Aku tersenyum pada mereka dan berkata, "Kebetulan sekali. Karena kalian sudah datang, mohon lebih memperhatikan pekerjaanku, ya? Kalau kalian senan
Sudut bibirku berkedut dan aku sangat ingin berkata, "Kamu gila!"Akan tetapi, sekarang dia sudah makmur dan bukan 'orang jujur' yang bisa ditindas semua orang sebelumnya.Aku menahan keinginan untuk memakinya dan tersenyum kaku, "Pak Zayn, tolong berhenti bercanda denganku. Aku masih harus bekerja. Sampai jumpa.""Rizky bisa melakukannya, kenapa aku tidak?" Zayn tiba-tiba bertanya dengan serius dan ada cibiran di dalam nadanya.Aku mengerutkan kening, "Rizky bisa melakukannya, tapi kamu tidak bisa apanya? Apa yang kamu bicarakan?""Tadi kamu menyuruh Rizky mengeluarkan 20 miliar dan kamu akan bermain dengannya sepanjang malam. Lalu aku memberi 20 miliar, kenapa kamu tidak mau menemaniku selama satu malam?"Aku hanya bisa memutar bola mataku.Tadi aku hanya tahu Rizky mengeluarkan 200 juta sudah merupakan seluruh hartanya, mengeluarkan 20 miliar itu sama saja dengan membunuhnya, jadi aku sengaja mengatakan 20 miliar untuk memprovokasi Rizky. Tidak kusangka orang ini akan menganggapnya
Aku menoleh dengan gugup dan melihat Zayn berjalan keluar dengan mengenakan handuk mandi.Dia memiliki bahu lebar standar dan pinggang ramping, proporsi tubuhnya sangat bagus.Kulitnya tidak gelap dan juga tidak putih pucat, tetapi memiliki kilauan yang sehat dan kuat.Aku tidak mengizinkannya untuk pamer di depan aku sebelumnya. Selama reuni kelas, aku linglung sepanjang waktu. Itulah sebabnya aku tidak pernah tahu ternyata sosoknya begitu bagus.Menyadari aku terpesona dengan tubuhnya, aku membuang muka dengan canggung.Pria itu bergegas berjalan ke arahku dengan gelombang panas.Aku mundur dengan gugup dan bertanya padanya dengan terbata-bata, "Ka ... kapan kamu kembali? Lapar tidak? Mau aku ... aku masak sesuatu untukmu?""Masak untukku?" Pria itu terkekeh, nadanya agak sinis, "Selain tahu cara makan, apa lagi yang bisa kamu masak?"Kata-kata ini membuatku terdiam.Mungkin di matanya hanyalah seorang putri yang tidak berguna.Akan tetapi, faktanya benar. Selain menari, aku tidak bi
Dia tiba-tiba mematikan rokok di tangannya sebelum mengangkatku dan menciumku dengan gila.Dalam keadaan linglung, pakaianku dilepas dan tubuhku dibaringkan di atas kasur yang empuk ....Ketika rasa sakit yang tajam datang, aku mengerutkan kening. Akan tetapi, sekelebat keraguan muncul di hati saya.Apa yang terjadi?Bukankah itu yang terjadi di reuni kelas, mengapa masih ....Aku tidak punya waktu untuk berpikir terlalu banyak, pikiranku perlahan-lahan melayang ....Entah sudah berapa lama Zayn menyiksaku, hanya merasa dia memiliki tenaga yang tidak ada habisnya.Setelah terbangun lagi, hari sudah siang keesokan harinya.Terdengar suara air keluar dari kamar mandi.Aku duduk dengan tubuhku yang sakit dan tiba-tiba menemukan bekas darah di atas kasur.Eh!Apa yang terjadi?Bukankah aku sudah lama memberikannya pertama kaliku? Mengapa masih berdarah?Aku mengerutkan kening saat memikirkan beberapa kemungkinan.Pria itu baru saja keluar dari kamar mandi.Aku menggigit bibirku karena malu
Itu sahabatku, Dorin.Begitu panggilan tersambung, suara gembira Dorin terdengar, "Audrey, aku sudah kembali!""Benarkah!?"Setelah mendengar sahabatku telah kembali, kesedihan di hati aku selama beberapa hari terakhir tiba-tiba hilang.Sahabatku pergi ke luar negeri tiga tahun lalu. Sejak dia pergi ke luar negeri, aku tidak punya siapa pun untuk diajak bicara dan tidak ada yang menemaniku berbelanja. Aku sangat merindukannya."Aku baru saja turun dari pesawat. Aku akan kembali dan istirahat dulu, lalu kita bisa keluar dan berkencan di malam hari.""Iya!"Aku menjawab dengan penuh semangat dan baru tersadar setelah mengakhiri panggilan.Benar, sekarang aku tidak punya waktu luang. Aku harus mendapatkan izin Zayn untuk keluar pada malam hari.Sekarang pria itu menjadi sangat sulit diajak bicara, dia pasti tidak akan setuju.Memikirkan hal ini, tiba-tiba aku merasa kesal.Lupakan saja, kita tunggu sampai malam ini.Waktu tidur selalu berlalu sangat cepat dan sudah lewat pukul enam saat b
"Dia adalah cinta pertama Zayn, juga teman masa kecil Zayn, bagaimana?"Aku melihat ke arah kakakku, tertawa dengan rasa iri, "Apa kamu merasa wanita itu jauh lebih baik dari aku? Zayn benci aku, jadi dia pilih wanita itu adalah hal yang normal?""Eh!"Kakakku mengerutkan alis, berbicara dengan suara rendah, "Kapan aku bilang begitu?""Kan kamu bilang aku punya temperamen buruk, tidak heran kalau Zayn tidak suka aku?""Aduh, itu cuma omongan marah, masa kamu beneran percaya?"Kakakku menatapku dengan tatapan kesal.Beberapa saat kemudian, kakakku bergumam, "Aku cuma merasa wanita itu terlihat familier, tapi pasti bukan dia."Aku tidak tahu siapa yang dimaksud oleh kakakku, tetapi dari ekspresinya kelihatan sangat yakin.Aku memalingkan badan, diam-diam memakan kue yang ada di tanganku, tanpa berkata apa-apa.Beberapa saat kemudian, kakakku dengan marah berkata, "Kalau Zayn sudah punya cinta pertama, kenapa sebelumnya dia dengan kejar kamu dengan menggebu-gebu?""Gak tahu!" Aku mengunya
Seketika itu juga matanya langsung dipenuhi air mata, Cindy menatap Zayn dengan penuh kesedihan."Kak Zayn, ada apa denganmu? Apa aku mengatakan sesuatu yang salah?""Aku baru saja melihat dia dan kakakku berpelukan erat. Aku pikir mereka seharusnya ....""Audrey!"Pada saat itu, kakakku tiba-tiba berlari menghampiri.Pada saat itulah Cindy yang sedang melebih-lebihkan cerita antara Arya dan aku, tiba-tiba melemparkan dirinya ke pelukan Zayn.Zayn hendak mendorongnya, tapi tiba-tiba Cindy menutupi jantungnya dengan tangannya dan berkata kesakitan, "Sakit sekali, Kak Zayn, jantungku sangat sakit."Raut wajah Zayn langsung berubah.Zayn menatapku dengan serius, lalu menggendong Cindy dan berjalan menuju area parkir.Arya juga mengikutinya dengan cemas.Mereka nyaris berjalan melewati kakakku, Cindy terus membenamkan kepalanya dalam pelukan Zayn, tanpa memperlihatkan wajahnya sedikit pun.Aku mengerutkan kening, merasa ada yang aneh, tapi aku tidak tahu apa yang aneh.Kakakku menatap Cind
Aku melihat Arya berdiri di pintu kafe.Arya menatapku dengan tenang, ekspresinya suram dan tidak jelas.Aku tak berkata apa-apa lagi, menundukkan mataku, berjalan keluar dari kafe itu.Arya segera mengikutinya.Arya tidak mengatakan apa-apa, hanya mengikuti aku keluar mal.Aku berhenti sejenak, berbalik sambil tersenyum padanya, "Aku baru saja menindas adikmu, apa kamu ingin membalas dendam padaku?"Arya mengerutkan kening, wajahnya tampak tidak senang.Aku tersenyum sinis.Cindy sangat bahagia, punya Zayn sebagai kakak palsunya yang selalu memanjakannya dan Arya, kakak kandungnya yang selalu melindunginya.Aku berkata kepadanya tanpa ekspresi, "Kamu tidak perlu menatapku seperti itu. Kalau kamu menginginkan keadilan untuk adikmu, maka pergilah.""Singkat saja, kalau dia berani menyakiti keluargaku, aku tidak akan menunjukkan belas kasihan padanya sekalipun dia adikmu."Arya berkata padaku, "Apa kamu sebegitu membencinya?""Ini bukan tentang benci atau tidak.""Kalau kamu tidak memben
Aku tertawa.Jangankan tidak ada bukti, kalaupun ada bukti, apa Zayn akan percaya?"Nona Audrey ...." Cindy menatapku dengan sedih. "Vella sudah ada di sini. Apa dia wanita yang merayu ayahmu? Setidaknya kamu harus memberiku jawaban. Apa maksudmu dengan tiba-tiba menamparku lalu menuduhku menyewa seseorang untuk merayu ayahmu?"Nada suaranya terdengar sedih, polos seperti seharusnya.Zayn juga menatapku dengan dingin.Ekspresi itu menunjukkan bahwa aku bersikap tidak masuk akal dan membuat tuduhan palsu.Aku mencibir dalam hati, tidak ingin memberinya penjelasan yang tidak perlu lagi.Dengan wajah dingin, aku mengambil beberapa langkah ke arah Cindy.Zayn segera melindungi Cindy di belakangnya dan menatapku dengan sikap yang dingin, "Apa kamu sudah puas membuat keributan?""Kamu bilang akulah yang membuat keributan?" ucapku sambil tertawa sinis.Zayn mengerutkan kening dan berkata, "Tiba-tiba kau menuduhnya ingin menyakiti keluargamu, lalu menyerangnya tanpa alasan yang jelas. Kalau bu
"Dea ...."Aku sengaja meniru nada bicara ayahku untuk memanggil wanita itu.Namun, wanita itu tidak menanggapi.Aku mengerutkan kening lalu segera berjalan mendekati wanita itu.Namun, aku kecewa karena wanita di depanku bukanlah selingkuhan ayahku."Nona Audrey ...."Pada saat ini, Cindy dan Zayn juga masuk.Yang mengejutkan aku adalah Cindy terlihat pincang saat berjalan, seolah-olah kakinya terluka.Aku mengerutkan kening dan menatap caranya berjalan. Sesuatu terlintas di pikiranku begitu cepat sehingga aku hampir tidak dapat menangkapnya."Nona Audrey, temanku sudah datang. Bisakah kamu melihat apakah dia yang merayu ayahmu?"Begitu Cindy selesai berbicara, wanita itu berteriak tidak puas, "Apa? Kamu bilang aku merayu ayahnya? Apa dia sudah gila? Aku terlihat lebih muda darinya. Bagaimana mungkin aku merayu seorang pria tua?""Vella, jangan marah. Biarkan saja dia melihatmu dulu, kalau tidak pasti tidak akan menyerang," kata Cindy dengan menyesal padanya.Wanita itu mendengus. Saa
"Hadiahnya dipilih sendiri oleh adikmu sendiri, sebagian besar makanannya juga disiapkan oleh adikmu.""Melakukan hal ini saja sudah cukup untuk menunjukkan ketulusan adikmu, tapi bagaimana dengan ketulusan gadis itu? Kami tidak melihatnya.""Jadi, Irvin, kamu seharusnya tidak mengatakan hal itu pada adikmu tadi.""Baiklah, Bu, jangan membela Audrey lagi. Ibu sudah memanjakannya.""Setelah mengenal Sella, aku menyadari betapa buruknya emosinya.""Aku kakaknya, jadi aku selalu mentolerir sifat pemarahnya, tapi tidak ada pria yang tahan dengan sifat pemarahnya."Aku menundukkan mataku, sambil mengejek diri sendiri.Ternyata kakakku pun mulai tidak menyukaiku.Aku bahkan ragu apakah aku benar-benar menyebalkan seperti yang dikatakannya.Ibu selalu melindungi aku."Omong kosong, Audrey punya sifat yang baik. Kamulah yang dimanja. Kamu benar-benar tersihir oleh pacarmu.""Ibu tidak peduli, tapi kamu harus minta maaf pada Audrey nanti.""Aku tidak mau!""Hei, kalian benar-benar menyebalkan.
Kakakku menggeram padaku lagi dan matanya yang marah tampak seperti ingin menghajarku.Namun, dari kecil hingga dewasa, pernahkah dia begitu jahat padaku?Kakakku mencintai pacarnya dan melindungi pacarnya, aku bisa mengerti itu.Namun kali ini, jelas-jelas kesalahan pacarnya. Tidak bisakah aku mengungkapkan sedikit rasa sedih?Ibu menyeka air matanya dan menarikku ke samping. "Lupakan saja, Audrey, mungkin gadis itu benar-benar ada urusan mendesak. Lain kali saja, kita bisa bertemu lain kali, tidak apa-apa."Kakakku melotot ke arahku, dadanya sedikit naik turun, tetapi saat melihat meja besar berisi makanan serta hadiah-hadiah yang ditaruh di sampingnya, secercah rasa bersalah terpancar di wajahnya.Kakakku berkata, "Ini salahku. Dia tidak bisa datang. Aku tidak memberitahu kalian tepat waktu.""Lain kali, entah dia bisa datang atau tidak, aku akan beritahu kalian lebih dulu.""Tidak akan lain kali lagi.""Audrey!" Kakakku menggeram padaku lagi, alisnya yang tampan berkerut, wajahnya
"Kamu tidak mengerti. Ibu takut kalau Ibu mengabaikannya, akan memengaruhi hubungan antara kakakmu dan gadis itu.""Tidak, Bu. Ibu sudah melakukan pekerjaan yang hebat."Saat aku berbicara, ibuku tiba-tiba mendesah lagi, tampak sedikit sedih.Tiba-tiba Ibu menatapku dan berkata dengan sungguh-sungguh, "Audrey, kamu dan kakakmu adalah yang paling dekat di dunia ini. Apa pun yang terjadi, kalian harus saling mencintai dan menjaga satu sama lain."Aku mengangguk. "Ya, Bu.""Setelah Ibu tiada ...."Jantungku tiba-tiba berdebar kencang dan aku mengerutkan kening. "Bu, jangan bicara seperti ini. Apa maksudmu Ibu tidak ada di sini lagi ...."Tampak ada sedikit kerumitan di mata ibuku. Ibuku tersenyum padaku lalu berkata, "Tidak apa-apa. Hanya saja Ibu sudah tua. Lagi pula, Ibu tidak bisa bersama kalian selamanya.""Aku tidak peduli. Pokoknya, Ibu akan selalu sehat dan panjang umur.""Panjang umur ...."Ibuku tiba-tiba tersedak, menyeka air matanya dan tersenyum padaku. "Audrey memang anak yan
"Zayn!"Aku melotot marah padanya.Zayn menatapku, matanya yang dingin tidak menunjukkan tanda-tanda melunak.Aku mencibir dalam hati, memalingkan mukaku, tidak ingin menatapnya atau berbicara padanya.Setelah beberapa saat, Zayn tiba-tiba berbicara, tapi masih saja membela Cindy."Kalau kamu masih marah, datanglah padaku, jangan menyerangnya lagi."Setelah mendengar perkataannya, luapan amarah menyerbu dadaku.Sungguh konyol. Jelas-jelas wanita itulah yang melakukan hal-hal buruk setiap saat, tapi ketika Zayn mengatakannya, justru akulah yang sengaja menyerang wanita itu!Aku begitu marah sampai-sampai tubuhku hampir gemetar, hatiku penuh dengan segala caci maki.Aku mendorongnya lalu mencibir, "Kamu terlalu banyak berpikir. Aku tidak punya dendam, aku juga tidak menyerangnya. Kalaupun kalian berdua saling mencintai, itu bukan urusanku ....""Audrey!"Tiba-tiba Zayn teriak padaku, alisnya berkerut tajam. "Aku sudah bilang, dia cuma adikku."Persetan dengan adikmu!Aku berpikir sinis d