"Audrey!"Dia sekali lagi meneriakkan namaku dengan suara rendah. Penampilannya yang penuh keluhan dan mata merah, seolah-olah dia akan menangis.Pada saat itu, hatiku cukup terkejut.Dia, Zayn yang terhormat, sebenarnya merasa ingin menangis dan wajahnya penuh keluhan hanya karena satu kalimatku.Melihat penampilannya, sikapku untuk sesaat tidak bisa menjadi keras.Aku berkata dengan ringan, "Kamu pikirkan baik-baik dulu. Kuharap kamu bisa kasih jawaban sebelum kantor catatan sipil tutup hari ini.""Kenapa kamu selalu tidak percaya aku?"Saat aku mendorong pintu mobil, suaranya tiba-tiba terdengar dari belakangku.Suara itu sangat lembut, menunjukkan kesedihan dan keluhan yang tak terkatakan.Aku tidak takut pada kekejamannya, tidak takut pada kekerasannya. Aku hanya takut pada penampilannya yang penuh keluhan seolah aku telah menyakitinya.Aku mempererat pegangan pintu, berbalik menatapnya.Dia menatapku dengan mata gelap, matanya lebih merah dari tadi."Aku sudah bilang, Cindy hanya
Aku kembali membuka pintu mobil, menatap wajahnya yang pucat, dan menghela napas, "Jangan marah padaku dulu, kesehatanmu lebih penting."Begitu aku mengatakan ini, matanya kembali memerah.Dia sedikit memalingkan wajahnya, wajahnya penuh keluhan dan keras kepala.Seolah-olah dia adalah remaja yang memiliki harga diri yang tinggi dan sensitif.Aku mengulurkan tangan untuk menariknya, "Baiklah, masalah kita, kita bicarakan nanti, periksa ke dokter dulu."Dia menepis tanganku, mencibir pada dirinya sendiri, "Kadang-kadang, aku juga merasa aku sakit, menjadi sangat tidak normal.""Seringkali, aku jelas sangat suka kamu, sangat peduli padamu, sangat khawatirkan kamu, tetapi yang keluar dari mulutku adalah kata-kata yang menyakiti hatimu.""Apakah kamu pikir, setiap kali aku menyakitimu dengan kata-kata, hatiku tidak sedih?""Mungkin aku benar-benar tidak tahu cara mencintai seseorang, aku tidak tahu bagaimana cara mencintai.""Aku sepertinya hanya tahu cara marah, setiap kali aku melihatmu
Aku ketakutan."Zayn, ada apa denganmu? Zayn ...."Namun, tidak peduli bagaimana aku mengguncang lengannya, dia tidak bereaksi sama sekali.Aku segera mengeluarkan ponselku untuk menelepon 120, tetapi selalu sibuk setelah dua kali mencoba.Aku harus turun dari mobil dan berlari ke rumah sakit untuk memanggil orang.Sekitar sepuluh menit kemudian, aku membawa beberapa dokter gawat darurat.Zayn masih bersandar di kursi, tidak sadarkan diri.Para dokter bersama-sama mengangkatnya dan meletakkannya di pembaringan pasien.Tanganku menjadi dingin karena cemas, dan aku bertanya dengan suara tegang, "Ada apa dengannya?"Apakah dia minum obat apa pun, atau mengalami luka luar yang jelas?Aku menggelengkan kepala, "Beberapa hari yang lalu, dia terluka di dadanya, tetapi sudah berhari-hari, lukanya seharusnya hampir sembuh, 'kan?""Namun, hari ini dia tiba-tiba pingsan, dia tadi terlihat sangat kesakitan, wajah dan bibirnya pucat.""Ada apa dengannya? Apa dia akan baik-baik saja?"Jangan cemas d
Aku masih tidak menjawab, hanya menatap kosong informasi itu.Jadi, Zayn benar-benar menganggap Cindy sebagai adik perempuannya.Dia bahkan secara pribadi mengatakan kepada Cindy bahwa orang yang benar-benar dicintainya adalah aku?Ketika Zayn mengatakan kata-kata ini kepadaku, aku tidak akan percaya, karena dari sudut pandangku, dia benar-benar lebih peduli pada Cindy.Namun sekarang, melihat informasi ini dari sudut pandang Cindy, ternyata Zayn benar-benar mencintaiku.Aku menyimpan ponselku, berjalan ke depan ruang gawat darurat, mataku terasa panas dan perih.Dalam hal perasaan, Zayn benar-benar orang bodoh besar.Bagaimana dia bisa berpikir untuk menggunakan Cindy untuk memancing kecemburuanku?Apakah dia tidak takut aku akan benar-benar marah dan pergi?Bodoh, Zayn benar-benar orang bodoh besar.Pintu ruang gawat darurat terus tertutup rapat, setiap menit dan setiap detik adalah siksaan bagiku.Aku menutup mataku yang perih, bersandar di dinding yang dingin, kepalaku kosong.Aku
Dia tiba-tiba menundukkan pandangan, tersenyum pelan, "Kalau kamu memang mau pergi, pergi saja."Aku tertegun sesaat.Pria ini, setelah pingsan, sepertinya sudah membuka pikirannya tentang segalanya.Aku berkata padanya, "Sebenarnya baru saja, aku tahu banyak hal, ada banyak kata yang mau aku katakan padamu. Jadi Zayn, bisakah kamu makan obat-obat ini dulu?""Aku bilang jangan pedulikan aku, kamu pergi!"Suara dia tiba-tiba lebih berat, dada sedikit terengah.Wajah tampannya penuh dengan ejekan, "Hanya karena aku pingsan, sakit, kamu mulai merasa kasihan padaku?"Aku seperti kehabisan kata-kata.Pria ini, memang benar-benar sensitif dan rapuh."Aku tidak butuh kasihanmu, kamu pergi!"Dia menunjuk ke pintu kamar, sikapnya dingin dan tegas.Dulu, aku pasti akan langsung berbalik dan pergi, siapa yang bisa tahan dengan emosi sensitif dan rapuh seperti ini.Namun sekarang berbeda, setelah melihat pesan dari Cindy, aku hampir memahami segalanya.Aku tersenyum padanya, "Kamu makan obat atau
"Ada apa ini?" Aku tampak sangat bingung.Zayn awalnya menundukkan kepala, memegang dahinya, seluruh tubuhnya dikelilingi aura suram.Mendengar suaraku, dia tiba-tiba mengangkat kepalanya.Saat dia mengangkat kepalanya, aku terkejut.Kulihat matanya merah, wajahnya penuh amarah.Hatiku berdebar kencang, aku buru-buru mendekat dan bertanya, "Apa yang terjadi? Apa ada yang datang dan katakan sesuatu yang tidak ingin kamu dengar? Kenapa kamu sangat marah?"Dia meraih tanganku, berkata tanpa ekspresi, "Aku pikir kamu sudah pergi."Aku menatapnya dengan kaget, "Kamu pikir aku sudah pergi, jadi kamu sangat marah, dan membanting obat dan cangkir air di atas meja?"Pria itu memalingkan wajahnya ke tempat lain, tidak berbicara.Harus dikatakan, pria ini sangat tidak stabil emosinya.Aku mengambil obat yang tumpah di lantai, berkata kepadanya, "Kamu yang membantingnya, kalau kotor, kamu juga yang harus memakannya."Pria itu mendengus, mengabaikan aku.Aku menggelengkan kepala sambil tertawa, sud
"Kamu juga sama!" Aku tidak bisa menahan diri untuk membalasnya."Arya bilang andaikan aku mengingat kejadian masa muda, aku akan menyukainya dan meninggalkanmu, kamu juga percaya, dan bertengkar denganku sampai sekarang.""Kamu sendiri tidak percaya padaku, masih berani salahkan aku?"Pria itu mengerutkan wajah tampannya, tampak sangat marah, tetapi sudut bibirnya sedikit terangkat.Dia berkata, "Aku tetap pada kata-kataku, aku bersedia percaya kamu terlebih dahulu, jadi, apa kamu bersedia percaya aku?""Bersedia, tentu saja bersedia."Aku berkata tanpa sadar, melihat lengkungan di sudut bibir pria itu makin lebar.Dia tersenyum padaku, "Dengan kata lain, kamu bersedia memulai dari awal denganku.""Bersedia!"Aku menjawab dengan tegas.Mata Zayn jelas bersinar, mata hitamnya mencerminkan bayanganku.Saat ini, aku akhirnya menyadari, hanya aku yang ada di matanya.Aku meraih tangannya, berkata kepadanya dengan serius, "Setelah melihat pesan yang dikirim Cindy kepadamu hari ini, aku ben
Memikirkan hal ini, aku mulai tanpa sadar membayangkan penampilannya yang terkejut dan bingung.Makin aku memikirkannya, makin aku merasa bersemangat dan manis.Aku mendekatinya, tersenyum misterius padanya, "Zayn, aku akan kasih kabar baik lagi.""Apa?"Mata pria itu yang dalam menatapku tanpa berkedip, dipenuhi kelembutan.Hatiku bergetar, sentuhan lembut melintas.Aku tanpa sadar melingkarkan lenganku di lehernya, hatiku juga dipenuhi kelembutan.Aku menatap matanya, berkata kata demi kata, "Aku hamil ....""Kak Zayn ...."Sebelum aku selesai berbicara, pintu bangsal tiba-tiba didorong terbuka.Baru saja karena kelembutan di hatiku, aku tanpa sadar naik ke pangkuan Zayn, lenganku masih melingkari lehernya.Aku bahkan belum sempat turun dari pangkuan Zayn, orang itu sudah masuk.Aku mengerutkan kening, agak kesal di hatiku.Aku menoleh, dan menemukan bahwa yang masuk bukan hanya Cindy, tetapi juga Bu Agatha yang duduk di kursi roda.Cindy menatapku dan Zayn, matanya berkaca-kaca.Bu
Meskipun Agatha masih tidak memperlakukanku dengan baik, setidaknya dia sudah tidak memarahiku begitu melihatku seperti sebelumnya.Meskipun Agatha selalu tidak menyukai makanan yang kubawakan, dia akan tetap memakannya sedikit untuk menghargaiku.Pada awalnya Cindy akan mengomentari makanan yang kubawa, tapi sekarang dia sama sekali tidak mengatakan apa pun. Cindy hanya berdiri di samping sambil menatapku dan Agatha dalam diam.Semakin Cindy bersikap setenang ini, semakin mengerikan dia terlihat.Agatha meminum setengah sup itu, lalu mendorongnya menjauh. Agatha menyeka sudut mulutnya dan berkata dengan acuh tak acuh, "Sup yang kamu buat tidak seenak buatan Cindy, tapi masih bisa diminum."Aku berkata sambil tersenyum, "Mohon maaf, aku akan memperbaikinya lain kali."Agatha melirikku, tatapannya terkadang melirik perutku.Beberapa saat kemudian, Agatha berkata pada Cindy, "Tadi dokter meresepkan beberapa obat untukku, tolong ambilkan obatku. Terima kasih sudah merawatku selama beberap
Aku berkacak pinggang, lalu menatapnya dengan tatapan tidak berdaya, "Katakanlah, apa yang harus kulakukan agar kamu bisa percaya kalau aku mengandung anakmu?"Zayn memasang hidung dan mata dua manusia salju besar.Kemudian mematahkan beberapa ranting dan memasukkannya ke dalam tubuh manusia salju untuk dijadikan sebagai tangan.Zayn menatap manusia salju besar di depannya dan berkata dengan tenang, "Saat kamu didiagnosis tidak bisa melahirkan anak, aku merasa sangat sedih sampai ingin mati.""Saat itu aku mengira kamu benar-benar membenciku dan memilih untuk meminum pil kontrasepsi sampai menyakiti tubuhmu sendiri demi meninggalkanku dan tidak memiliki hubungan apapun denganku.""Aku sangat membencimu saat itu, bukan karena tidak bisa memiliki anak denganmu, tapi karena sikapmu.""Selain itu, aku juga merasa panik dan tidak berdaya pada saat itu.""Karena kamu tidak bisa melahirkan anak, itu berarti aku tidak bisa menggunakan anak untuk mengikatmu di sisiku.""Hanya saja sekarang suda
"Zayn!"Zayn langsung melepaskanku setelah mengatakan ini dan berjalan keluar sambil tertawa dengan keras.Baiklah, Zayn sama sekali tidak diajari menjadi anak nakal oleh Henry.Aku bahkan merasa jika Zayn lebih nakal daripada Henry!Setelah selesai makan, Zayn membawaku keluar untuk membuat manusia salju.Sebelum keluar, Zayn takut aku masuk angin dan menyuruhku mengenakan banyak pakaian.Sarung tangan yang Zayn kenakan untukku juga merupakan sarung tangan wol yang sangat tebal yang sengaja dibawa oleh asisten Zayn atas perintahnya.Salju turun dengan lebat kemarin malam, jadi salju di tanah ini sudah setinggi mata kaki yang bisa dibuat menjadi manusia salju.Aku dan Zayn bersama-sama membuat manusia salju yang besar.Saat Zayn menggunakan wortel dan kancing untuk membuat hidung dan mata manusia salju, aku membuat dua manusia kecil di sisinya.Dia terkekeh padaku, "Untuk apa kamu buat sebanyak itu? Kamu bahkan buat dua manusia salju kecil.""Kita adalah keluarga, jadi tentu saja aku h
"Hm?"Zayn sepertinya tidak mendengar ucapanku dengan jelas. Dia sengaja mendekatkan telinganya ke bibirku dan bertanya dengan suara rendah, "Apa yang kamu katakan?""Aku sedang mengandung ...."Pikiranku mulai mengabur saat aku sedang berbicara.Saat aku hendak memasuki alam mimpi, aku samar-samar mendengarnya berkata, "Kamu pasti sedang membohongiku lagi. Hasil pemeriksaanmu sebelumnya menunjukkan kalau kamu tidak bisa mengandung."Saat aku bangun pada keesokan harinya, kamar ini sudah terang benderang.Aku melihat sekeliling, tapi aku tidak melihat Zayn.Tempat tidur di sisiku juga sudah mendingin saat aku menyentuhnya.Apakah dia bangun sepagi itu?Sebenarnya aku sama sekali tidak memahami hal ini. Jelas-jelas Zayn yang mengerahkan tenaganya saat kami sedang berhubungan badan, tapi kenapa selalu aku yang merasa kelelahan, sedangkan Zayn terlihat sangat energik?Aku menggelengkan kepalaku untuk menyingkirkan pikiran ini, lalu mengenakan jubah mandi dan menuruni tempat tidur.Tirai j
Zayn benar-benar sangat patuh pada saat ini, dia benar-benar berdiri di sana tanpa bergerak setelah mendengar ucapanku.Aku berjalan keluar dari kamar mandi dengan kedua kakiku yang masih bergetar karena ciumannya sebelum ini.Aku segera berjalan ke sisi tempat tidur dan mengeluarkan pakaian seksi berwarna hitam yang tersembunyi di bawah selimut.Aku mengangkat pakaian itu dan melihatnya selama beberapa saat yang membuat wajahku semakin memerah.Aku tidak menyangka jika pria yang biasanya terlihat dingin akan membeli pakaian seperti ini.Huh ....Aku benar-benar telah meremehkannya dalam urusan cinta.Aku menyukainya, jadi tentu saja aku bersedia mengenakan pakaian ini untuknya.Hanya saja, bagaimana caranya aku mengenakan pakaian ini?Aku menatapnya selama beberapa menit sebelum mengenakannya.Aku bahkan tidak berani menatap diriku di cermin rias, aku langsung pergi ke kamar mandi sambil setengah menutupi tubuhku.Setelah aku masuk, aku langsung merasakan tatapan panas yang tertuju pa
Pikiranku pada dasarnya sudah melayang, aku sama sekali tidak bereaksi saat tiba-tiba ditanya seperti ini olehnya.Saat melihatku terdiam untuk waktu yang lama.Zayn tiba-tiba mencubit pinggangku dan mengulang pertanyaannya, "Apakah kamu tahu kenapa aku marah?"Pinggangku terasa sakit karena cubitannya.Aku menatapnya dengan kedua pandanganku yang kabur.Aku tidak tahu apakah kabut di depanku adalah air mata yang tertahan karena rasa sakit rasa sakit di pinggangku atau karena air panas dari pancuran.Aku membuka mulutku dan baru menemukan suara setelah beberapa saat berlalu, "Ka ... kamu adalah orang yang curigaan. Kamu pasti curiga kalau aku ... menyukai Arya, 'kan?"Aku berkata sambil terengah-engah dan merasa kesulitan saat mengatakan ini.Zayn mengangkat sudut mulutnya, "Curiga? Apakah menurutmu aku perlu mencurigai hal ini?"Aku menatapnya lekat-lekat.Pipiku terlihat sangat merah di dalam cermin, seolah-olah aku sehabis berendam di dalam air panas.Zayn tiba-tiba menekanku ke din
Kenapa dia begitu curigaan?!Jelas-jelas sebelum ini dia bersikap sangat lembut, tapi dia malah menjadi seperti ini sekarang.Suasana hati Zayn benar-benar sangat cepat berubah!Aku memasuki kamar dengan marah, lalu mengambil pakaian untuk mandi.Setelah mengambil pakaian, aku baru menyadari perubahan pada kamar tidur ini.Loh?Aku samar-samar mencium aroma yang wangi di dalam kamar yang menyegarkan hatiku, sepertinya ini adalah wangi parfum kesukaanku.Apa yang terjadi?Apakah Zayn menyemprotkan parfum di dalam kamar?Aku berputar di dalam kamar, lalu melihat satu buket bunga di meja samping tempat tidur, itu adalah bunga lili kesukaanku.Aku juga melihat sebuah foto di atas tempat tidur.Itu adalah fotoku dengan Zayn.Aku menatap foto itu sambil mengerutkan keningku.Bukankah ini adalah foto yang diambil oleh pemilik toko saat kami membeli mantel di istana es Kota Yuma?Aku mengingat jika Zayn bersikeras meminta pemilik toko itu untuk memotretku juga, jadi kami berfoto bersama pada w
Aku tidak mengatakan apa pun, Zayn langsung menarikku keluar.Teriakan Cindy yang menyedihkan terdengar dari dalam kamar, suaranya benar-benar terdengar sangat menakutkan.Hatiku terasa sedikit tidak nyaman, aku selalu merasa Cindy benar-benar seperti orang gila dan khawatir dia akan melakukan hal yang buruk.Aku berjalan keluar dari vila dengan suasana hati yang rumit.Aku melihat Zayn yang juga terlihat seperti sedang mengkhawatirkan sesuatu, dia mengerutkan bibirnya dan tidak mengatakan apa pun.Zayn mengemudi dalam diam, mobil segera melaju keluar dari halaman vila.Aku menghela napas pelan dan bertanya, "Apakah kamu merasa sedih karena Cindy?""Tidak," jawab Zayn dengan datar.Saat teringat dengan tampang Cindy yang tidak terkendali, aku mengerutkan bibirku dan bertanya dengan cemas, "Bukankah kondisi penyakitnya sangat serius? Tadi kamu malah berkata seperti itu padanya, apakah hal ini malah memperburuk kondisinya ....""Ini bukan masalah besar. Selain itu, aku sudah menjelaskann
Aku mendengar suara Arya pada saat ini.Aku segera menoleh dan melihat Arya sedang bersandar di pintu sambil melipat kedua tangannya di depan dada, terlihat jelas jika dia sudah datang lebih awal.Saat menarik kembali pandanganku, aku tidak sengaja bertatapan dengan Zayn.Zayn mengerutkan keningnya, terdapat tatapan yang rumit dan gelap di matanya.Aku tanpa sadar menggenggam tangan Zayn karena takut dia salah paham lagi padaku dan Arya.Pada awalnya Zayn ingin melepaskan tangannya, tapi tidak lama kemudian dia berhenti bergerak.Arya mengangkat sudut bibirnya saat melihat kami berdua berpegangan tangan.Arya berjalan masuk dengan perlahan dan berhenti di sisi tempat tidur Cindy.Dia menatap Cindy dengan tatapan kasihan, "Lihatlah dirimu, untuk apa kamu membuat dirimu sampai seperti ini demi seorang pria yang tidak mencintaimu?""Dia pernah berjanji pada Ayah kalau dia akan merawatku seumur hidup, dia sudah berjanji."Cindy berkata pada Arya sambil menunjuk Zayn.Arya mengangkat sudut