"Contohnya Yosef, mana mungkin bisa dibandingkan dengan Zayn? Entah kenapa kamu bisa jatuh cinta pada pria itu."Ketika mengatakan ini, Henry menatapku dengan penuh penghinaan.Aku hendak mengatakan sesuatu, tapi mendengar suara langkah kaki di pintu.Aku segera berdiri lalu melihat Zayn serta Cindy berjalan masuk satu demi satu.Aku merasa sedikit lega, mengira itu adalah Roy.Mataku tiba-tiba bertemu dengan mata Zayn.Jantungku berdebar kencang, aku pun segera mengalihkan pandanganku.Raut wajah Henry masih terlihat dingin, sama sekali tidak berkurang.Aku cemberut, hatiku juga merasa sangat kesal.Jika ini terus berlanjut, walaupun kembali ke Kota Jenara, kehidupanku juga akan sulit."Nona Audrey ...."Saat aku tengah memikirkannya, Cindy tiba-tiba menggenggam tanganku dengan penuh kasih sayang.Aku menarik tanganku dengan jijik lalu duduk di sebelah Henry.Aku merasa kesal saat melihat wanita ini. Agar tidak ada keributan, sebaiknya aku menjauh saja.Senyum Cindy menghilang lalu se
Tanpa sadar aku mendongak。Ada seorang pria yang tinggi, tampan dan bertampang jahat masuk ke dalam.Pria itu adalah Roy.Roy memeluk dua wanita cantik di kiri dan kanannya, diikuti oleh beberapa pengawal."Oh, apa kalian sedang bertengkar? Lihat gadis cantik itu menangis. Hiks ... hiks ... kasihan sekali."Begitu Roy masuk, tatapan matanya tertuju pada Cindy yang lemah lalu segera melontarkan komentar yang menggoda.Cindy segera menyeka air matanya dan berkata, "Pak Roy, jangan mengejek aku.""Haha, lihatlah si cantik ini, suaranya pun begitu merdu serta lembut. Wow, menggoda sekali."Roy duduk sambil memeluk wanita cantik itu, tapi matanya terpaku pada Cindy, seolah ingin melahapnya.Namun Cindy masih bersikap sok, tapi terlihat sedikit bangga, seolah merasa terhormat bahwa Roy suka padanya.Aku menundukkan mataku untuk mengabaikannya.Apa pun yang terjadi, Zayn tidak akan mengantarkannya pergi."Oh, ada wanita cantik lainnya."Saat tengah berpikir, mata Roy tiba-tiba melirik ke arah
Roy tertawa sambil mengangkat tangannya, "Bercanda, Pak Zayn, jangan dianggap serius.""Kita di sini untuk membicarakan bisnis, jadi kenapa Pak Zayn membawa mantan istri ke sini?""Kalau orang yang tidak tahu akan berpikir bahwa Pak Zayn mencoba menyuap aku dengan mantan istrinya."Tanpa menunggu Zayn berbicara, aku berkata dengan tenang, "Pak Roy salah paham. Meskipun aku mantan istri Pak Zayn, sekarang aku menjadi sekretarisnya.""Sekretaris?" Roy mengangkat alisnya dan tersenyum penuh minat. "Mantan istri dan sekretaris, menarik sekali.""Jadi, sebagai seorang sekretaris, tentu saja akan menemani Pak Zayn ke sebuah pesta makan. Tidak aneh, 'kan?"Roy berkata, "Tidak aneh, tentu saja tidak aneh. Kalau Nona Audrey tidak datang, makan malam ini akan sangat membosankan."Roy berkata sambil menatapku dengan matanya yang gelap.Meskipun cara menatapku tidak sejelas cara dia menatap Cindy, tetap saja itu membuatku merasa sedikit tidak nyaman.Aku menundukkan kepalaku, berdiri dan menuangka
"Wow! Bukankah Pak Zayn bilang kalau setiap orang punya kelebihannya sendiri?""Si cantik lemah ini tidak pandai bicara, seharusnya bisa minum, 'kan?"Saat berbicara, Roy meminta wanita cantik di sampingnya untuk menuangkan segelas anggur untuk Cindy.Roy tersenyum pada Cindy. "Ayo kita minum bersama, si cantik."Cindy terpaksa untuk tersenyum. "Maaf, Pak Roy, aku ... aku tidak bisa minum alkohol karena kondisi fisikku."Raut wajah Roy tampak menjadi suram.Roy pun tertawa, "Tidak mau minum di pesta makan? Kamu hanya datang untuk bersenang-senang?"Saat aku mendengarkan perkataannya, jantungku berdebar kencang.Jangan sampai Roy menyuruhku untuk minum.Sekarang aku sedang hamil, jadi jelas tidak boleh minum alkohol.Begitu menghadapi ekspresi muram Roy, Cindy menatap Zayn dengan air mata di matanya, wajahnya penuh dengan ketidakberdayaan dan kesedihan.Zayn meliriknya, lalu mengambil gelas anggur untuk membantunya. "Pak Roy, izinkan aku minum bersamamu."Roy bersandar di kursinya dan m
Tanpa sadar, aku melirik Zayn.Zayn hanya melengkungkan bibirnya sedikit, ekspresinya terlihat acuh tak acuh.Hah!Tiba-tiba timbul rasa mengejek diri sendiri di hatiku.Meski Cindy berbicara omong kosong seperti itu, Zayn tidak marah sama sekali.Jelas-jelas tahu bahwa kerja sama ini sangat penting, tapi masih menuruti Cindy.Lucunya, aku masih khawatir dengan kerja sama ini untuknya, karena takut akan gagal.Ironis sekali!Roy tiba-tiba meletakkan gelas anggurnya dengan keras ke atas meja, jelas-jelas terlihat marah.Cindy segera berkata padaku dengan nada mencela, "Hei, Audrey, lihatlah dirimu, hanya segelas anggur saja, aku tidak memintamu untuk tidur dengannya. Apa kamu perlu melakukan hal ini?""Apa kamu sengaja merusak kerja sama dengan Kak Zayn?"Setelah Cindy mengatakan ini, Henry juga menatapku dengan curiga.Zayn selalu tersenyum tipis seperti orang asing.Menyebalkan sekali!Cindy tidak bisa minum, tapi aku bisa?Ketika Cindy dipaksa minum, Zayn segera menyelamatkannya.Ket
Entah cara ini berhasil atau tidak.Namun, jika Zayn benar-benar ingin aku memberinya bayi, cara ini seharusnya berhasil.Setelah mengirim pesan, aku bersandar di wastafel sambil menunggu dengan cemas.Entah Zayn akan datang atau tidak.Aku baru saja mengiriminya pesan. "Tolong ke kamar mandi sebentar, ada sesuatu yang ingin aku katakan padamu."Setelah menunggu sekitar lima menit, aku tidak melihat Zayn datang.Mungkinkah Zayn tidak melihat pesannya?Haruskah aku menelepon untuk memintanya untuk datang?Dengan ragu-ragu, aku menunggu dua menit lagi lalu mengeluarkan ponselku untuk langsung menghubunginya.Tiba-tiba, sebuah nada dering ponsel berbunyi di belakangku.Aku terkejut, tiba-tiba mendongak, lalu aku melihat seseorang di cermin.Ternyata Zayn.Aku terdiam. Zayn benar-benar datang dan pergi tanpa suara.Ponselnya masih berdering, jadi aku segera menutup nomor yang aku hubungi dan berbalik untuk menatapnya dengan hormat.Seberapa besar kebencianku padanya, hal itu tidak dapat me
Setelah tenang, aku berkata padanya, "Zayn, bukankah kamu ingin aku melahirkan bayi untukmu?"Zayn tertegun.Lalu, tatapan matanya langsung berubah menjadi suram.Zayn bicara dengan suara berat, suaranya terdengar tegang tanpa alasan."Kenapa kamu tiba-tiba membahas hal ini?""Apa kamu tidak tahu kalau wanita dalam persiapan kehamilan tidak boleh minum bir?" kataku padanya tanpa ekspresi.Tubuhnya yang tinggi tampak bergetar hebat.Suaranya menjadi lebih tegang. "Maksudmu, kamu bersedia punya bayi denganku?"Pertanyaan ini membuat aku ingin tertawa.Selama ini, entah aku mau atau tidak, bukankah Zayn yang memaksaku untuk punya bayi untuknya?Bukankah pertanyaan ini berlebihan?Meski dalam hati aku berpikir begitu, aku mengangguk padanya.Aku sengaja berbohong kepadanya. "Kamu lihat sendiri bahwa aku tidak pergi ke bar atau minum selama akhir-akhir ini. Aku hanya ingin menjaga kesehatan tubuhku dan mempersiapkan diri untuk hamil."Zayn menarik napas dalam-dalam, tatapan matanya tiba-tib
Pria itu menjawab telepon dengan satu tangan, sementara tangan lainnya masih berada di dalam pakaianku.Tubuhnya yang tinggi menekanku, menjebak seluruh tubuhku di antara dia dan wastafel.Karena jarak kami dekat.Samar-samar aku mendengar suara Cindy di telepon."Kak Zayn, kenapa lama sekali di kamar mandi? Pak Roy sudah tidak sabar menunggu.""Aku akan segera ke sana.""Di mana Nona Audrey? Pak Roy masih menunggunya untuk minum bersama."Zayn menunduk untuk menatap padaku.Seperti yang dikatakan Henry, ketika pria ini menatapku, selalu ada api yang menyala di matanya.Namun, seks dan cinta adalah dua hal yang berbeda."Aku akan membawanya ke sana sekarang juga."Zayn berbisik dan menutup telepon.Hatiku terasa sakit sekali.Aku sudah bilang aku ingin hamil anaknya, akankah Zayn tetap mengajakku untuk bersulang untuk Roy?Zayn melepaskan tangannya dari pakaianku.Dia merapikan kerutan di dasi dan kemejanya lalu berkata padaku, "Ayo kembali ke ruangan."Kesemutan dan mati rasa di tubuh
"Ingat kirim pesan padaku setiap hari. Kalau ada waktu, telepon aku.""Betapa pun sibuknya aku, aku akan mengangkat teleponmu.""Ya."Keengganan Zayn membuat hatiku luluh.Pada saat ini, aku sepenuhnya merasakan cintanya yang begitu kuat.Namun cintanya tampak bercampur dengan sedikit kekhawatiran.Hatiku juga mulai merasa agak sedih serta gelisah.Aku bertanya padanya, "Apa yang kamu khawatirkan? Apa karena operasi ibumu?"Zayn menggelengkan kepalanya. "Dokter bilang untuk jenis operasi ini, selama ginjalnya cocok, tingkat keberhasilannya sangat tinggi.""Lalu apa yang kamu khawatirkan?" Aku bisa dengan jelas merasakan ketakutannya.Jadi aku tidak mengerti, selain penyakit ibunya, apa lagi yang ditakutkan oleh orang seperti dia?Zayn menatapku dengan serius, membelai pipiku dan berbicara dengan suara yang keras."Tidak apa-apa. Aku hanya merasa sedikit tidak nyaman. Aku khawatir tidak akan bisa melihatmu lagi.""Dasar bodoh!"Aku melemparkan diriku ke dalam pelukannya, memeluk pinggan
Malam harinya, Zayn datang untuk makan malam bersamaku.Zayn pertama-tama pergi ke bangsal untuk menjenguk ibuku lalu membawa aku ke restoran yang sudah direservasi terlebih dahulu.Tahun ini bisa dikatakan sebagai tahun terdingin di Kota Jenara.Angin dingin yang menggigit terasa bagai pisau yang menyayat wajah orang.Zayn menutupiku dengan syal sambil menuntunku ke dalam mobil.Akhir-akhir ini aku tidak sering mengunjungi ibunya karena urusan ibuku.Aku mengencangkan sabuk pengaman dan bertanya padanya, "Apa akhir-akhir ini ibumu baik-baik saja?"Zayn mengangguk. "Setiap hari menerima suntikan serta perawatan tepat waktu, sekarang hanya menunggu operasi pada tanggal 20 saja."Aku berkata, "Pada tanggal 20, aku mungkin tidak bisa mengunjungi ibumu, aku juga tidak bisa menemanimu sampai operasi ibumu selesai.""Aku mengerti." Zayn memegang tanganku erat sambil tersenyum lembut padaku. "Pada hari itu, ibumu juga harus menjalani operasi. Meskipun kamu adalah istriku dan menantu ibuku, ka
"Kamu salah. Aku tidak punya prasangka buruk atau benci padanya. Aku hanya ingin tahu seperti apa rupa pacarmu.""Lalu, bagaimana kalau kamu sudah tahu seperti apa penampilannya?"Kakakku menatapku dengan serius dan ekspresi aneh, seakan-akan sedang marah padaku.Aku memalingkan wajahku lalu berkata dengan tenang, "Aku tidak berencana melakukan apa pun. Katakan saja padaku apakah wanita di foto itu adalah pacarmu.""Ya! Dia pacarku. Meskipun tidak cantik, aku tetap mencintainya.""Di hatiku, dia adalah gadis yang paling polos dan baik hati di dunia."Aku menundukkan mataku untuk melirik ponselku dan berkata padanya, "Lihat lagi, lihat baik-baik, aku akan bertanya sekali lagi, apa dia ....""Audrey, cukup!"Kakakku berdiri dan berkata dengan marah, "Dia pacarku, benar-benar pacarku. Apa kamu puas dengan ini?"Setelah berkata demikian, kakakku berjalan dengan marah ke kamarnya.Aku berbalik untuk berkata, "Kakak sudah mengakui kalau dia adalah pacarmu, maka aku yakin kalau dia benar-bena
Wanita yang berada di depanku terlihat sangat biasa.Hidungnya pesek, bibir agak tebal, matanya pun tidak terlalu besar. Secara keseluruhan, memang tidak terlihat cantik sama sekali.Satu-satunya keunggulannya adalah kulitnya sangat cerah.Dia hanya mengenakan sedikit riasan, hanya lipstik warna merah muda.Jadi meskipun fitur wajah serta bentuk wajahnya tidak menonjol, dia sekilas terlihat polos.Namun, penampilan ini sama sekali tidak sesuai dengan selera kakakku.Jadi, kenapa kakakku begitu setia kepada wanita ini, seakan-akan sudah terbius olehnya?"Audrey, apa aku benar-benar jelek? Pasti Bibi tidak akan menyukaiku, 'kan?"Tepat saat aku tengah memikirkan hal itu, wanita di depanku tiba-tiba bertanya dengan cemas.Aku kembali tersadar lalu tersenyum padanya. "Tidak akan, buku tidak menetapkan standar apa pun untuk pemilihan pasangan. Selama kakakku benar-benar menyukai orang itu, pasti akan menyetujuinya.""Kita juga sudah menyiapkan hadiah untukmu. Kita akan memberikannya padamu
Herman tersenyum, "Aku cuma mau memperkenalkanmu, dia adalah Audrey yang merupakan adik Irvin.""Ah! Kamu Audrey?"Perawat itu menatapku, lalu berkata dengan cemas dan penuh semangat, "Irvin sering mengungkitmu di depanku, aku juga sangat ingin bertemu denganmu dan Bibi.""Tapi akhir-akhir ini pekerjaanku sangat sibuk, sibuk bersaing untuk mendapatkan posisi, serta sibuk mencari sumber ginjal untuk Bibi. Jadi aku sama sekali nggak punya waktu untuk menemui kalian.""Maafkan aku, aku benar-benar minta maaf karena sudah beberapa kali mengingkari janji. Aku juga selalu ingin minta maaf secara pribadi padamu."Perawat di depanku berkata dengan tulus, yang tidak terdengar seperti sedang berpura-pura.Aku tidak bisa menahan diri untuk berpikir apakah pikiranku terlalu berlebihan?Sebenarnya Sella sama sekali tidak bermasalah, dia memang sangat sibuk sampai mengingkari janji denganku?"Audrey, kamu nggak marah padaku, 'kan?"Saat aku sedang berpikir, perawat di depanku tiba-tiba bertanya deng
Setelah tiba di Rumah Sakit Harmoni, aku langsung mendatangi meja resepsionis di bagian rawat inap."Permisi, apakah ada perawat yang bernama Sella di sini?"Perawat itu menatapku, lalu mengangguk, "Benar, ada perawat bernama Sella di sini. Ada apa kamu mencarinya?""Ada masalah pribadi yang mau kukatakan padanya, bolehkah tolong panggil dia untuk bertemu denganku?""Maaf, Nona. Saat ini waktu Sella bekerja, dia sepertinya sedang sibuk.""Kalau begitu aku akan menunggu di sana, tolong kasih tahu aku kalau dia sudah nggak sibuk, terima kasih."Setelah berkata pada perawat, aku duduk di kursi untuk menunggu.Tidak lama kemudian, seseorang memanggil namaku, "Nona Audrey?"Aku tertegun sejenak, aku melihat Herman sedang menghampiriku begitu menoleh.Herman masih mengenakan jas putih, temperamennya terlihat elegan dan lembut. Sepasang kacamata berbingkai emas membuat Herman terlihat seperti orang yang mengetahui sopan santun."Nona Audrey, kenapa kamu datang ke rumah sakit? Apakah kamu data
Aku mengabaikannya.Irvin memapahku sambil mengerutkan bibirnya, "Sudahlah, kamu pasti punya kesempatan untuk bertemu dengannya di masa depan. Apa yang kamu takuti?""Minggir!"Aku menepis tangannya dengan marah, lalu berjalan ke depan.Alasan kenapa aku sangat ingin menemui Sella adalah untuk memastikan bahwa tidak ada masalah pada sumber ginjal ibuku.Hanya saja, kakakku sama sekali tidak mengerti.Meskipun aku mengatakan ini padanya, Irvin akan menyalahkanku karena terlalu curigaan dan berprasangka buruk pada pacarnya.Singkatnya, aku sama sekali tidak ingin berbicara dengan Irvin.Otak seseorang yang sudah dibodohi dengan cinta benar-benar sangat menakutkan.Menyebalkan sekali.Irvin mengikutiku sampai ke lantai bawah, dia berlari untuk menarikku saat melihatku terus berjalan ke depan tanpa menoleh ke belakang, "Apa yang kamu lakukan? Ayo, aku akan mengantarmu pulang."Aku menghempaskan tangannya, "Nggak perlu, kamu pulang sendiri saja!""Huh, apa lagi yang mau kamu lakukan?!"Irvi
Aku kembali menatap rumah ini.Jika dilihat dari lingkungan rumah ini, Sella sepertinya adalah perempuan yang mencintai kebersihan dan menjalani kehidupan yang elegan.Kalau bukan karena Sella selalu mengingkari janji dan bertindak dengan misterius, aku juga tidak ingin mencurigainya.Hanya saja, sebentar lagi aku akan segera bertemu dengannya!Saat berpikir seperti ini, aku menatap ke arah kamar tidur utama.Hanya saja, aku melihat Irvin berjalan keluar dari kamar dengan ekspresi kecewa pada detik berikutnya.Aku mengerutkan keningku, kurang lebih sudah mengetahui apa yang telah terjadi.Aku menghampiri Irvin, lalu mengangkat sudut mulutku, "Dia nggak ada di dalam, 'kan?"Irvin tidak mengatakan apa pun.Aku mendengus, "Terlihat jelas kalau dia melakukan kesalahan dan nggak berani menemui kita.""Jangan bicara seperti itu."Irvin masih membela wanita itu, "Sella punya urusan mendadak, jadi dia nggak bisa menunggu kita di rumah, dia bahkan meninggalkan catatan untukku.""Dia juga kirim
Irvin menyipitkan matanya, lalu menatapku dengan tatapan tidak puas, "Lihatlah, kamu mulai curigaan lagi. Kampung Sella memang di desa pegunungan, tapi itu nggak berarti keluarganya miskin, nggak berarti Sella juga nggak bekerja, 'kan?""Nenek kita juga tinggal di kota yang terpencil, tapi itu nggak berati Ibu miskin, 'kan?"Aku mengerutkan bibirku tanpa mengatakan apa pun.Ucapannya masuk akal juga.Lupakan saja, aku akan mengetahui situasinya setelah naik ke atas.Irvin membeli beberapa makanan ringan dan buah-buahan.Aku mengeluarkan hadiah dari dalam mobil, lalu memasuki apartemen bersamanya.Dekorasi apartemen ini lumayan bagus, seperti dekorasi hotel bintang lima.Kami menaiki lift hingga ke lantai 15.Irvin membawaku ke depan sebuah pintu di ujung koridor.Aku mengira Irvin ingin mengetuk pintu, tapi siapa sangka dia menoleh untuk berkata padaku, "Audrey, ingatlah untuk tersenyum. Jangan pasang ekspresi sedatar ini, kalau nggak Sella akan curiga kalau kamu nggak menyukainya."Ak