Dia mencium dengan hati-hati, seolah melindungi kekasih tercintanya.Aku merangkul lehernya dan menciumnya juga.Terserah dia saja. Kalau mimpi hanya berlangsung dalam waktu singkat, biarkan aku memanjakan diri sebentar.Inisiatifku langsung membangkitkan hasrat terdalam di tubuh Zayn.Dia menginginkannya hampir sepanjang malam dan setiap gerakan yang dia lakukan sangat lembut.Setelah cintanya mencapai titik terdalam, dia memelukku dengan erat dan mendekatkan bibir ke telingaku sambil terus mengatakan kalau mencintaiku.Aku melihat tirai yang tergulung oleh angin dengan linglung, sama sekali tidak bisa membedakan antara mimpi dan kenyataan.Akhirnya entah kapan aku tertidur.Hari sudah siang keesokan hari saat bangun kembali.Tirai ditutup, ruangan itu sunyi dan remang-remang.Aku melihat sekeliling ruangan dengan rasa pusing yang hebat dan tidak melihat siapa pun.Mataku perih dan bengkak, perutku terasa tidak nyaman dan seluruh tubuhku terasa seperti hancur.Aku memejamkan mata dan
Dia begitu dekat denganku sehingga samar-samar aku mendengar suara di ujung telepon.Itu adalah suara Cindy.Suaranya yang sangat unik dan lembut, terdengar begitu lemah serta menyedihkan sehingga membuat orang merasa sedih setelah mendengarnya."Kak Zayn, saat ini aku sangat kesakitan. Bisakah kamu datang dan tinggal bersamaku sebentar saja?"Zayn terdiam selama dua detik dan berkata, "Jaga dirimu baik-baik, sekarang aku akan pergi ke sana."Setelah itu, tepi kasur memantul dan diiringi dengan suara langkah kaki, lalu suara pintu ditutup sebelum akhirnya seluruh ruangan menjadi sunyi kembali.Aku membuka mata perlahan dan tersenyum mencela diri sendiri sambil menatap ruangan yang kosong.Untung saja aku tidak terbawa oleh kelembutannya yang mendadak atau ini akan menjadi hal yang memalukan.Aku duduk perlahan sambil memegang kepalaku yang sakit.Perabotan di ruangan itu tidak asing sehingga membuat hatiku sakit.Aku sudah pindah, tetapi tidak kusangka kemarin malam Zayn akan membawaku
Aku terkejut dan bertanya dengan tidak percaya, "Apa? Dia setuju untuk berinvestasi?""Iya, pagi ini dia menyuruh asistennya untuk datang dengan membawa stempel untuk menandatangani kontrak investasi." Yosef berkata dan terdiam sejenak sebelum melanjutkan, "Audrey, katakan sejujurnya. Apakah semalam kamu menjanjikan sesuatu dengannya?""Tidak." Aku buru-buru, "Dia tidak meminta apa pun dariku.""Lalu kenapa dia ....""Mungkin dia masih menghargai hubungan persaudaraan denganmu."Yosef langsung mencibir, "Mustahil! Jangan lihat dia yang selalu terlihat lembut dan mudah diajak bicara, nyatanya kekejaman dan ketidakpedulian yang tersembunyi jauh di dalam dirinya sangat menakutkan."Aku tidak mengatakan apa-apa, tetapi Zayn memang memiliki kekejaman mengerikan yang tersembunyi dalam dirinya seperti yang dia katakan."Audrey, mungkin dia setuju karena kamu minum lima gelas bir itu. Lagi pula, dia sudah bilang akan setuju untuk berinvestasi setelah kamu minum delapan gelas dan dialah tidak m
Sekarang Yosef menelepon, mungkin nanti Zayn juga akan menelepon dan dia akan marah padaku karena pergi tanpa pamit.Aku hanya ingin mengakhiri masa lalu dan menjalani hidupku dengan tenang.Itulah sebabnya aku harus mengganti nomor ini.Aku naik taksi dari pinggir jalan dan pergi ke pusat layanan telepon untuk mengajukan kartu baru serta memblokir nomor sebelumnya.Setelah mengganti kartu baru, aku menelepon kakakku dulu dan memberitahunya kalau aku sudah mengganti nomor, juga menyuruhnya untuk jangan memberi tahu siapa pun.Kakak menertawakanku karena begitu tertutup dan aku juga tidak berbicara terlalu banyak padanya.Lalu aku menelepon Dorin.Pada dasarnya Dorin mengerti situasi antara aku dan Zayn.Jadi aku memberitahunya situasi dan pemikiran aku saat ini dengan singkat, dia sangat setuju dengan aku meninggalkan Zayn.Lalu dia bertanya di mana aku berada saat ini. Setelah memberikan alamatku, aku duduk di sebuah kios camilan di pinggir jalan dan menunggunya.Aku tidak memberi tah
Aku terkejut dan buru-buru menggelengkan kepala, "Mana mungkin? Mustahil, ini benar-benar mustahil!"Dorin menatapku dengan geli, "Lihat betapa cemasnya kamu, aku cuma membuat tebakan."Setelah terdiam sebentar, Dorin menambahkan, "Tapi sepertinya kehamilan juga menyebabkan muntah-muntah seperti ini. Tentu saja tidak menutup kemungkinan perutmu sakit karena minum tadi malam.""Iya, aku pasti minum sampai sakit perut tadi malam. Tidak mungkin aku hamil." Aku tanpa sadar berkata dan wajahku menjadi dingin.Dorin memegang tanganku dan bertanya, "Kamu takut hamil?""Tentu saja takut. Aku akan putus dengan Zayn, bagaimana aku bisa mengandung anaknya?""Tapi bagaimana kalau sampai kamu benar-benar hamil?""Mustahil!" kataku dengan tegas, tetapi aku merasa agak tidak berdaya.Karena aku ingat saat berada di rumah Keluarga Hale, aku tidak melakukan apa pun dengan Zayn.Sekarang sudah hampir setengah bulan dan menstruasiku belum datang lebih dari 40 hari sejak terakhir kali.Sebelumnya, kukira
Akan tetapi kalau melahirkan keduanya, bagaimana aku membesarkan mereka?Aku juga tidak bisa mengurus diriku sendiri, bagaimana aku bisa mengurus mereka?Lagi pula, aku sudah memutuskan untuk mengakhiri hubunganku dengan Zayn dan sekarang masih hamil dua bayi, bukankah itu sama saja dengan dua masalah lagi?Aku merasa semakin gelisah setelah memikirkannya. Aku menutupi wajahku, tidak tahu harus bagaimana.Dorin menepuk punggungku dan menghiburku, "Audrey, jangan begini. Kedatangan kedua bayi ini adalah takdir.""Untuk apa takut? Kelak aku akan menjadi ibu angkat mereka. Kamu lahirkan mereka dan kita akan membesarkan mereka bersama."Aku menatap Dorin dengan perasaan terharu."Tapi bagaimana kalau Zayn tahu kita membesarkan bayiku dan dia datang untuk mencuri bayi kita?""Ayo bersembunyi. Setelah bayinya lahir, ayo kita bersembunyi jauh-jauh agar dia tidak bisa menemukan mereka."Dorin berkata sambil menghela napas panjang, "Semua ini salah kita karena miskin. Kalau kita kaya, sekarang
Seluruh tubuhku menegang dan wajahku memucat.Bagaimana ini?Ada namaku di lembaran USG B. Kalau Zayn melihatnya dan tahu aku hamil, akankah dia datang untuk merebut bayi itu dariku?Terakhir kali di rumah Keluarga Hale, dia ingin aku hamil hanya karena nenek ingin menggendong cicitnya.Jadi kalau Zayn tahu aku hamil, apakah dia akan mengurungku dan menggunakanku sebagai mesin bayi?Aku menjadi semakin takut setelah memikirkannya.Aku ingin bergegas keluar dan mengambil lembaran USG B, tetapi Zayn sudah melihat lembar itu dan membungkuk untuk mengambilnya.Aku menutup mulutku dengan ketakutan, ribuan pikiran melintas di kepalaku.Akan tetapi pada saat ini Cindy berlari mendekat, meraih lengan Zayn dan berkata, "Kak Zayn, kamu salah arah. Pemeriksaanku bukan di sini. Ini adalah departemen persalinan.""Benarkah?"Zayn berkata dengan datar dan melihat ke arahku.Aku terkejut dan buru-buru bersembunyi.Cindy bertanya kepadanya, "Kak Zayn, lihat apa?""Bukan apa-apa, cuma samar-samar melih
Aku menggelengkan kepalaku dengan geli, "Tidak, aku cuma hamil. Tidak apa. Kamu tidak perlu menjagaku. Lagi pula, hotelnya mahal sekali. Aku punya tempat tinggal.""Mana bisa begitu? Begitu kamu memberitahuku kalau kamu tinggal di tengah kota, aku tahu lingkungan di sana tidak terlalu baik.""Tidak, kamu harus pindah. Kalau kamu merasa hotel itu mahal, aku akan menyewa apartemen terdekat untukmu.""Tidak perlu!" Aku memeluk Dorin dengan perasaan terharu dan berkata, "Sekarang kita harus menabung, jadi lebih baik menabung. Tempat tinggalku sangat bagus dan orang-orang di sekitarku juga sangat ramah. Jangan khawatir."Dorin menghela napas lagi, "Sayang sekali Sekarang aku cuma menjadi pemeran pendukung. Kapan aku akan menjadi artis besar dan memainkan peran wanita utama? Saat itu aku akan menjadi kaya dan bisa membelikanmu sebuah vila besar.""Bisa." Aku menatapnya dengan mantap, "Kamu pasti bisa menjadi artis besar."Sebenarnya bakat akting Dorin sangat bagus. Dia mendapat banyak tawara
Setelah melihat hal ini, Rani tidak memaksa lagi dan segera berkata padaku serta Arya, "Kalian semua sudah melihatnya, dia memang bersujud di kuburan ini. Saat kalian kembali nanti, kalian harus meminta Zayn untuk mencabut gugatannya.""Benarkah?"Tatapan dingin Arya tertuju pada Anto.Arya mengembuskan asap rokok dan tertawa, "Kenapa Pak Anto tampak sangat enggan? Apa begitu sulit minta maaf pada ayahku?"Ayahnya melotot dingin ke arah Arya. "Aku sudah bersujud, apa lagi yang kamu inginkan?""Ya, kamu memang sudah berlutut, tapi aku rasa ayahku tidak akan menerima permintaan maaf yang terpaksa ini.""Sepertinya aku harus bicara dengan Zayn agar jangan begitu mudah mencabut gugatannya ...."Setelah mendengar ini, Rani menjadi cemas dan dengan cepat menarik lengan Anto lalu berteriak, "Cepatlah berlutut, akui kesalahanmu! Aku sudah lama bilang padamu bahwa kamu harus tulus! Cepatlah!"Ah!" Ayahnya mendorong Rani dengan kesal dan melotot ke arah Arya.Arya tersenyum acuh tak acuh. "Kami
Kedua sosok itu adalah Anto dan Rani.Ayahnya menatap makam di depannya dengan ekspresi kaku.Rani mendorongnya dengan keras, seolah mendesaknya untuk segera berlutut.Ayahnya memasang ekspresi muram, seolah sudah bertahan sekian lama, sebelum akhirnya berlutut perlahan.Rani segera mengeluarkan ponsel untuk mengambil foto, seolah-olah ingin menyimpannya sebagai bukti untuk ditunjukkan pada Zayn.Arya melihat pemandangan di depannya dan tiba-tiba tertawa, nada bicaranya penuh dengan ejekan."Lihat, pria tua ini sangat mencintai putra bungsunya.""Orang egois seperti dia bahkan rela berlutut di makam ayahku demi putra bungsunya.""Haha, sejujurnya, aku merasa sedikit simpatik terhadap Zayn. Keberadaannya sungguh menyedihkan."Aku merasa sangat tidak nyaman saat mendengar ini.Aku segera berkata, "Keberadaannya sama sekali tidak menyedihkan. Aku mencintainya, itu sudah cukup."Tangan Arya yang memegang kemudi tiba-tiba mengencang.Tiba-tiba Arya menatapku dengan serius, matanya dipenuhi
Aku juga turun dari mobil.Ada restoran mie di depanku.Ketika Arya dan aku masuk, pemilik restoran menatap kami dua kali lagi.Aku pikir itu karena Arya sangat tampan.Tidak disangka kalau pemiliknya benar-benar mengenal kami.Dia berkata, "Wow, bukannya ini Audrey dan Arya?"Aku menatap Arya dengan kaget.Arya tersenyum sambil mengangguk kepada pemilik toko, lalu menarikku masuk ke dalam restoran mie.Aku terkejut dan bertanya padanya, "Apa yang terjadi? Kok dia bisa kenal kita?""Karena waktu itu, kami sering ke sini buat makan mie. Kamu paling suka mie daging sapi buatan mereka."Arya berkata dengan suara yang lirih, lalu mengangkat matanya untuk melihat sekeliling sambil bergumam, "Aku tidak menyangka restoran mie ini masih ada, hanya saja sudah tidak sama seperti sebelumnya."Aku mengerutkan kening dan melihat sekeliling, tapi tidak mendapat kesan apa pun.Seperti yang dikatakan Arya, makanan kesukaanku adalah mie daging sapi.Jadi kami tidak memesan apa pun, pemiliknya hanya mem
Aku menundukkan kepalaku dan melihat Zayn yang membalas pesanku.Yang baru saja aku kirimkan padanya adalah. [Arya ingin membawaku ke suatu tempat, nanti aku akan pulang untuk menemanimu.]Di akhir kalimat, aku menambahkan emotikon yang lucu.Jawaban Zayn kepadaku. [Arya mau membawamu ke mana?]Aku melihat ke luar jendela dan melihat mobil itu sudah melaju keluar kota untuk menuju ke pinggiran kota.Aku menatap Arya lagi sambil bertanya lagi, "Kita mau ke mana?"Raut wajah Arya dingin, masih tampak enggan berkata lebih banyak.Aku mengerutkan bibirku dan hendak membalas Zayn, tapi Arya tiba-tiba berkata dengan acuh tak acuh, "Ayah Zayn akan bersujud di depan makam ayahku hari ini, jadi aku ingin mengajakmu melihatnya."Aku tertegun sejenak, akhirnya bertanya padanya, "Di mana ayahmu ... dimakamkan?""Di kota itu juga."Saat berbicara, Arya tiba-tiba tertawa, tapi tawanya terdengar sedih. "Kita semua meninggalkan kota itu, tapi ayahku ... tinggal di sana selamanya."Aku menundukkan mata
Namun, saat aku baru saja berdiri, Zayn tiba-tiba mencengkeram pergelangan tanganku.Aku menatapnya dengan bingung. "Kenapa?"Mata lelaki itu gelap dan dia tampak sedikit tertekan. Dia menatapku dan tampak ragu untuk berbicara.Aku tersenyum padanya. "Kenapa? Katakan saja padaku."Zayn cemberut lalu berkata, "Malam itu, saat reuni kelas, aku sebenarnya takut kamu akan direbut oleh orang lain, jadi aku menggunakan berbagai cara untuk memaksamu agar berhubungan denganku.""Seperti yang dikatakan Arya, aku memang keji.""Baiklah, aku tidak akan menyalahkanmu."Kalau aku tahu kenyataan ini saat aku masih membencinya, pasti aku akan makin membencinya dan makin memandang rendah dirinya.Namun, sekarang sudah berbeda.Sekarang aku menyukainya, hatiku dan mataku hanya ada dia.Aku membungkuk, memeluk lehernya sambil tersenyum padanya. "Untunglah kamu yang mengambil inisiatif dulu, kalau tidak aku akan menjadi istri orang lain."Zayn menatapku dengan serius dan berkata, "Jadi, aku sama sekali t
Lengan yang kekar melingkari pinggangku hingga memberikan rasa aman bagiku.Aku melihat Zayn yang datang.Dia menatap Arya dengan tatapan mata berat. "Keluarga Hale yang bersalah padamu, jangan melampiaskan dendammu pada Audrey."Arya mencibir, "Kapan kamu membelanya seperti ini? Jangan lupa, kamu selalu menindasnya saat masih kecil, kalau tidak, kenapa dia begitu membencimu."Aku menatap Zayn dengan bingung, pikiranku masih kosong tentang kenangan itu.Zayn mengatupkan bibirnya rapat-rapat, ekspresinya terlihat sangat dingin.Namun, aku merasakan tangannya di pinggangku sedikit mengencang.Arya mencibir, "Kamu seharusnya tahu betapa Audrey membencimu saat itu.""Audrey hanya lupa saja. Begitu mengingatnya, apa menurutmu dia akan tetap menyukaimu?"Tubuh Zayn menegang, tangan yang melingkari pinggangku tiba-tiba ditarik perlahan.Aku panik dan segera memegang tangannya lalu berkata pada Arya, "Hal itu sudah berlalu, lupakan saja. Aku hanya tahu bahwa orang yang aku sukai sekarang adala
Setelah mengatakan itu, Anto pergi dengan marah.Rani buru-buru mengejarnya. Sebelum pergi, Rani berulang kali mengingatkan Zayn untuk menepati janjinya.Setelah keduanya pergi, bangsal akhirnya menjadi sunyi.Aku melihat ke arah pintu dan sesosok itu sudah hilang. Aku tidak tahu kapan Arya pergi.Aku berbalik untuk memeriksa luka-luka Zayn.Luka pada dadanya tertarik berkali-kali dan tadi ditekan oleh Anto, sehingga lukanya berdarah.Aku begitu terpukul hingga air mataku jatuh. "Sakit, 'kan?"Yang aku maksud bukan hanya lukanya, tapi juga hatinya.Siapa pun pasti akan sedih dan marah apabila ayah kandungnya sendiri memperlakukannya seperti itu.Zayn menyeka air mata dari wajahku sambil tersenyum lembut padaku. "Tidak sakit. Selama kamu tetap bersamaku, tidak akan sakit sama sekali."Aku menatapnya dengan air mata di mataku. Pada saat itu aku benar-benar dapat melihat cinta yang mendalam di matanya.Dia selalu menyukaiku seperti ini, tapi aku bahkan tidak menyadarinya.Untungnya, sekar
"Zayn!"Setelah mendengar ini, Anto menjadi marah dan melotot ke arah Zayn. "Pikirkan dengan jelas siapa ayahmu!"Zayn tertawa sinis, "Sejak kamu punya cinta baru dan anak haram, kapan kamu pernah memperlakukanku sebagai anakmu?""Kamu sudah bersalah pada ibuku, bahkan ibuku meninggalkan Keluarga Hale tanpa membawa apa pun dan tidak pernah berutang apa pun padamu.""Dia akhirnya menemukan kebahagiaan, kenapa kamu ingin menghancurkannya?""Memintamu bersujud di depan makam Paman Thomas sudah merupakan hukuman yang ringan.""Zayn!"Ayahnya mencengkeram kerah bajunya erat-erat, matanya melotot marah, ekspresinya berubah menjadi sangat menakutkan."Ibumu begitu cepat bersama dengan pria lain. Bukankah mereka sudah lama berselingkuh?""Tidak semua orang punya pikiran kotor dan tidak setia dalam pernikahan seperti kamu.""Kamu bukan ayah yang baik, apalagi suami yang baik."Zayn berkata tanpa ekspresi, tatapan matanya penuh dengan cibiran.Ayahnya sangat marah hingga seluruh tubuhnya gemetar
Setelah beberapa saat, nada suaranya sedikit melembut, "Apa yang kamu inginkan sebagai imbalan pencabutan gugatan?"Zayn mencibir, tidak mengatakan apa-apa.Rani berkata dengan cemas, "Katakan saja padaku, apa kamu mau uang? Sebutkan saja nominalnya.""Uang?" Zayn mencibir pada Rani, "Menurutmu, apa kamu lebih kaya daripada aku?""Kamu!" Rani terdiam sesaat.Aku menundukkan kepala, diam-diam mengoleskan obat ke luka Zayn, hatiku dipenuhi rasa sakit.Apa Anto tidak melihat bahwa Zayn masih terluka parah? Anto benar-benar hanya memiliki putra bungsunya di dalam hatinya.Aku jadi marah dan berkata pada mereka, "Silakan keluar! Jangan ganggu istirahat pasien.""Oh, dasar jalang, kamu ...."Rani mengumpat dan mengangkat tangannya seolah hendak memukulku, tapi Anto dengan cepat menariknya kembali.Ayahnya mengubah sikap arogannya.Dia menatap Zayn dengan ekspresi rumit, dan berkata dengan sungguh-sungguh, "Zayn, Ayah mengakui bahwa Ayah telah banyak mengabaikanmu di masa lalu, tetapi tidak d