Aku secara refleks mendongak dan langsung melihat Yosef.Yosef menatapku dengan diam, dengan raut wajah yang menyiratkan kesedihan dan luka.Sebelum dia sempat berbicara, aku buru-buru berdiri dan ingin pergi.Makin berada di Keluarga Hale ini, makin aku harus menghindari kesalahpahaman dengan dirinya,Saat ini, aku hanya ingin dengan tenang menunggu pesta selesai, lalu pergi.Aku benar-benar tidak ingin ada masalah lagi.Namun, baru saja aku berdiri, Yosef sudah memegang lenganku.Wajah tampannya penuh dengan ekspresi terluka, "Audrey, apa sekarang kamu benar-benar begitu benci lihat aku?""Tidak." Aku dengan kuat melepaskan tangannya, menatapnya serius dan berkata, "Bukan aku benci lihat kamu. Cuma saja, kamu juga tahu, ada hubungan seperti itu antara aku dan kakakmu. Jadi, di Keluarga Hale ini, kita harus jaga jarak. Kalau tidak, mereka akan mulai bergosip.""Tapi, kamu sudah cerai dengan kakakku, tidak ada hubungan lagi. Mereka semua juga tahu itu." Yosef berkata dengan cemas.Aku
Yosef masih mau mengatakan sesuatu, tetapi aku segera memotongnya, "Kamu tidak perlu katakan apa-apa lagi. Hal-hal di masa lalu, aku tidak mau bahas lagi."Yosef menatapku dalam-dalam, wajah tampannya dipenuhi luka.Aku menunduk, tidak tega melihat ekspresi itu.Tak lama kemudian, Zayn datang menghampiri.Dia langsung menarikku ke dalam pelukannya dan tersenyum ke arah Yosef, "Kenapa? Begitu tertarik pada wanitaku?""Wanitamu?" Yosef mengerutkan alis.Zayn tersenyum tipis, "Bukankah begitu?"Dia berhenti sejenak, lalu menunduk dan menatapku sekilas, kemudian mencibir dingin ke arah Yosef, "Aku sudah bilang, barang milikku, meskipun aku tidak mau, juga tidak akan kuberikan kepada orang lain.""Zayn!" Yosef menatapnya dengan marah dan menggeram dengan suara rendah.Di saat ketegangan antara keduanya meningkat, untunglah seorang pelayan datang.Pelayan itu berkata kepada Zayn, "Tuan Zayn, Nyonya Hera minta Tuan dan Nyonya Muda bermalam di sini malam ini. Kami sudah bersihkan paviliun keci
Meskipun dia mengatakannya dengan nada datar, mudah dibayangkan bahwa dulu posisinya di keluarga ini sangat buruk.Tidak mengherankan kalau semua orang memuji Yosef setinggi langit, sementara menyebut namanya sambil menggelengkan kepala. Bahkan, dia tidak pernah mendapatkan kesempatan untuk menunjukkan kemampuannya.Tidak mengherankan kalau dia sejak kecil belajar untuk menahan diri, karena dia tahu betul bahwa ibu tirinya tidak akan pernah mengizinkannya lebih unggul daripada Yosef.Pelayan mengantar aku dan Zayn ke paviliun kecil di halaman belakang.Paviliun dua lantai yang terpisah ini cukup tenang.Namun, bagaimanapun, Keluarga Hale adalah tempat penuh masalah. Awalnya, aku berencana langsung pergi begitu pesta selesai.Sekarang, malah harus menginap di sini semalam.Hanya berharap malam ini tidak akan terjadi apa-apa.Dekorasi interior di paviliun kecil itu cukup sederhana.Lantai satu adalah ruang tamu, sementara di lantai dua ada satu ruang kerja dan satu kamar tidur.Zayn memb
Saat aku keluar, Zayn masih bersandar di jendela sambil merokok.Namun, tatapannya padaku tiba-tiba menjadi jauh lebih dalam, dengan sedikit kilatan hasrat yang samar.Sebenarnya, tadi aku sempat bercermin. Kemeja hitam ini membuat kulitku terlihat sangat putih.Selain itu, panjang kemeja yang hanya menutupi paha juga cukup menggoda.Ditambah lagi, aku tidak mengenakan pakaian dalam, sehingga bentuk dada yang terlihat dari kemeja ini cukup memancing imajinasi.Dia adalah pria normal. Melihat aku berpakaian seperti ini, wajar saja jika dia merasa tergoda.Dalam ingatanku, dia memang selalu gila soal hal semacam itu.Namun, mengingat hari ini kami baru saja bertengkar, aku sama sekali tidak ingin bermesraan dengannya. Aku bahkan memiliki rasa bertentangan berada di dekatnya.Aku menarik ujung kemeja ke bawah, lalu berkata padanya, "Aku ngantuk, aku tidur duluan."Zayn tidak menjawab, hanya mengembuskan asap rokok dengan pelan.Matanya setengah menyipit, seperti sedang menatapku, tetapi j
Tatapannya sangat dalam dan intens, seolah-olah ingin melahapku habis.Aku bergeser sedikit ke belakang dengan gugup, lalu berkata, "Kamu, kamu mandi saja, lalu ... tidur."Saat Zayn mendekat, beberapa kancing kemejanya sudah terbuka, memperlihatkan dada bidang yang kekar.Aku menelan ludah, mendongak menatapnya.Aku terlalu mengenal tatapan ini.Setiap kali dia berada dalam "mode buasnya," dia selalu menatapku seperti ini.Namun, saat ini aku sama sekali tidak ingin melakukan hal semacam itu dengannya.Lututku dan telapak tanganku masih terasa sakit dan bayangan sikapnya yang kasar dan kejam tadi siang masih menghantui pikiranku.Aku benar-benar tidak bisa melakukannya. Sebelumnya, kami baru saja bertengkar, apakah aku sekarang bisa bersikap seolah-olah tidak terjadi apa-apa lalu bermesraan dengannya?Saat aku masih kebingungan, Zayn sudah membungkuk, menindihku.Dia menopang tubuhnya dengan kedua tangannya di sisi tubuhku, menjebakku di kepala tempat tidur, matanya menatapku dalam-da
Namun, aku merasakan napasnya di dekat telingaku menjadi lebih berat.Aku tidak tahu apa yang dia pikirkan.Aku berkata dengan serius, "Selama itu anakmu, tidak peduli, apa aku ataupun Cindy yang lahirkan, itu tetap cicit nenek. Jadi, biarkan Cindy yang lahirkan untuk kamu."Anak yang lahir dari pasangan yang saling mencintai adalah buah cinta, ditunggu-tunggu sejak awal kehamilan.Namun, anak yang lahir dari seseorang yang dia benci sepertiku, hanya akan dianggap anak haram, tidak pernah diharapkan.Zayn sedikit duduk tegak, tangannya mencengkeram bahuku, menatapku dingin."Jadi, kamu tidak mau lahirkan anak untuk aku?""Tidak mau."Melahirkan anak untuk apa? Agar dibenci olehnya?Nenek ingin menggendong cicit, itu urusan lain. Namun, bagaimana kalau anakku dibenci oleh ayah kandungnya sendiri, bahkan dicap sebagai anak haram?Aku lebih baik tidak melahirkan.Aku tidak akan membiarkan anakku lahir untuk menderita dan diperlakukan tidak adil.Zayn menatapku dengan pandangan tajam dan d
Aku mendengar dia berkata, "Tunggu sebentar, aku segera ke sana."Selesai berbicara, dia langsung bangkit dari tubuhku tanpa sedikit pun keraguan.Dia bahkan seolah-olah sudah melupakan keberadaanku, dengan buru-buru mengenakan pakaian dan keluar dari kamar tanpa menoleh sedikit pun.Pintu kamar tertutup dan ruangan ini langsung menjadi sangat sunyi.Aroma samar yang masih tertinggal, seprai yang berantakan, serta bekas-bekas memalukan di tubuhku, semuanya terasa seperti ejekan yang menyakitkan.Mataku terasa panas dan perih.Tak lama, air mata mulai memenuhi pelupuk mataku, membuat cahaya lampu terlihat buram dan kabur.Aku menarik napas dalam-dalam, berusaha menahan air mata itu.Tidak ada gunanya menangis. Bukankah aku sudah tahu bahwa orang yang dia cintai adalah Cindy?Namun, aku masih tidak mengerti. Kalau dia begitu mencintai dan peduli pada Cindy, kenapa dia masih menyentuhku?Kenapa dia ingin aku melahirkan anak untuknya?Melahirkan itu menyakitkan dan merusak tubuh.Apakah di
Aku mengernyit, berjalan beberapa langkah, lalu membuka pintu."Ada apa?"Ibu tiri Zayn berjinjit, melongok ke belakangku, lalu mendengus sambil tertawa kecil, "Oh, jadi Zayn tidak ada di sini."Aku tidak menanggapinya.Dia memperhatikanku dari ujung kepala hingga kaki, lalu tertawa lagi dengan nada mengejek, "Hah, pakai baju seperti itu saja kamu tetap tidak bisa buat dia bertahan. Bisa dilihat betapa dia sangat benci kamu.""Cumanya anakku yang bodoh dan buta yang bisa jatuh cinta pada wanita sepertimu."Melihat ejekan di wajahnya, aku hanya merasa ironi yang sangat tajam.Aku masih ingat, dulu ketika aku dan Yosef sering bermain bersama, dia pernah membawaku untuk bertemu ibunya.Itu adalah wanita kaya yang sekarang berdiri di depanku ini.Saat itu, keluargaku masih menjadi salah satu keluarga terpandang di Kota Jenara dan dia melayaniku dengan sangat ramah.Dia memujiku cantik, memujiku dengan sopan, mengatakan berbagai hal baik tentangku.Bahkan dia mengatakan, kalau putranya bisa
Ya, kakakku memang benar.Menceritakan hal-hal ini pada seseorang yang sudah berubah pikiran tidak akan menyelamatkan apa pun.Keesokan paginya, aku dan kakakku pergi ke rumah sakit untuk menjenguk ibuku.Begitu sampai di pintu, aku dengar suara pertengkaran dari arah bangsal ibuku.Aku juga samar-samar mendengar suara ayahku.Aku dan kakakku saling memandang dan bertanya, "Bagaimana Ayah tahu?""Siapa yang tahu? Sial, aku tahu kedatangannya akan menimbulkan masalah bagi ibu kita," kata kakakku sambil mendorong pintu bangsal.Aku melihat ayahku berdiri di samping tempat tidur dengan tangan di pinggangnya, wajahnya penuh dengan kemarahan.Ibuku duduk di ranjang rumah sakit, menyeka air matanya dalam diam.Kakakku langsung marah, lalu berlari ke depan dan mendorong ayahku, "Apa yang kamu lakukan di sini? Kenapa kamu menindas ibuku lagi?"Aku bergegas menghampiri, memegang bahu ibuku dan bertanya apa yang terjadi.Ibu tidak mengatakan apa pun, hanya menggelengkan kepalanya.Kakakku makin
Untungnya, aku baru saja menginjak anak tangga pertama.Begitu aku bergerak mundur, ada tanah datar di belakangku hingga membuatku kehilangan keseimbangan.Setelah bergoyang dua kali, akhirnya aku berhasil berdiri tegak.Aku mendongak dengan kaget, ternyata itu adalah kakakku."Apa yang kamu lakukan? Kamu tiba-tiba berlari ke bawah, hampir saja menjatuhkanku."Kakakku melirik ke arah Zayn pergi dan mendengus, "Kenapa kamu turun ke bawah? Aku sudah berdiri di sini tanpa bergerak dari tadi.""Kamu sedang memikirkan suamimu begitu serius hingga menabrak aku!"Aku menatapnya tanpa berkata apa-apa.Apa artinya 'memikirkan suami'? Aku mendapati kata-kata Irvin semakin lama semakin keterlaluan.Hah?Eh, salah!Kalau kakakku berdiri di sini sepanjang waktu, bukankah akan melihat dan mendengar semua yang baru saja kami lakukan, saat Zayn mencium serta memelukku dan mengucapkan begitu banyak kata-kata mesra?Tepat saat aku memikirkan hal ini, kakakku datang, menyentuh hidungnya dan tersenyum pad
"Ingat kirim pesan padaku setiap hari. Kalau ada waktu, telepon aku.""Betapa pun sibuknya aku, aku akan mengangkat teleponmu.""Ya."Keengganan Zayn membuat hatiku luluh.Pada saat ini, aku sepenuhnya merasakan cintanya yang begitu kuat.Namun cintanya tampak bercampur dengan sedikit kekhawatiran.Hatiku juga mulai merasa agak sedih serta gelisah.Aku bertanya padanya, "Apa yang kamu khawatirkan? Apa karena operasi ibumu?"Zayn menggelengkan kepalanya. "Dokter bilang untuk jenis operasi ini, selama ginjalnya cocok, tingkat keberhasilannya sangat tinggi.""Lalu apa yang kamu khawatirkan?" Aku bisa dengan jelas merasakan ketakutannya.Jadi aku tidak mengerti, selain penyakit ibunya, apa lagi yang ditakutkan oleh orang seperti dia?Zayn menatapku dengan serius, membelai pipiku dan berbicara dengan suara yang keras."Tidak apa-apa. Aku hanya merasa sedikit tidak nyaman. Aku khawatir tidak akan bisa melihatmu lagi.""Dasar bodoh!"Aku melemparkan diriku ke dalam pelukannya, memeluk pinggan
Malam harinya, Zayn datang untuk makan malam bersamaku.Zayn pertama-tama pergi ke bangsal untuk menjenguk ibuku lalu membawa aku ke restoran yang sudah direservasi terlebih dahulu.Tahun ini bisa dikatakan sebagai tahun terdingin di Kota Jenara.Angin dingin yang menggigit terasa bagai pisau yang menyayat wajah orang.Zayn menutupiku dengan syal sambil menuntunku ke dalam mobil.Akhir-akhir ini aku tidak sering mengunjungi ibunya karena urusan ibuku.Aku mengencangkan sabuk pengaman dan bertanya padanya, "Apa akhir-akhir ini ibumu baik-baik saja?"Zayn mengangguk. "Setiap hari menerima suntikan serta perawatan tepat waktu, sekarang hanya menunggu operasi pada tanggal 20 saja."Aku berkata, "Pada tanggal 20, aku mungkin tidak bisa mengunjungi ibumu, aku juga tidak bisa menemanimu sampai operasi ibumu selesai.""Aku mengerti." Zayn memegang tanganku erat sambil tersenyum lembut padaku. "Pada hari itu, ibumu juga harus menjalani operasi. Meskipun kamu adalah istriku dan menantu ibuku, ka
"Kamu salah. Aku tidak punya prasangka buruk atau benci padanya. Aku hanya ingin tahu seperti apa rupa pacarmu.""Lalu, bagaimana kalau kamu sudah tahu seperti apa penampilannya?"Kakakku menatapku dengan serius dan ekspresi aneh, seakan-akan sedang marah padaku.Aku memalingkan wajahku lalu berkata dengan tenang, "Aku tidak berencana melakukan apa pun. Katakan saja padaku apakah wanita di foto itu adalah pacarmu.""Ya! Dia pacarku. Meskipun tidak cantik, aku tetap mencintainya.""Di hatiku, dia adalah gadis yang paling polos dan baik hati di dunia."Aku menundukkan mataku untuk melirik ponselku dan berkata padanya, "Lihat lagi, lihat baik-baik, aku akan bertanya sekali lagi, apa dia ....""Audrey, cukup!"Kakakku berdiri dan berkata dengan marah, "Dia pacarku, benar-benar pacarku. Apa kamu puas dengan ini?"Setelah berkata demikian, kakakku berjalan dengan marah ke kamarnya.Aku berbalik untuk berkata, "Kakak sudah mengakui kalau dia adalah pacarmu, maka aku yakin kalau dia benar-bena
Wanita yang berada di depanku terlihat sangat biasa.Hidungnya pesek, bibir agak tebal, matanya pun tidak terlalu besar. Secara keseluruhan, memang tidak terlihat cantik sama sekali.Satu-satunya keunggulannya adalah kulitnya sangat cerah.Dia hanya mengenakan sedikit riasan, hanya lipstik warna merah muda.Jadi meskipun fitur wajah serta bentuk wajahnya tidak menonjol, dia sekilas terlihat polos.Namun, penampilan ini sama sekali tidak sesuai dengan selera kakakku.Jadi, kenapa kakakku begitu setia kepada wanita ini, seakan-akan sudah terbius olehnya?"Audrey, apa aku benar-benar jelek? Pasti Bibi tidak akan menyukaiku, 'kan?"Tepat saat aku tengah memikirkan hal itu, wanita di depanku tiba-tiba bertanya dengan cemas.Aku kembali tersadar lalu tersenyum padanya. "Tidak akan, buku tidak menetapkan standar apa pun untuk pemilihan pasangan. Selama kakakku benar-benar menyukai orang itu, pasti akan menyetujuinya.""Kita juga sudah menyiapkan hadiah untukmu. Kita akan memberikannya padamu
Herman tersenyum, "Aku cuma mau memperkenalkanmu, dia adalah Audrey yang merupakan adik Irvin.""Ah! Kamu Audrey?"Perawat itu menatapku, lalu berkata dengan cemas dan penuh semangat, "Irvin sering mengungkitmu di depanku, aku juga sangat ingin bertemu denganmu dan Bibi.""Tapi akhir-akhir ini pekerjaanku sangat sibuk, sibuk bersaing untuk mendapatkan posisi, serta sibuk mencari sumber ginjal untuk Bibi. Jadi aku sama sekali nggak punya waktu untuk menemui kalian.""Maafkan aku, aku benar-benar minta maaf karena sudah beberapa kali mengingkari janji. Aku juga selalu ingin minta maaf secara pribadi padamu."Perawat di depanku berkata dengan tulus, yang tidak terdengar seperti sedang berpura-pura.Aku tidak bisa menahan diri untuk berpikir apakah pikiranku terlalu berlebihan?Sebenarnya Sella sama sekali tidak bermasalah, dia memang sangat sibuk sampai mengingkari janji denganku?"Audrey, kamu nggak marah padaku, 'kan?"Saat aku sedang berpikir, perawat di depanku tiba-tiba bertanya deng
Setelah tiba di Rumah Sakit Harmoni, aku langsung mendatangi meja resepsionis di bagian rawat inap."Permisi, apakah ada perawat yang bernama Sella di sini?"Perawat itu menatapku, lalu mengangguk, "Benar, ada perawat bernama Sella di sini. Ada apa kamu mencarinya?""Ada masalah pribadi yang mau kukatakan padanya, bolehkah tolong panggil dia untuk bertemu denganku?""Maaf, Nona. Saat ini waktu Sella bekerja, dia sepertinya sedang sibuk.""Kalau begitu aku akan menunggu di sana, tolong kasih tahu aku kalau dia sudah nggak sibuk, terima kasih."Setelah berkata pada perawat, aku duduk di kursi untuk menunggu.Tidak lama kemudian, seseorang memanggil namaku, "Nona Audrey?"Aku tertegun sejenak, aku melihat Herman sedang menghampiriku begitu menoleh.Herman masih mengenakan jas putih, temperamennya terlihat elegan dan lembut. Sepasang kacamata berbingkai emas membuat Herman terlihat seperti orang yang mengetahui sopan santun."Nona Audrey, kenapa kamu datang ke rumah sakit? Apakah kamu data
Aku mengabaikannya.Irvin memapahku sambil mengerutkan bibirnya, "Sudahlah, kamu pasti punya kesempatan untuk bertemu dengannya di masa depan. Apa yang kamu takuti?""Minggir!"Aku menepis tangannya dengan marah, lalu berjalan ke depan.Alasan kenapa aku sangat ingin menemui Sella adalah untuk memastikan bahwa tidak ada masalah pada sumber ginjal ibuku.Hanya saja, kakakku sama sekali tidak mengerti.Meskipun aku mengatakan ini padanya, Irvin akan menyalahkanku karena terlalu curigaan dan berprasangka buruk pada pacarnya.Singkatnya, aku sama sekali tidak ingin berbicara dengan Irvin.Otak seseorang yang sudah dibodohi dengan cinta benar-benar sangat menakutkan.Menyebalkan sekali.Irvin mengikutiku sampai ke lantai bawah, dia berlari untuk menarikku saat melihatku terus berjalan ke depan tanpa menoleh ke belakang, "Apa yang kamu lakukan? Ayo, aku akan mengantarmu pulang."Aku menghempaskan tangannya, "Nggak perlu, kamu pulang sendiri saja!""Huh, apa lagi yang mau kamu lakukan?!"Irvi