Share

Bab 2. Cinta Pertama

Author: buchaa
last update Last Updated: 2023-12-11 22:42:16

Masa-masa putih abu-abu sepertinya akan sangat membekas buat Aurelia. Terutama sejak memutuskan untuk menerima pernyataan cinta dari seorang lelaki bernama Rafa, yang tahun ini satu kelas dengannya. Bukan lelaki biasa, tapi seorang siswa paling ganteng yang sudah diperhatikannya sejak baru masuk dulu, juga seorang siswa yang selalu juara umum, atau paling teranyar adalah seorang siswa yang memenangkan juara debat bahasa inggris tingkat SMA se-DKI Jakarta.

“Abis SMA, kamu mau lanjut ke mana, Yang?” tanyanya suatu hari sambil menyantap chicken katsu.

Rafa menyenderkan punggung sambil melipat kedua tangan di dada. “Rencananya aku mau kuliah di ITB.”

Sontak saja Aurelia berhenti memegang garpu. Punggung dia hempas ke kursi, lantas membuang muka ke arah lain. “Itu artinya kita bakal pisah.”

Wajah Rafa berkerut bingung. “Hanya jarak, bukan berarti kita harus putus. Kenapa? Kamu ngga yakin dengan kekuatan cinta kita sampai ngga bisa mengalahkan rintangan jarak itu?”

Tatapan Aurelia terhenti pada sosok lelaki berkulit agak gelap, namun sangat manis itu. Sungguh, dia takut jika lelaki itu berpaling hati darinya. Masih ada dirinya di samping Rafa aja, banyak mata para wanita yang melirik ke arah mereka.

“Simpel saja, Lia. Jika dia memang ditakdirkan berjodoh denganmu, kalian akan bersama. Jika tidak, ya sudah. Kamu pasti punya jodohmu sendiri. Itu sudah digariskan sama Allah.” Aurelia jadi teringat akan nasihat dari ibunya kala dia menceritakan keinginan Rafa menuntut ilmu di kota lain.

Melihat Rafa di sore hari yang hampir gelap ini, berdiri seorang diri tanpa tertarik ikut corat-coret apalagi mendekat pada wanita lain, membuat Aurelia sangat yakin kalau lelaki itu bisa menjaga hatinya.

Karena itulah, Aurelia memutuskan untuk mengizinkannya meraih cita-cita yang diharapkan lelaki itu.

Seandainya mereka putus, Aurelia berharap hatinya sanggup menerima resiko itu.

Mulanya, Aurelia kira LDR-an itu bakal begitu sulit buat dijalani. Tapi, ternyata dia senyaman itu.

Dia bebas mau pergi dengan teman-temannya ke manapun. Aurelia sangat menikmati me time yang dijalaninya. Kalau kangen sama Rafa, ya tinggal telpon aja, sih. Untungnya Rafa juga orangnya tidak overprotektif. Jadi, Aurelia tidak ada beban apapun menjalani hari-harinya.

Karena fokus pada kuliahnya, Aurelia selesai kuliah tepat tiga tahun. Dia bekerja sebentar di sebuah bank swasta, sebelum akhirnya Rafa benar-benar melamarnya.

“Kamu yakin mau langsung menikah?” tanya Ibu kala itu, saat Aurelia mengutarakan niat Rafa hendak melamarnya.

Aurelia mengangguk mantap.

“Kalian sama-sama baru memulai kerja. Yakin kalau ngga mau menikmati hasilnya dulu? Menabung terlebih dahulu?”

“Bu, Lia mau menikmatinya bersama Rafa. Daripada kami pacaran terus, nanti kalau ujung-ujungnya ngga jadi, kan malu, Bu.”

“Terus, pekerjaan kamu gimana? Katanya Rafa penempatannya di Bogor,” tanya Lis seraya melirik suaminya, yang hanya diam. Diam-diam mendengarkan.

“Lia berhenti kerja, terus ikut Rafa ke Bogor.”

Wanita yang masih tampak segar meskipun tidak bisa menyembunyikan keriput di sekitar matanya itu hanya bisa menghembuskan napas. Kalau dilihat dari raut wajah anak perempuan satu-satunya itu, sepertinya keputusan ini sudah bulat.

Sukamto melirik keduanya, lantas mengangguk samar. Senyuman pun terkembang di wajah Aurelia.

Pernikahan antara Rafa dan Aurelia dilangsungkan satu tahun kemudian setelah lamaran. Dikarenakan Sukamto yang sedang sakit-sakitan, dan mencari waktu yang pas untuk diadakan pesta pernikahan.

Aurelia merasa menjadi wanita paling bahagia hari itu. Senyumnya tak pernah sirna dari wajah manisnya. Apalagi banyak teman-teman masa SMA-nya yang datang. Kebanyakan dari mereka salut ternyata hubungan Aurel dan Rafa bisa sampai ke pelaminan.

Sayangnya, senyuman itu ternyata hanya bertahan sebentar. Sejak dua tahun pernikahan dan juga belum dihadiahi momongan, kepercayaan diri Aurelia memudar.

Setiap kali mertua dan saudara iparnya datang ke Bogor, selalu yang ditanyakan adalah tentang anak. Sudah ada atau belum. Kalau belum, sudah berobat atau ikut program dokter tidak.

Hingga Aurelia tidak lagi menikmati nafkah batin yang diberikan oleh Rafa. Padahal, dulu dia selalu menanti dengan tak sabaran. Tapi kini, malah terasa seperti beban. Apakah akan berhasil atau tidak? Selalu itu yang terpikirkan.

Entahlah bagaimana perasaan Rafa kini padanya. Akankah dia menyadari perubahan sikap Aurelia? Entahlah. Aurelia tidak berani menanyakannya.

Hingga hari itu, sang suami mengungkapkan keinginannya untuk berpisah.

Bukan marah gejolak yang ada di dada Aurelia. Namun, lebih ke sebuah euforia dari sebuah kelegaan. Akhirnya, bisa lepas dari cengkraman kejenuhan ini.

Mereka memang berpisah baik-baik. Meskipun, sesekali Aurelia penasaran kabar terbaru Rafa. Sudah memiliki kekasihkah dia, atau justru menikmati kesendiriannya?

Akan tetapi, perlahan Aurelia juga hampir melupakan seperti apa sosok Rafa. Dia terlalu sibuk dengan toko roti yang dikelolanya. Cukup banyak peminat dan pengikutnya di media sosial juga lumayan.

Bahkan, Aurelia acap kali membuka kursus membuat cake yang selalu full kuota pesertanya.

Sampailah dia bertemu dengan Fathan, seorang dosen yang tak pernah absen datang setiap sore hanya untuk membeli roti.

Fathan yang pantang menyerah akhirnya berhasil membuka pintu hati Aurelia.

Hampir setengah tahun mereka menjalin hubungan yang serius. Yah, walaupun Fathan lebih muda dua tahun, tapi dia serius hendak membawa hubungan ini ke mana.

Aurelia tertawa pelan begitu mengetahui kalau Fathan masih tinggal di rumah orang tuanya. Padahal, lelaki 30 tahun itu sudah sangat mapan untuk memiliki rumah sendiri.

Hal ini baru diketahui Aurelia ketika hendak membawakan roti untuk sang kekasih yang katanya sakit beberapa hari ini.

Dan, yang lebih mengagetkannya lagi ternyata Fathan tinggal di salah satu perumahan elite di Menteng.

Aurelia dibuat terbengong berdiri di depan sebuah rumah berpagar panjang yang tiada habisnya dan tidak kelihatan ujungnya ini. Kepalanya menengadah melihat puncak rumah itu yang ada di lantai dua.

“Pantes aja Fathan masih betah tinggal di sini. Kamarnya aja mungkin segede rumahku,” komentar Aurelia sambil memperbaiki letak sunglasses-nya.

Dia menggelengkan kepala, menepuk pipinya pelan, lalu menekan bel yang ada di atas nomor rumah.

Ada suara seperti ‘klek’, bersamaan dengan pintu pagar yang terbuka. Aurelia pun mendorong pelan pintu pagar itu.

Dilihatnya kiri dan kanan, tidak ada siapa-siapa. Pos juga terlihat tidak ada orang.

Aurelia terus berjalan menuju pintu di antara pilar besar itu. Dia ingin mengetuk, tapi langsung menekan tombol bel lagi begitu melihatnya di samping pintu.

Mungkin sudah lebih dari satu menit, belum juga ada tanda-tanda kehadiran seseorang. Dia pun menekan bel lagi, siapa tahu yang tadi tidak kedengaran.

Aurelia menunggu dengan maklum. Dia memilih untuk menikmati pemandangan sambil berdiri di dekat pilar. Sesekali dilihatnya kantong kresek putih berlogokan roti-roti kecil bewarna merah, warna utama dari merk rotinya. ‘Fathan pasti suka banget sama bawaanku ini.’

Tiba-tiba terdengar suara pintu terbuka.

Aurelia pun bergegas menoleh. Senyumnya tiba-tiba memudar. Jemari yang memegang plastik mendadak terasa lemas.

Wajah panjang, masih kecoklatan seperti dulu, tapi brewok tipis memenuhi bagian telinga hingga dagunya. Ah, walau berubah seperti apapun, Aurelia akan tetap mengenalinya. Cinta pertama sekaligus suaminya terdahulu, “Rafa?!” seru benaknya sambil membuka kacamata hitamnya itu.

Bersambung ...

Comments (6)
goodnovel comment avatar
Megarita
lho...masak aurelia gk tau pacaran sama mantan adik ipar, thor???
goodnovel comment avatar
Zetha Salvatore
wah wah wah, selamat reunian ya Rafa dan Aurelia haha
goodnovel comment avatar
Its Me
Cinta pertama emang nganu sih......
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Mantan Istri Jadi Adik Ipar   Bab 3. Gejolak Yang Kembali

    Jemari mungil Aurelia saling terpaut di antara jemari Rafa, yang lebih besar dan terasa lumayan kasar.Kaki mereka seirama melangkah menyusuri keramik Botani Square. Sudah dua bulan Rafa mulai bekerja di pemerintahan Kota Bogor. Aurelia pun menyusulnya ke sana karena tanggal merah sudah tiba sejak hari jumat kemarin. Ini adalah kesempatannya melepas rindu dengan sang kekasih. Saat itu mereka belum menikah.Tiba-tiba kaki Rafa mengajak masuk ke sebuah toko perhiasan yang cabangnya sudah tersebar hampir di seluruh kota besar Indonesia itu. Namun kaki Aurel malah berhenti melangkah di pintu masuk. Wanita berbibir mungil itu menatapi ruangan yang sangat terang itu dengan kening mengernyit.Rafa, yang sudah masuk beberapa langkah, kembali ke arah kedatangan, menjemput pemilik hatinya yang malah berdiri dalam diam.“Ayo,” ajaknya seraya meraih jemari yang tadi terlepas dari genggamannya itu.Dalam satu hentakan kecil, tubuh Aurel pun sepenuhnya mengikuti langkah Rafa. Tidak ada penolakan

    Last Updated : 2023-12-11
  • Mantan Istri Jadi Adik Ipar   Bab 4. Pemain Hati

    Rafa memandangi punggung mantan istrinya itu. Masih sama seperti yang dulu, paling gaya berhijabnya yang berbeda. Dulu hijab segitiga tapi sekarang lebih ke pashmina. Jemari Rafa hendak menyentuh bahu Aurel. Dia ingin menyapanya sebelum ada yang melihat mereka.Tiba-tiba Aurel menoleh, membuat Rafa kaget, lantas menghentikan langkahnya. Tidak lupa menarik jemarinya walaupun Aurel sempat melihatnya.Akan tetapi, Aurel tidak mempermasalahkan itu meskipun keningnya mengernyit jelas.“Ada apa?”“Ngga, itu ....”“Ada apa?” Wanita berhijab tadi tiba. Jemarinya sibuk menempelkan ponsel di telinga.“Ngga enak kalau Saya masuk. Saya cuma mau nganter kue aja.”“Iya, Ma. Biar kuenya aku anterin ke Fathan,” imbuh Rafa cepat. Ini kesempatannya untuk mempersilakan Aurel pulang. Entah kenapa benaknya merasakan sesuatu yang buruk jika mantan istrinya itu berlama-lama di rumah ini.Aurel membelalakkan matanya seraya menoleh pelan ke arah Rafa. ‘Ma? Mama? Wanita ini ....’Wanita berhijab itu menghampir

    Last Updated : 2023-12-12
  • Mantan Istri Jadi Adik Ipar   Bab 5. Beban Pikiran

    Rafa tengah berbaring menghadap dinding. Matanya tampak segar, belum ada tanda-tanda mengantuk. Kemudian, dia tidur terlentang. Sorot matanya kembali menerawang ke langit-langit kamar berdampingan tingkat dengan lampu warna cream yang kalem.“Ma,” panggil Rafa pelan.“Hm,” sahut Davina pelan dari balik meja rias. Banyak rentetan skincare malam yang harus dipoles pada wajah hingga ujung kakinya. Dia hanya melirik suaminya dari kaca.Rafa menghela napas pelan. “Menurut kamu, Fathan serius ngga dengan ucapannya tadi?”“Mau melamar Aurel? Kayaknya serius, sih.”“Lho, kok kayaknya?” tanya Rafa seolah tidak terima.Davina menoleh. Dia sudah selesai mengoleskan krim malam. Karena tidak ada hijab yang menutupi kepalanya, ketahuanlah bahwa rambutnya panjang bergelombang hingga ke punggung. Tubuhnya juga hanya berbalut setelan piyama berlengan dan celana pendek.“Iya, menurutku serius, sih. Karena selama ini dia ngga pernah mempersilakan seorang teman perempuan datang ke rumah ini.” Davina pun

    Last Updated : 2023-12-12
  • Mantan Istri Jadi Adik Ipar   Bab 6. Duda dan Janda

    ~~“Aku seorang duda,” ucap Rafaizan malam itu.Di antara macetnya kota Jakarta malam itu dalam perjalanan mereka pulang kembali ke Bekasi. Ya, mereka. Dia dan seorang wanita yang duduk di sisinya.Box popcorn ukuran large dengan merk salah satu bioskop berada dalam pelukan wanita itu. Masih tersisa setengah dan tengah dalam proses dihabiskan oleh wanita itu.Jemari yang tadi tidak berhenti memindah popcorn satu-persatu dari box ke dalam mulutnya, tiba-tiba berhenti. Manik matanya yang tadinya menatap lelaki yang sedang menyetir itu, beralih pada kendaraan yang mengantri di depan.Seketika suara riuh di luar sana menyeruak masuk ke dalam mobil, meskipun samar. Tapi klakson juga deru kendaraan itu terdengar bising sekali.Wanita itu dan Rafa sama-sama membungkam mulut. Sibuk dengan pikiran masing-masing.“Davina,” panggil Rafa memecah keheningan.Davina menaikkan tangan kanannya. “Sebentar,” potongnya cepat. Sedangkan matanya tetap melihat ke depan. “Aku masih dalam proses mencerna pen

    Last Updated : 2023-12-12
  • Mantan Istri Jadi Adik Ipar   #Bab 7. Beban Pikiran

    Rafa tengah berbaring menghadap dinding. Matanya tampak segar, belum ada tanda-tanda mengantuk. Kemudian, dia tidur terlentang. Sorot matanya kembali menerawang ke langit-langit kamar berdampingan tingkat dengan lampu warna cream yang kalem.“Ma,” panggil Rafa pelan.“Hm,” sahut Davina pelan dari balik meja rias. Banyak rentetan skincare malam yang harus dipoles pada wajah hingga ujung kakinya. Dia hanya melirik suaminya dari kaca.Rafa menghela napas pelan. “Menurut kamu, Fathan serius ngga dengan ucapannya tadi?”“Mau melamar Aurel? Kayaknya serius, sih.”“Lho, kok kayaknya?” tanya Rafa seolah tidak terima.Davina menoleh. Dia sudah selesai mengoleskan krim malam. Karena tidak ada hijab yang menutupi kepalanya, ketahuanlah bahwa rambutnya panjang bergelombang hingga ke punggung. Tubuhnya juga hanya berbalut setelan piyama berlengan dan celana pendek.“Iya, menurutku serius, sih. Karena selama ini dia ngga pernah mempersilakan seorang teman perempuan datang ke rumah ini.” Davina pun

    Last Updated : 2024-01-03
  • Mantan Istri Jadi Adik Ipar   #Bab 8. Jangan Terkejut

    Fathan memandangi jemari telunjuk nan lentik Aurelia yang terpaut dengan jemarinya. Kedua sudut bibirnya tertarik. Senyuman terindah yang bisa ia berikan pada sang kekasih.Pandangannya kemudian beralih pada Aurelia. Wanita itu berbalik, lantas menatap Fathan. Tatapannya terlihat tak fokus.Fathan pun tertawa kecil. Melihat wanita yang biasanya terlihat serius bekerja malah kehilangan fokus seperti ini sungguh lucu buatnya, terlebih lagi jika wanita itu adalah orang yang dicintainya.“Kenapa? Kamu kaget dengan ucapanku di dalam tadi?”“Menurut kamu? Aku datang ke sini cuma mau nganterin roti, malah disuruh masuk. Itu aja sudah bikin kaget. Terus kamu tiba-tiba bilang mau ngelamar aku di depan keluarga kamu.” Aurel menarik napas dan menghempasnya berat. “Kalau aku ngga kaget, kayaknya bukan manusia normal, deh.”Fathan mengayunkan lembut tangan Aurel. Bibirnya tak henti tersenyum. Padahal, tubuhnya sedang lemah karena sakit ini. “Maaf, karena aku ngga melamar kamu dengan layak.”“Deng

    Last Updated : 2024-01-03
  • Mantan Istri Jadi Adik Ipar   #Bab 9. Melamar Anak Gadis

    Rafa melihat ke arah kancing kemeja batiknya sekali lagi. Seorang wanita berhijab pink floral menepuk pundaknya sambil memerhatikan penampilan Rafa.“Perfect, 'kan, Bu?” tanya Rafa sedikit berbisik.Wanita itu tersenyum sambil mengacungkan jempolnya.Hanya dengan jawaban sang ibu sudah mengembalikan kepercayaan diri Rafa. Dia duduk sambil memerhatikan ruang tamu itu. Tidak terlalu besar, paling hanya sekitar tiga kali enam meter. Hampir sama besar dengan kamarnya. Rafa sudah sering duduk di ruangan itu. Di kala masih berstatus siswa putih biru dulu hampir setiap malam minggu hadir di sini. Semenjak menginjak bangku kuliah dan bekerja yang mulai jarang mampir. Kesibukan membuatnya menomorduakan hubungan manis itu.Seharusnya dia merasa nyaman di tempat yang tidak asing buatnya itu. Tapi malam ini, Rafa merasa sesak di lehernya.Dia baru bisa tersenyum ketika sosok Aurel muncul dari belakang dan menyajikan teh manis dalam cangkir.Isti dan Yudi memerhatikan calon menantu mereka itu den

    Last Updated : 2024-01-04
  • Mantan Istri Jadi Adik Ipar   #Bab 10. Janji yang Terucap

    Davina berhenti di samping Fathan, yang berdiri di belakang Rafa. Dia melihat ke arah orang tua Aurelia, lalu pada suaminya itu.“Ada apa, Than?” tanya Davina heran. “Belum dipersilakan masuk, Kak.”Davina kembali menatap kedua orang tua Aurelia. Keningnya pun mengernyit. ‘Kok keduanya kayak kaget gitu ngeliat Rafa?’Lis maju selangkah setelah menarik lengan suaminya supaya tidak menghalangi jalan. “Ayo, masuk dulu,” ucapnya sambil memberikan ruang di pintu masuk.Rafa langsung menyalimi tangan Lis, yang disambut tawa dibuat-buat oleh wanita hampir paruh baya itu. Lalu, beralih menyalimi tangan Sukamto, walaupun ditarik cepat oleh lelaki itu.Rafa pun duduk di kursi tamu. Kursi jati itu masih ada, hanya kain pembungkus busanya yang berubah. Kalau dulu berwarna merah, sekarang hijau dengan aksen emas. Dan, ruangan itu tidak banyak berubah. Foto Aurel mengenakan toga ketika menyelesaikan Strata 1-nya masih terpampang jelas. Tambahannya adalah foto Aurel bersama kedua orang tuanya. Sep

    Last Updated : 2024-01-04

Latest chapter

  • Mantan Istri Jadi Adik Ipar   #Bab 83 • Terlanjur Bad Mood

    Dengan mata yang membengkak, Aurel sudah bersiap dengan peralatan membersihkan pekarangan rumah. Selepas Subuh tadi, diperhatikannya halaman depan yang rumputnya sudah memanjang. Begitu juga dengan bunga-bunga dan tanaman yang dulu peliharan almarhum ibunya sudah tumbuh tidak karuan, dia hendak merapikannya. Hitung-hitung bisa menghilangkan sejenak kesedihannya.Namun, langkah Aurel terhenti. Dia terkejut mendapati Ridho berada di depan pagar rumah ini.“Ngapain kamu di sini, Dho?” tanyanya seraya menghampiri pagar dan membuka kuncinya. Seharusnya jam tujuh begini, Ridho sudah berada di kantor. Kok malah ada di depan rumah ini? Kalau bukan urusan yang penting, tidak mungkin mau ke sini.“Itu ....” Ridho terlihat meragu. Bukannya lekas menjawab, dia malah menoleh ke arah jalan gang ini.Aurel juga ikut melihat ke sana. Menerka sekiranya ada jawaban di ujung jalan i

  • Mantan Istri Jadi Adik Ipar   #Bab 82 • Bukan Anak Haram

    Selesai sarapan, Shanum memegangi perutnya. “Padahal, hanya semangkuk kecil begitu. Tapi, udah bikin kenyang banget,” ujarnya dengan bibir yang tersenyum puas.Saat mengangkat pandangannya, dia menemukan Ghani yang berjalan cepat di lorong hendak ke arah luar. “Ghani,” gumamnya senang. Lalu, berlari kecil ke arah cowok itu.Ghani sudah berpakaian seragam putih abu-abu lengkap dengan tas punggungnya, yang hanya tercantol di bahu kanannya. Dari langkahnya yang cepat, cowok itu masih terlihat penuh emosi.“Ghani, Ghani,” panggil Shanum.Yang dipanggil sempat menoleh, tapi begitu tahu suara itu milik siapa dia langsung malah kian mempercepat langkahnya. Namun selebar-lebarnya langkah Ghani, tetap terkejar oleh Shanum, yang pantang menyerah.Gadis itu menangkap pergelangan tangan Ghani. “Tunggu," pintanya agak memaksa. Kemudian, mengatur napasnya yang tersengal-sengal. “Aku harus jelasin kalau tujuanku ke sini bukan untuk menjadi penerus perusahaan Fadel Group. Aku cuma mau ....”“Bullshit

  • Mantan Istri Jadi Adik Ipar   #Bab 81 • Perang Kecil di Pagi Hari

    Ketukan di pintu tidak juga membangunkan Shanum. Makanya, salah satu pelayan rumah tangga berambut pendek itu memilih untuk membuka pintu. Dia tidak kaget melihat sosok Shanum masih terlelap di atas tempat tidur, dia sudah dapat menduganya.Sejak kepala asisten rumah tangga menunjuknya menjadi pelayan Nona Muda baru, pelayan bermata kecil ini sudah tahu kalau perjalanannya akan sangat panjang dan berat. Maka dari itu, dia sudah memenuhi hatinya dengan kuota kesabaran yang ekstra.“Non,” panggil pelayan dengan name tag Minah itu. Digoyangkannya perlahan namun intens kaki Shanum. Tugasnya adalah membangunkan majikan baru ini. Dan, ternyata itu menjadi tantangan sendiri untuknya karena Shanum tidak jua kunjung membuka matanya.Pantang menyerah sekaligus menambah stok sabarnya lagi dan lagi, Minah menggoyangkan lengan atas Shanum kali ini. “Non, bangun. Sebentar lagi harus sarapan. Bapak yang nyuruh Non ikut.”Sontak, Shanum membuka matanya. Dia langsung melotot. Tatapannya langsung tertu

  • Mantan Istri Jadi Adik Ipar   #Bab 80 • Hati Yang Tersakiti

    Karena lantai yang berkarpet tebal, kedatangan Ridho tidak diketahui oleh Fathan. Tiba-tiba saja dia sudah berada di dekat Shanum. Dia mengangguk pada Fathan, yang menyadari kedatangannya.“Aku sudah menelepon Ridho untuk mengantarkan kamu pulang,” ujar Fathan menjelaskan kenapa sekretarisnya itu ada di sini.Tapi, sepertinya, Aurel sedang tidak fokus ke sana. Dia meraih pergelangan tangan Shanum. “Kamu yakin dengan keputusan ini? Hampir tiga tahun kamu akan tinggal di sini. Itu lama, Num.”Tatapan Shanum tertuju pada ibunya. “Itu artinya Shanum juga akan berpisah sama Ibu dan Dewi, kan?”“Iya,” jawab Aurel seraya mengangguk mantap. “Coba kamu pikirkan sekali lagi.”“Tiga tahun tidak lama. Dengan keseruan di sekolah, waktu akan berlalu dengan cepat. Saya juga tidak akan mengekang kamu untuk bertemu ibumu atau teman-temanmu. Kamu bisa mengunjungi mereka di akhir pekan atau pas liburan. Saya tidak sejahat Ibumu, yang melarang kita bertemu.” Di akhir kalimatnya, Fathan menatap tajam Aure

  • Mantan Istri Jadi Adik Ipar   #Bab 79 • Tidak Pernah Dipedulikan

    Manik mata Feny bergetar seraya membulat sempurna. ‘Dia datang?’“Aurel, kan?” tanya Feny, meskipun sudah tahu jawabannya. Ini percakapan mereka yang pertama.Aurel tidak langsung menjawab. Dia merasa tidak memiliki kewajiban untuk menanggapi pertanyaan itu. Manik matanya bergerak ke arah sosok yang muncul di belakang Feny. “Shanum!” sergahnya kesal.Feny bergegas menoleh. Dia menemukan sosok gadis itu bergegas bersembunyi di balik badannya.Aurel pun melangkah masuk. Dibiarkannya koper berada di luar. “Kenapa kamu ke sini?! Ibu sudah melarang kamu ke sini! Kenapa malah bandel begini?! Ayo, pulang!” Dia berusaha meraih pergelangan tangan Shanum, tapi anaknya itu terus menghindar.“Kenapa dia tidak boleh ke sini? Dia tidak boleh bertemu dengan ayah kandungnya sendiri?”Aurel, Feny, dan Shanum menoleh ke arah sumber suara. Fathan muncul dengan tatapan tajam, namun ekspresinya datar saja.Bagi Aurel, lelaki itu banyak berubah. Dulu, senyuman begitu murah terpampang di wajahnya. Tapi, tid

  • Mantan Istri Jadi Adik Ipar   #Bab 78 • Bertemu Lagi

    Praaang! Piring putih berles gold terlepas dari genggaman Aurel. Wanita itu tidak langsung menangkapnya, malah hanya menatapinya saja. Matanya sempat menutup saat piring itu beradu dengan lantai keramik.Napas Aurel tersengal. Dadanya sempat terasa sesak. Dia diam sebentar.Setelah berhasil mengatasi rasa kagetnya, barulah Aurel bergerak untuk membereskan kekacauan ini.Ini masih pagi. Belum satu jam berlalu semenjak Shanum berpamitan pergi sekolah tadi. Sudah jadi jadwal harian kalau Aurel membereskan rumah sebelum pergi ke pasar. Dan, entah kenapa, pagi ini piring itu luput dari genggamannya. Aurel tidak pernah seperti ini. Ceroboh bukanlah salah satu sifat khasnya.Aurel membereskan pecahan piring dengan telaten. Dia tidak mau tersisa satu pecahan sekecil apapun, yang nanti bisa saja melukai kakinya atau Shanum. Kemudian, dia melanjutkan mencuci piring yang tertunda.“Kenapa perasaanku jadi ngga enak gini?” gumam Aurel sambil memegangi dadanya. “Semoga Shanum ngga kenapa-kenapa.”N

  • Mantan Istri Jadi Adik Ipar   #Bab 77 • Rival

    Fathan baru saja usai mengganti kemejanya dengan kaos putih dan celana abu-abu gelap ketika Feny masuk, lantas bergegas menghampirinya.“Apa maksudnya? Kamu punya anak dengan Aurel? Kamu ngga pernah cerita sama aku,” cecar Feny, yang sudah tidak sabar menanti jawaban Fathan.Tapi, yang ditanya malah memasang wajah datar.“Pa,” panggil Feny setengah merajuk. “Aku butuh penjelasan kamu.”Setelah hanya memunggungi Feny, akhirnya Fathan menoleh. “Aku sendiri ngga tahu kalau Aurel menyimpan anak itu dariku. Seharusnya, kamu yang paling paham kenapa dia melakukan hal itu.”“Ini artinya kamu percaya pengakuan anak itu, yang bilang kalau kamu adalah papanya? Gimana kalau dia bohong? Gimana kalau dia cuma mengincar hartamu aja?”Fathan mengambil ponsel genggam, yang ada di nakas. “Aku percaya dia, seperti aku percaya sama omongan kamu dulu kalau Ghani adalah anakku. Aku mau ke ruang kerja dulu. Ada beberapa laporan yang mau aku bicarakan dengan Ridho.”Masih belum puas, Feny meraih pergelangan

  • Mantan Istri Jadi Adik Ipar   #Bab 76 • Warisan

    Sepatu Shanum beberapa kali menginjit. Kepalanya menoleh ke kiri, ke arah yang dikiranya sebagai kedatangan mobil milik Fathan.Shanum berdiri di depan pintu hotel bersama Fathan juga Ridho.Ridho bergegas maju ketika melihat mobil sedan hitam datang. Dia membukakan pintu untuk Fathan, yang langsung masuk. Kemudian, bergerak ke pintu lain, lantas membukanya. Dia menatap ke arah Shanum.Shanum yang tercengang sekaligus mengagumi mobil hitam yang mengkilap itu sadar kalau sudah ditunggu Ridho. Tanpa melenyapkan senyuman manisnya, Shanum masuk ke mobil melalui pintu yang dibukakan oleh Ridho.“Terima kasih, Pak,” ucapnya sebelum masuk.Ridho sendiri duduk di kursi depan, di samping sopir.Jemari Shanum mengetuk lututnya ketika mobil mulai melaju. Sekali lagi, dia menikmati pesona gedung-gedung tinggi ini.Tapi, tidak lama. Perlaham, diam-diam, dia menoleh ke sisi kanannya. Diperhatikannya secara seksama pria di sisi kanannya itu, yang tengah asyik membuka tap dan membaca beberapa laporan

  • Mantan Istri Jadi Adik Ipar   #Bab 75 • Ikut Denganku

    “Ini ketiga kandidat brand ambassador koleksi kita yang baru, Pak.” Siska menyodorkan beberapa map ke depan Fathan.Sebagai atasan, di mana semua keputusan berujung padanya, Fathan pun menimang ketiga profil selebriti yang ada di hadapannya.“Sebagai manajer pemasaran, pasti kamu sudah memiliki kandidat, 'kan?” tebak Fathan.“Benar, Pak. Kandidat Saya pada Cathrine. Secara visual dia sempurna dan elegan sesuai koleksi kita. Masalah kontrak pun sudah kami jelaskan ke mereka, dan ketiganya setuju. Tinggal menunggu pilihan final hari ini saja.”“Tapi, bukannya dia sering terlibat scandal percintaan, ya?” tanya Syaf berusaha mengingat. Cathrine memang beberapa kali viral karena ketahuan pacaran dengan beberapa aktor dan penyanyi ternama.“Meskipun begitu, namanya tidak pernah redup. Apapun yang dia kenakan selalu sold out. Karena itu, karismanya masih cukup menjanjikan,” jawab Siska penuh keyakinan. Dia tahu kalau pertanyaan ini akan terlontar dari salah satu petinggi perusahaan yang ada

DMCA.com Protection Status