Share

Bab 4. Pemain Hati

Penulis: buchaa
last update Terakhir Diperbarui: 2023-12-12 22:41:03

Rafa memandangi punggung mantan istrinya itu. Masih sama seperti yang dulu, paling gaya berhijabnya yang berbeda. Dulu hijab segitiga tapi sekarang lebih ke pashmina. Jemari Rafa hendak menyentuh bahu Aurel. Dia ingin menyapanya sebelum ada yang melihat mereka.

Tiba-tiba Aurel menoleh, membuat Rafa kaget, lantas menghentikan langkahnya. Tidak lupa menarik jemarinya walaupun Aurel sempat melihatnya.

Akan tetapi, Aurel tidak mempermasalahkan itu meskipun keningnya mengernyit jelas.

“Ada apa?”

“Ngga, itu ....”

“Ada apa?” Wanita berhijab tadi tiba. Jemarinya sibuk menempelkan ponsel di telinga.

“Ngga enak kalau Saya masuk. Saya cuma mau nganter kue aja.”

“Iya, Ma. Biar kuenya aku anterin ke Fathan,” imbuh Rafa cepat. Ini kesempatannya untuk mempersilakan Aurel pulang. Entah kenapa benaknya merasakan sesuatu yang buruk jika mantan istrinya itu berlama-lama di rumah ini.

Aurel membelalakkan matanya seraya menoleh pelan ke arah Rafa. ‘Ma? Mama? Wanita ini ....’

Wanita berhijab itu menghampiri Aurel, lalu menggandeng tangannya. “Udah sampai sini. Tanggung kalau mau pulang. Yuk, ah.”

Aurel terhenyak akan sentakan di lengannya. Mau tidak mau dia menuruti langkah wanita itu. Tapi, disempatkannya menatap Rafa untuk meminta pertolongan.

Namun, Rafa mendelikkan bahunya. Dia sendiri tidak mampu berbuat apa-apa.

“Silakan duduk,” ucap wanita itu. Jemarinya masih saja sibuk menempelkan ponsel di telinga. Sepertinya, panggilannya belum juga dijawab oleh si penerima.

Aurel mengangguk, lalu duduk di sofa pink sedikit maroon itu. Tanpa sengaja tatapannya bertemu dengan mata Rafa, yang tengah memperhatikannya.

Aurelia pun tersenyum tipis. Sementara, Rafa yang merasa kepergok, hanya bisa tersenyum canggung.

“Duh, kok ngga diangkat,” gerutu Davina. Nama Fathan tertera di layar ponselnya. Ini sudah mau panggilan ketiga, tapi tidak juga diterima panggilan itu. Tanpa rencana, manik matanya menemukan kecanggungan antara Aurel dan Rafa.

Davina pun menghampiri Aurel. “Perkenalkan, Saya kakaknya Fathan, Davina,” ucapnya sambil menjulurkan tangan kanannya.

Dengan sopan, Aurel berdiri dan menyambut tangan itu. Lantas, menjabatnya sebentar. “Saya Aurelia.” Dia melihat hidung bangir itu yang sangat mirip dengan Fathan.

Davina menatap suaminya. “Kalau ini suami Saya, Rafa.”

Mulanya Rafa hanya berdiri, tapi tersadar kalau harus melakukan hal yang sama, menjulurkan tangannya ke arah Aurel.

‘Ah, ternyata sekarang kamu sudah berkeluarga lagi.’ Aurel pun menjabat tangan Rafa. Dia hendak menyebutkan namanya, tapi lelaki itu sudah menarik tangannya. Aurel ingin memberitahunya kalau sikap canggung Rafa itu terlalu kentara.

Aurel terus melihat Rafa. Dia cukup kaget akan sikap acuh tak acuh itu. Sejak dia tiba tadi, belum sekalipun melihat senyuman Rafa. Ternyata, kini dia pandai bersandiwara.

“Mas ke kamar dulu, ya,” pamit Rafa pelan.

Davina menahan lengan suaminya. “Tunggu bentar. Temenin tamunya Fathan, aku mau lihat ke kamarnya bentar,” ucapnya sepelan mungkin supaya tidak terdengar oleh Aurel.

Rafa baru mau menolak. Lagipula, mereka punya banyak asisten rumah tangga, tapi kenapa menjelang siang ini entah di mana mereka berada.

Rafa menatap kembali Aurel, yang memalingkan muka.

Aurel sengaja tidak melihat Rafa. Dia tidak mau malah membuat Rafa kian tidak enak hati.

“Sebentar, ya. Saya check dulu Fathan,” pamit Davina.

“Iya, Kak. Tapi ...” Ucapan Aurel terputus karena Davina sudah berlalu. Padahal, dia cuma mau menitipkan kue ini. Jadi, tidak perlu berlama-lama di ruangan luas ini tapi terasa mencekik lehernya.

Aurelia melirik Rafa, yang juga diam-diam menatapnya. Ketika sorot mata bertemu, mereka sama-sama memalingkan muka.

Rafa sudah mau membuka mulutnya, tapi langsung ditutupnya kembali. Jantungan berdegup cepat. Takut kalau tiba-tiba istrinya muncul di sini.

Melihat Rafa membuka mulut, Aurel juga sudah siap mau menimpali. Tapi, dia langsung berpaling ketika Rafa diam kembali.

“Apa kabar Bap ....”

Aurel langsung bersemangat hendak menimpali ucapan Rafa. Tetapi, lagi-lagi, lelaki itu menutup mulutnya tiba-tiba.

Itu semua tak lain karena kedatangan seorang perempuan hitam manis berambut cepol. Dia menyuguhkan empat cangkir. Asap teh kelihatan mengepul dari cangkir yang diletakkannya di atas meja kaca itu.

“Kamu ke mana aja?” tanya Rafa kesal.

Surtiwi ini salah satu asisten rumah tangga yang biasanya mudah dia temukan di sudut rumah ini, tapi kok tadi malah tidak kelihatan di mana-mana. Bel sudah berdenting sedari tadi, tidak ada satupun asisten rumah tangga yang muncul. Pas tidak dicariin saja, malah nongol.

“Lah, kan Saya disuruh ibu beresin tanaman di belakang,” jawab Surtiwi tidak mau disalahkan. Dia merasa sudah bekerja sesuai instruksi, kok.

Rafa pun manyun. “Kamu tahu dari mana ada tamu?”

“Ibu yang nyuruh barusan, pas mau ke kamar Pak Fathan.”

Rafa tidak berujar apa-apa lagi. Tangannya mengibas, menyuruh Surtiwi kembali ke posnya.

Hening kembali mencekam ruangan itu sepeninggalan Surtiwi, meninggalkan Rafa dan Aurel hanya berdua lagi.

“Kamu mau ...”

Aurel kembali bersemangat menunggu kata-kata yang diucapkan Rafa. Tubuhnya sampai condong ke depan.

“Maaf, nunggu lama.”

Rafa kembali terdiam begitu mendengar suara dari istrinya, yang muncul di ruangan itu. Kepalanya langsung berpaling dari Aurel.

Sementara itu, Aurel bisa memahami kenapa Rafa tidak menyelesaikan kalimatnya. Punggungnya kembali tegak, lantas bibirnya mengulaskan senyum manis ketika ada sosok lain muncul di belakang Davina.

Dia sontak berdiri.

Rafa sampai heran dibuatnya. Apalagi wajah Aurel yang tampak berbinar menyambut kedatangan orang itu.

“Dia masih demam. Makanya, tiduran. Ngga denger kalau hapenya bunyi.”

Aurel mengangguk. Dia tahu kalau Fathan sedang tidak enak badan. Tapi, tidak tahu kalau wajah lelaki itu bisa sepucat ini.

Jemari Fathan melayang di udara, terarah pada Aurel. Seolah mengerti, Aurel lantas menangkap jemari itu dan memeluk lengan Fathan dengan erat.

Alis kanan Rafa sampai terangkat melihat sikap Fathan dan Aurel, yang sangat dekat itu.

Davina memergoki wajah kaget suaminya, lalu tertawa kecil. “Kenapa kaget, Mas? Ngga pernah lihat Fathan sama cewek berhijab, ya?”

Rafa mengangkat dagunya tinggi, apalagi ketika Aurel ikut menatapnya. “Iya. Ini pertama kali Fathan bawa perempuan ke rumah ini, kan?”

“Fathan ini sebenarnya ngga bisa bangun, tapi begitu Kakak bilang ada perempuan cantik bernama Aurelia, yang datang, dia langsung bangun.”

Jemari Fathan beralih ke pinggang Aurel, mendekapnya lebih erat. “Iya. Karena pacarku yang datang, mana mungkin aku ngga menemuinya, Kak.”

Bola mata Rafa sontak membulat. “Hah?! Pacar?!” serunya mengagetkan semua yang hadir di sana. Bahkan, Surtiwi yang ada di bagian samping rumah juga kaget mendengar seruan itu.

Davina, Fathan, dan Aurel sontak menatap ke arah Rafa, yang masih tidak bisa menutupi rasa kagetnya.

Kagetlah. Mantan istrinya ternyata pacar dari adik iparnya. Kok bisa?! Bisa-bisanya Fathan—sang pemain wanita ini menaruh hati pada Aurel. Karena setahunya Fathan hanya menyukai hubungan satu malam, tidak lebih daripada itu.

Bersambung ...

Bab terkait

  • Mantan Istri Jadi Adik Ipar   Bab 5. Beban Pikiran

    Rafa tengah berbaring menghadap dinding. Matanya tampak segar, belum ada tanda-tanda mengantuk. Kemudian, dia tidur terlentang. Sorot matanya kembali menerawang ke langit-langit kamar berdampingan tingkat dengan lampu warna cream yang kalem.“Ma,” panggil Rafa pelan.“Hm,” sahut Davina pelan dari balik meja rias. Banyak rentetan skincare malam yang harus dipoles pada wajah hingga ujung kakinya. Dia hanya melirik suaminya dari kaca.Rafa menghela napas pelan. “Menurut kamu, Fathan serius ngga dengan ucapannya tadi?”“Mau melamar Aurel? Kayaknya serius, sih.”“Lho, kok kayaknya?” tanya Rafa seolah tidak terima.Davina menoleh. Dia sudah selesai mengoleskan krim malam. Karena tidak ada hijab yang menutupi kepalanya, ketahuanlah bahwa rambutnya panjang bergelombang hingga ke punggung. Tubuhnya juga hanya berbalut setelan piyama berlengan dan celana pendek.“Iya, menurutku serius, sih. Karena selama ini dia ngga pernah mempersilakan seorang teman perempuan datang ke rumah ini.” Davina pun

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-12
  • Mantan Istri Jadi Adik Ipar   Bab 6. Duda dan Janda

    ~~“Aku seorang duda,” ucap Rafaizan malam itu.Di antara macetnya kota Jakarta malam itu dalam perjalanan mereka pulang kembali ke Bekasi. Ya, mereka. Dia dan seorang wanita yang duduk di sisinya.Box popcorn ukuran large dengan merk salah satu bioskop berada dalam pelukan wanita itu. Masih tersisa setengah dan tengah dalam proses dihabiskan oleh wanita itu.Jemari yang tadi tidak berhenti memindah popcorn satu-persatu dari box ke dalam mulutnya, tiba-tiba berhenti. Manik matanya yang tadinya menatap lelaki yang sedang menyetir itu, beralih pada kendaraan yang mengantri di depan.Seketika suara riuh di luar sana menyeruak masuk ke dalam mobil, meskipun samar. Tapi klakson juga deru kendaraan itu terdengar bising sekali.Wanita itu dan Rafa sama-sama membungkam mulut. Sibuk dengan pikiran masing-masing.“Davina,” panggil Rafa memecah keheningan.Davina menaikkan tangan kanannya. “Sebentar,” potongnya cepat. Sedangkan matanya tetap melihat ke depan. “Aku masih dalam proses mencerna pen

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-12
  • Mantan Istri Jadi Adik Ipar   #Bab 7. Beban Pikiran

    Rafa tengah berbaring menghadap dinding. Matanya tampak segar, belum ada tanda-tanda mengantuk. Kemudian, dia tidur terlentang. Sorot matanya kembali menerawang ke langit-langit kamar berdampingan tingkat dengan lampu warna cream yang kalem.“Ma,” panggil Rafa pelan.“Hm,” sahut Davina pelan dari balik meja rias. Banyak rentetan skincare malam yang harus dipoles pada wajah hingga ujung kakinya. Dia hanya melirik suaminya dari kaca.Rafa menghela napas pelan. “Menurut kamu, Fathan serius ngga dengan ucapannya tadi?”“Mau melamar Aurel? Kayaknya serius, sih.”“Lho, kok kayaknya?” tanya Rafa seolah tidak terima.Davina menoleh. Dia sudah selesai mengoleskan krim malam. Karena tidak ada hijab yang menutupi kepalanya, ketahuanlah bahwa rambutnya panjang bergelombang hingga ke punggung. Tubuhnya juga hanya berbalut setelan piyama berlengan dan celana pendek.“Iya, menurutku serius, sih. Karena selama ini dia ngga pernah mempersilakan seorang teman perempuan datang ke rumah ini.” Davina pun

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-03
  • Mantan Istri Jadi Adik Ipar   #Bab 8. Jangan Terkejut

    Fathan memandangi jemari telunjuk nan lentik Aurelia yang terpaut dengan jemarinya. Kedua sudut bibirnya tertarik. Senyuman terindah yang bisa ia berikan pada sang kekasih.Pandangannya kemudian beralih pada Aurelia. Wanita itu berbalik, lantas menatap Fathan. Tatapannya terlihat tak fokus.Fathan pun tertawa kecil. Melihat wanita yang biasanya terlihat serius bekerja malah kehilangan fokus seperti ini sungguh lucu buatnya, terlebih lagi jika wanita itu adalah orang yang dicintainya.“Kenapa? Kamu kaget dengan ucapanku di dalam tadi?”“Menurut kamu? Aku datang ke sini cuma mau nganterin roti, malah disuruh masuk. Itu aja sudah bikin kaget. Terus kamu tiba-tiba bilang mau ngelamar aku di depan keluarga kamu.” Aurel menarik napas dan menghempasnya berat. “Kalau aku ngga kaget, kayaknya bukan manusia normal, deh.”Fathan mengayunkan lembut tangan Aurel. Bibirnya tak henti tersenyum. Padahal, tubuhnya sedang lemah karena sakit ini. “Maaf, karena aku ngga melamar kamu dengan layak.”“Deng

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-03
  • Mantan Istri Jadi Adik Ipar   #Bab 9. Melamar Anak Gadis

    Rafa melihat ke arah kancing kemeja batiknya sekali lagi. Seorang wanita berhijab pink floral menepuk pundaknya sambil memerhatikan penampilan Rafa.“Perfect, 'kan, Bu?” tanya Rafa sedikit berbisik.Wanita itu tersenyum sambil mengacungkan jempolnya.Hanya dengan jawaban sang ibu sudah mengembalikan kepercayaan diri Rafa. Dia duduk sambil memerhatikan ruang tamu itu. Tidak terlalu besar, paling hanya sekitar tiga kali enam meter. Hampir sama besar dengan kamarnya. Rafa sudah sering duduk di ruangan itu. Di kala masih berstatus siswa putih biru dulu hampir setiap malam minggu hadir di sini. Semenjak menginjak bangku kuliah dan bekerja yang mulai jarang mampir. Kesibukan membuatnya menomorduakan hubungan manis itu.Seharusnya dia merasa nyaman di tempat yang tidak asing buatnya itu. Tapi malam ini, Rafa merasa sesak di lehernya.Dia baru bisa tersenyum ketika sosok Aurel muncul dari belakang dan menyajikan teh manis dalam cangkir.Isti dan Yudi memerhatikan calon menantu mereka itu den

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-04
  • Mantan Istri Jadi Adik Ipar   #Bab 10. Janji yang Terucap

    Davina berhenti di samping Fathan, yang berdiri di belakang Rafa. Dia melihat ke arah orang tua Aurelia, lalu pada suaminya itu.“Ada apa, Than?” tanya Davina heran. “Belum dipersilakan masuk, Kak.”Davina kembali menatap kedua orang tua Aurelia. Keningnya pun mengernyit. ‘Kok keduanya kayak kaget gitu ngeliat Rafa?’Lis maju selangkah setelah menarik lengan suaminya supaya tidak menghalangi jalan. “Ayo, masuk dulu,” ucapnya sambil memberikan ruang di pintu masuk.Rafa langsung menyalimi tangan Lis, yang disambut tawa dibuat-buat oleh wanita hampir paruh baya itu. Lalu, beralih menyalimi tangan Sukamto, walaupun ditarik cepat oleh lelaki itu.Rafa pun duduk di kursi tamu. Kursi jati itu masih ada, hanya kain pembungkus busanya yang berubah. Kalau dulu berwarna merah, sekarang hijau dengan aksen emas. Dan, ruangan itu tidak banyak berubah. Foto Aurel mengenakan toga ketika menyelesaikan Strata 1-nya masih terpampang jelas. Tambahannya adalah foto Aurel bersama kedua orang tuanya. Sep

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-04
  • Mantan Istri Jadi Adik Ipar   #Bab 11. Seperti Ada Yang Disembunyikan

    Rafa bertukar pandang dengan Davina dan Fathan, yang penuh dengan tanya. “Mungkin mau ngomongin detail acaranya. Kalian duluan ke mobil, ya. Nanti aku susul,” ujar Rafa, berusaha menghilangkan tatapan bingung dari keduanya.Davina pun mengangguk.Fathan langsung menggendong Tania. Kemudian, menyalimi Sukamto dan Lis lalu mengerling pada Aurel yang melambai pelan padanya. Rafa tidak melepaskan pandangannya dari keluarga kecilnya itu yang masuk ke mobil, lalu kembali ke dalam rumah dan duduk di tempatnya tadi. “Ya, Pak?”Sukamto yang sudah kembali duduk menunjuk-nunjuk ke arah Rafa. “Istrimu sama Fathan tahu kalau kamu itu mantan suaminya Aurelia?”“Ngga, Pak. Mereka berdua sama sekali ngga tahu.”“Kalau Lia memang benar nantinya menikah sama Fathan, apa bakal jadi masalah buat kalian berdua? Tidak ada rasa yang tertinggal bukan?” Sukamto tidak hanya menatap Rafa, tapi juga Aurel.“Insya Allah, ngga akan jadi masalah, Pak,” jawab Rafa padahal Aurel sudah membuka mulutnya.“Kapan kalia

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-06
  • Mantan Istri Jadi Adik Ipar   #Bab 12. Wanita Satu Malam

    Feny tengah duduk di lobi hotel. Biasa, menunggu langganannya yang belum juga kunjung datang. Dia bukan wanita biasa, langganannya selalu dari kelas atas. Bayarannya sekali pertemuan pun tidak pernah lepas dari dua digit.Feny masih muda. Umurnya baru 25 tahun. Wajahnya panjang, pipinya dibuat agak chubby akibat perawatan yang dilakukannya, bibir tebal hasil filter miliknya itu tampak sexy. Pada dasarnya dia lumayan cantik.Sebenarnya Feny ingin bekerja normal saja sebagai karyawan biasa, dia pasti diterima. Tapi, dengan alasan himpitan ekonomi sebagai tulang punggung yang harus menghidupi ketiga adiknya, Feny terpaksa mengambil jalur singkat penuh resiko ini.Sore itu, ketika tengah asyik memerhatikan ponselnya, tiba-tiba tatapannya tertuju pada sosok yang baru masuk ke hotel. Seorang wanita berhijab, yang tampak anggun, mengikuti sosok itu.Feny pun menyeringai. ‘Bukan pasangan yang cocok,’ komentar benaknya. Manik matanya terus memerh

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-07

Bab terbaru

  • Mantan Istri Jadi Adik Ipar   #Bab 83 • Terlanjur Bad Mood

    Dengan mata yang membengkak, Aurel sudah bersiap dengan peralatan membersihkan pekarangan rumah. Selepas Subuh tadi, diperhatikannya halaman depan yang rumputnya sudah memanjang. Begitu juga dengan bunga-bunga dan tanaman yang dulu peliharan almarhum ibunya sudah tumbuh tidak karuan, dia hendak merapikannya. Hitung-hitung bisa menghilangkan sejenak kesedihannya.Namun, langkah Aurel terhenti. Dia terkejut mendapati Ridho berada di depan pagar rumah ini.“Ngapain kamu di sini, Dho?” tanyanya seraya menghampiri pagar dan membuka kuncinya. Seharusnya jam tujuh begini, Ridho sudah berada di kantor. Kok malah ada di depan rumah ini? Kalau bukan urusan yang penting, tidak mungkin mau ke sini.“Itu ....” Ridho terlihat meragu. Bukannya lekas menjawab, dia malah menoleh ke arah jalan gang ini.Aurel juga ikut melihat ke sana. Menerka sekiranya ada jawaban di ujung jalan i

  • Mantan Istri Jadi Adik Ipar   #Bab 82 • Bukan Anak Haram

    Selesai sarapan, Shanum memegangi perutnya. “Padahal, hanya semangkuk kecil begitu. Tapi, udah bikin kenyang banget,” ujarnya dengan bibir yang tersenyum puas.Saat mengangkat pandangannya, dia menemukan Ghani yang berjalan cepat di lorong hendak ke arah luar. “Ghani,” gumamnya senang. Lalu, berlari kecil ke arah cowok itu.Ghani sudah berpakaian seragam putih abu-abu lengkap dengan tas punggungnya, yang hanya tercantol di bahu kanannya. Dari langkahnya yang cepat, cowok itu masih terlihat penuh emosi.“Ghani, Ghani,” panggil Shanum.Yang dipanggil sempat menoleh, tapi begitu tahu suara itu milik siapa dia langsung malah kian mempercepat langkahnya. Namun selebar-lebarnya langkah Ghani, tetap terkejar oleh Shanum, yang pantang menyerah.Gadis itu menangkap pergelangan tangan Ghani. “Tunggu," pintanya agak memaksa. Kemudian, mengatur napasnya yang tersengal-sengal. “Aku harus jelasin kalau tujuanku ke sini bukan untuk menjadi penerus perusahaan Fadel Group. Aku cuma mau ....”“Bullshit

  • Mantan Istri Jadi Adik Ipar   #Bab 81 • Perang Kecil di Pagi Hari

    Ketukan di pintu tidak juga membangunkan Shanum. Makanya, salah satu pelayan rumah tangga berambut pendek itu memilih untuk membuka pintu. Dia tidak kaget melihat sosok Shanum masih terlelap di atas tempat tidur, dia sudah dapat menduganya.Sejak kepala asisten rumah tangga menunjuknya menjadi pelayan Nona Muda baru, pelayan bermata kecil ini sudah tahu kalau perjalanannya akan sangat panjang dan berat. Maka dari itu, dia sudah memenuhi hatinya dengan kuota kesabaran yang ekstra.“Non,” panggil pelayan dengan name tag Minah itu. Digoyangkannya perlahan namun intens kaki Shanum. Tugasnya adalah membangunkan majikan baru ini. Dan, ternyata itu menjadi tantangan sendiri untuknya karena Shanum tidak jua kunjung membuka matanya.Pantang menyerah sekaligus menambah stok sabarnya lagi dan lagi, Minah menggoyangkan lengan atas Shanum kali ini. “Non, bangun. Sebentar lagi harus sarapan. Bapak yang nyuruh Non ikut.”Sontak, Shanum membuka matanya. Dia langsung melotot. Tatapannya langsung tertu

  • Mantan Istri Jadi Adik Ipar   #Bab 80 • Hati Yang Tersakiti

    Karena lantai yang berkarpet tebal, kedatangan Ridho tidak diketahui oleh Fathan. Tiba-tiba saja dia sudah berada di dekat Shanum. Dia mengangguk pada Fathan, yang menyadari kedatangannya.“Aku sudah menelepon Ridho untuk mengantarkan kamu pulang,” ujar Fathan menjelaskan kenapa sekretarisnya itu ada di sini.Tapi, sepertinya, Aurel sedang tidak fokus ke sana. Dia meraih pergelangan tangan Shanum. “Kamu yakin dengan keputusan ini? Hampir tiga tahun kamu akan tinggal di sini. Itu lama, Num.”Tatapan Shanum tertuju pada ibunya. “Itu artinya Shanum juga akan berpisah sama Ibu dan Dewi, kan?”“Iya,” jawab Aurel seraya mengangguk mantap. “Coba kamu pikirkan sekali lagi.”“Tiga tahun tidak lama. Dengan keseruan di sekolah, waktu akan berlalu dengan cepat. Saya juga tidak akan mengekang kamu untuk bertemu ibumu atau teman-temanmu. Kamu bisa mengunjungi mereka di akhir pekan atau pas liburan. Saya tidak sejahat Ibumu, yang melarang kita bertemu.” Di akhir kalimatnya, Fathan menatap tajam Aure

  • Mantan Istri Jadi Adik Ipar   #Bab 79 • Tidak Pernah Dipedulikan

    Manik mata Feny bergetar seraya membulat sempurna. ‘Dia datang?’“Aurel, kan?” tanya Feny, meskipun sudah tahu jawabannya. Ini percakapan mereka yang pertama.Aurel tidak langsung menjawab. Dia merasa tidak memiliki kewajiban untuk menanggapi pertanyaan itu. Manik matanya bergerak ke arah sosok yang muncul di belakang Feny. “Shanum!” sergahnya kesal.Feny bergegas menoleh. Dia menemukan sosok gadis itu bergegas bersembunyi di balik badannya.Aurel pun melangkah masuk. Dibiarkannya koper berada di luar. “Kenapa kamu ke sini?! Ibu sudah melarang kamu ke sini! Kenapa malah bandel begini?! Ayo, pulang!” Dia berusaha meraih pergelangan tangan Shanum, tapi anaknya itu terus menghindar.“Kenapa dia tidak boleh ke sini? Dia tidak boleh bertemu dengan ayah kandungnya sendiri?”Aurel, Feny, dan Shanum menoleh ke arah sumber suara. Fathan muncul dengan tatapan tajam, namun ekspresinya datar saja.Bagi Aurel, lelaki itu banyak berubah. Dulu, senyuman begitu murah terpampang di wajahnya. Tapi, tid

  • Mantan Istri Jadi Adik Ipar   #Bab 78 • Bertemu Lagi

    Praaang! Piring putih berles gold terlepas dari genggaman Aurel. Wanita itu tidak langsung menangkapnya, malah hanya menatapinya saja. Matanya sempat menutup saat piring itu beradu dengan lantai keramik.Napas Aurel tersengal. Dadanya sempat terasa sesak. Dia diam sebentar.Setelah berhasil mengatasi rasa kagetnya, barulah Aurel bergerak untuk membereskan kekacauan ini.Ini masih pagi. Belum satu jam berlalu semenjak Shanum berpamitan pergi sekolah tadi. Sudah jadi jadwal harian kalau Aurel membereskan rumah sebelum pergi ke pasar. Dan, entah kenapa, pagi ini piring itu luput dari genggamannya. Aurel tidak pernah seperti ini. Ceroboh bukanlah salah satu sifat khasnya.Aurel membereskan pecahan piring dengan telaten. Dia tidak mau tersisa satu pecahan sekecil apapun, yang nanti bisa saja melukai kakinya atau Shanum. Kemudian, dia melanjutkan mencuci piring yang tertunda.“Kenapa perasaanku jadi ngga enak gini?” gumam Aurel sambil memegangi dadanya. “Semoga Shanum ngga kenapa-kenapa.”N

  • Mantan Istri Jadi Adik Ipar   #Bab 77 • Rival

    Fathan baru saja usai mengganti kemejanya dengan kaos putih dan celana abu-abu gelap ketika Feny masuk, lantas bergegas menghampirinya.“Apa maksudnya? Kamu punya anak dengan Aurel? Kamu ngga pernah cerita sama aku,” cecar Feny, yang sudah tidak sabar menanti jawaban Fathan.Tapi, yang ditanya malah memasang wajah datar.“Pa,” panggil Feny setengah merajuk. “Aku butuh penjelasan kamu.”Setelah hanya memunggungi Feny, akhirnya Fathan menoleh. “Aku sendiri ngga tahu kalau Aurel menyimpan anak itu dariku. Seharusnya, kamu yang paling paham kenapa dia melakukan hal itu.”“Ini artinya kamu percaya pengakuan anak itu, yang bilang kalau kamu adalah papanya? Gimana kalau dia bohong? Gimana kalau dia cuma mengincar hartamu aja?”Fathan mengambil ponsel genggam, yang ada di nakas. “Aku percaya dia, seperti aku percaya sama omongan kamu dulu kalau Ghani adalah anakku. Aku mau ke ruang kerja dulu. Ada beberapa laporan yang mau aku bicarakan dengan Ridho.”Masih belum puas, Feny meraih pergelangan

  • Mantan Istri Jadi Adik Ipar   #Bab 76 • Warisan

    Sepatu Shanum beberapa kali menginjit. Kepalanya menoleh ke kiri, ke arah yang dikiranya sebagai kedatangan mobil milik Fathan.Shanum berdiri di depan pintu hotel bersama Fathan juga Ridho.Ridho bergegas maju ketika melihat mobil sedan hitam datang. Dia membukakan pintu untuk Fathan, yang langsung masuk. Kemudian, bergerak ke pintu lain, lantas membukanya. Dia menatap ke arah Shanum.Shanum yang tercengang sekaligus mengagumi mobil hitam yang mengkilap itu sadar kalau sudah ditunggu Ridho. Tanpa melenyapkan senyuman manisnya, Shanum masuk ke mobil melalui pintu yang dibukakan oleh Ridho.“Terima kasih, Pak,” ucapnya sebelum masuk.Ridho sendiri duduk di kursi depan, di samping sopir.Jemari Shanum mengetuk lututnya ketika mobil mulai melaju. Sekali lagi, dia menikmati pesona gedung-gedung tinggi ini.Tapi, tidak lama. Perlaham, diam-diam, dia menoleh ke sisi kanannya. Diperhatikannya secara seksama pria di sisi kanannya itu, yang tengah asyik membuka tap dan membaca beberapa laporan

  • Mantan Istri Jadi Adik Ipar   #Bab 75 • Ikut Denganku

    “Ini ketiga kandidat brand ambassador koleksi kita yang baru, Pak.” Siska menyodorkan beberapa map ke depan Fathan.Sebagai atasan, di mana semua keputusan berujung padanya, Fathan pun menimang ketiga profil selebriti yang ada di hadapannya.“Sebagai manajer pemasaran, pasti kamu sudah memiliki kandidat, 'kan?” tebak Fathan.“Benar, Pak. Kandidat Saya pada Cathrine. Secara visual dia sempurna dan elegan sesuai koleksi kita. Masalah kontrak pun sudah kami jelaskan ke mereka, dan ketiganya setuju. Tinggal menunggu pilihan final hari ini saja.”“Tapi, bukannya dia sering terlibat scandal percintaan, ya?” tanya Syaf berusaha mengingat. Cathrine memang beberapa kali viral karena ketahuan pacaran dengan beberapa aktor dan penyanyi ternama.“Meskipun begitu, namanya tidak pernah redup. Apapun yang dia kenakan selalu sold out. Karena itu, karismanya masih cukup menjanjikan,” jawab Siska penuh keyakinan. Dia tahu kalau pertanyaan ini akan terlontar dari salah satu petinggi perusahaan yang ada

DMCA.com Protection Status