Share

#Bab 7. Beban Pikiran

Author: buchaa
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Rafa tengah berbaring menghadap dinding. Matanya tampak segar, belum ada tanda-tanda mengantuk. Kemudian, dia tidur terlentang. Sorot matanya kembali menerawang ke langit-langit kamar berdampingan tingkat dengan lampu warna cream yang kalem.

“Ma,” panggil Rafa pelan.

“Hm,” sahut Davina pelan dari balik meja rias. Banyak rentetan skincare malam yang harus dipoles pada wajah hingga ujung kakinya. Dia hanya melirik suaminya dari kaca.

Rafa menghela napas pelan. “Menurut kamu, Fathan serius ngga dengan ucapannya tadi?”

“Mau melamar Aurel? Kayaknya serius, sih.”

“Lho, kok kayaknya?” tanya Rafa seolah tidak terima.

Davina menoleh. Dia sudah selesai mengoleskan krim malam. Karena tidak ada hijab yang menutupi kepalanya, ketahuanlah bahwa rambutnya panjang bergelombang hingga ke punggung. Tubuhnya juga hanya berbalut setelan piyama berlengan dan celana pendek.

“Iya, menurutku serius, sih. Karena selama ini dia ngga pernah mempersilakan seorang teman perempuan datang ke rumah ini.”  Davina pun naik ke atas tempat tidur. Duduk menyender. Tangannya meraih ponsel, melihat media sosialnya sebelum malam ini berakhir.

“Tapi, kalau di luar sana, kamu tahu sendiri bagaimana pergaulannya. Selalu gonta-ganti perempuan. Sering juga ke club.”

“Justru itu, aku melihat keseriusannya Fathan di hubungannya kali ini. Dia ngga memperkenalkan Aurel dengan mengajak kita bertemu di luar. Tapi, di rumah ini.” Jemari Davina pun menyentuh rambut suaminya. Dielusnya pelan. “Kenapa? Apa yang membuat Mas khawatir?”

“Aku takut kalau dia hanya menyakiti wanita tadi. Aku tahu betul kalau Fathan ngga pernah serius soal perempuan. Aku ngga sepenuhnya bisa percaya dengan apa yang diucapkannya tadi.”

“Umurnya sekarang sudah tiga puluh tahun. Mungkin itu alasannya untuk coba serius dengan seseorang.” Davina meletakkan ponselnya di atas nakas. “Kamu sudah janji untuk membantunya melamar Aurelia. Kamu belum lupa akan hal itu, kan, Mas?”

Rafa mengangguk pelan.

Melihat wajah suaminya yang masih terlihat serius berpikir, Davina pun menaikkan selimut ke dada Rafa. “Sebaiknya sekarang kita tidur aja, ya. Besok kamu harus bangun pagi dan aku rencanya mau sholat tahajud nanti.”

Davina pun menekan tombol di ponselnya, dan lampu di kamar itu langsung mati, hanya lampu di atas plafon yang menerangi.

Rafa tidak juga memejamkan matanya. Apa yang terjadi tadi siang di ruang tamu bawah terlalu mengganggu pikirannya hingga tidak bisa beristirahat.

“Dia pacarku.” Senyuman terpampang jelas, meskipun tampak lemah karena wajah Fathan yang terlihat kuyu akibat demam yang dideritanya. Matanya memandang lembut pada wanita yang ada di sisinya. “Aku menyukainya sejak pertama melihatnya. Dia sangat cantik dengan segala pesona yang dimiliki, juga kecerobohannya yang sesekali muncul.”

“Ceroboh?” tanya Aurel tampak kaget juga sedikit tersinggung.

“Iya. Aku lihat kamu ngejatuhin box isi sambel lumpia.”

Aurel mencoba mengingat, lalu tersentak kaget. “Kamu lihat yang itu?”

Kala itu dia tidak sengaja menyenggol ujung meja, hingga kakinya mundur beberapa langkah, dan tangannya meraih box yang kemudian jatuh ke lantai bersama isinya—plastik-plastik kecil berisikan sambal lumpia goreng.

Fathan mengangguk pelan.

“Tapi, itu kan udah lama banget. Jadi, sejak itu kamu—”

“Iya, sejak itu kamu tampak menarik di mata aku.”

Aurel terperangah lantas ikut tersenyum. Matanya mulai berkaca-kaca.

Sementara itu, Rafa yang melihatnya hanya menyeringai jijik. Pemandangan yang dilihatnya sekarang ini sungguh membuatnya muak. Fathan memang bermulut manis seperti itu. Tidak aneh baginya.

“So sweet,”  komentar Davina, yang malah merasa terenyuh mendengar cerita Fathan. Baginya, cerita pertemuan mereka itu sangatlah indah.

“Tolong bantu aku melamar ke rumah orang tuanya. Karena aku serius mau menikahinya.” Setelah menatap lama Aurel, Fathan pun menoleh pada Rafa. “Orang tua kami sudah lama meninggal, mau kan Mas mewakilkan mereka melamar Aurel?”

“Melamar?” tanya Aurel kaget. Lalu, matanya mengikuti ke mana perginya sorot mata Fathan. Dia terkejut karena menemukan sosok Rafa, yang berdiri menyender di dinding dengan kedua tangan di kantong celana pendeknya. Aurel lupa kalau ada sosok mantan suaminya itu di sana.

Aurel mendengus sambil tertawa canggung. “Kita baru saling kenal, Fathan. Dan, kamu sudah mau melamar? Ngga harus terburu-buru, kita—”

Fathan kembali menatap Aurel. “Kenapa? Ada yang salah? Aku ingin kita tinggal seatap, secepatnya. Aku ingin bisa selalu ada buat kamu, begitu juga sebaliknya. Kamu tahu rasanya jadi aku beberapa hari ini? Rasanya mau mati karena ngga bisa ketemu sama kamu.”

Merinding seluruh tubuh, itu yang dirasakan oleh Aurel ketika melihat wajah serius Fathan yang pucat bersama deretan kata yang sangat menggugah perasaannya itu.

“Aku akan melamarnya, maksudku, aku akan menemanimu ke rumah orang tuanya,” ucap Rafa tiba-tiba. Dia sudah tidak tahan mendengar gombalan Fathan. Kalau memang Fathan punya nyali melamar Aurelia, okay, akan dia lakukan.

Aurel menatap Rafa kaget, terlebih lagi lelaki itu menatapnya.

Meskipun samar, bisa terlihat oleh Rafa kalau Aurel menggeleng pelan.

Rafa bergeming. Malah, tatapannya terlihat tajam pada Aurel, sebelum berpaling, lantas pergi ke kamarnya.

Aurel hanya bisa memandangi punggung Rafa. ‘Gimana nanti Ibu sama Bapak kalau ketemu kamu, Rafa? Kok malah gampangnya mengiyakan permintaan Fathan, sih!’

Aurel menggigit bibir bawahnya. Ah, lamaran ini hanya menambah beban pikirannya saja.

Bersambung ...

Related chapters

  • Mantan Istri Jadi Adik Ipar   #Bab 8. Jangan Terkejut

    Fathan memandangi jemari telunjuk nan lentik Aurelia yang terpaut dengan jemarinya. Kedua sudut bibirnya tertarik. Senyuman terindah yang bisa ia berikan pada sang kekasih.Pandangannya kemudian beralih pada Aurelia. Wanita itu berbalik, lantas menatap Fathan. Tatapannya terlihat tak fokus.Fathan pun tertawa kecil. Melihat wanita yang biasanya terlihat serius bekerja malah kehilangan fokus seperti ini sungguh lucu buatnya, terlebih lagi jika wanita itu adalah orang yang dicintainya.“Kenapa? Kamu kaget dengan ucapanku di dalam tadi?”“Menurut kamu? Aku datang ke sini cuma mau nganterin roti, malah disuruh masuk. Itu aja sudah bikin kaget. Terus kamu tiba-tiba bilang mau ngelamar aku di depan keluarga kamu.” Aurel menarik napas dan menghempasnya berat. “Kalau aku ngga kaget, kayaknya bukan manusia normal, deh.”Fathan mengayunkan lembut tangan Aurel. Bibirnya tak henti tersenyum. Padahal, tubuhnya sedang lemah karena sakit ini. “Maaf, karena aku ngga melamar kamu dengan layak.”“Deng

  • Mantan Istri Jadi Adik Ipar   #Bab 9. Melamar Anak Gadis

    Rafa melihat ke arah kancing kemeja batiknya sekali lagi. Seorang wanita berhijab pink floral menepuk pundaknya sambil memerhatikan penampilan Rafa.“Perfect, 'kan, Bu?” tanya Rafa sedikit berbisik.Wanita itu tersenyum sambil mengacungkan jempolnya.Hanya dengan jawaban sang ibu sudah mengembalikan kepercayaan diri Rafa. Dia duduk sambil memerhatikan ruang tamu itu. Tidak terlalu besar, paling hanya sekitar tiga kali enam meter. Hampir sama besar dengan kamarnya. Rafa sudah sering duduk di ruangan itu. Di kala masih berstatus siswa putih biru dulu hampir setiap malam minggu hadir di sini. Semenjak menginjak bangku kuliah dan bekerja yang mulai jarang mampir. Kesibukan membuatnya menomorduakan hubungan manis itu.Seharusnya dia merasa nyaman di tempat yang tidak asing buatnya itu. Tapi malam ini, Rafa merasa sesak di lehernya.Dia baru bisa tersenyum ketika sosok Aurel muncul dari belakang dan menyajikan teh manis dalam cangkir.Isti dan Yudi memerhatikan calon menantu mereka itu den

  • Mantan Istri Jadi Adik Ipar   #Bab 10. Janji yang Terucap

    Davina berhenti di samping Fathan, yang berdiri di belakang Rafa. Dia melihat ke arah orang tua Aurelia, lalu pada suaminya itu.“Ada apa, Than?” tanya Davina heran. “Belum dipersilakan masuk, Kak.”Davina kembali menatap kedua orang tua Aurelia. Keningnya pun mengernyit. ‘Kok keduanya kayak kaget gitu ngeliat Rafa?’Lis maju selangkah setelah menarik lengan suaminya supaya tidak menghalangi jalan. “Ayo, masuk dulu,” ucapnya sambil memberikan ruang di pintu masuk.Rafa langsung menyalimi tangan Lis, yang disambut tawa dibuat-buat oleh wanita hampir paruh baya itu. Lalu, beralih menyalimi tangan Sukamto, walaupun ditarik cepat oleh lelaki itu.Rafa pun duduk di kursi tamu. Kursi jati itu masih ada, hanya kain pembungkus busanya yang berubah. Kalau dulu berwarna merah, sekarang hijau dengan aksen emas. Dan, ruangan itu tidak banyak berubah. Foto Aurel mengenakan toga ketika menyelesaikan Strata 1-nya masih terpampang jelas. Tambahannya adalah foto Aurel bersama kedua orang tuanya. Sep

  • Mantan Istri Jadi Adik Ipar   #Bab 11. Seperti Ada Yang Disembunyikan

    Rafa bertukar pandang dengan Davina dan Fathan, yang penuh dengan tanya. “Mungkin mau ngomongin detail acaranya. Kalian duluan ke mobil, ya. Nanti aku susul,” ujar Rafa, berusaha menghilangkan tatapan bingung dari keduanya.Davina pun mengangguk.Fathan langsung menggendong Tania. Kemudian, menyalimi Sukamto dan Lis lalu mengerling pada Aurel yang melambai pelan padanya. Rafa tidak melepaskan pandangannya dari keluarga kecilnya itu yang masuk ke mobil, lalu kembali ke dalam rumah dan duduk di tempatnya tadi. “Ya, Pak?”Sukamto yang sudah kembali duduk menunjuk-nunjuk ke arah Rafa. “Istrimu sama Fathan tahu kalau kamu itu mantan suaminya Aurelia?”“Ngga, Pak. Mereka berdua sama sekali ngga tahu.”“Kalau Lia memang benar nantinya menikah sama Fathan, apa bakal jadi masalah buat kalian berdua? Tidak ada rasa yang tertinggal bukan?” Sukamto tidak hanya menatap Rafa, tapi juga Aurel.“Insya Allah, ngga akan jadi masalah, Pak,” jawab Rafa padahal Aurel sudah membuka mulutnya.“Kapan kalia

  • Mantan Istri Jadi Adik Ipar   #Bab 12. Wanita Satu Malam

    Feny tengah duduk di lobi hotel. Biasa, menunggu langganannya yang belum juga kunjung datang. Dia bukan wanita biasa, langganannya selalu dari kelas atas. Bayarannya sekali pertemuan pun tidak pernah lepas dari dua digit.Feny masih muda. Umurnya baru 25 tahun. Wajahnya panjang, pipinya dibuat agak chubby akibat perawatan yang dilakukannya, bibir tebal hasil filter miliknya itu tampak sexy. Pada dasarnya dia lumayan cantik.Sebenarnya Feny ingin bekerja normal saja sebagai karyawan biasa, dia pasti diterima. Tapi, dengan alasan himpitan ekonomi sebagai tulang punggung yang harus menghidupi ketiga adiknya, Feny terpaksa mengambil jalur singkat penuh resiko ini.Sore itu, ketika tengah asyik memerhatikan ponselnya, tiba-tiba tatapannya tertuju pada sosok yang baru masuk ke hotel. Seorang wanita berhijab, yang tampak anggun, mengikuti sosok itu.Feny pun menyeringai. ‘Bukan pasangan yang cocok,’ komentar benaknya. Manik matanya terus memerh

  • Mantan Istri Jadi Adik Ipar   #Bab 13. Sepupu

    “Kalah cepet lagi kamu, Put. Lia sampe udah mau dua kali, lho kawin,” celetuk seorang wanita yang mengenakan jilbab sorong. Kulitnya agak gelap, pipinya agak tembem sejurus dengan tubuhnya yang memang lebih lebar.“Ma!” seru Putri kesal. Dia mencoba mengingatkan emaknya itu supaya tidak kelepasan ngomong dan menyebabkan orang sakit hati. Termasuk dia. Mentang-mentang seumuran sama sepupunya—Aurelia, dan betah menjomlo malah diserang begini sama ibu kandung sendiri.Aurel tersenyum tipis, sekaligus geli melihat reaksi sepupunya yang kesal sama ibunya sendiri. “Mama cuma ngomong sesuai kenyataan,” timpal wanita itu lagi sebelum berlalu dari kamar itu.Putri mendengkus melihat emaknya pergi juga setelah setengah jam berdiri di depan pintu. Lalu, menatap sepupunya yang duduk di kursi. Di bawahnya seorang perempuan muda tengah mengoleskan inai merah di kaki Aurelia.“Aku masih betah menjomlo, malah dia yang pusing.”“Tujuan Tante Ani

  • Mantan Istri Jadi Adik Ipar   #Bab 14. Hari Bahagia

    “Saya terima nikahnya dan kawinnya Aurelia Sahara binti Sukamto dengan maskawinnya yang tersebut, tunai.”Ketegangan yang dirasakan Rafa semenjak bangun tidur tadi seketika usai setelah Om Athar dan Om Salman mengucapkan sah diikuti oleh keluarganya yang juga hadir di sana. Ketika penghulu menyetujui bahwa ijab kabul ini sah, lantas menghanturkan doa untuk rumah tangga yang akan dibina, air mata Rafa ingin menetes saat itu juga. Namun, masih bisa dia tahan. Hatinya bukan main bahagia, akhirnya bisa sampai di sini hubungan mereka.“Mempelai wanita silakan ke luar.”Sontak kepala Rafa menoleh ke arah rongga penghubung ruang tamu dengan ruangan sebelah. Jantungnya serasa ingin berjingkrak bahagia saking terpana melihat aura luar biasa yang terpancar dari sosok wanita, yang hampir enam tahun dipacarinya itu. Aurelia tampak berbeda. Jauh lebih cantik. Dia biasanya jarang berdandan tebal, tapi sekalinya dipoles dengan apik, kekasihnya itu tampak luar biasa. Wajahnya juga berkilau. Senyu

  • Mantan Istri Jadi Adik Ipar   #Bab 15. Mantan Pacar

    Davina terus menatap wanita itu. Alisnya naik sebelah ketika menemukan seringai di wajah wanita hitam manis itu. Terbersit rasa tidak suka dalam benaknya.Putri berdiri, melipat kedua tangannya di dada kembali. “Siapa aku?”“Iya. Kok kamu bisa menyebut nama Rafa dengan sesantai itu? Kalian saling kenal?”Putri mengangguk. “Iya. Aku mantan pacarnya.”Davina pun tersentak kaget.“Putri.”Putri malah mendapat tepuk kuat di paha kirinya oleh seorang wanita yang memiliki tone kulit yang sama dengannya. “Ih, Mama!” Putri berusaha menepis tangan wanita itu, yang ikut berdiri. Deretan cincin yang melingkari jemarinya nampak jelas saat wanita berhijab itu menarik lengan Putri. Dia lekas berdiri saat upaya pertamanya tidak berhasil. “Maaf, dia cuma asal bicara,” ujar wanita itu seraya menekan kedua bahu Putri.Kali ini, Putri tidak bisa menolak perintah ibunya yang juga mantan atlet taekwondo semasa SMA itu.Davina tidak puas. Terpampang nyata di wajahnya. Dia masih menatap Putri, meminta pe

Latest chapter

  • Mantan Istri Jadi Adik Ipar   #Bab 83 • Terlanjur Bad Mood

    Dengan mata yang membengkak, Aurel sudah bersiap dengan peralatan membersihkan pekarangan rumah. Selepas Subuh tadi, diperhatikannya halaman depan yang rumputnya sudah memanjang. Begitu juga dengan bunga-bunga dan tanaman yang dulu peliharan almarhum ibunya sudah tumbuh tidak karuan, dia hendak merapikannya. Hitung-hitung bisa menghilangkan sejenak kesedihannya.Namun, langkah Aurel terhenti. Dia terkejut mendapati Ridho berada di depan pagar rumah ini.“Ngapain kamu di sini, Dho?” tanyanya seraya menghampiri pagar dan membuka kuncinya. Seharusnya jam tujuh begini, Ridho sudah berada di kantor. Kok malah ada di depan rumah ini? Kalau bukan urusan yang penting, tidak mungkin mau ke sini.“Itu ....” Ridho terlihat meragu. Bukannya lekas menjawab, dia malah menoleh ke arah jalan gang ini.Aurel juga ikut melihat ke sana. Menerka sekiranya ada jawaban di ujung jalan i

  • Mantan Istri Jadi Adik Ipar   #Bab 82 • Bukan Anak Haram

    Selesai sarapan, Shanum memegangi perutnya. “Padahal, hanya semangkuk kecil begitu. Tapi, udah bikin kenyang banget,” ujarnya dengan bibir yang tersenyum puas.Saat mengangkat pandangannya, dia menemukan Ghani yang berjalan cepat di lorong hendak ke arah luar. “Ghani,” gumamnya senang. Lalu, berlari kecil ke arah cowok itu.Ghani sudah berpakaian seragam putih abu-abu lengkap dengan tas punggungnya, yang hanya tercantol di bahu kanannya. Dari langkahnya yang cepat, cowok itu masih terlihat penuh emosi.“Ghani, Ghani,” panggil Shanum.Yang dipanggil sempat menoleh, tapi begitu tahu suara itu milik siapa dia langsung malah kian mempercepat langkahnya. Namun selebar-lebarnya langkah Ghani, tetap terkejar oleh Shanum, yang pantang menyerah.Gadis itu menangkap pergelangan tangan Ghani. “Tunggu," pintanya agak memaksa. Kemudian, mengatur napasnya yang tersengal-sengal. “Aku harus jelasin kalau tujuanku ke sini bukan untuk menjadi penerus perusahaan Fadel Group. Aku cuma mau ....”“Bullshit

  • Mantan Istri Jadi Adik Ipar   #Bab 81 • Perang Kecil di Pagi Hari

    Ketukan di pintu tidak juga membangunkan Shanum. Makanya, salah satu pelayan rumah tangga berambut pendek itu memilih untuk membuka pintu. Dia tidak kaget melihat sosok Shanum masih terlelap di atas tempat tidur, dia sudah dapat menduganya.Sejak kepala asisten rumah tangga menunjuknya menjadi pelayan Nona Muda baru, pelayan bermata kecil ini sudah tahu kalau perjalanannya akan sangat panjang dan berat. Maka dari itu, dia sudah memenuhi hatinya dengan kuota kesabaran yang ekstra.“Non,” panggil pelayan dengan name tag Minah itu. Digoyangkannya perlahan namun intens kaki Shanum. Tugasnya adalah membangunkan majikan baru ini. Dan, ternyata itu menjadi tantangan sendiri untuknya karena Shanum tidak jua kunjung membuka matanya.Pantang menyerah sekaligus menambah stok sabarnya lagi dan lagi, Minah menggoyangkan lengan atas Shanum kali ini. “Non, bangun. Sebentar lagi harus sarapan. Bapak yang nyuruh Non ikut.”Sontak, Shanum membuka matanya. Dia langsung melotot. Tatapannya langsung tertu

  • Mantan Istri Jadi Adik Ipar   #Bab 80 • Hati Yang Tersakiti

    Karena lantai yang berkarpet tebal, kedatangan Ridho tidak diketahui oleh Fathan. Tiba-tiba saja dia sudah berada di dekat Shanum. Dia mengangguk pada Fathan, yang menyadari kedatangannya.“Aku sudah menelepon Ridho untuk mengantarkan kamu pulang,” ujar Fathan menjelaskan kenapa sekretarisnya itu ada di sini.Tapi, sepertinya, Aurel sedang tidak fokus ke sana. Dia meraih pergelangan tangan Shanum. “Kamu yakin dengan keputusan ini? Hampir tiga tahun kamu akan tinggal di sini. Itu lama, Num.”Tatapan Shanum tertuju pada ibunya. “Itu artinya Shanum juga akan berpisah sama Ibu dan Dewi, kan?”“Iya,” jawab Aurel seraya mengangguk mantap. “Coba kamu pikirkan sekali lagi.”“Tiga tahun tidak lama. Dengan keseruan di sekolah, waktu akan berlalu dengan cepat. Saya juga tidak akan mengekang kamu untuk bertemu ibumu atau teman-temanmu. Kamu bisa mengunjungi mereka di akhir pekan atau pas liburan. Saya tidak sejahat Ibumu, yang melarang kita bertemu.” Di akhir kalimatnya, Fathan menatap tajam Aure

  • Mantan Istri Jadi Adik Ipar   #Bab 79 • Tidak Pernah Dipedulikan

    Manik mata Feny bergetar seraya membulat sempurna. ‘Dia datang?’“Aurel, kan?” tanya Feny, meskipun sudah tahu jawabannya. Ini percakapan mereka yang pertama.Aurel tidak langsung menjawab. Dia merasa tidak memiliki kewajiban untuk menanggapi pertanyaan itu. Manik matanya bergerak ke arah sosok yang muncul di belakang Feny. “Shanum!” sergahnya kesal.Feny bergegas menoleh. Dia menemukan sosok gadis itu bergegas bersembunyi di balik badannya.Aurel pun melangkah masuk. Dibiarkannya koper berada di luar. “Kenapa kamu ke sini?! Ibu sudah melarang kamu ke sini! Kenapa malah bandel begini?! Ayo, pulang!” Dia berusaha meraih pergelangan tangan Shanum, tapi anaknya itu terus menghindar.“Kenapa dia tidak boleh ke sini? Dia tidak boleh bertemu dengan ayah kandungnya sendiri?”Aurel, Feny, dan Shanum menoleh ke arah sumber suara. Fathan muncul dengan tatapan tajam, namun ekspresinya datar saja.Bagi Aurel, lelaki itu banyak berubah. Dulu, senyuman begitu murah terpampang di wajahnya. Tapi, tid

  • Mantan Istri Jadi Adik Ipar   #Bab 78 • Bertemu Lagi

    Praaang! Piring putih berles gold terlepas dari genggaman Aurel. Wanita itu tidak langsung menangkapnya, malah hanya menatapinya saja. Matanya sempat menutup saat piring itu beradu dengan lantai keramik.Napas Aurel tersengal. Dadanya sempat terasa sesak. Dia diam sebentar.Setelah berhasil mengatasi rasa kagetnya, barulah Aurel bergerak untuk membereskan kekacauan ini.Ini masih pagi. Belum satu jam berlalu semenjak Shanum berpamitan pergi sekolah tadi. Sudah jadi jadwal harian kalau Aurel membereskan rumah sebelum pergi ke pasar. Dan, entah kenapa, pagi ini piring itu luput dari genggamannya. Aurel tidak pernah seperti ini. Ceroboh bukanlah salah satu sifat khasnya.Aurel membereskan pecahan piring dengan telaten. Dia tidak mau tersisa satu pecahan sekecil apapun, yang nanti bisa saja melukai kakinya atau Shanum. Kemudian, dia melanjutkan mencuci piring yang tertunda.“Kenapa perasaanku jadi ngga enak gini?” gumam Aurel sambil memegangi dadanya. “Semoga Shanum ngga kenapa-kenapa.”N

  • Mantan Istri Jadi Adik Ipar   #Bab 77 • Rival

    Fathan baru saja usai mengganti kemejanya dengan kaos putih dan celana abu-abu gelap ketika Feny masuk, lantas bergegas menghampirinya.“Apa maksudnya? Kamu punya anak dengan Aurel? Kamu ngga pernah cerita sama aku,” cecar Feny, yang sudah tidak sabar menanti jawaban Fathan.Tapi, yang ditanya malah memasang wajah datar.“Pa,” panggil Feny setengah merajuk. “Aku butuh penjelasan kamu.”Setelah hanya memunggungi Feny, akhirnya Fathan menoleh. “Aku sendiri ngga tahu kalau Aurel menyimpan anak itu dariku. Seharusnya, kamu yang paling paham kenapa dia melakukan hal itu.”“Ini artinya kamu percaya pengakuan anak itu, yang bilang kalau kamu adalah papanya? Gimana kalau dia bohong? Gimana kalau dia cuma mengincar hartamu aja?”Fathan mengambil ponsel genggam, yang ada di nakas. “Aku percaya dia, seperti aku percaya sama omongan kamu dulu kalau Ghani adalah anakku. Aku mau ke ruang kerja dulu. Ada beberapa laporan yang mau aku bicarakan dengan Ridho.”Masih belum puas, Feny meraih pergelangan

  • Mantan Istri Jadi Adik Ipar   #Bab 76 • Warisan

    Sepatu Shanum beberapa kali menginjit. Kepalanya menoleh ke kiri, ke arah yang dikiranya sebagai kedatangan mobil milik Fathan.Shanum berdiri di depan pintu hotel bersama Fathan juga Ridho.Ridho bergegas maju ketika melihat mobil sedan hitam datang. Dia membukakan pintu untuk Fathan, yang langsung masuk. Kemudian, bergerak ke pintu lain, lantas membukanya. Dia menatap ke arah Shanum.Shanum yang tercengang sekaligus mengagumi mobil hitam yang mengkilap itu sadar kalau sudah ditunggu Ridho. Tanpa melenyapkan senyuman manisnya, Shanum masuk ke mobil melalui pintu yang dibukakan oleh Ridho.“Terima kasih, Pak,” ucapnya sebelum masuk.Ridho sendiri duduk di kursi depan, di samping sopir.Jemari Shanum mengetuk lututnya ketika mobil mulai melaju. Sekali lagi, dia menikmati pesona gedung-gedung tinggi ini.Tapi, tidak lama. Perlaham, diam-diam, dia menoleh ke sisi kanannya. Diperhatikannya secara seksama pria di sisi kanannya itu, yang tengah asyik membuka tap dan membaca beberapa laporan

  • Mantan Istri Jadi Adik Ipar   #Bab 75 • Ikut Denganku

    “Ini ketiga kandidat brand ambassador koleksi kita yang baru, Pak.” Siska menyodorkan beberapa map ke depan Fathan.Sebagai atasan, di mana semua keputusan berujung padanya, Fathan pun menimang ketiga profil selebriti yang ada di hadapannya.“Sebagai manajer pemasaran, pasti kamu sudah memiliki kandidat, 'kan?” tebak Fathan.“Benar, Pak. Kandidat Saya pada Cathrine. Secara visual dia sempurna dan elegan sesuai koleksi kita. Masalah kontrak pun sudah kami jelaskan ke mereka, dan ketiganya setuju. Tinggal menunggu pilihan final hari ini saja.”“Tapi, bukannya dia sering terlibat scandal percintaan, ya?” tanya Syaf berusaha mengingat. Cathrine memang beberapa kali viral karena ketahuan pacaran dengan beberapa aktor dan penyanyi ternama.“Meskipun begitu, namanya tidak pernah redup. Apapun yang dia kenakan selalu sold out. Karena itu, karismanya masih cukup menjanjikan,” jawab Siska penuh keyakinan. Dia tahu kalau pertanyaan ini akan terlontar dari salah satu petinggi perusahaan yang ada

DMCA.com Protection Status