Akan tetapi di sudut matanya terletak dua buah payung parasut. Lydia menggigit bibirnya dan ingin melakukan hal nekat. Hanya tersisa tahap paling akhir saja. Dia mengulurkan tangan mengambil payung dan dengan hati-hati mengikat talinya di tubuh. Setelah itu Lydia membantu kameramen untuk mempersiapkan semua barang-barang.Sinar mentari di luar sana tidak begitu terik dan semilir angin berhembus menerpanya. Rasanya sangat menyegarkan sekali.Lydia menarik napas dalam-dalam dan melompat turun setelah merasa dirinya siap. Angin kencang menyapu wajahnya. Lydia berusaha tidak membuka mulut agar wajahnya tidak hancur saat tertangkap kamera.Dia sungguh menyesal datang ke acara ini. Suara angin yang begitu kuat memekakkan telinganya. Tekanan udara yang begitu kuat menerjang telinganya. Lydia berusaha kuat untuk mencari arah udara yang bagus. Sekitar sepuluh menit kemudian, dia merasa tubuhnya seperti ditangkap oleh seseorang. Semua orang mengelilinginya dan ternyata dia sudah mendarat.“Lydia
Lydia melihat ke sekeliling dengan perasaan sedikit terkejut. Di sekitar jalan ini semuanya lautan dan di peta tidak ada tanda sama sekali. Tempat ini seperti berada di dunia yang berbeda.Ombak laut menghantam tepi pantai. Lydia mengulurkan tangannya menyambut tangan lelaki itu. sesungguhnya dia sedikit trauma terhadap air laut. Dulu setiap harinya dia melihat laut ketika berada di pulau. Seakan-akan tidak ada harapan lagi baginya. Masa-masa itu dipenuhi dengan masa kelam yang tidak ingin dia ingat kembali. Bahkan Lydia nyaris mati di tempat itu.Lydia melihat peta dan wajahnya tampak bingung serta tidak mengerti. Peta laut ini tidak begitu dipahami oleh Lydia. Sedangkan Malvin hanya terkekeh puas.“Bu Lydia, nggak perlu di lihat. Orang biasa nggak akan bisa mengerti.”Lydia menyimpan petanya dan menatap lelaki itu sambil bertanya, “Memangnya kamu tau arahnya?”Malvin mengangkat alisnya dan berkata, “Tentu saja, tapi yang jelas bukan di sini. Kamu duduk yang benar.”Setelah itu kapal
Acara apa-apaan ini?! Apakah harus begitu menyiksa orang? Malvin mengeluarkan peralatan menyelam yang ada di dalam kapal dan langsung mengenakannya.Lydia terdiam dan Malvin melihatnya tampak berpikir sejenak. Setelahi tu dia bertanya, “Kamu mau menyelam sendiri?”Perempuan itu terkekeh paksa dan menjawab, “Aku nggak bisa berenang.”Lelaki itu terdiam selama puluhan detik dan baru mengerti apa yang baru saja dia dengar. Lydia yang dipuji oleh Dilap ini ternyata tidak bisa berenang? Dia duduk di sana sambil mengerjapkan matanya merasa bersalah. Setelah Malvin hening sejenak, dia berkata,“Kalau begitu kamu tunggu aku di atas.”Lydia mengangguk mendengarkan ucapan lelaki itu. Malvin mengenakan pakaian menyelam dan langsung melompat masuk ke air. Sekitar tiga hingga empat menit berlalu, tidak ada pergerakan apa pun di permukaan air yang masih tenang.Mendadak Lydia mulai panik dan tidak tenang. Apakah sesuatu terjadi pada lelaki itu? Pikirannya kembali pada kejadian tiga tahun yang lalu.
Dylan menatapnya dengan sorot yang dingin dan tajam. Dia tidak percaya bahwa Lydia bisa begitu baik hati. Jantung Lydia mencelos seketika karena lelaki itu tidak mengenalinya. Dylan tidak mengenali bahwa dia adalah perempuan yang nyaris mati di dalam air. Dia tidak kenal bahwa dirinya pernah menolong Lydia sebanyak dua kali.“Tapi kamu harus menikahiku,” ujar Lydia sambil menatap Dylan.***Seluruh tubuh Lydia merinding seketika. Ingatannya tertarik kembali ke dunia nyata. Dia menatap air laut dan sebersit perasaan menggigil menyerangnya tanpa ampun hingga membuatnya sulit bernapas. Ingatan akan masa lalu terasa begitu menyakitkan sekali. Tidak tahu apakah ingatan tentang air atau yang lainnya.Lydia menarik napas banyak-banyak dan wajahnya tampak pucat pasi. Permukaan air tetap terlihat tenang tanpa ada pergerakan sama sekali. Detik itu juga Lydia mulai merasa panik. Dia melihat ke sekitar dan menemukan kapal-kapal kecil yang berjarak sepuluh meter darinya. Tidak tahu apakah sempat at
Detik itu juga, Lydia merasa tubuhnya tidak bisa dikendalikan oleh dirinya. Wajahnya memucat dan dia masih belum tersadar bahwa tubuhnya sudah terbang sejauh sepuluh meter di udara. Perempuan itu berteriak histeris, tetapi suaranya ditelan oleh udara laUt. Jantungnya berdegup seakan melompat keluar.Tubuhnya bergerak mengikuti angin. Parasailing yang ada di atas kepalanya terbentang lebar. Mereka mengikuti kecepatan kapal dengan angin yang menyapu wajah mereka hingga terasa perih. Meski begitu, ternyata rasanya cukup menyenangkan.Lydia belum pernah merasakan perasaan seperti ini. Detik itu juga, dia merasa hidup ini sangat lemah dan kecil tetapi di waktu yang bersamaan juga begitu kuat. Ternyata menantang maut sangat memuaskan sekali!Setelah posisi Malvin sudah stabil, dia menarik kedua bahu Lydia dan membantu perempuan itu membenarkan posisinya. Dia berdecak dan terlihat sangat antusias dan terkejut.“Ini menyenangkan sekali!”Lelaki itu tertawa dan menunjuk kapal yang tidak jauh da
Sedangkan para penonton juga sangat jeli dan menyadari hal itu. Mereka mulai heboh dan sibuk memberikan umpatan.“Ternyata Melani bohong kakinya sakit. Sama Lydia tadi kaki kanan, sekarang sama Chuck kaki kiri. Lalu waktu dengan Dilap kaki kanan lagi. Dia pincang sampai kelelahan?”“Dasar ratu sandiwara!”“Ini acara petualangan loh, dia nggak ikut berpartisi apa pun dan justru merepotkan orang lain. Aku akhirnya mengerti kenapa Lydia mau ganti kelompok.”“Dulu aku masih merasa sifatnya Lydia yang nggak baik. Ternyata aku salah.”Setelah acara berakhir, mereka tiba di rumah ketika hari sudah gelap. Domi dan sopir mengantarkan Lydia kembali ke rumahnya. Liam yang melihat perempuan itu begitu jorok dan kelelahan hingga tertidur di mobil langsung menggendongnya masuk. Dia meminta pelayan untuk membersihkan tubuh perempuan itu.Selama beberapa hari Lydia berbaring di rumah. Pelayan rumah memikirkan berbagai cara untuk memasak makanan enak untuk Lydia. Setelah melewati kehidupan makan tidur
Dilap terkekeh dan berkata, “Dia itu dipermainkan, bahkan dia dibuat bangkrut. Setelah itu kekasihnya cari lelaki kaya dan karena marah makanya dia bilang begitu.”Lydia terdiam mendengar penjelasan lelaki itu.Tansen Group.Di dalam ruang rapat sudah tampak barisan orang-orang yang sedang mendengarkan laporan hasil kerja divisi. Mereka tampak gugup karena khawatir akan dipanggil oleh Dylan. Keadaan di ruangan tersebut tampak mencekam dan menyeramkan. Hingga tiba gilirannya Yohan sebagai supervisor dari divisi investasi yang menyampaikan laporan.Lelaki itu baru dinaikkan jabatannya dan belum ada hasil apa pun selama dia baru menjabat. Untuk bisa tetap stabil duduk di posisinya, dia harus mendapatkan kesan baik di hadapan Dylan. Lelaki itu berdeham dan mendadak merasa sedikit antusias. Dia terlihat sangat percaya diri ketika berbicara.“Pak Dylan, divisi kami sedang menganalisa acara di negara kita. Meski acara reality show seperti ini sudah sangat marak di publik, kalau kita berani bu
Tony mengikuti lelaki itu dan masuk ke ruang kerjanya. Akan tetapi lirikan Dylan membuat seluruh tubuhnya merinding.“Pak ….”“Ini hasil yang sudah kamu bereskan?” Suara Dylan terdengar dingin dan menusuk.Dengan ragu Tony menjelaskan, “Pak, acaranya Dilap ini ada karena bantuan dari keluarga Agustine. Pak Sugiono juga sudah bertemu dengan orang-orang terkait. Jadi ….”Mata Dylan menggelap seketika.“Kalau begitu Tansen Group harus menjadi satu-satunya investor. Mengerti?!”Dengan cepat Tony menjawab, “Mengerti, untuk poin ini pasti bisa.”“Karena mau investasi, episode selanjutnya saya mau langsung survey sendiri dan merasakannya langsung.” Dylan mengatakan kalimat tersebut dengan tenang dan datar. Tony awalnya mengangguk langsung mendongak dengan ekspresi terkejut. Dia mencoba mencerna ucapan Dylan dan berkata,“Baik, Bapak akan menjadi bintang tamu misterius. Saya yakin pasti akan semakin menarik minat penonton.”“Keluarlah,” ujar Dylan sambil mengangguk dengan puas. Tony menarik na