Komentar dan Votenya jangan lupa ya Kak^^
Ruang kepala HRD yang merupakan ruangan tempat Jane bekerja itu dipenuhi dengan atmosfer berat, dua wanita pegawai senior di rumah sakit Digory itu tampak tegang berhadapan dengan Shane. Brenda, perawat senior dengan tubuh gemuk dan rambut panjang yang digelung rapi itu menatap Jane sekilas sebelum melanjutkan perkataannya.Shane langsung memberikan perhatian penuh pada Brenda, mengalihkan pandangannya pada komputer database yang ada di sampingnya sebagai reaksi atas pernyataan perawat senior itu.Brenda yang mendapati mata dengan iris coklat hazelnut menatap lurus padanya langsung tersipu malu dengan jantung berdegup kencang, bagaimanapun pria yang merupakan kepala yayasan rumah sakit Digory itu sangat tampan."Saya mengenal Nona Helena Kyle dan siapa yang dijenguknya lima tahun silam. Karena saya lah yang ditugaskan untuk mengurus pasien yang selalu dikunjungi Nona Helena." Brenda menjalin jari-jari tangan di pangkuannya saat Shane menatap tajam ketika ia membeberkan informasi itu.S
'Apakah pasien itu adalah anak Helena sebelum Pim? Bukankah itu hanya gosip tidak jelas dari sekolah yang mengatakan kalau ia sudah memiliki anak, bahkan berita itu berasal dari si brengsek pembohong besar Gary Miles.' Brenda mengangguk mantap menjawab pertanyaan Shane. Terlihat pria yang sedari tadi bertanya itu mulai frustasi, bagaimana bisa dugaannya meleset jauh dan gosip di sekolah justru menemukan faktanya. “Apa pasien itu anak dari Helena? Apa anak perempuan itu keluar rumah sakit bersamaan dengan Helena? Kau tahu dimana anak itu tinggal sekarang?" Pertanyaan beruntun ditembakkan oleh Shane karena ia begitu penasaran dengan mantan istrinya itu. ‘Helena hanya tinggal berdua saja dengan Pim dan aku tak melihat anak lain selain Pim.’ Alis Brenda bertaut, sedikit bingung dengan antusiasme Tuan Shane Digory dengan pasien yang pernah dirawatnya. "Pasien itu bukan anak Nona Helena, Tuan Digory. Dia adalah adik kandung Nona Helena. Pasien itu bernama Rose Kyle.” Shane semakin terke
"Kau mendengarkanku, Sayang?" Athena menatap wajah Shane dengan alis bertaut."Hmm? Apa yang kau katakan?" Shane seakan baru kembali ke bumi setelah tunangannya memanggilnya dari tadi. Sepasang kekasih itu sedang berada di toko bunga terbesar yang merupakan mitra kerja mall Digory. Athena menginginkan pernikahan dengan dekorasi bunga asli. Lagipula bunga palsu terlihat sangat tak berkelas di matanya. Wanita cantik berambut merah tembaga itu tak percaya pada vendor pernikahannya untuk memilih bunga asli. Athena selalu menyalahkan bunga pilihan vendornya itu."Mereka memiliki selera yang murahan terhadap bunga." Athena kembali melihat wajah calon suaminya yang hanya diam seakan tak peduli."Sayang…," panggil Athena lagi. "Kau sedang memikirkan hal apa? Ini pernikahan kita. Aku ingin kau juga aktif memberi masukkan. Apa aku tak berharga disampingmu? Apa kau tak tertarik lagi dengan pernikahan ini? Apa kau tak ingin bersamaku lagi, Shane?"Shane mengembuskan napas panjang. "Ath. Hentikan,
Shane langsung melangkahkan kakinya dengan cepat ke arah Athena.Wanita berambut merah itu masih sibuk memilih-milih bunga ketika tunangannya itu seakan berlari ke arahnya."Ath, beberapa waktu lalu sebelum acara Kate kau bilang ke makam ibuku dan menaruh buket bunga di sana. Apa nama bunga itu?" Shane bertanya dengan ekspresi rumit sambil menatap tajam pada tunangannya.Athena tertawa canggung karena terkejut akibat pertanyaan tiba-tiba itu. Bagaimanapun ia sudah berbohong pada kekasihnya, wanita itu bahkan tak tahu bunga apa yang ada di pemakaman yang dimaksud Shane.“A-aku lupa apa nama bunga itu. Itu bunga yang cantik dan sangat anggun seperti ibumu, Sayang.” Athena menjawab dengan gugup.Alis tebal Shane masih bertaut menanggapi jawaban Athena. Wanita berambut merah itu tahu kalau kekasihnya masih belum puas dengan jawabannya.“Bunganya mana ya? Banyak sekali bunga di toko ini. Aku membeli buket itu di toko kecil Salt Lake. Mereka hanya memiliki sedikit bunga di sana, aku membeli
Shane tak pernah marah sebrutal itu dengan cara melempar barang, tapi apa yang tunangannya lakukan membuat lelaki tampan itu muak. Shane selama ini selalu menjaga perasaan Athena, karena tahu kekasihnya itu sangat rapuh semenjak ditinggal oleh ibunya dengan cara yang sama dengan Maria -ibu kandung Shane- meninggal, yaitu dengan cara bunuh diri. Athena terkejut bukan main, manik biru cerahnya terbelalak lebar sangat tak menduga hal ini. Sejauh yang Athena tahu, Shane tak pernah peduli ketika dulu ia bicara tentang Helena, bahkan menjelek-jelekkannya. Tapi sekarang mendapati kekasihnya naik pitam karena membicarakan Helena, Athena sangat tak menyangka hal ini.“Sa-sayang,” panggil Athena gagap karena terkejut dan ketakutan.Shane langsung mendekatkan wajahnya pada Athena, sebelah tangannya memukul keras sandaran kursi yang tepat berada di belakang wanita cantik berambut merah itu. “Apa kau selalu membohongiku seperti ini?”“Mem-membohongi apa, Sa-sayang? A-aku tak paham maksudmu.” Man
Shane tak peduli lagi pada Athena, ia telah sampai pada batasnya memaklumi segala tingkah wanita itu. Menurut Shane, Athena sudah tak pantas mendapat loyalitasnya.“Shane!” jerit putus asa Athena tak terima dengan ucapan lelaki tampan itu. Shane memundurkan tubuhnya sambil menatap jijik pada tunangannya itu. “Entah sudah berapa kali aku mengampunimu ketika menipuku, Ath.”Athena menggelengkan kepala dengan lemah. “Aku tidak menipumu, Shane. Apa kau lebih membela Helena dari pada aku, kekasihmu?”Rahang Shane mengeras sambil menghujamkan tatapan mematikan pada wanita berambut merah di hadapannya itu. “Ini bukan tentang Helena, ini juga bukan tentang kebohongan mu pada buket bunga di kuburan ibuku.” Athena tercekat, mulutnya terbuka tapi tak sanggup mengatakan apa pun. Ia tak menyangka Shane tahu tentang dusta yang selama ini ia ucapkan. 'Ia tak mungkin mengetahui semua itu.'Shane dengan tangan yang terkepal kuat hingga buku-buku jarinya memutih melanjutkan perkataanya. “Kau yang meng
Jantung Helena berdegup kencang karena ketakutan, tapi ia berusaha tetap tenang sambil memperhatikan keadaan sekitar. Ketenangan yang didapat oleh Helena bukan karena wanita itu sangat berani, melainkan ini bukan kali pertamanya ia mengalaminya. Wanita berambut panjang itu sudah pernah beberapa kali mengalami hal ini. Namun, penyebab ia diganggu oleh para pelaku pelecehan itu bukanlah karena Helena tipe gadis penggoda hingga membuat sembarang pria senang mengganggunya, wanita itu bahkan jauh dari tingkah wanita yang suka merayu pria lain. Penyebab pria-pria hidung belang itu mengganggu Helena, hanya karena wanita bermanik zamrud itu sangat cantik dan menarik. Dan faktor terbesar ia menjadi incaran para pelaku pelecehan seksual itu karena ia tinggal sendirian tanpa seorang pun yang menjaganya selama ini. ‘Tapi kenapa suara pria ini sangat ku kenal?’ Namun, Helena tak berpikir lebih lanjut lagi tentang pria yang membekapnya karena suasana sangat mencekam untuknya pagi itu. Wanita
Shane menatap tajam Helena. Ia tak suka apa yang diucapkan mantan istrinya barusan, andaikata bukan Helena yang mengatakan hal itu, Shane pasti sudah memberi pelajaran pada siapapun yang menyamakan dirinya dengan Athena Ariana, wanita yang baru saja menodai kepercayaannya itu. Namun, Shane paham kenapa Helena merasa seperti itu. ‘Aku sudah terlalu lama percaya buta dengan apa pun yang dikatakan Athena, hingga melukai Helena.’ “Kau bisa beranggapan sesukamu, Helena. Bukankah kau selalu berpikir buruk tentangku.” Shane langsung berjalan melewati Helena. Lelaki itu duduk di kursi yang bersisian dengan jendela besar menghadap sekolah Primrose. Helena ingin membantah perkataan Shane. ‘Siapa yang selalu berpikiran buruk tentangnya! Bukannya dia yang selalu berpikir buruk tentangku?’ Dengan langkah lebar Helena mengikuti arah langkah Shane tadi berlalu. “Aku tidak pernah berpikir seperti itu, Shane,” ucap Helena ketika mendatangi meja lelaki itu. “Lantas?” Shane menaikkan sebelah alisny