Home / Romansa / Mampukah Aku Bertahan / Bab 52 (Masih Merajuk)

Share

Bab 52 (Masih Merajuk)

Author: Tifa Nurfa
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Begitu hampa terasa malam ini, aku dekap erat bingkai foto kita, hingga mata ini terpejam, entah jam berapa aku terlelap.

Hingga Sayup-sayup terdengar suara shalawat Tahrim berkumandang di masjid yang tak jauh dari rumah, bertanda waktu subuh akan segera tiba, aku bangkit untuk mandi dan salat subuh.

Perlahan kuputar anak kunci, dan membuka daun pintu, kemudian melangkah menuju kamarku, tertutup.

Saat pelan-pelan kubuka pintu kamarku, ternyata kosong. Alhamdulillah itu artinya Tania semalam keluar dari kamar ini setelah aku tinggalkan begitu saja. Baguslah. Lagipula Dia itu siapa sok kasih perhatian lebih untukku, sudah lebih dari cukup Yunita di samping, mampu melengkapi dan menyempurnakan hidupku.

Bergegas aku masuk dan tak lupa mengunci pintu kamar, agar Tania tak bisa sembarangan masuk ke kamar ini, kamar ruang kerjaku juga selalu terkunci, saat aku tak menggunakan ruangan itu, karena aku tak mau setiap orang sembarangan masuk ke dalam ruangan itu.

Setelah mandi dan salat subuh, a
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Mampukah Aku Bertahan    Bab 53 (Ingin Bertemu Wina)

    "Wanita itu memang makhluk yang sangat unik, Ia begitu istimewa. Ia bisa bersikap lembut, dan manja, namun seketika sikap keras kepala dan marahnya membuat kita kewalahan untuk meredamnya, namun di balik semua itu pasti ada alasannya, Mas yang sabar, selesaikan masalah dengan kepala dingin, jika ia sedang marah maka jadilah air yang menyejukkan, hingga ia akan tersadar akan kekeliruannya dan akan memilih kembali bersamamu." Aku mengangguk paham."Terimakasih, Pak." Beliau pun mengangguk, dan tersenyum.Cukup lama kami berbincang, di sini aku seperti mendapat nasihat, dan petuah dari orang yang lebih tua, sejak Bapak pergi, aku memang seolah kehilangan pegangan. Karena aku memang dekat dengan Bapak, segala sesuatu aku meminta saran dan masukkan dari Bapak, setelah Beliau pergi, apapun masalahku, aku telan sendiri, karena aku tak begitu dekat dengan Ibu.Setelah di rasa cukup, aku pamit undur diri, karena sudah mulai banyak pelanggan bubur yang datang untuk menikmati sarapan buburnya, h

  • Mampukah Aku Bertahan    Bab 54 (Madu rasa teman)

    Pov YunitaHari mulai beranjak siang, saat mobil yang dilajukan suamiku sampai di sebuah gedung apartemen yang menjulang tinggi, kemudian parkir di pelataran gedung itu. Kami masih terdiam, sibuk menata hati, sebelum turun dari mobil."Sayang, Aku minta maaf. Apartemen ini memang aku beli untukmu, tapi karena kondisi ini, Aku–.""Sudahlah Mas, sekarang bukan saatnya kita membahas ini, tapi nanti di rumah, aku minta semua penjelasan dari kamu." Aku berkata tanpa menatap matanya, karena aku sendiri sedang berusaha menata hati, menghadapi kenyataan bahwa suamiku telah memiliki istri, selain aku.Samampuku meredam semua gejolak di dalam dada, wanita mana yang tidak syok mengetahui suaminya kini telah beristri lagi. Terlepas dari apapun itu alasannya.Ya Allah, apa ini sebuah takdir yang Engkau gariskan untukku? Mengapa terasa menyakitkan walau katanya diantara mereka tak ada Cinta.Mendengar ucapanku Mas Firman menatapku, digenggamnya erat jemariku. "Kamu percaya kan, sama Aku?" tanyanya

  • Mampukah Aku Bertahan    Bab 55 (Pulang ke Rumah)

    Tiba-tiba ponsel Mas Firman berbunyi."Halo Iwan.""...." "Apa?!""....""Oke, kamu tenang, aku akan segera ke rumah makan sekarang juga."Panggilan terputus. Sepertinya ada masalah di rumah makan."Ada Apa Mas? Ada masalah di rumah makan?""Sekarang juga kita ke rumah makan ya, Sayang, Ibu sama Tania marah-marah di sana."Apa? Ibu sama Tania marah-marah di rumah makan, ada apa lagi ini, ya Allah.Mas Firman langsung melajukan mobil menuju ke rumah makan, kondisi jalanan juga sedikit macet membuat kami terhambat. Huft, Jakarta siang bolong seperti ini pun masih juga macet.Hari ini memang Mas Firman tidak ke rumah makan, seperti biasa jika Ia tidak datang ke rumah makan, Ia menyerahkan sepenuhnya pada Iwan untuk menghandle semuanya. Tapi jika sudah masalah seperti ini, tentu Iwan pun tak bisa berbuat apa-apa. Begitu sampai di area parkir rumah makan, kami langsung bergegas turun dari mobil dan melangkah cepat masuk ke dalam rumah makan yang terlihat rame pengunjung karena ini masih

  • Mampukah Aku Bertahan    Bab 56 (Ibu Mertua)

    Aku lihat Ibu sedang sibuk di dapur, aku dan Mas Firman berjalan menghampirinya."Alhamdulillah, Firman kamu udah pulang. Ibu lagi masak, nanti kita makan sama-sama." Ibu menatap tak suka ke arahku. "Kamu ikut pulang juga, kemana aja kemarin? Sampai nggak pulang, kirain udah nggak akan pulang lagi kesini." Astaghfirullah, baru saja aku sampai di rumah ini, sudah di sambut demikian oleh ibu mertuaku."Sudah Bu. Yunita capek, jangan Ibu tambah dengan berkata seperti itu. Ibu bilang begitu padanya sama saja menyakiti Firman Bu." Ibu hanya mencebik mendengar anaknya membelaku."Sudah Sayang, Ayo kita naik ke atas. Kamu harus istirahat." Mas Firman menggandeng tanganku berjalan menaiki anak tangga menuju kamar kami.Mas Firman membuka kunci kamar dan kami berdua masuk. Tak lupa ia menguncinya kembali. Aku duduk di bibir ranjang meletakkan tas tangan yang sering kubawa kemana-mana. Mas Firman pun mendaratkan bobotnya di sampingku."Sayang, kamu tahu nggak, tadi malam aku tidur di ruang ke

  • Mampukah Aku Bertahan    Bab 57 (Merajut Cinta)

    "Halah, selalu seperti itu, terus aja kamu bela perempuan ini!" Aku berlalu ke dapur, memilih untuk tidak menghiraukan ucapan Ibu, satu hal yang masih membuat aku masih bertahan di dalam rumah ini, yaitu Mas Firman, selama ada Cinta di hatinya untukku, aku akan bertahan mempertahankan rumah tanggaku.Aku panaskan air untuk membuat kopi, terdengar Ibu tengah berbincang dengan Mas Firman di ruang tengah, tak begitu jelas apa yang mereka bicarakan. Namun sedikit aku bisa tarik kesimpulan, Ibu masih membujuk Mas Firman agar mau menikah dengan Tania.Ibu, aku tak mengerti, mengapa kau begitu ingin menantu seperti Dia, apa hanya karena aku belum hamil, engkau mengabaikan segala rasa yang ada di antara Aku dan putramu.Aku memilih, menunggui air panas di dapur, hingga teko siul itu berbunyi nyaring menandakan air sudah mendidih.Aku racik gula dan kopi, ke dalam cangkir kopi, menyeduhnya, kemudian membawanya untuk suamiku."Yuni, kamu tak keberatan kan, jika Tania kembali tinggal di rumah i

  • Mampukah Aku Bertahan    Bab 58 (Percobaan Penculikan)

    Hari terus berganti hingga tak terasa seminggu sudah sejak Aku mengetahui soal Wina. Ibu juga sudah kembali ke rumahnya, pun dengan Tania. Mas Firman sendiri secara terang-terangan menolak jika Tania kembali tinggal di rumah.Laras Alhamdulillah ia keterima kerja di sebuah perusahaan swasta, dan sesuai ucapan Ia hanya mengambil job sebagai model hanya untuk sambilan.Selama seminggu ini juga terkadang sepulang dari rumah makan aku meminta Mas Firman untuk mampir ke apartemen menengok Wina. Mas Firman juga sudah berkoordinasi dengan pihak pengelola apartemen jika ada seseorang yang mencurigakan agar di tindak lanjuti. Wina masih sama seperti sebelumnya, Mas Firman tidak mengizinkannya keluar apartemen, dan semua keperluannya akan di penuhi olehnya atau meminta tolong pada Dimas.Usai makan malam, Mas Firman sibuk di ruang kerjanya, dan aku sendiri merebahkan tubuhku di ranjang, sambil berselancar di aplikasi novel online.Tiba-tiba ponsel Mas Firman yang tergeletak di atas nakas berde

  • Mampukah Aku Bertahan    Bab 59 (Semua akan baik-baik saja)

    "Aku mengerti Win. Sekarang ini kedua orang itu sudah diamankan, kamu aman sekarang, dan sekarang Mas Firman dan Dimas sedang mengurus semuanya, kamu tenang ya!" Aku mencoba menenangkan gadis yang kini menjadi maduku. Hati ini pun ikut merasakan sedih, kasihan Dia, Dia pasti takut terlebih ini di Jakarta, tak banyak orang yang ia kenal, selain Mas Firman, Dimas dan Aku."Maafkan Aku ya, Mbak. Jika hadirku di sini hanya merepotkanmu dan Mas Firman." Ia terisak, sambil jarinya memainkan ujung hijab yang dikenakannya."Sssttt! Tidak ada yang merasa di repotkan, Win. Semua sudah ketentuan Allah. Aku mengerti sekali bagaimana posisimu sekarang. Kamu itu hebat, aku nggak tahu jika aku yang ada di posisimu, mungkin aku tak kan sekuat kamu."Ia mengusap linangan air mata yang menaganak di pipinya."Aku pun tak tahu, Mbak. Sampai kapan aku seperti ini. Aku tadi hanya sedikit merasa bosan dengan masakanku sendiri dan sekedar ke depan apartemen untuk membeli nasi goreng, tapi ternyata mereka ta

  • Mampukah Aku Bertahan    Bab 60 POV Firman

    Pov FirmanAlhamdulillah istriku bisa diajak bicara, Ia sudah tenang sekarang, mungkin berkat penjelasan dari Dimas juga saat Ia menemui Dimas pagi itu. Namun tetap saja, Sikapnya sedikit berubah, Ia lebih sedikit bicara tidak seperti dulu, aku mencoba mengerti akan keadaan ini.Bagaimanapun juga ini memang salahku, Aku yang telah menggores luka di hatinya yang rapuh, maka aku pula yang harus terus menggenggam hati itu agar tetap utuh. Maafkan aku Sayang. Berbagai ucapan manis yang biasa aku katakan, Ia hanya tersenyum dan mengangguk. Aku tahu di dalam hatinya Ia pun sedang berusaha berdamai dengan keadaan sekarang, walaupun Dia tahu hanya dirinyalah yang ada di hatiku, tapi tetap saja perempuan adalah makhluk yang sensitif, berbagai macam kecurigaan dan ketakutan pasti bergelayut di hatinya.Bagai hujan di Padang pasir, itu yang aku rasakan saat Wanitaku mulai mau bicara dan mau kuajak pulang, karena sesungguhnya di hati ini diliputi ketakutan, aku takut karena kesalahanku ini, kemu

Latest chapter

  • Mampukah Aku Bertahan    Bab 92 (Ending)

    Mengapa rasa sakit ini melebihi rasanya sakit hati ketika putus cinta? Aku seakan tengah berlayar di lautan tenang tiba-tiba di terjang badai ombak yang begitu dahsyat hingga kapal yang kukemudikan terombang-ambing.Aku melajukan mobilku menuju ke pemakaman dimana Bapak beristirahat dengan tenang, teringat saat aku masih anak-anak dulu, Aku pernah di ajak Bapak ke pemakaman, namun aku yang masih kecil pun tak bertanya itu makam siapa, dan Bapak juga tak bicara apapun soal makam itu. Aku yang sejak kecil tak pernah kekurangan kasih sayang dari orang tua pun tak sedikitpun aku mengira akan seperti ini kenyataannya.Terlihat sepele, aku ternyata bukanlah anak kandung Ibu, tapi Ibu menyayangiku seperti anak kandungnya, tapi tetap saja hati ini terkoyak, ada rasa sakit menelusup ke dalam sini. Air mataku luruh begitu saja, di sepanjang jalan aku mengemudi. Sakit. Aku mengetahui kenyataan ini di saat Bapak sudah tiada, andaikan saja mereka menceritakan ini jauh sebelum Bapak pergi, mungki

  • Mampukah Aku Bertahan    Bab 91 ( Kenyataan Menyakitkan)

    POV Firman"Ehm, Bu. Alhamdulillah tebakan Ibu benar!" ucapku sumringah pada Ibu yang sudah menatap kami penuh tanya."Alhamdulillah! Akhirnya. Ibu mau punya Cucu!" Ibu menghambur ke arah Yunita dan memeluknya erat."Selamat ya Yun, Ibu seneng banget dengernya akhirnya kamu bisa hamil dan kasih cucu untuk Ibu. Maafkan Ibu yang kemarin-kemarin begitu angkuh dan nyakitin kamu! Ibu minta maaf Nak!" ucap Ibu dengan suara parau, Punggungnya bergetar. Ibu menangis dalam pelukan istriku.Aku hanya menatap haru."Ini semua berkat Doa Ibu, Yunita yang harusnya bilang makasih sama Ibu, Ibu sudah bisa menerima Yunita yang banyak kekurangan ini." Lembut Yunita mengusap punggung Ibu."Nggak Sayang. Ibu yang banyak salah sama Yuni, Ibu minta maaf." Yunita mengangguk, seraya mengulum senyum."Sudah Bu. Kita lupakan semua yang sudah berlalu, kita buka lembaran baru menyambut anggota keluarga baru di rumah ini." Aku mengusap punggung Ibu."Iya, Man. Jaga baik-baik istrimu dan calon bayinya ya!""Iya,

  • Mampukah Aku Bertahan    Bab 90 (Semua ada Konsekuensinya)

    POV FirmanDi sebuah ruangan dimana ada Laras berdiri di sana, bersama seorang temannya, dan Tania terbaring di ranjang rumah sakit, terlihat tengah menangis tersedu-sedu. Kenapa Dia?"Laras!" panggilku. Laras tengah berdiri di sisi ranjang, sepertinya sedang menenangkan Tania. Laras sepertinya tidak mendengar Aku memanggilnya.Belum juga Laras menoleh ke arahku, aku sudah dibuat terkejut oleh pertanyaan seorang perawat yang sudah berdiri di belakangku."Maaf Apa Bapak suaminya Ibu Tania?" Degh!"Oh bukan Sus. Saya mau jemput adik saya Laras," tegasku seraya mengibaskan tangan pada perawat itu.Seketika Laras menoleh ke arahku, mungkin karena mendengar namanya kusebut."Kak Firman!""Ayo pulang!" ajakku."Oh saya kira, suaminya pasien. Maaf ya Pak!""Iya gak apa-apa, Sus. Saya permisi!"Aku mendekati Laras dan menggandeng tangannya. Aku bahkan tak melirik sedikit pun ke arah Tania."Kak Firman!" panggil Tania lirih, namun masih jelas terdengar olehku."Ehm Tania, Gue pamit pulang dul

  • Mampukah Aku Bertahan    Bab 89 (Hamil)

    POV FirmanAku dan Yunita pun saling pandang, mendengar percakapan Laras di telepon, terdengar kata kalau Tania pingsan. Pingsan kenapa Dia, kenapa pula menghubunginya pada Laras, kenapa tidak langsung di bawa ke rumah sakit, berbagai pertanyaan muncul dalam benakku."Udah Yuk, Sayang kita ke klinik sekarang!" ajakku pada Yunita, aku juga tak ingin di pusingkan dengan urusan Tania yang sama sekali tidak ada sangkut pautnya dengan keluarga kami."Ya udah Ayo!" Yunita pun mengamit lenganku dan bergelayut manja menuju ke luar rumah."Wah ini motornya, Sayang." Yunita menyentuh dan mengitari motor itu ketika kami sampai di teras rumah."Iya, bagus ya, Sayang. Pilihan kamu memang tak pernah salah." Aku memujinya, karena motor itu memang Dia yang memilih.Beberapa saat Yunita memperhatikan motor itu."Udah Yuk, Sayang. Nanti keburu malam, jadi makin ngantri di klinik." Aku mengingatkan, karena jika semakin malam juga khawatir kliniknya tutup. Malam ini juga malam Minggu, tentu di jalan juga

  • Mampukah Aku Bertahan    Bab 88 (Terkejut)

    POV FirmanSetelah menyelesaikan semuanya. Aku pun pamit pulang. Karena sebentar lagi pasti pihak dealer akan mengantarkan motor yang aku beli siang tadi. "Pulang sekarang, Yuk Sayang.""Ayo!"Kami pun berjalan bersisian menuju ke mobil yang terparkir di parkiran Rumah makan."Kira-kira udah diantar belum ya Mas, motornya?" tanya Yunita"Kayaknya sih belum, Laras juga nggak ada telpon Mas. Kalo udah datang pasti Dia kaget dan bingung, kan pasti telpon Mas.""Iya juga Ya." Yunita terlihat begitu bersemangat, meski wajahnya masih terlihat pucat, tapi tidak menutupi rona bahagia yang terpancarkan."Sayang, kamu beneran nggak apa-apa. Wajah kamu pucat lho." "Nggak apa-apa, Mas. Cuma sedikit pusing sih. Nanti aku sampai rumah langsung istirahat aja. Mas nggak usah khawatir, ya!" Meskipun Yunita bicara dengan tenang dan seakan Ia benar-benar baik-baik saja. Tapi tetap saja aku mengkhawatirkannya. Tak biasanya Dia seperti ini.Mobil melaju dengan kecepatan sedang, membelah jalanan kota

  • Mampukah Aku Bertahan    Bab 87 (POV Firman)

    Pov FirmanTak ada yang lebih membahagiakan selain melihat Ibu dan adikku bisa akur dengan istriku. Itu adalah harapan yang selalu aku langitkan di setiap sujudku. Akhirnya Allah menjawab semuanya sekarang. Ibuku sudah kembali seperti dulu, wanita cinta pertamaku sudah kembali lembut dan hangat padaku.Meskipun beberapa tahun belakangan ini, Ibu lebih menunjukkan rasa tak sukanya pada Yunita, istriku. Tapi itu sama artinya juga untukku. Karena istriku adalah cerminan diriku. Jika ada yang mencela atau tidak menyukainya, itu sama saja mencelaku. Aku hanya mampu membesarkan hati Yunita, menghiburnya, dan meminta maaf padanya atas nama Ibu. Hanya itu yang bisa kulakukan, meski dalam hatiku juga merasakan sakit yang sama.Alhamdulillah setelah acara makan malam di restoran itu sikap Ibu banyak berubah. Entah apa yang melatarbelakangi perubahan sikap Ibu pada kami, terutama padaku dan Yunita. Ibu menjadi begitu baik dan tidak lagi memintaku menikahi Tania.Sungguh sebuah keajaiban yang beg

  • Mampukah Aku Bertahan    Bab 86 (Saling Terbuka)

    Pov Laras"Bu, Laras seneng deh, sekarang Ibu bisa akur sama Kak Yunita, ternyata Dia baik ya Bu." Aku mulai membuka percakapan malam ini. Aku merebahkan tubuhku di samping Ibu, sudah cukup lama juga aku tidak tidur dengan Ibu. Aroma wangi tubuhnya yang selalu menenangkan. Hangat dan nyaman yang selalu aku rasakan jika berada di dekatnya.Malam ini aku begitu senang bisa bersembunyi di dekat ketiaknya."Iya, Ibu yang salah. Ibu terlalu egois, hanya karena termakan omongan teman-teman Ibu, secara tak sadar Ibu telah menyiksa batin menantu Ibu. Ibu sangat merasa bersalah, Ras."Ibu menatap langit-langit kamar ini, berucap tanpa menoleh menatapku. Ibu sudah menyadari kesalahannya. Sejenak terdiam."Ibu lihat juga kamu banyak berubah, Ras. Nggak ada lagi Laras yang manja yang selalu memaksa untuk dipenuhi semua keinginannya. Sekarang Ibu lihat anak gadis Ibu ini jauh lebih dewasa, lebih sopan, dan ramah, terutama pada Kakak iparnya," sindir Ibu."Bukankah setiap orang itu memiliki hak untu

  • Mampukah Aku Bertahan    Bab 85 (Sebuah Foto)

    Pov LarasAku pun memilih tak menanggapinya lagi, dan melangkah cepat untuk pulang. Tania masih berdiri di tempatnya.Setelah tiba di ujung gang tempat kos Tania, aku menunggu sebentar ojek online yang tadi kupesan.Kemudian aku langsung pulang ke rumah karena siang tadi Kak Firman mengabarkan, jika Ibu sudah di ijinkan pulang hari ini, jadi sekarang ini kemungkinan Ibu sudah ada di rumah Kak Firman. Kami sepakat untuk sementara Ibu tinggal di rumah Kak Firman, sampai kondisi Ibu benar-benar membaik.Dengan tinggal di rumah Kak Firman, di saat aku ke kantor dan Kak Firman sibuk di rumah makannya, ada Kak Yunita yang dengan telaten merawat Ibu. Aku bersyukur di saat aku sudah mulai dekat dengan Kak Yunita, Ibu mulai menyadari kesalahannya. Semoga hubungan baik diantara kami ini bisa terus seperti ini. Aku yang paling merasa bersalah pada Kakak iparku itu. Aku yang terlambat menyadari semuanya. Kini aku sadar pilihan Kak Firman memang yang terbaik, wajar saja jika Dia begitu bucin deng

  • Mampukah Aku Bertahan    Bab 84 (Menemui Laras)

    Pov Laras.Hari terus bergulir, hingga hari ini, aku mendapatkan pesan dari Ibu, kalau hari ini beliau meminta kami. Aku, Kak Firman dan juga Kak Yunita untuk makan malam disebuah restoran. Aku sedikit heran karena tak biasa Ibu mengajak kami makan di luar, Padahal biasanya, jika Aku atau Kak Firman mengajak Ibu makan keluar, Ibu sering menolak, beliau lebih suka makan di rumah, lebih leluasa katanya.Walaupun dalam hati ini meragu karena ternyata Ibu juga mengajak serta Tania, aku pun menyanggupinya untuk datang, sepulang dari kantor aku langsung menuju ke restoran yang sudah ditentukan Ibu. Dalam hati ini juga ada rasa was-was. Takut Ibu akan membahas rencananya yaitu menjodohkan Kak Firman dengan Tania.Jika benar itu yang akan Ibu katakan, aku akan langsung bersuara. Tidak setuju. Bahkan saat itu juga aku akan langsung bongkar tabiat asli Tania itu seperti apa. Agar Ibu tidak terus menerus harus menekan Kak Firman lagi.Aku berusaha untuk menyelesaikan pekerjaanku agar lebih cepat

DMCA.com Protection Status