"Loh, mama? Kok datang ke mari nggak bilang-bilang dulu sih?"
Naomi yang baru keluar dari kamar karena hendak mencari makan dibikin kaget luar biasa. Bagaimana tidak kaget? Pas ia berdiri di ujung tangga, rupanya ada mama mertuanya yang sedang berbual dengan Bi Inah di ruang makan.
Naomi pun berlari-lari kecil menghampiri mama mertuanya itu yang juga sudah melihat dan tersenyum ke arahnya.
"Halo dear, kenapa? Nggak senang ya mama datang mendadak ke mari?" Ya mendadak, kayak orang mau inspeksi aja. Keduanya berpelukan, layaknya orang yang sudah lama tidak berjumpa.
Menggeleng manja setelah pelukan erat itu lepas. "Bukan begitu, Ma. Kalau aku tahu mama mau datang, kan aku bisa minta Bi Inah siapkan masakan yang banyak."
Mata bening Mama Nawang menatap dalam seolah bisa berbicara. Dia juga menggeleng p
Naomi tersenyum lebar. Dia baru saja bertelepon dengan sang ayah, Arya Satya, membagikan berita bahagia tentang kehamilannya. Sesuai dugaan, ayahnya sangat senang mendengar dan memberinya ucapan selamat. Ayahnya juga janji akan mengunjungi Naomi di rumahnya dalam waktu dekat.Setelah ayah, Naomi menscroll layar ponselnya mencari nama Desy. Sahabatnya itu juga harus tahu berita baik ini. Naomi akan meminta hadiah juga."Halo Des, kamu tahu nggak apa yang akan sampaikan sama kamu?" Pertanyaan Naomi terdengar aneh, dia juga menyadarinya dan cekikikan di ujung telepon membuat Desy yang mendengarnya ikutan bingung."Kamu ngomong apa sih, Naomi?" Pasti di rumahnya kening Desy berkerut-kerut saking bingungnya."Aku juga nggak sabar ingin meminta hadiah dari kamu." Lanjut Naomi dengan antusias."Ihhh, kamu
"Mama pulang dulu ya, Dear. Kapan-kapan kita ketemu lagi."Naomi memasang tampang sedih lalu memeluk erat mama mertuanya. Dia bahagia sekali selama 3 hari Mama Nawang di rumah. Wanita itu mengajarkan Naomi banyak hal padanya, menjadi istri yang pandai menyenangkan suami, memasak makanan kesukaan suami, melayani suami di ranjang, cara menjadi ibu yang baik. Kan sebentar lagi Naomi akan jadi ibu yang sesungguhnya.Pokoknya Naomi akan kangen dengan sosok Mama Nawang bahkan belum satu jam sejak dia pulang nanti."Mama sering-sering ke mari, ya. Janji?!" rengeknya seperti anak kecil."Iya, Mama janji. Jangan sedih dong." Mama Nawang mencubit gemas pipi menantunya, hingga meringis manja."Bi Inah, titip mereka semua ya, Adrian, Elang, Naomi dan calon cucu saya." Mama Nawang berpindah kepada Bi
"Katanya Mas Adrian kamu mau ikutan, kok nggak jadi?"Naomi dan Desy sudah berada di salah satu cafe baru yang terlihat nyaman dan bersih. Namun Desy yang heran karena tidak adanya Adrian, bertanya-tanya sambil celingukan ke sama ke mari. Barangkali suami dari sahabatnya itu terlambat datang karena ada urusan.Memanyunkan bibirnya, Naomi menjawab pertanyaan Desy dengan satu helaan nafas. Tadinya dia sudah mengikhlaskan Adrian memilih pergi ke luar kota selama 2 hari, sekarang saat Desy bertanya lagi, dia kok kembali kesal ya?"Mas Adrian nggak jadi ikut, dia berangkat ke luar kota tadi pagi, ada urusan penting katanya," ketus Naomi.Desy tampak mengangguk disertai mulutnya yang membulat. Lalu, matanya ikutan bulat ketika makanan pesanan mereka berdatangan. Mereka memesan banyak makanan, karena sebagai permintaan maaf, Adrian me
"Naomi, apa masih sakit?" Desy yang melihat Naomi meringis bertanya dengan wajah yang pucat.Sumpah demi apapun, Naomi yang jatuh, dia yang shock. Bagaimana tidak, Naomi sedang mengandung, bagaimana kalau terjadi apa-apa dengan sahabatnya itu? Habislah Desy."Aku nggak apa-apa, kok. Kamu jangan panik gitu." Naomi masih bisa bilang tidak apa-apa, sambil mengusahakan senyum manis, padahal dia lebih terkejut bukan main tadi. Pikirannya cuma satu, jangan sampai kandungannya kenapa-kenapa.Perih pada lututnya tak seberapa, dibanding dengan rasa khawatirnya pada nyawa yang akan hadir di dalam perutnya.Bagaimana kalau sampai Adrian tahu? Ia yakin seratus persen, suaminya itu akan meninggalkan pekerjaan dan secepatnya balik ke Jakarta menemuinya. Dan mungkin juga, Adrian akan memarahinya habis-habisan, Naomi tidak akan bisa ke m
"Tris, tolong kamu cari tahu, siapa orang yang membuat Naomi celaka saat di mall."Tentu saja Adrian tidak akan tinggal diam. Siapa pun yang berani melukai istrinya, entah itu unsur kesengajaan atau tidak, tetap akan mempertanggungjawabkan perbuatannya. Dan jika memang yang dibilang Naomi benar kalau Marsya adalah pelakunya, Adrian tak segan-segan menjebloskan wanita itu ke penjara.Kamu berhadapan dengan orang yang salah, Marsya."Baik, Tuan." Tristan pun langsung beredar dari ruangan Adrian untuk kemudian menjalankan tugasnya.Tristan juga marah pada orang yang mencelakai Naomi. Makanya dia harus segera mencari bukti dengan mendatangi mall tempat Naomi kecelakaan kemarin.Tidak butuh waktu lama untuk seorang Tristan mendapatkan salinan CCTV saat kejadian. Uang memang bisa membuat segal
"Bi, di mana Naomi? Di mana menantu saya?" Seperti katanya kemarin, Mama Nawang akan kembali ke Jakarta, menjenguk menantunya. Padahal belum genap 3 hari sejak dia pulang kemarin.Wanita yang selalu tampil modis walaupun sudah mau kepala lima itu bahkan tak menghiraukan lelah yang mendera setelah 2 jam perjalanan dengan mobil. Dia lebih mengkhawatirkan kondisi menantunya yang sedang hamil itu."Nyonya Naomi sedang istirahat di kamar, Bu."Tergesa-gesa beliau menaiki tangga menuju lantai dua rumah anaknya itu dan langsung meluru ke kamar. Namun, baru saja tiba di depan kamar, pintu yang terbuat dari kayu jati itu dibuka dari dalam."Loh, Mama? Kok ada di sini?" Naomi memandangi mama mertuanya dari atas hingga bawah, barangkali saja dia cuma sedang bermimpi."Dear, kamu sudah baik-baik saj
Adrian sudah diberitahu mamanya kalau sedang dalam perjalanan ke Jakarta, makanya pas jam makan siang, ia memilih untuk kembali ke rumah. Makan siang bersama istri dan mamanya."Tris, mau ikut makan siang di rumah nggak?" Tumben-tumbenan Adrian berbaik hati menawarkan Tristan, biasanya dia juga cuek. Suasana hatinya sedang baik hari ini, mukanya lebih banyak tersenyum.Tentu hal ini membuat kening Tristan mengernyit heran dan seolah tahu keheranan itu, Adrian melanjutkan bicaranya. "Ada mamaku di rumah, barangkali kamu mau ketemu." Karena kemarin kan Tristan tidak jadi menginap di rumah mamanya di Bandung.Sejurus kemudian, Tristan pun membulatkan mulutnya. "Oh, iya terima kasih, Bos. Tapi sepertinya tidak bisa. Sampaikan saja salam saya ke beliau."Lalu, dengan gayanya yang nggak banget, Adrian menyahut "Oke!" Sampai Tristan t
Mobil Adrian kembali melenggang di jalanan yang ramai lancar siang hari itu. Tidak ada percakapan sama sekali. Yang Adrian pikirkan hanyalah cepat mengantarkan ayah mertuanya sampai ke kantor, karena seperti yang orangtua itu bilang, ada urusan penting yang harus diurus, kan?Selain itu, entahlah, Adrian masih merasa canggung jika hanya berdua saja di dalam mobil bersama Arya Satya, karena ini kali pertama mereka sedekat ini. Apa memang sesama laki-laki memang begitu? Tapi, kenapa saat dia bersama Tristan biasa-biasa saja?Adrian masih bergelung dalam pikirannya, ketika suara ayah mertuanya itu menyentaknya. "Naomi terlihat akrab dan bahagia sekali ya bersama ibu mertuanya." Orangtua itu berucap sambil melirik Adrian dan tersenyum hangat."Oh? Ah iya." Sejenak dia seperti orang bodoh tapi berusaha menetralisir kebodohan itu, dan tampil sebagai suami yang pengert