HAPPY READING“Enak nggak?” Tanya Naomi.“Lumayan. Asisten kamu pinter masak.”Naomi menyungging senyum, “Iya.”Tigran mengedarkan pandangannya, suasana rumah terasa hening, hanya mereka berdua di sini. Tigran mengambil gelas berisi air mineral itu dan menyesapnya secara perlahan.“Boleh saya tanya sesuatu?”“Tanya apa?” Tanya Naomi, ia memakan nasinya.“Selama kamu tinggal di sini, apa ada pria lain yang pernah duduk di sini bersama kamu? Dinner, nemenin Kayla bermain.”“Kamu mau tau?”“Iya.”“Kamu laki-laki pertama yang berani masuk dan dinner di rumah saya.”Bibir Tigran terangkat, “Berarti itu tandanya kamu sudah sedikit membuka pintu hati kamu kepada saya.”Naomi lalu menatap Tigran, dan Tigran menatapnya balik, “Itu perasaan kamu saja. Saya selama ini sudah mengunci hati saya dengan pria manapun.”“Owh ya,” Tigran tertawa, lalu mengedipkan mata menggoda Naomi.“Yupz.”“Kalau saya bisa menaklukan hati kamu bagaimana?”“Bagaimana bisa, selama saya dan kamu tidak ada rasa,” timpal
HAPPY READING“Naomi.”“Iya.”“Sabtu ini saya ada undangan pernikahan. Kamu mau menemani saya? Maksudnya mendampingi saya,” ucap Kafka.Naomi terdiam beberapa detik, seorang Kafka meminta dirinya untuk menemaninya ke acara pernikahan. Sejujurnya ia tidak nyaman untuk menolak ajakan seorang Kafka, ia tahu siapa Kafka. Dia salah satu anak konglomerat di negri ini. Jika ia menolak, kesannya terlalu jual mahal dan sangat tidak pantas. Lagi pula ia free sabtu ini, tidak melakukan apa-apa selain di rumah saja.“Jam berapa?” Tanya Naomi mempertimbakan ajakan Kafka..“Pestanya jam tujuh malam.”“Iya, bisa.”“Thank you, Naomi.”“Iya, sama-sama Kaf.”“Salam buat Kayla ya, Naomi.”“Iya.”Beberapa menit kemudian, ia mematikan sambungan telfonnya, ia meletakan ponselnya di meja. Ia kembali memakan oatmeal-nya dengan tenang. Ia menatap Kayla memakan sarapannya, begitu juga dengan bibi yang dengan sigap melakukan apapun untuk Kayla. Seketika ia teringat dengan kecupan Tigran kemarin, kecupan itu
HAPPY READINGTigran memandang tatapan Naomi, mereka saling menatap satu sama lain. inginnnya ia mendekatinya dan mendaratkan bibirnya di kening wanita itu. Namun, ia masih menahannya, ia lalu membuka pintu mobil.“Papi mau ke kantor juga?” Tanya Kayla.“Iya, sayang.”“Sama seperti mami dong, ke kantor juga.”“Iya, sayang.”“Kantornya papi, sama nggak dengan kantor mami?”“Beda sayang. Kantor papi di Mega Kuningan, kalau kantor mami ada di Kemang. Kayla mau ke kantor pap nggaki?”“Mau, mau.”“Oke, nanti papi ajak kamu ke kantor papi.”“Asyik, asyik.”“Ayo berangkat, nanti Kayla telat,” ucap Naomi.Naomi meletakan tas Kayla di kursi, ia mengatur posisi Kayla duduk di belakang dan memasang seatbelt. Tigran sudah berada di kemudi setir, ia menatap Naomi yang berada di sampingnya, sedangkan Kayla berada di belakkang. Beberapa menit kemudian mobil meninggalkan area rumah Naomi menuju sekolahnya Kayla.***“Kenapa papi nggak tinggal sama mami?” Ucap Kayla membuka topik pembicaraan saat dip
HAPPY READING“HAH!”“Kayla tadi menyuruh saya menginap di rumah kamu,” timpal Tigran.“Kamu jangan dengerin ucapan Kayla Tigran. Anggap saja angin lalu.”“ayla nggak pernah kan ngerasain orang tua nya lengkap tinggal bersama.”“Ingat Tigran, kamu bukan ayah Kayla.”“Tapi Kayla nganggap saya ayahnya.”“Kayla masih kecil, dia nggak tau apa-apa. Nanti saya akan kasih tau dia kalau kamu memang bukan ayah sebenernya.”Tigran melirik Naomi, wanita itu juga memandangnya. Bibir Tigran terangkat, ia kembali menatap ke depan. Sepanjang perjalanan mereka hanya diam, music dari audio mengisi perjalanan mereka. Hingga akhirnya mobilpun berhenti di tower gedung office di Mega Kuningan.Naomi menatap ke arah jendela, ia baru tahu kalau Tigran memiliki kantor di sini. Sedangkan dirinya hanya memiliki office di butik dan serba keterbatasan, karena staff nya tidak terlalu banyak.Tigran melepas sabuk pengaman, ia menatap Naomi, “Mau mampir?” Tanya Tigran, masalahnya jam sembilan ini, dia ada meeting,
HAPPY READINGTigran menatap Kayla, ia seperti seorang ayah yang membagi peran dalam pengasuhan anak. Rasanya sangat luar biasa, ini merupakan pertama kalinya ia membawa seorang anak balita ke kantornya. Ia tidak tahu bagaimana reaksi karyawannya, ketika ia membawa Kayla ke kantor.Mereka masuk ke dalam lift, dan Tigran meletakan kartu akses di dekat pintu. Lift lalu membawanya menuju lantai atas. Beberapa detik kemudian pintu lift terbuka, Ia masih menggenggam jemari Kayla. Ketika memasuki area koridor, ada beberapa karyawan yang menatapnya.Tatapan mereka tertuju pada Kayla tentunya, pasti mereka bertanya-tanya, siapa yang ia bawa. Seluruh penghuni kantor ini tahu bahwa ia masih lajang dan belum menikah. Tiba-tiba ia membawa seorang anak perempuan dan berseragam sekolah dengan sebutan papi.“Ini kantor papi?” Tanya Kayla, tepat berada di koridor, dan itu diucapkan secara jelas.Kata papi menunjukan bahwa dirinya adalah seorang ayah. Para karyawan lalu saling berpandangan satu sama l
HAPPY READINGSeluruh kantor heboh ketika Tigran tidak ada di tempat, para karyawan lalu mendekati Elina, mencari tahu siapa anak balita yang di bawa Tigran beberapa menit yang lalu.Elina duduk di kursi kubikel bersama karyawannya, mereka karena ingin ia konfirmasi, apa yang ia lihat. Group kantor juga heboh, dan diam-diam membidik bos nya itu dari kejauhan bersama seorang anak balita.“Kalian mau tau siapa anak itu?” Ucap Elina, karena dirinya lah satu-satuunya wanita yang dekat dengan Tigran di kantor, karena ia memang sekretaris Tigran, dan officenya bersebelahan dengan office bos nya ini. Apapun informasi tentang Tigran, akan dapatkan secara akurat.“Siapa? Anaknya?”Elina menarik nafas, “Tadi pak Tigran ngenalin gue sama anaknya. Namanya Kayla, ingat namanya Kayla.”“Terus, terus,” yang lain semakin penasaran.“Dan gue tanya, ini siapa?”“Dia bilang anaknya.”“Eh, serius lo.”“Iya, serius. Si, Kayla juga manggil dia papi, kan?”“Iya, tadi gue juga denger, tuh anak manggilnya pap
HAPPY READING“Di Dharmawangsa, nggak jauh dari butik kamu.”“Share lock ya, saya ke sana.”“Kamu pakai apa ke sini?” Tanya Tigran penasaran.“Motor deh kayaknya, soalnya macet banget daerah sini. Kalaupun pakek mobil, nggak bakalan bergerak juga berjam-jam,” gumam Naomi, itu sebabnya ia lebih nyaman pulang malam, karena terbebas dari macet.Tigran menatap ke arah jendela, “Kayaknya mau hujan,” ia melihat langit sudah mendung.Naomi menatap ke arah layar ponselnya, melihat google maps melihat jarak butiknya dan rumah Tigran. Memang tidak terlalu jauh hanya sekitar sepuluh menit saja, jika menggunakan motor.“Enggak apa-apa, lagian rumah kamu deket dari sini. Jadi keburu sih, nggak hujan,” ucap Naomi.“Kamu hati-hati di jalan.”“Iya.”Naomi memesan ojek online, tidak butuh waktu lama, ojek online itu tiba di butiknya. Jika macet begini, memang lebih enak menggunakan ojek online dari pada mobil. Ia buru-buru seperti ini karena mengkhawatirkan putrinya. Dan motorpun membawa Naomi menuju
HAPPY READINGNaomi menatap penampilannya di cermin, ia merapikan rambutnya dengan jemarinya, setelah itu ia keluar. Ia memandang Tigran yang duduk di sofa yang tengah memperhatikanna, mereka saling berpandangan satu sama lain, seketika hatinya berdesir. Oh God, perasaan apa ini sebenarnya.Tigran menyungging senyum, melihat Naomi mengenakan pakaiannya. Naomi terlihat lebih sexy dibanding mengenakan dress yang dia kenakan tadi. Ia merasakan keintiman, karena Naomi mengenakan pakaiannya.“Saya sudah siapkan teh hangat untuk kamu,” ucap Tigran, ia beranjak dari kursi mendekati Naomi.Naomi menahan nafas beberapa detik, ia mendongakan wajahnya menatap Tigran, “Kita di luar saja ya, nanti Kayla bangun.”“Iya.”Tigran dan Naomi melangkah keluar kamar, namun tetap saja rumah ini terlihat sepi. Hanya dirinya dan Tigran. Mereka memilih duduk di sofa ruang keluarga, ia melihat dua cangkir teh ada di meja. Tigran menghidupkan TV, agar suasana rumah tidak terlalu sepi.“Apa Kayla tidurnya, dari