Setelah makan maya diantar pulang oleh Doni, alasannya mudah Reno sibuk dan Jeo sedang berada dirumah sakit menjenguk neneknya, sebenarnya terselubung dihati Reno enggan namun bagaimana pekerjaan menyulitkanya.
"Nanti malam saya jemput, kamu hanya tinggal bersiap siap tak usah gugup juga keluarga kami sangat menjunjung tata krama dan kehormatan."
Maya Mengganguk ia tak menatap Doni, ia menatap jendela luar masih sore, tak terasa dua hari lagi ia akan menikah dan kehidupannya berubah, dua hari lagi akan jadi istri calon presiden sekaligus pemilik perusahaan tambang terbesar seasia dan dua hari lagi ia akan mengalami lika liku rumah tangga.
Dua puluh menit perjalanan menuju rumah Maya, sampailah mereka kerumah yg bisa dikatakan sederhana namun sangat bersih dan tertata rapi diperjalanan tadi Maya dan Doni tak diam Doni mencoba mencairkan suasana dgn leluconya dan tentu Maya tertarik dan tertawa akan lelucon Doni, Maya merasa nyaman didekat calon kakak iparnya yg sangat mengerti wanita.
"gamau mampir dlu?."
Doni menggeleng ia bergegas masuk mobilnya dan menjalankanya,Maya menatap mobil Doni yg semakin lama semakin menjauh dan akhirnya hilang dari pandanganya.
"siapa tadi May?."Maya kaget akan kedatangan nenek yg tiba tiba,tapi setelahnya ia merangkul nenek berjalan beriringan masuk rumah, ucapan nenek yg tak digubris maya membuat nenek semakin penasaran.
"calonmu?."
Maya menggeleng,ia lalu berhenti tepat diruang tamu ada kakek juga diruang tamu, maya menoleh ke nenek.
"Nek nanti malam dandan yg cantik,ada pertemuan keluarga, nenek kakek serta Maya diundang dan wajib datang"ucap mawya meyakinkan,ia tahu bahwa nenek akan menolak, jujur nenek sangat tak menyukai bertemu orang lain apalagi kalangan atas nenek sempat memalingkan wajahnya beberapa menit namun akhirnya menatap wajah Maya lagi, nenek mengganguk.
Maya berseru senang dan memeluk nenek, lalu menciuminya Maya benar benar tak menyangka nenek akan setuju.namun dibalik omongan nenek yang setuju, sebenarnya dirinya menolak hasratnya enggan tapi setelah melihat raut muka Maya yg letih kerja banting tulang belum lagi kuliah, nenek tak tega jadi ia menyimpan hasratnya kuat kuat dan menuruti keinginan Maya setidaknya hanya ini yg mampu nenek berikan untuk Maya.
Maya kembali menciumi nenek untuk yg terakir kali, dan pamit untuk mandi setelah mandi Maya kekamar ia merubuhkan tubuhnya Maya menatap langit langit rumahnya lalu beralih menatap jam dinding 5,30 ,Maya menghembuskan nafas pelan memejamkan matanya, ia gugup untuk bertemu keluarga konglomerat belum lagi saat ini Maya tak punya gaun apalagi make up,ia bingung harus pakai apa diacara nanti.
18.00 Maya membuka matanya, ia mendengar suara adzan magrib lalu bergegas mengambil air wudhu setelahnya Maya memakai rukuh dan menunaikan Sholat, dalam doanya ia selalu meminta jalan yg benar.
Setelah sholat Maya merapikan rukuh dan bergegas memilih baju ia tak bisa santai santai ,jam delapan nanti Doni akan menjemputnya jika tak bergegas maka pilihan bajunya pasti salah, Maya membuka lebar lemari kayu tuanya dan menatap beberapa baju yg digantung Maya mengambil baju berwarna pink berlengan panjang bahkan bawahnya sampai menyentuh tumit, maya menatap dirinya dikaca bekas dengan baju yg tadi ia pilihnya maya menggeleng ia lalu melempar baju sembarang arah.
"mau dinner apa mau jadi bu ustad"gumam Maya pelan.
Maya kembali memilih baju, baju warna biru lengan pendek selutut,Maya tersenyum jika melihat baju yg dipegangnya memori lama bersemi lagi, baju ini dulunya pemberian kakeknya semasa masih bisa bekerja maya berseru senang saking senangnya Maya tak sengaja merobek bagian perut, masa itu Maya masih duduk dibangku sma1 masa dimana ia masih bekerja menyetorkan gorengan neneknya.
Setelah tak sengaja merobek bagian perut, Maya menangis sepanjang malam ia kesal karna dirinya tak mampu menjaga barangnya sendiri belum lagi baju itu hasil jerih payah kakek Maya merasa sangat bersalah, nenek dan kakek mencoba menenangkan bahkan kakek tak merasa sedih kakek bertekad akan membelikanya lagi mengingat gaun itu harganya memang murah, meski murah butuh 2bulan untuk kakek mengumpulkanya.
Nenek berinisiatif membuat cara lain, nenek mengambil gaun Maya tadi dan menjahitnya dengan kain hitam dirobekanya membentuk sebuah sabuk butuh dua puluhmenit nenek menyelesaikanya, namun akhirnya berakir mulus dan seperti apa yg dipikirkanya, gaunya terlihat lebih cantik, nenek menunjukanya pada maya dan maya tersenyum senang ia berhenti menangis.
...Setelah mengingat itu Maya tersadar dan menetapkan pilihanya pada gaun biru ini Maya tersenyum dan segera memakainya.Maya menatap dirinya dicermin ternyata gaunya masih sangat pas bahkan masih sedikit kebesaran, memilih baju sudah ia selesaikan sekarang yg menjadi kegelisahannya adalah make up meski Maya mengaku wajahnya begini saja sudah cantik tapi menurutnya make up itu sangat penting.
Maya mengurai, rambutnya yg biasanya selalu dikucir kuda ia ingin sedikit berbeda hari ini, Maya menyisir rambutnya yg lurus dgn gelombang dibawanya sangat alami dan indah.
Tiga puluh menit Maya berkutat dengan penampilanya, lumayan menurutnya gaun biru dipadukan dengan sepatu pantofel wanita, jujur Maya tak punya sepatu hak tinggi ia terlalu sibuk untuk membeli barang barang wanita lainya, bukan mengapa tapi menurut Maya yg terpenting adalah bisa makan jadi setiap uang yg Maya dapat selalu dikelola dengan baik.
"May, ada yg menjemputmu"
Maya mengernyit lalu menatap jam
7,05 terlalu dini untuk ukuran menjemput makan malam tapi Maya tak masalah, ia segera bersiap dan menuju depan kakek neneknya bahkan sudah siap sedari tadi."cantik"bisik Doni pelan ditelinga Maya, Maya yang mendengarnya pun tersipu malu lalu segera masuk mobil, Maya didepan bersama Doni, kakek nenenkya duduk dibelakang mereka saling diam sama-sama enggan bicara ralat enggan membuat suasana tepatnya.
Mobil Doni melaju keluar dari pekarangan rumah Maya meninggalkan sisa deruan asap mobil yang menggebu.didalam perjalanan sepertinya hanya Maya dan doni yang menikmati perjalanan mereka saling bercanda bertukar lelucon dan pada akhirnya tertawa bersama, melihat itu nenek merasa bersyukur setidaknya keluarga calon tak seburuk yang nenek pikirkan, mungkin.
Setelah dua puluh lima menit perjalanan yang melelahkan mereka akhirnya sampai dirumah bernuansa putih biru cantik, elegan, mewah ntahlah rumah yang sangat indah untuk dideskripsikan hingga tak ada kata yang pas untuk mewakilinya, kakek nenek serta Maya mereka sangat kagum baru kali ini mereka lihat rumah sebesar ini.
"jangan dilihat saja, mari masuk"ajak doni kepada kakek, nenek dan Maya, mereka bertiga mengganguk dan masuk mengekori doni.
Bukan luarnya saja dalamnya juga tak kalah megah bahkan jauh lebih megah, mereka melewati ruang tamu menuju ruang makan, ruangan yang sangat luas untuk sebuah ruang makan sangat berbeda dari ruang makan rumah Maya yang hanya beralas tikar, lagi-lagi maya kagum bukan soal isi rumahnya lagi tapi makanan yang tersaji diatas piring-piring mewah dan mangkok-mangkok besar, ini terlalu banyak menurutnya.
"baru kali ini ada yang menginjakan kaki dirumahku dengan sepatu pantofel, apalagi dia adalah tamu makan malamku"
Ucapan seseorang membuyarkan lamunan Maya, omongan tadi memang ditunjukkan untuk Maya, Maya pun merasakanya ia menunduk lalu detik kemudian tersadar bahwa ia tak boleh lemah bagimanapun itu hanya angin kecil yang seharusnya tak ia masukn hati, ralat ia lebih merasa sadar Maya siapa.
"Duduklah tidak akan ada yang mengigitmu disini, jadi jangan takut"
Maya menatap sang empu, kagum dengan orang yang ditatapnya sangat cantik dan berkarisma sedetik kemudian Maya tersenyum padanya, sang empu bukanya membalas melainkan memalingkan wajah.
Maya melahap makananya pelan-pelan, makan sesopan mungkin yah meski kadang ia curi-curi pandang pada ayah mertuanya bukan tanpa alasan, ntah kebetulan atau memang ditakdirkan ayah mertuanya adalah idolanya seorang pebisnis sukses yang belakangan ini ia jumpai dimimpi ternyata lewat mimpi ia bisa bertemu dengan beliau langsung bahkan dengan keterikatan menantu dan mertua."sebaik apapun kau bertingkah tetap saja aksimu pasti kelihatan, pelacur kecil."Maya menatap wanita didepanya wanita yang ia tatap tadi, yang memberikan kata-kata pedas pada Maya, yang tak lain adalah calon mama mertuanya.***Maya pulang dengan perasaan hampa, makan malam yang menyedihkan berakhir dengan tangisan, ia menenggelamkan wajahnya pada bantal kusam yang mampu menghapus make up tipis yang dioleskanya, tak ada kata yang tepat untuk menggambarkan malam ini selain mengecewakan.Hampir 2 jam Maya menangis ia terlelap karna lelah, lelah batin dan pik
Karna kemarin aku ngantuk jadi buatnya rada ambigu, sekarang mau buat yang 11 12 bahasanya seperti eps 1. *** TingggMaya keluar dari cafe hendak pulang tak lupa ia berpamitan pada Alin dan bosnya, setelah kejadian tadi memang ada rasa canggung tak seperti biasanya namun Maya masih tetap bersikap profesional berpamitan seperti dulu tak ada perubahan. Hari-hari yang melelahkan bagi Maya dari pukul 04.00 sampai dengan 23.00 tubuhnya tak akan pernah berhenti bekerja kecuali ia sendiri yang akan menghentikanya namun Maya enggan, teringat sebentar lagi ia akan bertambah usia semakin tua dan begitupun umur kedua orang tuaya, kakek dan nenek.mMaya tak ingin malas-malasan, tujuan hidupnya didunia ini hanya satu membahagiakan kakek dan neneknya yang semakin hari semakin bertambah keriput, walau tanpa sepengetahuan Maya kakek neneknya sudah teramat bahagia walau hidup dengan keadaan ekonomi yang mengenaskan, mereka berdawuh"lebih baik hidup dalam keadaan ter
Paginya Maya terbangun dengan keadaan bingung, terakhir kali ia ingat ia sedang di mobil lalu ia tidur dan setelahnya tidak ingat apapun, ntahlah mungkin ia bisa tanya nenek nantinya, ngapain juga diambil pusing.Maya mandi dan bersiap-siap ia menuju meja makan untuk menikmati sarapan bersama orang tersayangnya.kakek dan nenek, pagi yang selallu membuatnya semangat adalah senyuman mereka. "selamat pagi, kakek, nenek"Maya tersenyum menyapa mereka berdua didapur yang sempit, Maya memandang makanan didepanya nampak sangat asing karna baru pertama ia melihat makanan seperti itu,lantas ia bertanya pada nenek. "hmm, apa ini nek?"nenek yang melihat Maya bertanya padanya sambil menunjuk benda dihadapanya lantas menjawab. "kemarin calon mu, memberikan itu masih berbalut kerdus, karna tak ada yang makan tadi malam jadi pagi ini nenek menggorengnya atasanya jadi berhamburan dan adonanya jadi sedikit gosong karna terlalu tipis"Maya menahan tawanya setelah mendengar penjel
Setelah mencoba-coba berbagai baju pengantin, Maya sedikit terpikat pada satu baju yang menurutnya cocok untuknya Reno pun tak ambil pusing ia membeli baju itu untuk besok dan beli dua baju pengantin lagi untuk cadangan, firasat Reno mengatakan bahwa besok akan terjadi sesuatu yang buruk, ia berharap semoga saja itu tidak terjadi. Selepas membeli baju pengantin mereka menuju restaurant terdekat tak terasa mereka menghabiskan hampir empat jam hanya untuk memilih baju, mengukur dan membooking, memang benar baju mewah memerlukan waktu yang lama pula mengurusnya. "maaf jika aku lama dan membuatmu terlambat bekerja, kau boleh pergi aku bisa pulang sendiri.jangan khawatir"Maya mencoba membujuk Reno untuk kembali bekerja, meski ini hari libur, Reno sebagai CEO memang jarang libur bahkan dikantornya ia adalah orang yang paling berpengaruh dalam berbisnis mungkin sedetik saja Reno tinggal maka mereka akan kewalahan, mungkin. "jangan mengkhawatirkan saya, libur juga ka
"kamu yakin, akan menikah?, jika tidak nenek akan membawamu kabur dari sini.rumah teman nenek lumayan jauh tabungan kita bisa digunakan untuk ongkos kabur"nenek bicara tiba-tiba ketika Maya baru masuk ke kamar mereka."aku yakin nek, nenek kenapa?tidak biasanya begini"Memang apa yang diucapkan Maya benar, bertahun tahun hidup bersama neneknya baru kali ini nenek bicara tiba-tiba dan keluar dari logat nenek yang pendiam dan anggun, membuatnya sedikit kebingungan akan tingkah neneknya."nenek punya firasat buruk tentang pernikahanmu"nenek bicara terus terang hatinya sedang gelisah ntah karna apa."nenek tidak usah khawatir soal pernikahanku, lihat disini aku hanya menunggu sedangkan calonnya sedang mempersiapkan semuanya, menurut Maya ini adalah kesempatan dari tuhan untuk merubah nasib Maya, dan mungkin juga Reno adalah jodohku.nenek tak usah khawatir"Maya duduk disamping neneknya nampak sekali neneknya tak suka berada di
Reno pulang pukul dua belas malam ia berpamitan lebih dulu pada Johan, melihat Johan yang tak biasanya sedih seperti itu sedikit mengkhawatrikan Reno, ia menyuruh teman pemilik clubnya untuk menyediakan tempat istirahat untuh Johan, bukanya Reno terlalu agresif dalam berteman namun kejadian tujuh tahun lalu dimana Johan mabuk berat hampir tertabrak kereta membuatnya sedikit trauma.Karna telah lama tidak meminum wine Reno sedikit pusing, padahal dulu ia adalah peminum handal jika bukan karna Johan mungkin ia masih bisa tidur sekarang.Reno turun kebawah menuju dapur mungkin dengan minum ia bisa sedikit mengurangi rasa pusing dikepalanyaSaat sampai didapur Reno tidak melihat siapapun, suara bising mulai terdengar saat ia sedang membuka kulkas mungkin para pekerja sedang mendekor pada bagian dekat dari dapurnya.Reno menuangkan air putih pada gelas lalu segera meminumnya setelahnya ia mengambil teko kecil mengambil air untuk dibawa kekamarnya.
"Nona bangunlah"Seorang maid mencoba membangunkan Maya yang terlelap, kelihatan sekali jika ia sangat menikmati tidurnya dan tak ingin digangu siapapun, sebenarnya sang Maid juga tak ingin mengangu tidur tuanya namun melihat para perias yang telah datang untuk merias Maya dihari spesial ini membuatnya terpaksa melakukan tugasnya."beri aku waktu lima menit, aku akan bangun dalam waktu itu"Maya menutup matanya kembali, merangkul gulingnya erat-erat seolah guling itu suaminya yang tak boleh diambil siapapun, tingkah Maya membuat Maid itu sedikit sabar dan akan menunggu lima menit lagi melihat tuanya yang benar-benar tak bisa diganggu ia hanya bisa berdoa semoga dalam lima menit Maya akan cepat bangun.Maid itu memberi tahu bahwa dalam lima menit lagi tuanya akan segera bangun, ia menyuruh para perias pengantin menyiapkan alat-alat dan apa saja yang perlu disiapkan untuk dandanan tuanya itu."aku berharap sang pengantin cepat bangun, mengingat waktu kita yang mulai
Setelah menyelesaikan perhiasan terakhirnya Maya langsung keluar ia takut disiram cat merah lagi, ia ingin cepat-cepat pernikahan ini diselesaikan sejak kejadian tadi firasatnya terus mengatakan bahwa ada hal besar yang akan terjadi membuatnya sedikit berhati-hati sekarang.Gaun cadangan yang dibeli Reno akhirnya terpakai juga, sama-sama cantiknya sayang statusnya hanya sebagai penganti.Reno duduk disamping calonya ia mengengam tangan Maya erat entah keberanian dari mana ia bisa melakukan itu, tangan Maya sangat dingin berarti ia sedang gugup ataupun ketakutan, Reno hanya bisa berdoa semoga Maya baik-baik saja tak ada hal yang membuatnya trauma namun sayang Reno tak tau jika Abel baru saja menanamnkan ketakutan pada Maya.Maya memang bukan gadis penakut namun ketika berhadapan dengan Abel ia seperti tak bisa berkutik, Abel tak selevel dengan Dira yang hanya status membully verbal sedangkan Abel, Maya bisa melihat bahwa ada pancaran dendam dimatanya yang semakin Maya li
Anton memandang istrinya yang baru pulang tengah membersihkan make up tanpa menyapanya langsung masuk seperti ia tak dianggap membuat dadanya nyeri memahan marah yang mungkin tak bisa dibendung lagi, Anton bingung harus berbuat apa ia tak bisa semarah itu pada Jelin walau egonya berontak untuk lekas dikeluarkan, Anton tak ingin ada perceraian atau perdebatan setelah beberapa jam hanya melamun sambil menahan sakit Anton tau harus melakukan apa"apa kau masih marah padaku?"Anton memandang istrinya lekat yang sama sekali tak mengalihkan pandanganya pada cermin, masih sibuk membersihkan wajahnya entah ia mendengar atau tidak"apa lelaki itu sungguh mencuri perhatianmu dan baru pukul sebelas malam kau pulang dari kencan di restauran mewah bergaya italia itu?, siapa lelaki itu?"Jelin terdiam meletakan spons make up nya lalu memandang Anton datar, rasa takut menyelimuti namun ia berusaha tegar ada marah didadanya yang entah kenapa bisa ada"kau membuntutiku?"
Dimalam yang penuh amarah, hujan deras beserta petir yang menggelegar menambah kesan horor disini, Reno lagi-lagi harus berhadapan dengan sosok Abel yang selalu saja hadirnya membuat bencana, pukul sepuluh malam ia dikabarkan bahwa pelaku dari tabrak lari adalah Abel yang masih berusia enam belas tahun belum cukup untuk bisa ditindak pidana lama membuat Reno geram memikirkanya.Keduanya saling tatap diruangan remang itu, beberapa polisi lalu lalang mencari berkas untuk dikomfirmasi lebih lanjut, sengaja memang Reno langsung datang meski polisi telah melarang mengatakan besok saja malam ini adalah sesi tanya dari Abel, inilah yang Reno tunggu apakah itu benar Abel dan kenapa Abel tega gadis ini sungguh membuat banyak masalah dihidupnya setelah tenang telah pergi ia malah kembali menambah kesibukan dihidup Reno, sebenarnya ia tak punya waktu beberapa pekerjaan menumpuk dan kemarahan dokter Ester terlampiaskan padanya dan VelyIa pun tak bisa meminta bantuan orang lain ap
Semua terjadi sepertis sulap yang bahkan angin pun tak tau tipuanya bergerak sangat cepat dan membuat kejutan, beberapa orang yang melihatnya berdecak kagum seperti menyadari hal yang tak mungkin terjadi namun nyata mereka yang lebih paham dunia hanya menatap datar namun ikut bertepuk tangan selalu mengangap tipuan walau memang benar itu tipuan namun tak akan ada yang paham trik sebenarnya, seperti inilah sosok Marissa sekarang harus menelan pahitnya tipuan dari tuhan ia mengira ini hadiah ternyata karma yang datang tiba-tiba membuatnya hampir terpelonjak kaget mendengarnya tak ada yang bisa menolongnya saat ini kecuali dirinya sendiri, ia menelan pahitnya perbuatanya sendiri.Marissa bingung, takut dan gelisah seluruh keringat telah membasahi tubuhnya, air mata pun tak bisa lagi dihentikan bahkan Vely yang biasanya menenanangkan dalam sekali ucapanpun ikut kalap, bingung harus menenangkan dengan cara apa sungguh tak biasanya Marissa datang dengan keadaan kacau seperti ini an
Pagi ini kabar mengejutkan datang dari mata-mata Doni di Barcelona, tidur yang tak nyenyak dibangunkan dengan cara yang ganas, Lina terganggu dengan suara berisik mendengar suara telpon yang menjengkelkan itu saat berusaha memangil Doni ia malah salah langkah dan membuat Doni yang tadinya tertidur dikursi sekarang telungkup dilantai Lina terkejut melihat itu lekas ia membantu Doni yang terjatuhKepala Doni sangat pusing karna langsung menatap lantai, ia bangun dengan sedikit bingung tentu dibantu oleh Lina yang telah sadar sepenuhnya waktu masih menunjukan jam lima pagi keduanya sama-sama heran menatap handphone yang tak berhenti berdering itu tanpa basa-basi Doni menerimanya dengan setengah sadar nyawanya belum terkumpul sempurna"halo"Doni memastikan apakah benar disana ada orang atau tidak ia takut hanya lelucon telepon yang mengejutkan dipagi buta ini"gawat tuan, nona Jelin koma"Doni sedikit mencerna ucapan itu hingga akhirnya kesadaranya terkumpul, k
Setelah pesta berakhir Marissa lekas pergi ia pamit akan menginap kerumah temanya sebut saja Vely namanya awalnya Reno menolak namun Marissa mengatakan bahwa ini genting maka ia mrenguzinkan dengan satu syarat harus ia yang mengantarnya, Marissa hanya menganguk setelah mengambil beberapa persiapan merekapun berangkat ditengah malam yang sunyi ini, mereka diam lebih tepatnya saling memikirkan atas apa yang terjadi hari iniMobil melaju diatas kecepatan rata-rata Reno hafal rutenya karna rumah itu tak terlalu jauh, mereka saling diam tak ada niatan membuka percakapan hanya menatap jalanan yang kian sunyi karna beberapa saja yang melewati ditengah malam purnama ini sambil diriiringi lantunan musik suci keduanya terhanyut dalam pemikiran mendebatkan apa saja yang menjadi perdebatan diotaknya."Maya apa kau punya saudara kembar?"Maya melotot heran kenapa Reno tiba-tiba membicarakan hal ini, sungguh tak logis seseorang pasti telah membicarakan tentang dirinya Marisaa sedikit
Hari ini adalah pertuanngan Doni dan Lina tentu saja tanpa didampingi Jelin tercinta mereka sibuk mempersiapkan pestanya hanya via telfon yang jadi alat komunikasi, Barcelona–Indonesia bukanlah negara yang dekat kita berada digaris yang tepat namun Spanyol berada diatas yang dingin, sebenarnya Doni pun heran kenapa orangtuanya tak segera pulang setelah berkunjung ke makam Mey namun apapun itu yang penting mereka baik-baik saja meski tak nampak bersama"kuharap semua baik-baik saja saat aku tak ada disana, jaga adikmu dia suka lepas diri, jaga istrimu pula, kupastikan aku akan pulang sebelum pernikahanmu banyak hal yang harusku urus disini"Jelin diseberang sana bertelepon entah sedang melakukan apa yang paling menonjol ia sedang sendiri tahu dari nada bicaranya yang lemah"aku tak tau apa yang terjadi disana namun kuharap mama baik-baik saja, pulanglah jika itu butuh jangan memaksa untuk tinggal dinegri orang hanya karna Mey"Jelin menyadari sesuatu segera ia memut
Malam yang ditunggu-tunggu sesuai yang dibicarakan lelaki itu benar-benar mengirimi Jelin kotak make up lengkap beserta gaun berwarna hitam yang sangat pas dengan seleranya, tak terlalu kuno dan tak terlalu modis cocok untuknya yang telah tua namun berwajah muda, Jelin menyambut malam ini dengan senang hati sejenak melupakan masalahnya entah mengapa ia senang hari ini, lelaki itu entah mengapa selalu terbayang dibenak Jelin membuatnya tersenyum walau hanya mengingatnya sekilasJelin memandang tubuhnya dicermin tersenyum penuh pujian, ia benar-brnar secantik itu masih tak menyangka ia bisa make up serapi ini mungkin karna mood juga mempengaruhinya, jika kalian tanya dimana Jelin tinggal sekarang?, ada dibarcelona tepatnya rumah Mey dan Roy, Roy memang sengaja pura-pura baik didepan Jelin agar ia tak curiga toh hanya dua orang Roy tak mempermasalahkanya namun apapun itu ia berharap Jelin cepat pergi dari sini."kau secantik ini akan kemana?"Anton datang mengagetkan Jelin
Sarapan yang canggung dipagi hari, mereka makan tanpa nafsu beberapa kali saling adu pandang hingga akhirnya debat dengan pikiran, Doni telah lama berangkat kerja sepagi itu, alasanya hanya dua malas bertemu dengan Marissa dan ingin cepat-cepat menemui Lina kekasihnya, mereka masih merencanakan pernikahan dan dalam status pacaran namun mereka sepakat akan tunangan dua hari lagi, waktu yang sangat cepat untuk urusan pasangan baru.Marissa selepas kejadian itu rasanya canggung, terkadang senang dan takut menyelimuti ketika didekat Reno maka dari itu pagi ini Marissa ingin mengamati apakah Reno benar-benar sakit atau tidak ia takut Reno hanya berpura-pura melihat reaksinya pada Doni yang biasa seperti bukan orang sakit, membuatnya curiga, jangan-jangan Reno menjebaknya Marissa tau Reno sungguh membencinya."kenapa kau duduk terlalu jauh May, kesinilah kau bicara bahwa tak akan pergi dariku"Reno menepuk kursi disebelahnya sedari tadi ia heran mengapa Maya duduk terlalu jau
Serra terbangun menatap ruangan yang gelap yang remang, lampu sangat redup namum menyala ia menetralkan matanya yang buram, lalu memegang kepalanya yang ingin pecah itu masih lebih baik daripada sejam yang lalu saat ia gila minum, saat Serra berbalik ia terkejut menatap lelaki yang menemaninya minum tadi, Serra menjernikan pengelihatanya matanya tak salah itu lelaki cupu yang menemani ia minum, seketika itu Serra tersadar dan lekas duduk bangun dari tidurnya menatap dirinya yang hanya memakai selimut tanpa dalamanMembuatnya melotot lalu memeriksa tubuhnya, bejat lelaki ini makainya saat ia tak sadar, Serra menatap lelaki itu yang sangat pulas dalam tidurnya, nafasnya begitu hangat saat Serra mendekatkan wajahnya pada lelaki itu, sangat tampan ia adalah lelaki yang paling tampan yang pernah Serra temui, Serra bangun lalu duduk diatas perut lelaki itu, Serra begitu terksesima melihat abs yang menunjol bersama urat-urat ototnya yang jantan dan sexyEntah mengapa Se