Maya melahap makananya pelan-pelan, makan sesopan mungkin yah meski kadang ia curi-curi pandang pada ayah mertuanya bukan tanpa alasan, ntah kebetulan atau memang ditakdirkan ayah mertuanya adalah idolanya seorang pebisnis sukses yang belakangan ini ia jumpai dimimpi ternyata lewat mimpi ia bisa bertemu dengan beliau langsung bahkan dengan keterikatan menantu dan mertua.
"sebaik apapun kau bertingkah tetap saja aksimu pasti kelihatan, pelacur kecil."Maya menatap wanita didepanya wanita yang ia tatap tadi, yang memberikan kata-kata pedas pada Maya, yang tak lain adalah calon mama mertuanya.
***Maya pulang dengan perasaan hampa, makan malam yang menyedihkan berakhir dengan tangisan, ia menenggelamkan wajahnya pada bantal kusam yang mampu menghapus make up tipis yang dioleskanya, tak ada kata yang tepat untuk menggambarkan malam ini selain mengecewakan.
Hampir 2 jam Maya menangis ia terlelap karna lelah, lelah batin dan pikiran.
Besoknya maya bangun dengan keadaan lupa kejadian kemarin dan semangat untuk memulai hari, ia bersiap-siap berangkat kuliah tak lupa pamit dengan kakek nenek ntahlah nenek lebih banyak diam sejak kemarin Maya membiarkan nenek sementara mungkin nenek kecapean faktor umur atau malas bicara karna giginya sakit, Maya masih berpikir positif.
Setelah melewati jam-jam pelajaran kuliah dan membereskan bukunya Maya segera pergi ke tempat kerjanya.
"Mayanggg"teriak wanita disaat Maya baru memasuki area cafe tempat kerjanya, wanita centil nan lebay yang memangil maya tadi bernama alin sahabat karib Maya saat kerja, mereka kenal ketika maya melamar pekerjaan dicafe ini lalu akrab lah mereka, bak sodara kandung banyak yang bilang mereka kembar padahal sama sekali tidak terdeteksi kemiripan.
"lo dari mana aja kemarin tumben banget cuti"ujar Alin menggoda seperti berkata "habis fulltime dengan pacar?" namun kata-kata itu hanya bisa Alin sampaikan lewat ekspresi, karna ia takut kena jitak Maya sekali dijitak maka tak boleh membalas.
"habis ketemu pria tampan, berwibawa, dan yang pasti tajir melintir"ucap Maya jujur, Alin yang mendengarnya sedikit tak percaya.
"mana mungkin Maya sang terpelajar menemui lelaki seperti itu"
"terserah"Maya malas meladeni Alin karna pada akhirnya yang harus mengalah adalah Maya.
"Maya kamu ikut saya sebentar"Maya dan Alin sama-sama menatap lelaki didepanya dengan spontan kaget sekaligus bingung tiba-tiba bosnya sudah ada didepn mereka.
"Maya kamu dengar tidak?"tegas roy untuk kedua kalinya, Maya hanya mengganguk takut tidak seperti biasanya bosnya begini apakah ia melakukan kesalahan?, atau malah akan dipecat? Ntahlah Maya hanya mengikuti lalu tau apa yang akan bosnya bicarakan.
"semangat May, semoga kamu baik-baik saja dan kembali dengan sehat wal afiat"goda Alin disela kepergian Maya dan Roy, Maya menatap Alin garang sedangkan yang ditatap malah tertawa menggoda.
***"kenapa ya pak?"tanya Maya membuka pembicaraan, mereka berdua duduk dikantor Roy siapapun yang pernah duduk disini pasti pernah merasakan antara diterima atau tidak, dipecat atau masih menetap sama halnya seperti ruang eksekusi.
"saya hanya ingin menyampaikan ini"Roy memberi amplop putih masih dengan raut muka yang sama, Maya menatap heran amplop didepanya namun ia ambil karna takut akan menyinggung roy jika tak segera diambil belum lagi perubahan sikap Roy yang sangat berbeda.
"apa artinya dengan surat ini saya dipecat pak?"tanya Maya tiba-tiba sedari tadi ia menyimpan pertanyaan itu rapat-rapat namun pada akhirnya tak bisa dipendam setelah menerima amplop putih ini.tapii yang jadi pertanyaannya adalah alasan apa jika Maya dipecat, baru kemarin ia cuti apakah itu termasuk pelanggaran?, Maya masih tidak paham.
"ehh.. Bukan"sontak Roy menyelah dengan raut panik, segera ia membenarkan kesalah pahaman ini.
"lalu apa isi surat ini pak?"Maya masih tak paham, ia lalu membuka amplop tersebut namun tangan Roy lebih sigap menghalangi.
"jangan buka disini saya malu, buka saja dirumah."Maya bertambah bingung dengan tingkah Roy sungguh bosnya ini sangat aneh hari ini, salah makan kah?ntahlah Maya masih menduga-duga sikap bosnya.
"baik saya akan bilang apa isi surat itu, tapi, jangan dibuka disini buka dirumah saja."sejenak Roy mengambil nafas pelan lalu ia mulai berbicara lagi "saya mencintaimu sejak dulu Maya, bahkan sebelum kamu bekerja di cafe ini.Saya mencintaimu saat kelas 2 sma disaat kamu masih berjualan gorengan, jangan tanya kenapa saya bisa mencintaimu secepat itu karna saya pun tidak tahu jawabanya.Saya mencintaimu pada pandangan pertama Maya Magreta."
"a-apa?"Maya mengernyit heran memang ia sudah kenal Roy sejak kelas 2 sma namun tak pernah sadar bosnya ini menyimpan perasaan padanya bertahun-tahun, jika ditanya apakah Maya juga punya perasaan yang sama? Jawabanya adalah "itu dulu, saat saya masih labil dan belum dewasa."
"jadi saya tidak dipecat?"Maya bertanya padahal pertanyaanya sudah terjawab namum ia masih keukeuh.
"apa alasan saya harus memecat karyawan rajin sepertimu, Maya"
"lalu mengapa tadi bapak berekspresi seperti ini"Maya menirukan ekspresi seram Roy, Roy yang melihatnya lantas tertawa terbahak-bahak seolah lupa ia tadi gugup setengah mati. Maya memang pandai mencairkan suasana.
"itu karna saya gugup, memang saya semengerikan itu yaa ketika gugup?"Roy menyudahi tawanya lalu kembali serius namun tak segugup tadi, ternyata gugupnya membawa petaka untung Maya bukan tipe orang yang mudah ilfiell akan ekspresi orang.
"iya bapak nyeremin saya sampai takut"lagi-lagi Roy tertawa, setengah karna candaan Maya lebihnya menertawakan dirinya sendiri karna bertindak bodoh pada orang yang dicintainya.
"jadi apa jawaban mu Maya?, saya harap kamu memikirkan matang-matang dan bukan karna kasihan, saya tau umur kita berbeda jauh bahkan berselisih 18 tahun "
"meski berumur 35 tahun bapak masih tampan kok"ucap Maya sembari mengacungkan jempol, "bolehkah saya yang sebentar lagi menjadi istri memanggil lelaki lain tampan,"Roy tebelalak akan ucapan Maya antara bingung dan masih tak percaya, disana ia menangkap raut lugu Maya bukan sedih atau lesu yang didapat hanya raut kepasraan.
"saya tau kamu bukan orang yang suka berbohong tapi mendengar yang satu ini sepertinya saya tidak percaya"Roy masih menguatkan hatinya Berharap itu hanya omongan belaka, baru kali ini ia menyatakan cinta pada seseorang jika berakir begini lebih baik Roy tak menyatakanya sama sekali, biarlah rasanya terpendam seiring cintanya.
"saya sudah terikat kontrak itupun karna persetujuan saya, tidak ada salahnya menerima lamaran orang lain mungkin saja dia jodoh saya bahkan ketika kita baru bertemu."
"saya bisa memabantumu May"
"tidak usah, saya sudah banyak merepotkan bapak bahkan bertahun-tahun hidup dengan bantuan bapak, saya pamit"selepasnya maya segera beranjak dari tempat itu menyisakan Roy yang termenung sendirian menatap sedih dirinya sendiri.
"apakah ini berarti saya ditolak?"
***"eh alhamdulah pulang dengan selamat"canda Alin sembari tertawa melihat raut kesal Maya."eh aku heran deh Lin sama kamu"
"ngapain heran gw kan juga sama-sama manusia May"ingin sekali Maya menjitak Alin saat ini juga namun ia urung dikala pembeli datang dan memesan kopi pada Maya.
"bukan gitu Alinaa, maksud aku tuh kamu kan kaya tuh cantik juga ngapain kerja di cafe kalo kamu butuh uang kan tinggal minta mamamu, atau kalau kamu ingin punya uang sendiri bisa jadi selebgram pasti banyak followersnya secara kamu kan cantik berbakat dan segala-galanya"ucap Maya sembari meracik kopi, memang apa yang diucapkan Maya benar keluarga Alin adalah keturunan politikus bahkan sekarang ayahnya menjabat jadi ketua partai belum lagi bisnis-bisnis yang dikelola ayahnya berkembang pesat dan tren dimana-mana.
"sebenarnya alasanya cuma satu sih May"Maya menatap Alin sekejap lalu berharap wanita itu tak menggantung ucapnya lama, Maya paling benci dengan rasa penasaran yang memuncak namun tak kunjung dapat jawaban.
"pak Roy Adena"pipi Alin langsung bersemu merah dan menunduk malu-malu, Maya yang melihat itu hanya tersenyum kecil sembali berkata dalam hati"ternyata Alin punya malu", namun ia juga tak menyangka bahwa Alin akan seterang-terangan ini bicara jujur, memang bukan pertama kalinya namun ini yang paling menggemparkan menurutnya bagaimana ia tak sadar ternyata dua orang yang suka menolongnya memiliki rahasia kecil yang sama dan terbongkar disaat bersamaan, mungkin mereka jodoh.
"Yaudah dekatin dong Alin, emang mau keduluan cewek lain?"Maya memberikan kopi racikanya pada pelanggan dan segera duduk disamping Alin, menatap wajah sedih Alin Maya merasa tak tega ia memberi semangat dengan menepuk pelan pundak Alin, ia tahu Alin pasti ditolak oleh Roy karna yang disukai Roy bukanya Alin melainkan dirinya seketika Maya merasa bersalah dan berharap Alin tak mengetahui pembicaraan kecil Roy denganya tadi.
"udah gw coba tapi emang pak Roy nya aja yang gak suka gw"sekali lagi Maya memberi tatapan iba pada Alin, sesayang itukah dia dengan seorang Roy bahkan mampu menghilangkan senyum Alin yanh setiap detik terpancar, namun kali ini tidak.
"berjuang ae terus, fighting Lin tapi, kalo tuhan udah bilang pulang lu kudu berhenti"canda Maya mencoba menghibur Alin.
"itu mah namnya sia-sia"sontak keduanya tertawa dan melanjutkan candaanya meski sedikit Maya bisa melihat raut Alin yang mulai cerah kembali.
Karna kemarin aku ngantuk jadi buatnya rada ambigu, sekarang mau buat yang 11 12 bahasanya seperti eps 1. *** TingggMaya keluar dari cafe hendak pulang tak lupa ia berpamitan pada Alin dan bosnya, setelah kejadian tadi memang ada rasa canggung tak seperti biasanya namun Maya masih tetap bersikap profesional berpamitan seperti dulu tak ada perubahan. Hari-hari yang melelahkan bagi Maya dari pukul 04.00 sampai dengan 23.00 tubuhnya tak akan pernah berhenti bekerja kecuali ia sendiri yang akan menghentikanya namun Maya enggan, teringat sebentar lagi ia akan bertambah usia semakin tua dan begitupun umur kedua orang tuaya, kakek dan nenek.mMaya tak ingin malas-malasan, tujuan hidupnya didunia ini hanya satu membahagiakan kakek dan neneknya yang semakin hari semakin bertambah keriput, walau tanpa sepengetahuan Maya kakek neneknya sudah teramat bahagia walau hidup dengan keadaan ekonomi yang mengenaskan, mereka berdawuh"lebih baik hidup dalam keadaan ter
Paginya Maya terbangun dengan keadaan bingung, terakhir kali ia ingat ia sedang di mobil lalu ia tidur dan setelahnya tidak ingat apapun, ntahlah mungkin ia bisa tanya nenek nantinya, ngapain juga diambil pusing.Maya mandi dan bersiap-siap ia menuju meja makan untuk menikmati sarapan bersama orang tersayangnya.kakek dan nenek, pagi yang selallu membuatnya semangat adalah senyuman mereka. "selamat pagi, kakek, nenek"Maya tersenyum menyapa mereka berdua didapur yang sempit, Maya memandang makanan didepanya nampak sangat asing karna baru pertama ia melihat makanan seperti itu,lantas ia bertanya pada nenek. "hmm, apa ini nek?"nenek yang melihat Maya bertanya padanya sambil menunjuk benda dihadapanya lantas menjawab. "kemarin calon mu, memberikan itu masih berbalut kerdus, karna tak ada yang makan tadi malam jadi pagi ini nenek menggorengnya atasanya jadi berhamburan dan adonanya jadi sedikit gosong karna terlalu tipis"Maya menahan tawanya setelah mendengar penjel
Setelah mencoba-coba berbagai baju pengantin, Maya sedikit terpikat pada satu baju yang menurutnya cocok untuknya Reno pun tak ambil pusing ia membeli baju itu untuk besok dan beli dua baju pengantin lagi untuk cadangan, firasat Reno mengatakan bahwa besok akan terjadi sesuatu yang buruk, ia berharap semoga saja itu tidak terjadi. Selepas membeli baju pengantin mereka menuju restaurant terdekat tak terasa mereka menghabiskan hampir empat jam hanya untuk memilih baju, mengukur dan membooking, memang benar baju mewah memerlukan waktu yang lama pula mengurusnya. "maaf jika aku lama dan membuatmu terlambat bekerja, kau boleh pergi aku bisa pulang sendiri.jangan khawatir"Maya mencoba membujuk Reno untuk kembali bekerja, meski ini hari libur, Reno sebagai CEO memang jarang libur bahkan dikantornya ia adalah orang yang paling berpengaruh dalam berbisnis mungkin sedetik saja Reno tinggal maka mereka akan kewalahan, mungkin. "jangan mengkhawatirkan saya, libur juga ka
"kamu yakin, akan menikah?, jika tidak nenek akan membawamu kabur dari sini.rumah teman nenek lumayan jauh tabungan kita bisa digunakan untuk ongkos kabur"nenek bicara tiba-tiba ketika Maya baru masuk ke kamar mereka."aku yakin nek, nenek kenapa?tidak biasanya begini"Memang apa yang diucapkan Maya benar, bertahun tahun hidup bersama neneknya baru kali ini nenek bicara tiba-tiba dan keluar dari logat nenek yang pendiam dan anggun, membuatnya sedikit kebingungan akan tingkah neneknya."nenek punya firasat buruk tentang pernikahanmu"nenek bicara terus terang hatinya sedang gelisah ntah karna apa."nenek tidak usah khawatir soal pernikahanku, lihat disini aku hanya menunggu sedangkan calonnya sedang mempersiapkan semuanya, menurut Maya ini adalah kesempatan dari tuhan untuk merubah nasib Maya, dan mungkin juga Reno adalah jodohku.nenek tak usah khawatir"Maya duduk disamping neneknya nampak sekali neneknya tak suka berada di
Reno pulang pukul dua belas malam ia berpamitan lebih dulu pada Johan, melihat Johan yang tak biasanya sedih seperti itu sedikit mengkhawatrikan Reno, ia menyuruh teman pemilik clubnya untuk menyediakan tempat istirahat untuh Johan, bukanya Reno terlalu agresif dalam berteman namun kejadian tujuh tahun lalu dimana Johan mabuk berat hampir tertabrak kereta membuatnya sedikit trauma.Karna telah lama tidak meminum wine Reno sedikit pusing, padahal dulu ia adalah peminum handal jika bukan karna Johan mungkin ia masih bisa tidur sekarang.Reno turun kebawah menuju dapur mungkin dengan minum ia bisa sedikit mengurangi rasa pusing dikepalanyaSaat sampai didapur Reno tidak melihat siapapun, suara bising mulai terdengar saat ia sedang membuka kulkas mungkin para pekerja sedang mendekor pada bagian dekat dari dapurnya.Reno menuangkan air putih pada gelas lalu segera meminumnya setelahnya ia mengambil teko kecil mengambil air untuk dibawa kekamarnya.
"Nona bangunlah"Seorang maid mencoba membangunkan Maya yang terlelap, kelihatan sekali jika ia sangat menikmati tidurnya dan tak ingin digangu siapapun, sebenarnya sang Maid juga tak ingin mengangu tidur tuanya namun melihat para perias yang telah datang untuk merias Maya dihari spesial ini membuatnya terpaksa melakukan tugasnya."beri aku waktu lima menit, aku akan bangun dalam waktu itu"Maya menutup matanya kembali, merangkul gulingnya erat-erat seolah guling itu suaminya yang tak boleh diambil siapapun, tingkah Maya membuat Maid itu sedikit sabar dan akan menunggu lima menit lagi melihat tuanya yang benar-benar tak bisa diganggu ia hanya bisa berdoa semoga dalam lima menit Maya akan cepat bangun.Maid itu memberi tahu bahwa dalam lima menit lagi tuanya akan segera bangun, ia menyuruh para perias pengantin menyiapkan alat-alat dan apa saja yang perlu disiapkan untuk dandanan tuanya itu."aku berharap sang pengantin cepat bangun, mengingat waktu kita yang mulai
Setelah menyelesaikan perhiasan terakhirnya Maya langsung keluar ia takut disiram cat merah lagi, ia ingin cepat-cepat pernikahan ini diselesaikan sejak kejadian tadi firasatnya terus mengatakan bahwa ada hal besar yang akan terjadi membuatnya sedikit berhati-hati sekarang.Gaun cadangan yang dibeli Reno akhirnya terpakai juga, sama-sama cantiknya sayang statusnya hanya sebagai penganti.Reno duduk disamping calonya ia mengengam tangan Maya erat entah keberanian dari mana ia bisa melakukan itu, tangan Maya sangat dingin berarti ia sedang gugup ataupun ketakutan, Reno hanya bisa berdoa semoga Maya baik-baik saja tak ada hal yang membuatnya trauma namun sayang Reno tak tau jika Abel baru saja menanamnkan ketakutan pada Maya.Maya memang bukan gadis penakut namun ketika berhadapan dengan Abel ia seperti tak bisa berkutik, Abel tak selevel dengan Dira yang hanya status membully verbal sedangkan Abel, Maya bisa melihat bahwa ada pancaran dendam dimatanya yang semakin Maya li
"sial, kalian membawaku kemana, lepaskan aku bodoh, lepaskan!"Abel meronta ketika tangan dan kakinya diikat disebuah kursi matanya tertutup kain hanya mulutnya yang belum disumpal."kasian gadis cantik ini, andai tuan memperbolehkan kita menikmatinya pasti aku akan sangat senang"salah satu anak buah berbicara, Abel bukanya takut malah memancing orang itu terus masuk kedalam pemikiran orang dewasa."apa kau mau?, jamahlah, nikmatilah asal aku juga merasakan apa yang kau rasakan agar kita berdua bisa saling menikmati"Abel menyeringai kecil berusaha menggoda anak buah itu."jangan mudah terpancing, gadis sepertinya hanya ingin keluar dari sini bukan mau melayani kita"salah satu anak buah mulai berbicara terlihat dari logatnya ia yang paling tegas disini."baiklah, aku tidak memaksa, tapi bisakah kalian membuka penutup mataku, hanya penutup mataku"kali ini Abel mulai berkompromi mungkin dengan ia melihat tempat ini, ia bisa mendapat sedikit celah untuk keluar
Anton memandang istrinya yang baru pulang tengah membersihkan make up tanpa menyapanya langsung masuk seperti ia tak dianggap membuat dadanya nyeri memahan marah yang mungkin tak bisa dibendung lagi, Anton bingung harus berbuat apa ia tak bisa semarah itu pada Jelin walau egonya berontak untuk lekas dikeluarkan, Anton tak ingin ada perceraian atau perdebatan setelah beberapa jam hanya melamun sambil menahan sakit Anton tau harus melakukan apa"apa kau masih marah padaku?"Anton memandang istrinya lekat yang sama sekali tak mengalihkan pandanganya pada cermin, masih sibuk membersihkan wajahnya entah ia mendengar atau tidak"apa lelaki itu sungguh mencuri perhatianmu dan baru pukul sebelas malam kau pulang dari kencan di restauran mewah bergaya italia itu?, siapa lelaki itu?"Jelin terdiam meletakan spons make up nya lalu memandang Anton datar, rasa takut menyelimuti namun ia berusaha tegar ada marah didadanya yang entah kenapa bisa ada"kau membuntutiku?"
Dimalam yang penuh amarah, hujan deras beserta petir yang menggelegar menambah kesan horor disini, Reno lagi-lagi harus berhadapan dengan sosok Abel yang selalu saja hadirnya membuat bencana, pukul sepuluh malam ia dikabarkan bahwa pelaku dari tabrak lari adalah Abel yang masih berusia enam belas tahun belum cukup untuk bisa ditindak pidana lama membuat Reno geram memikirkanya.Keduanya saling tatap diruangan remang itu, beberapa polisi lalu lalang mencari berkas untuk dikomfirmasi lebih lanjut, sengaja memang Reno langsung datang meski polisi telah melarang mengatakan besok saja malam ini adalah sesi tanya dari Abel, inilah yang Reno tunggu apakah itu benar Abel dan kenapa Abel tega gadis ini sungguh membuat banyak masalah dihidupnya setelah tenang telah pergi ia malah kembali menambah kesibukan dihidup Reno, sebenarnya ia tak punya waktu beberapa pekerjaan menumpuk dan kemarahan dokter Ester terlampiaskan padanya dan VelyIa pun tak bisa meminta bantuan orang lain ap
Semua terjadi sepertis sulap yang bahkan angin pun tak tau tipuanya bergerak sangat cepat dan membuat kejutan, beberapa orang yang melihatnya berdecak kagum seperti menyadari hal yang tak mungkin terjadi namun nyata mereka yang lebih paham dunia hanya menatap datar namun ikut bertepuk tangan selalu mengangap tipuan walau memang benar itu tipuan namun tak akan ada yang paham trik sebenarnya, seperti inilah sosok Marissa sekarang harus menelan pahitnya tipuan dari tuhan ia mengira ini hadiah ternyata karma yang datang tiba-tiba membuatnya hampir terpelonjak kaget mendengarnya tak ada yang bisa menolongnya saat ini kecuali dirinya sendiri, ia menelan pahitnya perbuatanya sendiri.Marissa bingung, takut dan gelisah seluruh keringat telah membasahi tubuhnya, air mata pun tak bisa lagi dihentikan bahkan Vely yang biasanya menenanangkan dalam sekali ucapanpun ikut kalap, bingung harus menenangkan dengan cara apa sungguh tak biasanya Marissa datang dengan keadaan kacau seperti ini an
Pagi ini kabar mengejutkan datang dari mata-mata Doni di Barcelona, tidur yang tak nyenyak dibangunkan dengan cara yang ganas, Lina terganggu dengan suara berisik mendengar suara telpon yang menjengkelkan itu saat berusaha memangil Doni ia malah salah langkah dan membuat Doni yang tadinya tertidur dikursi sekarang telungkup dilantai Lina terkejut melihat itu lekas ia membantu Doni yang terjatuhKepala Doni sangat pusing karna langsung menatap lantai, ia bangun dengan sedikit bingung tentu dibantu oleh Lina yang telah sadar sepenuhnya waktu masih menunjukan jam lima pagi keduanya sama-sama heran menatap handphone yang tak berhenti berdering itu tanpa basa-basi Doni menerimanya dengan setengah sadar nyawanya belum terkumpul sempurna"halo"Doni memastikan apakah benar disana ada orang atau tidak ia takut hanya lelucon telepon yang mengejutkan dipagi buta ini"gawat tuan, nona Jelin koma"Doni sedikit mencerna ucapan itu hingga akhirnya kesadaranya terkumpul, k
Setelah pesta berakhir Marissa lekas pergi ia pamit akan menginap kerumah temanya sebut saja Vely namanya awalnya Reno menolak namun Marissa mengatakan bahwa ini genting maka ia mrenguzinkan dengan satu syarat harus ia yang mengantarnya, Marissa hanya menganguk setelah mengambil beberapa persiapan merekapun berangkat ditengah malam yang sunyi ini, mereka diam lebih tepatnya saling memikirkan atas apa yang terjadi hari iniMobil melaju diatas kecepatan rata-rata Reno hafal rutenya karna rumah itu tak terlalu jauh, mereka saling diam tak ada niatan membuka percakapan hanya menatap jalanan yang kian sunyi karna beberapa saja yang melewati ditengah malam purnama ini sambil diriiringi lantunan musik suci keduanya terhanyut dalam pemikiran mendebatkan apa saja yang menjadi perdebatan diotaknya."Maya apa kau punya saudara kembar?"Maya melotot heran kenapa Reno tiba-tiba membicarakan hal ini, sungguh tak logis seseorang pasti telah membicarakan tentang dirinya Marisaa sedikit
Hari ini adalah pertuanngan Doni dan Lina tentu saja tanpa didampingi Jelin tercinta mereka sibuk mempersiapkan pestanya hanya via telfon yang jadi alat komunikasi, Barcelona–Indonesia bukanlah negara yang dekat kita berada digaris yang tepat namun Spanyol berada diatas yang dingin, sebenarnya Doni pun heran kenapa orangtuanya tak segera pulang setelah berkunjung ke makam Mey namun apapun itu yang penting mereka baik-baik saja meski tak nampak bersama"kuharap semua baik-baik saja saat aku tak ada disana, jaga adikmu dia suka lepas diri, jaga istrimu pula, kupastikan aku akan pulang sebelum pernikahanmu banyak hal yang harusku urus disini"Jelin diseberang sana bertelepon entah sedang melakukan apa yang paling menonjol ia sedang sendiri tahu dari nada bicaranya yang lemah"aku tak tau apa yang terjadi disana namun kuharap mama baik-baik saja, pulanglah jika itu butuh jangan memaksa untuk tinggal dinegri orang hanya karna Mey"Jelin menyadari sesuatu segera ia memut
Malam yang ditunggu-tunggu sesuai yang dibicarakan lelaki itu benar-benar mengirimi Jelin kotak make up lengkap beserta gaun berwarna hitam yang sangat pas dengan seleranya, tak terlalu kuno dan tak terlalu modis cocok untuknya yang telah tua namun berwajah muda, Jelin menyambut malam ini dengan senang hati sejenak melupakan masalahnya entah mengapa ia senang hari ini, lelaki itu entah mengapa selalu terbayang dibenak Jelin membuatnya tersenyum walau hanya mengingatnya sekilasJelin memandang tubuhnya dicermin tersenyum penuh pujian, ia benar-brnar secantik itu masih tak menyangka ia bisa make up serapi ini mungkin karna mood juga mempengaruhinya, jika kalian tanya dimana Jelin tinggal sekarang?, ada dibarcelona tepatnya rumah Mey dan Roy, Roy memang sengaja pura-pura baik didepan Jelin agar ia tak curiga toh hanya dua orang Roy tak mempermasalahkanya namun apapun itu ia berharap Jelin cepat pergi dari sini."kau secantik ini akan kemana?"Anton datang mengagetkan Jelin
Sarapan yang canggung dipagi hari, mereka makan tanpa nafsu beberapa kali saling adu pandang hingga akhirnya debat dengan pikiran, Doni telah lama berangkat kerja sepagi itu, alasanya hanya dua malas bertemu dengan Marissa dan ingin cepat-cepat menemui Lina kekasihnya, mereka masih merencanakan pernikahan dan dalam status pacaran namun mereka sepakat akan tunangan dua hari lagi, waktu yang sangat cepat untuk urusan pasangan baru.Marissa selepas kejadian itu rasanya canggung, terkadang senang dan takut menyelimuti ketika didekat Reno maka dari itu pagi ini Marissa ingin mengamati apakah Reno benar-benar sakit atau tidak ia takut Reno hanya berpura-pura melihat reaksinya pada Doni yang biasa seperti bukan orang sakit, membuatnya curiga, jangan-jangan Reno menjebaknya Marissa tau Reno sungguh membencinya."kenapa kau duduk terlalu jauh May, kesinilah kau bicara bahwa tak akan pergi dariku"Reno menepuk kursi disebelahnya sedari tadi ia heran mengapa Maya duduk terlalu jau
Serra terbangun menatap ruangan yang gelap yang remang, lampu sangat redup namum menyala ia menetralkan matanya yang buram, lalu memegang kepalanya yang ingin pecah itu masih lebih baik daripada sejam yang lalu saat ia gila minum, saat Serra berbalik ia terkejut menatap lelaki yang menemaninya minum tadi, Serra menjernikan pengelihatanya matanya tak salah itu lelaki cupu yang menemani ia minum, seketika itu Serra tersadar dan lekas duduk bangun dari tidurnya menatap dirinya yang hanya memakai selimut tanpa dalamanMembuatnya melotot lalu memeriksa tubuhnya, bejat lelaki ini makainya saat ia tak sadar, Serra menatap lelaki itu yang sangat pulas dalam tidurnya, nafasnya begitu hangat saat Serra mendekatkan wajahnya pada lelaki itu, sangat tampan ia adalah lelaki yang paling tampan yang pernah Serra temui, Serra bangun lalu duduk diatas perut lelaki itu, Serra begitu terksesima melihat abs yang menunjol bersama urat-urat ototnya yang jantan dan sexyEntah mengapa Se