"Nona bangunlah"Seorang maid mencoba membangunkan Maya yang terlelap, kelihatan sekali jika ia sangat menikmati tidurnya dan tak ingin digangu siapapun, sebenarnya sang Maid juga tak ingin mengangu tidur tuanya namun melihat para perias yang telah datang untuk merias Maya dihari spesial ini membuatnya terpaksa melakukan tugasnya.
"beri aku waktu lima menit, aku akan bangun dalam waktu itu"Maya menutup matanya kembali, merangkul gulingnya erat-erat seolah guling itu suaminya yang tak boleh diambil siapapun, tingkah Maya membuat Maid itu sedikit sabar dan akan menunggu lima menit lagi melihat tuanya yang benar-benar tak bisa diganggu ia hanya bisa berdoa semoga dalam lima menit Maya akan cepat bangun.
Maid itu memberi tahu bahwa dalam lima menit lagi tuanya akan segera bangun, ia menyuruh para perias pengantin menyiapkan alat-alat dan apa saja yang perlu disiapkan untuk dandanan tuanya itu.
"aku berharap sang pengantin cepat bangun, mengingat waktu kita yang mulai
Setelah menyelesaikan perhiasan terakhirnya Maya langsung keluar ia takut disiram cat merah lagi, ia ingin cepat-cepat pernikahan ini diselesaikan sejak kejadian tadi firasatnya terus mengatakan bahwa ada hal besar yang akan terjadi membuatnya sedikit berhati-hati sekarang.Gaun cadangan yang dibeli Reno akhirnya terpakai juga, sama-sama cantiknya sayang statusnya hanya sebagai penganti.Reno duduk disamping calonya ia mengengam tangan Maya erat entah keberanian dari mana ia bisa melakukan itu, tangan Maya sangat dingin berarti ia sedang gugup ataupun ketakutan, Reno hanya bisa berdoa semoga Maya baik-baik saja tak ada hal yang membuatnya trauma namun sayang Reno tak tau jika Abel baru saja menanamnkan ketakutan pada Maya.Maya memang bukan gadis penakut namun ketika berhadapan dengan Abel ia seperti tak bisa berkutik, Abel tak selevel dengan Dira yang hanya status membully verbal sedangkan Abel, Maya bisa melihat bahwa ada pancaran dendam dimatanya yang semakin Maya li
"sial, kalian membawaku kemana, lepaskan aku bodoh, lepaskan!"Abel meronta ketika tangan dan kakinya diikat disebuah kursi matanya tertutup kain hanya mulutnya yang belum disumpal."kasian gadis cantik ini, andai tuan memperbolehkan kita menikmatinya pasti aku akan sangat senang"salah satu anak buah berbicara, Abel bukanya takut malah memancing orang itu terus masuk kedalam pemikiran orang dewasa."apa kau mau?, jamahlah, nikmatilah asal aku juga merasakan apa yang kau rasakan agar kita berdua bisa saling menikmati"Abel menyeringai kecil berusaha menggoda anak buah itu."jangan mudah terpancing, gadis sepertinya hanya ingin keluar dari sini bukan mau melayani kita"salah satu anak buah mulai berbicara terlihat dari logatnya ia yang paling tegas disini."baiklah, aku tidak memaksa, tapi bisakah kalian membuka penutup mataku, hanya penutup mataku"kali ini Abel mulai berkompromi mungkin dengan ia melihat tempat ini, ia bisa mendapat sedikit celah untuk keluar
"Wah akhirnya ratu kita datang juga, lihat bagaimana dia menikmati tinggal disini sampai makan siangpun ia baru bangun"Jelin menatap Maya dari ujung kaki sampai ujung rambut, keberadaan Maya dirumah ini selalu membuatnya risih belum lagi kedua kakek neneknya yang sudah bau tanah membuat keluarga ini tak senyaman dulu, itu menurut Jelin."Ma"Antoni menegur istrinya pelan nampak raut emosi yang berusaha dipendam disana, bagimanapun Maya adalah menantunya menurutnya Maya juga anak yang baik lalu apa yang selalu jadi kebencian dihati Jelin?, itu membuat Antoni sedikit tak suka pada sifat istrinya yang kali ini."duduklah Maya, Reno masih dikantor kau boleh menunggunya disini sambil makan siang bersama kami"Antoni tersenyum pada menantunya itu, menepuk kursi yang ada disampingnya, menyuruh Maya untuk duduk."Tak usah terimakasih, pak "Maya tersenyum kikuk ia bingung harus memanggil mertuanya apa, belum lagi mertuanya adalah idolanya sungguh Maya gugup bercampur bahag
Setelah pembicaraan panjang pasal pindah rumah, nenek akhirnya memutuskan menetap tapi hanya seminggu tak kurang dan tak lebih, setelah seminggu tinggal disini ia akan pindah kerumah lamanya tentu tinggal berdua, jika ikut pindah itu tak mungkin bagi Maya.Maya membiarkan neneknya betistirahat setelah ia membuatkan teh untuk neneknya ia berharap neneknya tak memikirkan hal yang berat atau malah stress, Maya ingin kembali melihat neneknya tersenyum bahagia namun sepertinya untuk saat ini Maya harus merelakan senyuman itu tak hadir dalam harinya sedikit membuat Maya tak semangat, setelah ia keluar dari kamar neneknya ia bergegas kekamarnya menunaikan sholat dan mempelajari materi kuliahnya sebentar.Tiga puluh menit Maya berkutat dengan soal-soal dan materi Maya dikejutkan oleh panggilan telepon yang membuyarkan aktivitasnya ia mengangkat telepon itu, sang penelpon adalah Lita, ia pasti menanyakan kenapa Maya tak masuk saat hari ujian."Maya, kenapa kamu tak masuk
"aku akan pulang sampaikan salamku pada nenek, mungkin besok aku bisa menjenguknya"Lita pulang lebih dulu, Maya belum sempat mempertemukan mereka saat sedang mencari Jeo, ia berharap temanya ini tak lagi malu bertemu dengan Jeo, andai saja tadi Jeo masih dikampus mungkin Maya bisa menjadi jembatan cinta mereka, sungguh sayang seribu sayang.Maya berdiri ditepi jalan tempat biasanya ia menghentikan angkot untuk ditumpanginya menuju pulang, namun sepertinya hari ini hari sialnya selepas ia mati-matian berbohong didepan miss Farah dengan alasan surat itu dibuat kakaknya karna ia tak bisa mengantar surat itu jadi yang membuat juga kakaknya sempat miss Farah menegur namun akhirnya dilepaskan,saat hendak pulang tadi Jeo juga menghilang mungkin membuat hati Lita kecewa namun berusaha ia tutupi, Maya juga berharap Jeo cepat datang untuk menjemputnya namun semua hal ini salah Jeo dari pagi sampai pulang semua hal sial karna Jeo, ntahlah Maya marah besar pada supirnya itu.
"aku akan pulang sampaikan salamku pada nenek, mungkin besok aku bisa menjenguknya"Lita pulang lebih dulu, Maya belum sempat mempertemukan mereka saat sedang mencari Jeo, ia berharap temanya ini tak lagi malu bertemu dengan Jeo, andai saja tadi Jeo masih dikampus mungkin Maya bisa menjadi jembatan cinta mereka, sungguh sayang seribu sayang.Maya berdiri ditepi jalan tempat biasanya ia menghentikan angkot untuk ditumpanginya menuju pulang, namun sepertinya hari ini hari sialnya selepas ia mati-matian berbohong didepan miss Farah dengan alasan surat itu dibuat kakaknya karna ia tak bisa mengantar surat itu jadi yang membuat juga kakaknya sempat miss Farah menegur namun akhirnya dilepaskan,saat hendak pulang tadi Jeo juga menghilang mungkin membuat hati Lita kecewa namun berusaha ia tutupi, Maya juga berharap Jeo cepat datang untuk menjemputnya namun semua hal ini salah Jeo dari pagi sampai pulang semua hal sial karna Jeo, ntahlah Maya marah besar pada supirnya itu.
satu minggu telah berlalu begitu cepat ujian telah usai, dan sekarang saatnya Maya mengikhlaskan kakek neneknya untuk tinggal sendiri tanpanya, Maya sedikit berdebat pasal perpindahan neneknya namun kali ini neneknya tak bisa diajak berbicara, sepanjang perjalanan Maya mencoba mengakrbakan diri bersama neneknya namun sepertinya usahanya sia-sia, Maya menyerah, Maya hanya berharap neneknya tak terlalu tertekan tinggal tanpanya, sebenarnya ia yang paling sedih disini.Maya memandang jendela, menatap jalanan pagi dimana semua orang menikmati weekendnya dengan senang hati, tapi Maya menggangap ini weekend yang buruk, sepanjang perjalanan hanya diam yang mengiringi mereka menuju tempat tujuan.Maya membantu Doni menurunkan pakaian kakek dan neneknya yang sudah disiapkan sebelumnya, nenek lebih dulu masuk kerumah sedangkan kakek membantu Maya membawa barang namun Maya tolak."tolong sampaikan pada Reno, bahwa aku akan menginap disini dua hari selepas itu aku akan pulang"Maya
Maya bangun lebih awal mungkin karna terbiasa bangun pagi karna telah menjadi istri, biasanya ia bangun jam dua pagi menunaikan sholat tahajud lalu dilanjutkan berberes sedikit ruang kerja Reno, Maya tau ruangan itu karna Reno menyuruhnya untuk menemaninya membuat salinan dan Maya turut membantu, membuat sofa itu kini tak kosong lagi.Selepasnya Maya akan tidur dan bangun tepat azan subuh berkumandang, ia terkadang ingin sekali memasak namun Mey selalu berada pada garda depan untuk stay didapur, Glori memperketat Mey untuk bisa bangun lebih awal itu yang membuat Mey sekarang sedikit rajin bekerja, satu minggu berada dirumah Reno, Maya telah membuat perubahan besar bagi keluarga Reno.Lebih banyak pada hal yang positif namun selalu dianggap negatif oleh mama mertuanya, terkadang Maya menangis diam-diam saat dikamar, saat suasana kamar sepi tidak ada orang, mungkin didepan Maya terlihat baik-baik saja namun aslinya Maya tak sekuat itu, terkadang ia ingin kembali kerumah
Anton memandang istrinya yang baru pulang tengah membersihkan make up tanpa menyapanya langsung masuk seperti ia tak dianggap membuat dadanya nyeri memahan marah yang mungkin tak bisa dibendung lagi, Anton bingung harus berbuat apa ia tak bisa semarah itu pada Jelin walau egonya berontak untuk lekas dikeluarkan, Anton tak ingin ada perceraian atau perdebatan setelah beberapa jam hanya melamun sambil menahan sakit Anton tau harus melakukan apa"apa kau masih marah padaku?"Anton memandang istrinya lekat yang sama sekali tak mengalihkan pandanganya pada cermin, masih sibuk membersihkan wajahnya entah ia mendengar atau tidak"apa lelaki itu sungguh mencuri perhatianmu dan baru pukul sebelas malam kau pulang dari kencan di restauran mewah bergaya italia itu?, siapa lelaki itu?"Jelin terdiam meletakan spons make up nya lalu memandang Anton datar, rasa takut menyelimuti namun ia berusaha tegar ada marah didadanya yang entah kenapa bisa ada"kau membuntutiku?"
Dimalam yang penuh amarah, hujan deras beserta petir yang menggelegar menambah kesan horor disini, Reno lagi-lagi harus berhadapan dengan sosok Abel yang selalu saja hadirnya membuat bencana, pukul sepuluh malam ia dikabarkan bahwa pelaku dari tabrak lari adalah Abel yang masih berusia enam belas tahun belum cukup untuk bisa ditindak pidana lama membuat Reno geram memikirkanya.Keduanya saling tatap diruangan remang itu, beberapa polisi lalu lalang mencari berkas untuk dikomfirmasi lebih lanjut, sengaja memang Reno langsung datang meski polisi telah melarang mengatakan besok saja malam ini adalah sesi tanya dari Abel, inilah yang Reno tunggu apakah itu benar Abel dan kenapa Abel tega gadis ini sungguh membuat banyak masalah dihidupnya setelah tenang telah pergi ia malah kembali menambah kesibukan dihidup Reno, sebenarnya ia tak punya waktu beberapa pekerjaan menumpuk dan kemarahan dokter Ester terlampiaskan padanya dan VelyIa pun tak bisa meminta bantuan orang lain ap
Semua terjadi sepertis sulap yang bahkan angin pun tak tau tipuanya bergerak sangat cepat dan membuat kejutan, beberapa orang yang melihatnya berdecak kagum seperti menyadari hal yang tak mungkin terjadi namun nyata mereka yang lebih paham dunia hanya menatap datar namun ikut bertepuk tangan selalu mengangap tipuan walau memang benar itu tipuan namun tak akan ada yang paham trik sebenarnya, seperti inilah sosok Marissa sekarang harus menelan pahitnya tipuan dari tuhan ia mengira ini hadiah ternyata karma yang datang tiba-tiba membuatnya hampir terpelonjak kaget mendengarnya tak ada yang bisa menolongnya saat ini kecuali dirinya sendiri, ia menelan pahitnya perbuatanya sendiri.Marissa bingung, takut dan gelisah seluruh keringat telah membasahi tubuhnya, air mata pun tak bisa lagi dihentikan bahkan Vely yang biasanya menenanangkan dalam sekali ucapanpun ikut kalap, bingung harus menenangkan dengan cara apa sungguh tak biasanya Marissa datang dengan keadaan kacau seperti ini an
Pagi ini kabar mengejutkan datang dari mata-mata Doni di Barcelona, tidur yang tak nyenyak dibangunkan dengan cara yang ganas, Lina terganggu dengan suara berisik mendengar suara telpon yang menjengkelkan itu saat berusaha memangil Doni ia malah salah langkah dan membuat Doni yang tadinya tertidur dikursi sekarang telungkup dilantai Lina terkejut melihat itu lekas ia membantu Doni yang terjatuhKepala Doni sangat pusing karna langsung menatap lantai, ia bangun dengan sedikit bingung tentu dibantu oleh Lina yang telah sadar sepenuhnya waktu masih menunjukan jam lima pagi keduanya sama-sama heran menatap handphone yang tak berhenti berdering itu tanpa basa-basi Doni menerimanya dengan setengah sadar nyawanya belum terkumpul sempurna"halo"Doni memastikan apakah benar disana ada orang atau tidak ia takut hanya lelucon telepon yang mengejutkan dipagi buta ini"gawat tuan, nona Jelin koma"Doni sedikit mencerna ucapan itu hingga akhirnya kesadaranya terkumpul, k
Setelah pesta berakhir Marissa lekas pergi ia pamit akan menginap kerumah temanya sebut saja Vely namanya awalnya Reno menolak namun Marissa mengatakan bahwa ini genting maka ia mrenguzinkan dengan satu syarat harus ia yang mengantarnya, Marissa hanya menganguk setelah mengambil beberapa persiapan merekapun berangkat ditengah malam yang sunyi ini, mereka diam lebih tepatnya saling memikirkan atas apa yang terjadi hari iniMobil melaju diatas kecepatan rata-rata Reno hafal rutenya karna rumah itu tak terlalu jauh, mereka saling diam tak ada niatan membuka percakapan hanya menatap jalanan yang kian sunyi karna beberapa saja yang melewati ditengah malam purnama ini sambil diriiringi lantunan musik suci keduanya terhanyut dalam pemikiran mendebatkan apa saja yang menjadi perdebatan diotaknya."Maya apa kau punya saudara kembar?"Maya melotot heran kenapa Reno tiba-tiba membicarakan hal ini, sungguh tak logis seseorang pasti telah membicarakan tentang dirinya Marisaa sedikit
Hari ini adalah pertuanngan Doni dan Lina tentu saja tanpa didampingi Jelin tercinta mereka sibuk mempersiapkan pestanya hanya via telfon yang jadi alat komunikasi, Barcelona–Indonesia bukanlah negara yang dekat kita berada digaris yang tepat namun Spanyol berada diatas yang dingin, sebenarnya Doni pun heran kenapa orangtuanya tak segera pulang setelah berkunjung ke makam Mey namun apapun itu yang penting mereka baik-baik saja meski tak nampak bersama"kuharap semua baik-baik saja saat aku tak ada disana, jaga adikmu dia suka lepas diri, jaga istrimu pula, kupastikan aku akan pulang sebelum pernikahanmu banyak hal yang harusku urus disini"Jelin diseberang sana bertelepon entah sedang melakukan apa yang paling menonjol ia sedang sendiri tahu dari nada bicaranya yang lemah"aku tak tau apa yang terjadi disana namun kuharap mama baik-baik saja, pulanglah jika itu butuh jangan memaksa untuk tinggal dinegri orang hanya karna Mey"Jelin menyadari sesuatu segera ia memut
Malam yang ditunggu-tunggu sesuai yang dibicarakan lelaki itu benar-benar mengirimi Jelin kotak make up lengkap beserta gaun berwarna hitam yang sangat pas dengan seleranya, tak terlalu kuno dan tak terlalu modis cocok untuknya yang telah tua namun berwajah muda, Jelin menyambut malam ini dengan senang hati sejenak melupakan masalahnya entah mengapa ia senang hari ini, lelaki itu entah mengapa selalu terbayang dibenak Jelin membuatnya tersenyum walau hanya mengingatnya sekilasJelin memandang tubuhnya dicermin tersenyum penuh pujian, ia benar-brnar secantik itu masih tak menyangka ia bisa make up serapi ini mungkin karna mood juga mempengaruhinya, jika kalian tanya dimana Jelin tinggal sekarang?, ada dibarcelona tepatnya rumah Mey dan Roy, Roy memang sengaja pura-pura baik didepan Jelin agar ia tak curiga toh hanya dua orang Roy tak mempermasalahkanya namun apapun itu ia berharap Jelin cepat pergi dari sini."kau secantik ini akan kemana?"Anton datang mengagetkan Jelin
Sarapan yang canggung dipagi hari, mereka makan tanpa nafsu beberapa kali saling adu pandang hingga akhirnya debat dengan pikiran, Doni telah lama berangkat kerja sepagi itu, alasanya hanya dua malas bertemu dengan Marissa dan ingin cepat-cepat menemui Lina kekasihnya, mereka masih merencanakan pernikahan dan dalam status pacaran namun mereka sepakat akan tunangan dua hari lagi, waktu yang sangat cepat untuk urusan pasangan baru.Marissa selepas kejadian itu rasanya canggung, terkadang senang dan takut menyelimuti ketika didekat Reno maka dari itu pagi ini Marissa ingin mengamati apakah Reno benar-benar sakit atau tidak ia takut Reno hanya berpura-pura melihat reaksinya pada Doni yang biasa seperti bukan orang sakit, membuatnya curiga, jangan-jangan Reno menjebaknya Marissa tau Reno sungguh membencinya."kenapa kau duduk terlalu jauh May, kesinilah kau bicara bahwa tak akan pergi dariku"Reno menepuk kursi disebelahnya sedari tadi ia heran mengapa Maya duduk terlalu jau
Serra terbangun menatap ruangan yang gelap yang remang, lampu sangat redup namum menyala ia menetralkan matanya yang buram, lalu memegang kepalanya yang ingin pecah itu masih lebih baik daripada sejam yang lalu saat ia gila minum, saat Serra berbalik ia terkejut menatap lelaki yang menemaninya minum tadi, Serra menjernikan pengelihatanya matanya tak salah itu lelaki cupu yang menemani ia minum, seketika itu Serra tersadar dan lekas duduk bangun dari tidurnya menatap dirinya yang hanya memakai selimut tanpa dalamanMembuatnya melotot lalu memeriksa tubuhnya, bejat lelaki ini makainya saat ia tak sadar, Serra menatap lelaki itu yang sangat pulas dalam tidurnya, nafasnya begitu hangat saat Serra mendekatkan wajahnya pada lelaki itu, sangat tampan ia adalah lelaki yang paling tampan yang pernah Serra temui, Serra bangun lalu duduk diatas perut lelaki itu, Serra begitu terksesima melihat abs yang menunjol bersama urat-urat ototnya yang jantan dan sexyEntah mengapa Se