Home / Romansa / Malam Terakhir Dengan Suamiku / 6. Hati Pedih, Hati Rapuh.

Share

6. Hati Pedih, Hati Rapuh.

Author: RUNYRUBY
last update Last Updated: 2023-06-01 08:00:48

Di kamarnya, Alya sengaja berbaring membelakangi Rama yang bersiap tidur. Keduanya baru saja membahas tentang kepulangan Martha dan Monik esok hari.

"Kamu kapan mau pergi ke pasar kain lagi? Tadi kan kamu belum sempat pergi," ucap Rama mengetahui istrinya belum tidur.

Sementara Alya sibuk dengan pikirannya sendiri. Dia bahkan tak bisa melupakan bagaimana Martha menghina dan merendahkannya di depan Mayang. Kejadian siang tadi sungguh membuat hati Alya hancur menjadi berkeping-kepimg.

Alya berusaha menahan suaranya agar tak bergetar. Dia tak mau membuat suaminya khawatir.

"Mungkin besok," katanya singkat.

"Besok sore bisa? Mas Rama usahakan pulang sore agar bisa antar kamu ke pasar."

Alya menggelengkan kepalanya. Dia tak mampu lagi menahan tangisnya.

"Alya?"

Sebelum Rama mengetahui kepedihannya, Alya bergegas berlari menuju kamar mandi. "Sebentar," katanya sambil menutup mulutnya. Air matanya sudah mengalir deras di pipinya. Dia tak mau menunjukannya pada Rama.

Sementara Rama bingung dengan sikap Alya yang mencurigakan. Dia tak sengaja melihat bantal Alya yang basah. Tatapannya berubah sendu dan khawatir saat mengetahui jika istrinya itu sedang menangis.

Rama segera menyibakkan selimut yang menutupi tubuhnya, dan berjalan menyusul sang istri di kamar mandi.

"Sayang? Kamu ada masalah?" katanya seraya mengetuk pintu. Rama mendekatkan kupingnya di pintu berusaha mendengar kepedihan istrinya. Tapi Alya tak menjawab. Wanita itu lama terdiam dalam kesendiriannya.

"Sayang? Tolong buka pintunya. Aku tahu kamu lagi nangis," lanjut Rama.

Sementara Alya duudk di atas closet. Dia menutup mulutnya dan menahan tangisnya agar tidak pecah. Tapi hatinya begitu sakit dan hancur. Saat ini dia benar-benar butuh pelukan sang Suami, tapi dia tak mau jika sampai Rama menegur ibunya sendiri.

Alya sungguh tak bisa melupakan bagaimana ekspresi Mayang, Monik dan Martha yang memandangnya seperti wanita hina yang tak bernilai. Alya tak tahu jika menjadi wanita yang tak bisa memiliki keturunan adalah suatu kejahatan yang menghinakan. Hati Alya benar-benar perih. Dia tak tahan dengan keadaannya saat ini.

"Sayang... Tolong buka pintunya. Aku mohon," ujar Rama menunggu dengan khawatir.

Hingga beberapa saat kemudian Alya membuka pintu dengan wajah sembab. Hal itu tentu membuat Rama sangat khawatir. Lelaki itu menangkup wajah Alya dengan kedua tangannya, dan menatapnya dengan cemas.

"Sayang, kamu kenapa? Siapa yang bikin kamu nangis kaya gini? Ha? Kasih tau aku," ujar Rama menatap. Tapi Alya hanya menggelengkan kepalanya seraya menangis sesenggukan.

Dia sudah tak bisa lagi menahan tangisnya. Menurutnya sikap ibu mertuanya itu sudah keterlaluan. Meski begitu, Alya tak mau sampai Rama bertengkar dengan Martha.

"Kamu kenapa? Jawab aku!" kata Rama sekali lagi. Dia menatap tajam istrinya yang menangis pilu. Membuat hatinya turut hancur lebur.

"Hati aku hancur kalau kamu nangis kaya gini, Sayang. Jadi sekarang jawab aku. Siapa yang udah bikin kamu nangis kaya gini?"

Alya melepaskan tangan Rama di wajahnya. Kemudian beralih memeluk suaminya itu. Dia menumpahkan segala kesedihannya itu di dada sang suami. Mendengar detak jantung Rama, seketika membuat hati Alya yang telah hancur kembali menyatu sedikit demi sedikit.

"Hati aku sakit, Mas... Hati aku perih. Aku gak sanggup lagi," ucap Alya berusaha menenangkan suaranya.

"Apa yang bikin hati kamu sakit?" tanya Rama seraya mengusap kepala Alya. Dia memeluk dan mengusap punggung istrinya beberapa kali.

Alya kemudian melepaskan pelukannya, dan menatap Rama sembari berurai air mata. Sementara Rama berusaha menghapus air mata yang mengalir deras di pipi istrinya.

"Ceritakan sama aku apa yang bikin kamu menangis?"

Alya kemudian menunduk.

"Ibu kamu selalu bahas tentang kemandulan aku. Hati aku hancur, Mas. Setiap kali mendengar itu."

Tak hanya hati Alya yang hancur karena kata-kata itu, tapi hati Rama pun mencelos menyadari betapa pedihnya hati Alya karena keadaan yang sedang di alaminya. Yang membuatnya marah adalah sikap sang Ibu yang memang bertambah kasar saat mengetahui Alya tak bisa memiliki keturunan.

Rama menatap Alya dengan dalam. Dia mengusap rambut istrinya dan mencium keningnya dengan kasar. Kemudian melenggang pergi dengan napas menderu.

"Mas! Mas Rama mau kemana? Tenang, Mas!" kata Alya berusaha mengejar suaminya. Tapi percuma, Rama kini telah berada di depan kamar ibu dan adiknya.

Kebetulan saat itu Monik baru saja dari dapur dan bertemu Rama yang sorot matanya di penuhi emosi.

"Di mana Mama?"

"Di-di dalam... Ada apa?" tanya Monik saat melihat Alya dengan mata sembabnya berlari berusaha menahan Rama.

"Kamu dan Mama sudah keterlaluan, ya sama Alya!"

Mendengar keributan di luar, Martha muncul dari balik pintu. "Ada apa sih berisik banget!"

Rama berusaha menekan emosinya. Bagaimana pun wanita yang akan dia tegur adalah ibu kandungnya sendiri.

"Ma..."

"Mas, sudah," potong Alya seraya meraih tangan suaminya. Dia menenangkan Rama padahal saat itu air mata masih mengalir deras di wajahnya.

"Kita bicarakan ini kalau emosi kami sudah reda. Gak akan benar kalau kamu membahas masalah ini dalam keadaan marah kaya gini," bisiknya.

Sementara Monik dan Martha menatap bingung pada keduanya.

"Engga bisa, sayang. Kamu istri aku. Mereka harus menghargai kamu," tolak Rama. Kemudian menatap Ibunya dengan sabar.

"Ma... Aku mau bicara sama Mama!"

Martha mengangguk sambil membaca situasi.

"Ada apa?"

"Aku tahu kami tidak bisa memberikan cucu buat Mama, tapi apakah menurut Mama dengan sikap kasar Mama terhadap Alya akan membuat Alya mengandung? Aku tahu ini kasar, tapi kalau Mama menghina dan merendahkan Alya terus menerus, aku juga gak bisa tinggal diam, Ma. Alya itu istri aku. Bagaimana pun juga aku harus membela istri aku!"

"Mama gak bisa memojokan Alya karena keadaannya. Alya gak salah, Ma! Ini semua takdir. Ini pemberian dari Yang Maha Kuasa! Jadi, aku mohon. Jangan membuat hati Alya hancur karena sikap dan kata-kata kasar Mama! Aku mohon!"

Martha menutup mulutnya karena tak menyangka di marahi oleh putra kandungnya sendiri. Dia juga tak menyangka kalau Alya akan mengadukan sikapnya hari ini. Air mata palsu tiba-tiba mengalir karena Martha tak tahu harus menjawab apa. Dia tak mau sampai Rama membencinya. Bagaimana pun menurutnya, semua ini salah Alya. Jika dia tidak mandul, tidak mungkin masalah ini akan terjadi.

Martha menangis setelah mendapat amarah dari Rama. Hal itu tentu saja membuat Monik meradang.

"Mas Rama! Hati-hati kalau bicara sama orang tua! Jangan membentak! Mama jadi nangis!"

Rama mengusap wajahnya dengan kasar. Dia sudah berusaha menyaring setiap kata agar tidak menyakiti ibunya, tapi menurutnya Alya juga butuh pembelaan darinya.

"Mama kenapa nangis? Rama kan cuma pengen kasih tahu kalau Mama harus bisa menerima keadaan Alya. Rama gak berniat marahi Mama," ujar Rama.

"Sudahlah, Rama! Kamu memang tidak bisa mengertikan Mama! Mama kecewa sama kamu!" kata Martha seraya berbalik menutup pintu, di susul Monik yang juga turut menatap Rama dan Alya dengan tatapan kesal.

Setelah Martha dan Monik masuk kamar, Rama segera memeluk istri yang berada di sisinya.

"Sudah ya, Sayang. Semuanya akan baik-baik saja," katanya menenangkan.

Rama sekali lagi mendaratkan bibirnya di kening Alya.

Menit berganti jam, dan hari berganti Minggu.

Rama baru saja mencuci mobil dan berjalan menuju dapur setelah mencium wangi masakan yang tengah di masak istrinya.

Dia melihat istrinya yang cantik tengah sibuk sejak tadi subuh.

"Sayang," ucap Rama sambil memeluk Alya dari belakang.

"Belum selesai?"

Alya tersenyum seraya merasakan hembusan hangat napas Rama di telinganya.

"Sebentar lagi. Kamu sudah lapar, ya?"

Rama mengangguk seraya mencuri ciuman di pipi istrinya.

"Kamu cantik banget, sih!"

"Mas... Jangan mulai, deh!" kata Alya berusaha melepaskan pelukan Rama. Tapi Rama menolak, dan terus mengganggu istrinya.

Saat Rama dan Alya tengah asik bermesraan, tepat saat itu terdengar ketukan pintu.

Alya dan Rama yang tengah berciuman pun saling menatap. Mereka sebenarnya tak mau membuka pintu, tapi Alya takut ada sesuatu yang penting.

"Biar aku yang buka!" kata Rama melepaskan pelukannya. Sebelum pergi, Rama sekali lagi mencium pipi Alya.

Saat Alya kembali memasak, terdengar suara seorang wanita yang tak asing di telinganya. Entah perasaan tak suka bergelayut di hati Alya.

Alya pun mematikan kompornya, dan berjalan menuju ruang utama. Tapi pemandangan yang membuat hatinya hancur adalah saat melihat Mayang tengah duduk di atas pangkuan Rama.

Alya tak tahu kejadiannya seperti apa, tapi saat ini dia hanya melihat dengan mata kepalanya sendiri jika suaminya tengah memeluk wanita lain.

"Mas?"

Bersambung.

Related chapters

  • Malam Terakhir Dengan Suamiku   7. Parasit Dalam Rumah Tangga

    Alya dan Rama tengah asik berciuman setelah satu Minggu lebih mereka tak bisa bermesraan di rumah selama Martha dan Monik menginap. Tapi kegiatan mereka harus terhenti saat seorang tamu mengacaukannya. "Mengganggu saja!" gerutu Rama. Saat Rama akan melanjutkan, ketukan pintu kembali terdengar. Hal itu terpaksa membuat Rama harus menghentikan kegiatannya bersama sang istri. "Ya, sebentar!" sahut Rama seraya meninggalkan Alya. Sebelum itu, dia kembali mencium istrinya karena belum puas. Rama sempat menggerutu karena mengira itu adalah kurir paket. "Ganggu aja nih." Tapi ucapannya langsung terhenti begitu pintu terbuka. Di hadapannya adalah sosok wanita cantik yang menggerai rambutnya. Mayang membawa paperbag yang di pastikan berisi kain yang akan di jahit. "Mayang?" ucap Rama seraya menyentuh pelipisnya. Dia merasa malu karena dia pikir hanya kurir paket. "Maaf. Aku ganggu waktu kalian, ya?" tanya Mayang melangkah mundur

    Last Updated : 2023-06-01
  • Malam Terakhir Dengan Suamiku   8. Sandiwara Sang Pelakor

    Setelah di rasa aman, Rama menghentikan mobilnya di pinggir lapangan yang berjarak sepertiga kilometer dari jalan utama. Lapangan itu masuk ke dalam gang yang di apit pepohonan tinggi. Rama menatap Mayang yang masih ketakutan sambil meredam tangisnya. Dia benar-benar tak tahu kejadian apa yang baru saja Mayang alami, dan siapa pria yang akan menyerangnya itu. Meski begitu, Rama ingin memberikan waktu pada Mayang agar bisa menenangkan pikirannya. "Terima kasih banyak, Mas Rama," ujar Mayang sesegukan. Sorot matanya masih menunjukan ketakutan dan keputusasaan. "Dia mantan suami aku, Mas. Dia pengen culik dan celakai aku," katanya lagi. "Culik? Memangnya kalian ada masalah apa?" Mayang menggelengkan kepalanya. Pertanyaan itu membuat bulir air mata kembali turun dari pelupuk matanya. "Menikahi pria itu adalah kesalahan terbesar aku, Mas. Aku benar-benar menyesal karena sudah mengenalnya. Dia menyakiti aku bahkan sejak kami awal

    Last Updated : 2023-06-02
  • Malam Terakhir Dengan Suamiku   9. Rencana Sang Pelakor

    Suara ketukan jari yang di adu ke meja menemani suasana hening batin Alya. Dia duduk menunggu suaminya selesai mandi. Sementara pikirannya melayang pada banyaknya pertanyaan akan kebersamaan suaminya bersama Mayang. Apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa Mas Rama bisa basah kuyup? Di mana mobilnya? Dan apa saja yang sudah mereka lakukan sehingga harus pulang terlambat? Mengapa Mas Rama meninggalkannya? Mengapa? "Sayang?" panggil Rama seraya menyentuh pundak Alya. Sang istri pun menoleh dan melihat Rama telah rapih dengan pakaiannya. Alya segera meraih secangkir teh hangat untuk suaminya itu. "Mas, ini di minum dulu tehnya," tawarnya. Rama duduk di samping Alya dengan perasaan tak nyaman. Dia menyesap teh seraya memikirkan perasaan Alya setelah mengetahui bahwa dirinya baru saja pergi bersama Mayang. "Mayang di culik dan di aniaya oleh mantan suaminya."Alya menoleh cepat. "Apa?"Rama menghela nafas sembari menyimpan tehnya. "Wa

    Last Updated : 2023-06-03
  • Malam Terakhir Dengan Suamiku   10. Cinta Istri Untuk Mas Rama

    Hari semakin berlalu, dan keadaan Mas Rama sudah sepenuhnya membaik. Alya berlari kecil mengejar suaminya yang akan pergi bekerja. Dia memeluk Rama yang begitu dia cintai. "Mas, nanti malam mau temenin aku ke restoran yang baru buka gak?" Rama menunduk menatap istrinya yang sebatas dada. Dia merapihkan anak rambut Alya yang berantakan di wajah Alya. "Lagi diskon, ya?"Alya mengangguk ceria. "Oke!" seru Rama setuju. "Asik! Nanti malam jangan pulang telat, yah. Kita ketemuan di restorannya langsung. Ingat! Jangan pulang malam-malam. Nanti restorannya keburu tutup!" pinta Alya seraya melepaskan pelukannya, tapi Rama mencegahnya. Dia mengeratkan pelukan untuk istrinya, dan mendaratkan beberapa ciuman di wajah Alya. "Iya, iya. Cerewet sekali!" ujarnya merasa gemas. Alya tersenyum senang dan keduanya benar-benar melepaskan pelukan mereka. Alya melambaikan tangannya sambil memamerkan senyum manisnya. "Hati-hati suamiku."

    Last Updated : 2023-06-04
  • Malam Terakhir Dengan Suamiku   11. Keputusan.

    Di mobil dalam perjalanan pulang, Rama terus saja menggenggam tangan istrinya. Seolah dia tak pernah Sudi melepaskannya. Sesekali Rama mencium punggung tangan Alya hingga membuat Alya tersentuh. "Sepertinya kamu sayang banget sama aku," ucap Alya menatap. "Tentu saja! Kamu wanita satu-satunya yang bikin aku bahagia. Aku gak tahu deh gimana jadinya kalau hidupku tanpa kamu."Ucapan itu membuat Alya tersenyum sekaligus berpikir. Lalu, bagaimana jadinya jika Rama menikah dengan wanita lain dan dia hanya akan di abaikan setelah ada orang baru? Apakah Rama akan mengingat kalimat yang baru saja di katakannya?"Sepertinya kita harus membicarakan sesuatu yang serius," kata Alya mencoba tenang. Rama menoleh, dan dia benar-benar melihat ekspresi serius di wajah istrinya. "Jika kita sudah sampai di rumah, ya?"Alya mengangguk kecil. Tapi sebuah pemandangan di pinggir jalan membuat Alya menoleh. Dia meminta Rama untuk menghentikan mobilnya saat melihat sesosok wanita tengah menangis dalam ke

    Last Updated : 2023-06-04
  • Malam Terakhir Dengan Suamiku   12. Permintaan Cerai

    Minggu pagi, Rama dan Alya kembali mendatangi panti asuhan untuk mengurus dokumen adopsi. Di sana, Rama bertemu dengan balita perempuan yang akan dia adopsi. "Halo, Binar..."Balita itu hanya melambaikan tangannya dan kembali bermain. Sementara itu Alya tersentuh melihat betapa bahagianya Rama bersama dengan seorang anak. Alya benar-benar menyesal karena dia belum bisa memberikan anak kandung untuk Rama. Saat mereka asik bermain dengan Binar, Tiba-tiba ponsel Rama berdering. "Sebentar ya, aku angkat telepon dulu," katanya menjauh. Namun, belum sampai satu menit Rama menjawab panggilan, dia segera mengakhirnya dan mendekati Alya dengan wajah panik. "Ibu pingsan di kamar mandi, Al. Aku harus ke Jakarta sekarang."Alya yang sedang bermain dengan Binar pun terkejut. "Kalau gitu aku ikut!" Tapi tangan yang begitu mungil sedang menggenggamnya. Seolah Balita itu tak mau ditinggalkan oleh calon kedua orang tuanya. Rama pun berjongkok di hadapan Binar yang berusia empat tahun. "Sayang,

    Last Updated : 2023-06-05
  • Malam Terakhir Dengan Suamiku   1. Malam Ke-1.825

    (Malam ke-1.825 bersama Mas Rama)."Mama dengar Alya mandul. Apa benar begitu, Rama?" Perasaan Rama sangat hancur saat Ibu kandungnya menanyakan hal itu padanya. Bagaimana pun, hari ini dia telah mendapat kabar dari Rumah Sakit kalau Alya memiliki gangguan di rahimnya, yang menyebabkannya tak bisa memiliki anak. Rama, terdiam lama di tempat duduknya. Ketika Ibunya mendesah keras karena dia gagal mendapatkan seorang cucu. "Astaga, berarti kami tidak akan pernah memiliki cucu sampai kami mati?""Sssttt. Ibu, jangan bicara seperti itu! Jangan berbicara mendahului takdir," ujar Rama pada akhirnya. Ibu Rama menatap anaknya dengan sinis. Dia benar-benar kecewa dengan hasil pemeriksaan yang di lakukan beberapa hari lalu. Rama dan Alya telah menikah selama lima tahun, tapi sampai saat ini, keduanya belum juga di karuniai keturunan. Membuat keluarga Rama maupun Alya sendiri begitu berharap. Namun, semua harapan telah sirnah, Dokter telah mendiagnosa Alya tak akan pernah bisa mengandung. D

    Last Updated : 2023-05-27
  • Malam Terakhir Dengan Suamiku   2. Wanita Licik.

    Di rumah Mayang, Bude Rosita sedang bergosip dengan tetangganya jika Alya dan Rama telah lama menikah tapi belum juga di berikan keturunan. "Wah, sayang sekali ya. Padahal mereka itu sudah mapan, mereka juga masih muda lagi," ujar seorang tetangga."Kenapa Rama gak nikah lagi aja ya?" Ucapan itu membuat Mayang yang sedang berada di balik jendela terdiam. Dia tiba-tiba memikirkan ucapan tetangganya itu. Apakah Rama kemungkinan akan menikah lagi untuk mendapatkan keturunan. Jika benar, Mayang tentu ingin menjadi istri kedua Rama. Senyum sinis tiba-tiba terlukis di wajahnya. Rasanya dia sangat terobsesi untuk memiliki suami seperti Rama. Hingga akhirnya, Mayang menjadi sering berkunjung ke rumah Alya dengan alasan ingin membuat baju. Namun, dia memiliki niat untuk lebih dekat dengan Rama. Ketika akhirnya Rama pulang bekerja, tingkah Mayang mendadak genit. Dia sengaja mencari perhatian pada suami temannya itu. "Aduh, gerah banget ya!" kata Mayang seraya melepas kancing bagian atas ke

    Last Updated : 2023-05-27

Latest chapter

  • Malam Terakhir Dengan Suamiku   12. Permintaan Cerai

    Minggu pagi, Rama dan Alya kembali mendatangi panti asuhan untuk mengurus dokumen adopsi. Di sana, Rama bertemu dengan balita perempuan yang akan dia adopsi. "Halo, Binar..."Balita itu hanya melambaikan tangannya dan kembali bermain. Sementara itu Alya tersentuh melihat betapa bahagianya Rama bersama dengan seorang anak. Alya benar-benar menyesal karena dia belum bisa memberikan anak kandung untuk Rama. Saat mereka asik bermain dengan Binar, Tiba-tiba ponsel Rama berdering. "Sebentar ya, aku angkat telepon dulu," katanya menjauh. Namun, belum sampai satu menit Rama menjawab panggilan, dia segera mengakhirnya dan mendekati Alya dengan wajah panik. "Ibu pingsan di kamar mandi, Al. Aku harus ke Jakarta sekarang."Alya yang sedang bermain dengan Binar pun terkejut. "Kalau gitu aku ikut!" Tapi tangan yang begitu mungil sedang menggenggamnya. Seolah Balita itu tak mau ditinggalkan oleh calon kedua orang tuanya. Rama pun berjongkok di hadapan Binar yang berusia empat tahun. "Sayang,

  • Malam Terakhir Dengan Suamiku   11. Keputusan.

    Di mobil dalam perjalanan pulang, Rama terus saja menggenggam tangan istrinya. Seolah dia tak pernah Sudi melepaskannya. Sesekali Rama mencium punggung tangan Alya hingga membuat Alya tersentuh. "Sepertinya kamu sayang banget sama aku," ucap Alya menatap. "Tentu saja! Kamu wanita satu-satunya yang bikin aku bahagia. Aku gak tahu deh gimana jadinya kalau hidupku tanpa kamu."Ucapan itu membuat Alya tersenyum sekaligus berpikir. Lalu, bagaimana jadinya jika Rama menikah dengan wanita lain dan dia hanya akan di abaikan setelah ada orang baru? Apakah Rama akan mengingat kalimat yang baru saja di katakannya?"Sepertinya kita harus membicarakan sesuatu yang serius," kata Alya mencoba tenang. Rama menoleh, dan dia benar-benar melihat ekspresi serius di wajah istrinya. "Jika kita sudah sampai di rumah, ya?"Alya mengangguk kecil. Tapi sebuah pemandangan di pinggir jalan membuat Alya menoleh. Dia meminta Rama untuk menghentikan mobilnya saat melihat sesosok wanita tengah menangis dalam ke

  • Malam Terakhir Dengan Suamiku   10. Cinta Istri Untuk Mas Rama

    Hari semakin berlalu, dan keadaan Mas Rama sudah sepenuhnya membaik. Alya berlari kecil mengejar suaminya yang akan pergi bekerja. Dia memeluk Rama yang begitu dia cintai. "Mas, nanti malam mau temenin aku ke restoran yang baru buka gak?" Rama menunduk menatap istrinya yang sebatas dada. Dia merapihkan anak rambut Alya yang berantakan di wajah Alya. "Lagi diskon, ya?"Alya mengangguk ceria. "Oke!" seru Rama setuju. "Asik! Nanti malam jangan pulang telat, yah. Kita ketemuan di restorannya langsung. Ingat! Jangan pulang malam-malam. Nanti restorannya keburu tutup!" pinta Alya seraya melepaskan pelukannya, tapi Rama mencegahnya. Dia mengeratkan pelukan untuk istrinya, dan mendaratkan beberapa ciuman di wajah Alya. "Iya, iya. Cerewet sekali!" ujarnya merasa gemas. Alya tersenyum senang dan keduanya benar-benar melepaskan pelukan mereka. Alya melambaikan tangannya sambil memamerkan senyum manisnya. "Hati-hati suamiku."

  • Malam Terakhir Dengan Suamiku   9. Rencana Sang Pelakor

    Suara ketukan jari yang di adu ke meja menemani suasana hening batin Alya. Dia duduk menunggu suaminya selesai mandi. Sementara pikirannya melayang pada banyaknya pertanyaan akan kebersamaan suaminya bersama Mayang. Apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa Mas Rama bisa basah kuyup? Di mana mobilnya? Dan apa saja yang sudah mereka lakukan sehingga harus pulang terlambat? Mengapa Mas Rama meninggalkannya? Mengapa? "Sayang?" panggil Rama seraya menyentuh pundak Alya. Sang istri pun menoleh dan melihat Rama telah rapih dengan pakaiannya. Alya segera meraih secangkir teh hangat untuk suaminya itu. "Mas, ini di minum dulu tehnya," tawarnya. Rama duduk di samping Alya dengan perasaan tak nyaman. Dia menyesap teh seraya memikirkan perasaan Alya setelah mengetahui bahwa dirinya baru saja pergi bersama Mayang. "Mayang di culik dan di aniaya oleh mantan suaminya."Alya menoleh cepat. "Apa?"Rama menghela nafas sembari menyimpan tehnya. "Wa

  • Malam Terakhir Dengan Suamiku   8. Sandiwara Sang Pelakor

    Setelah di rasa aman, Rama menghentikan mobilnya di pinggir lapangan yang berjarak sepertiga kilometer dari jalan utama. Lapangan itu masuk ke dalam gang yang di apit pepohonan tinggi. Rama menatap Mayang yang masih ketakutan sambil meredam tangisnya. Dia benar-benar tak tahu kejadian apa yang baru saja Mayang alami, dan siapa pria yang akan menyerangnya itu. Meski begitu, Rama ingin memberikan waktu pada Mayang agar bisa menenangkan pikirannya. "Terima kasih banyak, Mas Rama," ujar Mayang sesegukan. Sorot matanya masih menunjukan ketakutan dan keputusasaan. "Dia mantan suami aku, Mas. Dia pengen culik dan celakai aku," katanya lagi. "Culik? Memangnya kalian ada masalah apa?" Mayang menggelengkan kepalanya. Pertanyaan itu membuat bulir air mata kembali turun dari pelupuk matanya. "Menikahi pria itu adalah kesalahan terbesar aku, Mas. Aku benar-benar menyesal karena sudah mengenalnya. Dia menyakiti aku bahkan sejak kami awal

  • Malam Terakhir Dengan Suamiku   7. Parasit Dalam Rumah Tangga

    Alya dan Rama tengah asik berciuman setelah satu Minggu lebih mereka tak bisa bermesraan di rumah selama Martha dan Monik menginap. Tapi kegiatan mereka harus terhenti saat seorang tamu mengacaukannya. "Mengganggu saja!" gerutu Rama. Saat Rama akan melanjutkan, ketukan pintu kembali terdengar. Hal itu terpaksa membuat Rama harus menghentikan kegiatannya bersama sang istri. "Ya, sebentar!" sahut Rama seraya meninggalkan Alya. Sebelum itu, dia kembali mencium istrinya karena belum puas. Rama sempat menggerutu karena mengira itu adalah kurir paket. "Ganggu aja nih." Tapi ucapannya langsung terhenti begitu pintu terbuka. Di hadapannya adalah sosok wanita cantik yang menggerai rambutnya. Mayang membawa paperbag yang di pastikan berisi kain yang akan di jahit. "Mayang?" ucap Rama seraya menyentuh pelipisnya. Dia merasa malu karena dia pikir hanya kurir paket. "Maaf. Aku ganggu waktu kalian, ya?" tanya Mayang melangkah mundur

  • Malam Terakhir Dengan Suamiku   6. Hati Pedih, Hati Rapuh.

    Di kamarnya, Alya sengaja berbaring membelakangi Rama yang bersiap tidur. Keduanya baru saja membahas tentang kepulangan Martha dan Monik esok hari. "Kamu kapan mau pergi ke pasar kain lagi? Tadi kan kamu belum sempat pergi," ucap Rama mengetahui istrinya belum tidur. Sementara Alya sibuk dengan pikirannya sendiri. Dia bahkan tak bisa melupakan bagaimana Martha menghina dan merendahkannya di depan Mayang. Kejadian siang tadi sungguh membuat hati Alya hancur menjadi berkeping-kepimg. Alya berusaha menahan suaranya agar tak bergetar. Dia tak mau membuat suaminya khawatir."Mungkin besok," katanya singkat."Besok sore bisa? Mas Rama usahakan pulang sore agar bisa antar kamu ke pasar."Alya menggelengkan kepalanya. Dia tak mampu lagi menahan tangisnya. "Alya?" Sebelum Rama mengetahui kepedihannya, Alya bergegas berlari menuju kamar mandi. "Sebentar," katanya sambil menutup mulutnya. Air matanya sudah mengalir d

  • Malam Terakhir Dengan Suamiku   5. Harus Punya Anak!

    Apa yang lebih berat yang di alami seorang menantu ketika mendapati ibu mertuanya tengah memuji perempuan lain di depan suaminya? Bahwa Alya tak bisa melakukan apapun selain berharap pada Rama agar tak goyah mendengar pujian kepada Mayang. "Ma, Alya juga kan bisa bikin bolu. Kalau Mama mau nanti tinggal bilang Alya saja," ucap Rama seolah membela Alya. Siang itu hari Minggu, dan Mayang membawakan bolu buatannya khusus untuk Martha. "Alah, gak enak! Bosen! Itu-itu saja! Berbeda dengan punya Mayang. Bahan-bahannya di buat pake bahan premium. Jadi rasanya lebih enak!" nyinyir Martha. Ucapan itu membuat Rama segera menatap Alya untuk menenangkannya. Dia kemudian melipat korannya, dan menggenggam tangan istrinya. "Hari ini kamu mau belanja kain, kan? Aku temenin kamu, ya?"Alya tersenyum simpul meski hatinya sedang perih. Hanya itu yang bisa dia lakukan di hadapan suaminya. Yaitu, berpura-pura tegar. Kemudian Rama bangkit berdiri seraya menggenggam tangan Alya. Membuat Martha dan Mon

  • Malam Terakhir Dengan Suamiku   4. Penderitaan.

    "Alya!" Namun, karena terlalu lelah, Alya tak mendengar panggilan ibu mertuanya itu. Hingga Ibu Mertua Alya mengambil gelas berisi air dan menyiramnya tepat di wajah Alya. Membuat Alya terkejut sambil mencari oksigen. Dia mengusap wajahnya. Air itu mengenai wajah dan pakaiannya. Alya melihat Ibu Mertua dan Monik sedang menatapnya sinis. "Heh, enak-enakan kamu tidur! Liat noh lampu masih gelap belum kamu nyalakan! Dari jam berapa kamu tidur, Hah?!" "Astagfirullah, Bu. Maafin Alya. Alya capek banget habis beberes rumah," ujar Alya dengan keadaan basah. "Capek! Capek! Alesan aja kamu! Kamu emang doyan tidur kan kalo suami kamu kerja? Menerima gaji suami dan kamu leha-leha?" "Alya gak leha-leha, Bu. Alya juga kan kerja di rumah menjahit pakaian. Alya gak cuma mengandalkan uang dari Mas Rama aja."Ibu Martha tak terima setiap kalimatnya di jawab oleh Alya. "Oh, sekarang kamu sombong kalo kamu juga punya penghasilan sendiri? Begitu?" Alya merasa sakit hati. Apapun yang dia lakukan ra

DMCA.com Protection Status