Share

3. Mertua Julid.

Penulis: RUNYRUBY
last update Terakhir Diperbarui: 2023-05-27 15:27:37

"Mas, daging ayam ini berapa satu kilo nya?" tanya Mayang berbasa-basi. Dia kemudian berpura-pura melihat Alya.

"Eh, Alya. Lagi belanja juga?"

"Ini siapa?" lanjutnya seraya menatap Ibu Martha.

"Ibu Mertua aku. Kenalin," jawab Alya.

Mayang dengan penuh perhatiannya mengulurkan tangannya pada ibu Rama. Mengetahui Alya mandul, Mayang mencoba mencari perhatian agar bisa menjadi istri kedua Rama.

"Halo, Bu. Nama saya Mayang. Temannya Alya."

"Halo, kamu cantik sekali," puji Martha.

Mayang puas mendengar pujian itu. Sedangkan Alya merasa sangat rendah setelah di hina di depan banyak orang.

"Sudah menikah?"

Mayang menjawab malu-malu. "Sudah pernah, Bu. Sekarang saya janda."

Martha terlihat sedih. "Waduh, tapi kamu cantik, kamu masih bisa mencari pria yang lebih baik."

"Iya nih Bu. Kebetulan saya juga lagi nyari," jawab Mayang.

Ibu Martha hanya memberi semangat pada Mayang. Kemudian Mayang menghampiri Alya, dan mengatakan kalau dia ingin menjahit baju lagi.

"Oh, yaudah. Nanti ke rumah aja ya. Sekarang aku mau masak dulu," kata Alya.

Dengan bibirnya yang merah pekat, Mayang tersenyum ramah. Namun, semua yang dia lakukan semata-mata untuk mencari perhatian Ibu Rama.

Pertemuannya dengan Mayang, membuat Martha memuji wanita itu di hadapan Alya. Bahkan saat memasak, Martha menyayangkan jika perempuan secantik Mayang harus menjanda.

"Ngomongin apa sih, Ma?" tanya Monik seraya duduk di meja makan.

"Itu, tadi di tukang sayur mama ketemu temennya si Alya. Dia cantik banget kaya model, tapi sayang dia janda," jelas Martha.

"Terus?"

"Ya gak apa-apa sih. Cuma sayang aja perempuan kaya dia harus sendiri," lanjutnya.

"Aku juga cantik tau mah!" kata Monik merajuk.

Martha tertawa. Dia tak bermaksud membandingkan Monik dengan Mayang.

Sementara itu, Alya menunduk seraya memotong sayuran. Hatinya kembali sakit jika mertuanya itu selalu memuji wanita lain di hadapannya. Apalagi, jika mertuanya itu selalu mengungkit tentang dirinya yang mandul.

Malam harinya, sebelum tidur. Rama sempat menanyakan perasaan Alya. Dia takut Alya sakit hati jika Ibunya selalu memarahinya.

"Kamu baik-baik saja kan? Jika kamu terluka, nanti aku akan minta Ibu aku untuk segera pulang saja."

"Gak usah, Mas. Aku baik-baik saja kok," kata Alya menutupi kesedihannya. Padahal, Rama tak tahu jika Martha sudah membongkar aibnya yang mandul di depan para tetangganya.

"Sekali lagi, maafin ibu aku ya, sayang?"

Alya diam saja. Dia membaringkan tubuhnya membelakangi Rama. Matanya berkaca-kaca. Sungguh perih perasaannya jika mertuanya itu selalu merendahkannya.

"Sayang?"

Alya tak menjawab. Dia berpura-pura tidur.

Keesokan harinya, Mayang sedang tertawa dan berbincang dengan Martha. Membuat Alya terkejut. Dia baru saja pulang dari pasar, dan melihat temannya itu sudah berada di rumahnya.

"Assalamualaikum?"

Martha dan Mayang menoleh dengan kompak. Mayang segera bangkit berdiri untuk membantu Alya membawa kantong belanjaan.

"Eh, eh. Gak usah di bantuin, May. Kamu kan tamu di sini. Udah biarin aja Alya yang bawa sendiri!" ujar Martha tiba-tiba.

Mayang kembali menjatuhkan kantong belanjaan yang cukup berat. Dia menatap Alya dengan perasaan tak nyaman. "Gak apa-apa, Al?"

Alya berusaha tersenyum. "Iya, udah. Gak usah biar aku saja," katanya.

Saat membawa kantong belanjaan ke dapur, Alya mendengar ibu mertuanya dan Mayang sedang membicarakan keponakan Mayang yang sangat lucu.

"Aduh, lucunya. Tante juga ingin punya satu yang kaya gini! Sayangnya Rama gak bisa kasih!"

"Yaudah, besok aku ajak keponakan aku ke sini deh buat main sama Tante!"

Martha terlihat senang. Dia kembali memuji Mayang karena bisa membuat hatinya senang.

"Kamu beda banget sama Alya. Dia itu selalu saja buat Tante emosi. Kemarin, Tante baru datang, dan lihat rumah ini seperti kapal pecah. Padahal dia anak aja belum punya, tapi katanya dia belum sempet beres-beres rumah! Apa coba kerjaannya!"

Alya menghela nafas panjang. Lagi-lagi mertuanya itu menjelek-jelekan dirinya ke orang lain. Tak ingin termakan dengan hinaan mertuanya, Alya mencoba menghadapinya.

"May, boleh aku liat kain yang kamu bawa?" tanya Alya seraya duduk di samping Mayang.

"Oh, ini Al. Kamu udah tau kan ukuran badan aku. Pokoknya aku percaya sama kamu. Aku yakin kamu bisa bikin baju yang bagus buat aku!" puji Mayang.

"Yaudah, Minggu depan kamu balik lagi ya buat ambil bajunya."

Mayang mengangguk paham. Saat Mayang hendak pergi, Martha melarangnya.

"Eh, buru-buru amat. Kamu sibuk ya, May?"

Mayang merasa Ibu Rama itu sudah nyaman berada di dekatnya. "Enggak juga sih Tan. Kenapa ya?"

"Sini aja temenin Tante. Tante bete tau! Kita ngobrol-ngobrol aja."

Mayang menatap Alya yang sedang berusaha tersenyum. Dia rasanya telah berhasil mencari perhatian Ibunya Rama itu.

"Tante, gimana kalo kita ke salon langganan aku? Katanya lagi ada diskon. Kita pijit-pijat kepala biar gak pusing," tawar Mayang.

Martha terlihat senang. Dia pun menyetujuinya.

"Ayo! Aduh, harusnya Tante punya menantu seperti kamu. Pasti menyenangkan banget!" ujar Martha seraya mengencangkan suaranya.

Ucapan itu sontak membuat Mayang menatap Alya. "Alya, kamu juga mau ikut? Kita pergi sama-sama aja yuk?"

"Eh, gak usah! Ngapain ajak dia! Udah dia di rumah aja! Kalo ajak dia yang ada malah malu-maluin!"

Alya sudah tak tahu lagi harus bagaimana. Karena Mertuanya itu selalu saja membuat hatinya hancur.

"Eh, kalian mau ke mana? Monik ikut dong!"

Suara itu membuat Mayang menoleh ke anak tangga. Seorang remaja cantik berjalan menghampiri mereka.

"Itu adiknya Rama. Namanya Monik," ujar Martha memperkenalkan.

Mayang lagi-lagi mencari perhatian pada anak usia delapan belas tahunan itu.

"Ya ampun cantik sekali!" pujinya.

"Makasih Kak. Kakak juga cantik banget. Oh ini yang di ceritain Mama kemarin?"

Mayang terlihat bingung. Dia penasaran apa yang sudah Martha ceritakan pada Monik.

"Katanya Kakak tuh cantik banget kaya Model, tapi sayang kakak janda."

Kalimat blak-blakan itu membuat Martha dan Mayang tertawa geli.

"Kamu ini! Kapan mama bilang seperti itu?"

Mayang pun tertawa. Kenyataan itu memang benar. Dia adalah seorang Janda.

Melihat ketiga orang di depannya sedang tertawa tanpa mengajak dirinya, membuat Alya memilih pergi. Dia melangkah perlahan, hingga kepergiannya itu tak di ketahui mereka.

Namun, saat mereka hendak pergi, Mayang baru menyadari kalau Alya tak berada di dekatnya.

"Di mana Alya?"

"Udah gak usah di ajak. Biarin aja!" kata Martha.

"Iya, Kak Mayang. Ngapain sih ngajakin Kak Alya. Dia bau masakan!" sahut Monik membuat suasana di dalam mobil kembali ceria.

Merasa telah berhasil mengambil perhatian adik dan Ibu Rama, membuat Mayang semakin serakah. Dia melanjutkan niatnya untuk mendapatkan Rama sebagai suaminya.

Setelah kepergian mereka, Alya menangis sesegukan di dapur. Dia merasa hatinya sangat sakit dan perih. Dia sudah tak kuat menghadapi mertua dan adik iparnya itu. Namun, dia hanya bisa menyembunyikan kesedihannya. Dia tak mau mengadu pada Suaminya jika dia terluka dengan semua ucapan mertuanya.

"Ya Tuhan, tolong aku... Aku sangat membutuhkan bantuanmu," batinnya memohon.

Alya menyeka air matanya. Dia telah mengadukan semua penderitaannya kepada Yang Maha Kuasa. Bagaimana pun dia harus menghadapi hari ini.

Pagi itu, Alya sangat sibuk. Dia memasak banyak menu kesukaan mertuanya. Dia juga mencuci pakaian, setrika, mengepel lantai, dan menjahit pesanan. Hingga waktu maghrib, Alya baru bisa beristirahat. Dia berbaring di atas sofa seraya menonton acara berita. Namun, karena terlalu lelah, Alya pun ketiduran.

Suara mesin mobil terdengar. Martha dan Monik baru saja pulang bersenang-senang bersama Mayang.

"Terima kasih untuk traktirannya, ya kak. Kak Mayang baik banget!" puji Monik.

"Sama-sama Monik. Lain kali kalau ada waktu kita shoping lagi yaa~"

"Aduh, senang banget bisa kenalan sama kamu. Kita dibelikan baju mahal lagi," lanjut Martha.

"Gak apa-apa, Tante. Cuma segitu doang. Nanti kalo kita shoping lagi aku beliin yang lain deh!"

Mendengar itu Monik melompat kegirangan. Dia merasa senang memiliki Kakak seperti Mayang. "Andai saja Monik punya kakak seperti Kak Mayang!" gumamnya.

Mayang hanya tertawa. Dia merasa puas karena sudah merebut hati Monik dan Martha.

Setelah berpisah dengan Mayang, Martha dan Monik akhirnya masuk ke dalam rumah. Namun, tatapan tajam Martha langsung tertuju pada Alya yang terlelap.

"Enak-enakan itu anak tidur! Udah malem gini lampu belum dinyalakan!" ujar Martha seraya menghampiri Alya dengan penuh emosi. Begitu juga Monik.

"Heh, Alya!"

Bersambung.

Bab terkait

  • Malam Terakhir Dengan Suamiku   4. Penderitaan.

    "Alya!" Namun, karena terlalu lelah, Alya tak mendengar panggilan ibu mertuanya itu. Hingga Ibu Mertua Alya mengambil gelas berisi air dan menyiramnya tepat di wajah Alya. Membuat Alya terkejut sambil mencari oksigen. Dia mengusap wajahnya. Air itu mengenai wajah dan pakaiannya. Alya melihat Ibu Mertua dan Monik sedang menatapnya sinis. "Heh, enak-enakan kamu tidur! Liat noh lampu masih gelap belum kamu nyalakan! Dari jam berapa kamu tidur, Hah?!" "Astagfirullah, Bu. Maafin Alya. Alya capek banget habis beberes rumah," ujar Alya dengan keadaan basah. "Capek! Capek! Alesan aja kamu! Kamu emang doyan tidur kan kalo suami kamu kerja? Menerima gaji suami dan kamu leha-leha?" "Alya gak leha-leha, Bu. Alya juga kan kerja di rumah menjahit pakaian. Alya gak cuma mengandalkan uang dari Mas Rama aja."Ibu Martha tak terima setiap kalimatnya di jawab oleh Alya. "Oh, sekarang kamu sombong kalo kamu juga punya penghasilan sendiri? Begitu?" Alya merasa sakit hati. Apapun yang dia lakukan ra

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-27
  • Malam Terakhir Dengan Suamiku   5. Harus Punya Anak!

    Apa yang lebih berat yang di alami seorang menantu ketika mendapati ibu mertuanya tengah memuji perempuan lain di depan suaminya? Bahwa Alya tak bisa melakukan apapun selain berharap pada Rama agar tak goyah mendengar pujian kepada Mayang. "Ma, Alya juga kan bisa bikin bolu. Kalau Mama mau nanti tinggal bilang Alya saja," ucap Rama seolah membela Alya. Siang itu hari Minggu, dan Mayang membawakan bolu buatannya khusus untuk Martha. "Alah, gak enak! Bosen! Itu-itu saja! Berbeda dengan punya Mayang. Bahan-bahannya di buat pake bahan premium. Jadi rasanya lebih enak!" nyinyir Martha. Ucapan itu membuat Rama segera menatap Alya untuk menenangkannya. Dia kemudian melipat korannya, dan menggenggam tangan istrinya. "Hari ini kamu mau belanja kain, kan? Aku temenin kamu, ya?"Alya tersenyum simpul meski hatinya sedang perih. Hanya itu yang bisa dia lakukan di hadapan suaminya. Yaitu, berpura-pura tegar. Kemudian Rama bangkit berdiri seraya menggenggam tangan Alya. Membuat Martha dan Mon

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-27
  • Malam Terakhir Dengan Suamiku   6. Hati Pedih, Hati Rapuh.

    Di kamarnya, Alya sengaja berbaring membelakangi Rama yang bersiap tidur. Keduanya baru saja membahas tentang kepulangan Martha dan Monik esok hari. "Kamu kapan mau pergi ke pasar kain lagi? Tadi kan kamu belum sempat pergi," ucap Rama mengetahui istrinya belum tidur. Sementara Alya sibuk dengan pikirannya sendiri. Dia bahkan tak bisa melupakan bagaimana Martha menghina dan merendahkannya di depan Mayang. Kejadian siang tadi sungguh membuat hati Alya hancur menjadi berkeping-kepimg. Alya berusaha menahan suaranya agar tak bergetar. Dia tak mau membuat suaminya khawatir."Mungkin besok," katanya singkat."Besok sore bisa? Mas Rama usahakan pulang sore agar bisa antar kamu ke pasar."Alya menggelengkan kepalanya. Dia tak mampu lagi menahan tangisnya. "Alya?" Sebelum Rama mengetahui kepedihannya, Alya bergegas berlari menuju kamar mandi. "Sebentar," katanya sambil menutup mulutnya. Air matanya sudah mengalir d

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-01
  • Malam Terakhir Dengan Suamiku   7. Parasit Dalam Rumah Tangga

    Alya dan Rama tengah asik berciuman setelah satu Minggu lebih mereka tak bisa bermesraan di rumah selama Martha dan Monik menginap. Tapi kegiatan mereka harus terhenti saat seorang tamu mengacaukannya. "Mengganggu saja!" gerutu Rama. Saat Rama akan melanjutkan, ketukan pintu kembali terdengar. Hal itu terpaksa membuat Rama harus menghentikan kegiatannya bersama sang istri. "Ya, sebentar!" sahut Rama seraya meninggalkan Alya. Sebelum itu, dia kembali mencium istrinya karena belum puas. Rama sempat menggerutu karena mengira itu adalah kurir paket. "Ganggu aja nih." Tapi ucapannya langsung terhenti begitu pintu terbuka. Di hadapannya adalah sosok wanita cantik yang menggerai rambutnya. Mayang membawa paperbag yang di pastikan berisi kain yang akan di jahit. "Mayang?" ucap Rama seraya menyentuh pelipisnya. Dia merasa malu karena dia pikir hanya kurir paket. "Maaf. Aku ganggu waktu kalian, ya?" tanya Mayang melangkah mundur

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-01
  • Malam Terakhir Dengan Suamiku   8. Sandiwara Sang Pelakor

    Setelah di rasa aman, Rama menghentikan mobilnya di pinggir lapangan yang berjarak sepertiga kilometer dari jalan utama. Lapangan itu masuk ke dalam gang yang di apit pepohonan tinggi. Rama menatap Mayang yang masih ketakutan sambil meredam tangisnya. Dia benar-benar tak tahu kejadian apa yang baru saja Mayang alami, dan siapa pria yang akan menyerangnya itu. Meski begitu, Rama ingin memberikan waktu pada Mayang agar bisa menenangkan pikirannya. "Terima kasih banyak, Mas Rama," ujar Mayang sesegukan. Sorot matanya masih menunjukan ketakutan dan keputusasaan. "Dia mantan suami aku, Mas. Dia pengen culik dan celakai aku," katanya lagi. "Culik? Memangnya kalian ada masalah apa?" Mayang menggelengkan kepalanya. Pertanyaan itu membuat bulir air mata kembali turun dari pelupuk matanya. "Menikahi pria itu adalah kesalahan terbesar aku, Mas. Aku benar-benar menyesal karena sudah mengenalnya. Dia menyakiti aku bahkan sejak kami awal

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-02
  • Malam Terakhir Dengan Suamiku   9. Rencana Sang Pelakor

    Suara ketukan jari yang di adu ke meja menemani suasana hening batin Alya. Dia duduk menunggu suaminya selesai mandi. Sementara pikirannya melayang pada banyaknya pertanyaan akan kebersamaan suaminya bersama Mayang. Apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa Mas Rama bisa basah kuyup? Di mana mobilnya? Dan apa saja yang sudah mereka lakukan sehingga harus pulang terlambat? Mengapa Mas Rama meninggalkannya? Mengapa? "Sayang?" panggil Rama seraya menyentuh pundak Alya. Sang istri pun menoleh dan melihat Rama telah rapih dengan pakaiannya. Alya segera meraih secangkir teh hangat untuk suaminya itu. "Mas, ini di minum dulu tehnya," tawarnya. Rama duduk di samping Alya dengan perasaan tak nyaman. Dia menyesap teh seraya memikirkan perasaan Alya setelah mengetahui bahwa dirinya baru saja pergi bersama Mayang. "Mayang di culik dan di aniaya oleh mantan suaminya."Alya menoleh cepat. "Apa?"Rama menghela nafas sembari menyimpan tehnya. "Wa

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-03
  • Malam Terakhir Dengan Suamiku   10. Cinta Istri Untuk Mas Rama

    Hari semakin berlalu, dan keadaan Mas Rama sudah sepenuhnya membaik. Alya berlari kecil mengejar suaminya yang akan pergi bekerja. Dia memeluk Rama yang begitu dia cintai. "Mas, nanti malam mau temenin aku ke restoran yang baru buka gak?" Rama menunduk menatap istrinya yang sebatas dada. Dia merapihkan anak rambut Alya yang berantakan di wajah Alya. "Lagi diskon, ya?"Alya mengangguk ceria. "Oke!" seru Rama setuju. "Asik! Nanti malam jangan pulang telat, yah. Kita ketemuan di restorannya langsung. Ingat! Jangan pulang malam-malam. Nanti restorannya keburu tutup!" pinta Alya seraya melepaskan pelukannya, tapi Rama mencegahnya. Dia mengeratkan pelukan untuk istrinya, dan mendaratkan beberapa ciuman di wajah Alya. "Iya, iya. Cerewet sekali!" ujarnya merasa gemas. Alya tersenyum senang dan keduanya benar-benar melepaskan pelukan mereka. Alya melambaikan tangannya sambil memamerkan senyum manisnya. "Hati-hati suamiku."

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-04
  • Malam Terakhir Dengan Suamiku   11. Keputusan.

    Di mobil dalam perjalanan pulang, Rama terus saja menggenggam tangan istrinya. Seolah dia tak pernah Sudi melepaskannya. Sesekali Rama mencium punggung tangan Alya hingga membuat Alya tersentuh. "Sepertinya kamu sayang banget sama aku," ucap Alya menatap. "Tentu saja! Kamu wanita satu-satunya yang bikin aku bahagia. Aku gak tahu deh gimana jadinya kalau hidupku tanpa kamu."Ucapan itu membuat Alya tersenyum sekaligus berpikir. Lalu, bagaimana jadinya jika Rama menikah dengan wanita lain dan dia hanya akan di abaikan setelah ada orang baru? Apakah Rama akan mengingat kalimat yang baru saja di katakannya?"Sepertinya kita harus membicarakan sesuatu yang serius," kata Alya mencoba tenang. Rama menoleh, dan dia benar-benar melihat ekspresi serius di wajah istrinya. "Jika kita sudah sampai di rumah, ya?"Alya mengangguk kecil. Tapi sebuah pemandangan di pinggir jalan membuat Alya menoleh. Dia meminta Rama untuk menghentikan mobilnya saat melihat sesosok wanita tengah menangis dalam ke

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-04

Bab terbaru

  • Malam Terakhir Dengan Suamiku   12. Permintaan Cerai

    Minggu pagi, Rama dan Alya kembali mendatangi panti asuhan untuk mengurus dokumen adopsi. Di sana, Rama bertemu dengan balita perempuan yang akan dia adopsi. "Halo, Binar..."Balita itu hanya melambaikan tangannya dan kembali bermain. Sementara itu Alya tersentuh melihat betapa bahagianya Rama bersama dengan seorang anak. Alya benar-benar menyesal karena dia belum bisa memberikan anak kandung untuk Rama. Saat mereka asik bermain dengan Binar, Tiba-tiba ponsel Rama berdering. "Sebentar ya, aku angkat telepon dulu," katanya menjauh. Namun, belum sampai satu menit Rama menjawab panggilan, dia segera mengakhirnya dan mendekati Alya dengan wajah panik. "Ibu pingsan di kamar mandi, Al. Aku harus ke Jakarta sekarang."Alya yang sedang bermain dengan Binar pun terkejut. "Kalau gitu aku ikut!" Tapi tangan yang begitu mungil sedang menggenggamnya. Seolah Balita itu tak mau ditinggalkan oleh calon kedua orang tuanya. Rama pun berjongkok di hadapan Binar yang berusia empat tahun. "Sayang,

  • Malam Terakhir Dengan Suamiku   11. Keputusan.

    Di mobil dalam perjalanan pulang, Rama terus saja menggenggam tangan istrinya. Seolah dia tak pernah Sudi melepaskannya. Sesekali Rama mencium punggung tangan Alya hingga membuat Alya tersentuh. "Sepertinya kamu sayang banget sama aku," ucap Alya menatap. "Tentu saja! Kamu wanita satu-satunya yang bikin aku bahagia. Aku gak tahu deh gimana jadinya kalau hidupku tanpa kamu."Ucapan itu membuat Alya tersenyum sekaligus berpikir. Lalu, bagaimana jadinya jika Rama menikah dengan wanita lain dan dia hanya akan di abaikan setelah ada orang baru? Apakah Rama akan mengingat kalimat yang baru saja di katakannya?"Sepertinya kita harus membicarakan sesuatu yang serius," kata Alya mencoba tenang. Rama menoleh, dan dia benar-benar melihat ekspresi serius di wajah istrinya. "Jika kita sudah sampai di rumah, ya?"Alya mengangguk kecil. Tapi sebuah pemandangan di pinggir jalan membuat Alya menoleh. Dia meminta Rama untuk menghentikan mobilnya saat melihat sesosok wanita tengah menangis dalam ke

  • Malam Terakhir Dengan Suamiku   10. Cinta Istri Untuk Mas Rama

    Hari semakin berlalu, dan keadaan Mas Rama sudah sepenuhnya membaik. Alya berlari kecil mengejar suaminya yang akan pergi bekerja. Dia memeluk Rama yang begitu dia cintai. "Mas, nanti malam mau temenin aku ke restoran yang baru buka gak?" Rama menunduk menatap istrinya yang sebatas dada. Dia merapihkan anak rambut Alya yang berantakan di wajah Alya. "Lagi diskon, ya?"Alya mengangguk ceria. "Oke!" seru Rama setuju. "Asik! Nanti malam jangan pulang telat, yah. Kita ketemuan di restorannya langsung. Ingat! Jangan pulang malam-malam. Nanti restorannya keburu tutup!" pinta Alya seraya melepaskan pelukannya, tapi Rama mencegahnya. Dia mengeratkan pelukan untuk istrinya, dan mendaratkan beberapa ciuman di wajah Alya. "Iya, iya. Cerewet sekali!" ujarnya merasa gemas. Alya tersenyum senang dan keduanya benar-benar melepaskan pelukan mereka. Alya melambaikan tangannya sambil memamerkan senyum manisnya. "Hati-hati suamiku."

  • Malam Terakhir Dengan Suamiku   9. Rencana Sang Pelakor

    Suara ketukan jari yang di adu ke meja menemani suasana hening batin Alya. Dia duduk menunggu suaminya selesai mandi. Sementara pikirannya melayang pada banyaknya pertanyaan akan kebersamaan suaminya bersama Mayang. Apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa Mas Rama bisa basah kuyup? Di mana mobilnya? Dan apa saja yang sudah mereka lakukan sehingga harus pulang terlambat? Mengapa Mas Rama meninggalkannya? Mengapa? "Sayang?" panggil Rama seraya menyentuh pundak Alya. Sang istri pun menoleh dan melihat Rama telah rapih dengan pakaiannya. Alya segera meraih secangkir teh hangat untuk suaminya itu. "Mas, ini di minum dulu tehnya," tawarnya. Rama duduk di samping Alya dengan perasaan tak nyaman. Dia menyesap teh seraya memikirkan perasaan Alya setelah mengetahui bahwa dirinya baru saja pergi bersama Mayang. "Mayang di culik dan di aniaya oleh mantan suaminya."Alya menoleh cepat. "Apa?"Rama menghela nafas sembari menyimpan tehnya. "Wa

  • Malam Terakhir Dengan Suamiku   8. Sandiwara Sang Pelakor

    Setelah di rasa aman, Rama menghentikan mobilnya di pinggir lapangan yang berjarak sepertiga kilometer dari jalan utama. Lapangan itu masuk ke dalam gang yang di apit pepohonan tinggi. Rama menatap Mayang yang masih ketakutan sambil meredam tangisnya. Dia benar-benar tak tahu kejadian apa yang baru saja Mayang alami, dan siapa pria yang akan menyerangnya itu. Meski begitu, Rama ingin memberikan waktu pada Mayang agar bisa menenangkan pikirannya. "Terima kasih banyak, Mas Rama," ujar Mayang sesegukan. Sorot matanya masih menunjukan ketakutan dan keputusasaan. "Dia mantan suami aku, Mas. Dia pengen culik dan celakai aku," katanya lagi. "Culik? Memangnya kalian ada masalah apa?" Mayang menggelengkan kepalanya. Pertanyaan itu membuat bulir air mata kembali turun dari pelupuk matanya. "Menikahi pria itu adalah kesalahan terbesar aku, Mas. Aku benar-benar menyesal karena sudah mengenalnya. Dia menyakiti aku bahkan sejak kami awal

  • Malam Terakhir Dengan Suamiku   7. Parasit Dalam Rumah Tangga

    Alya dan Rama tengah asik berciuman setelah satu Minggu lebih mereka tak bisa bermesraan di rumah selama Martha dan Monik menginap. Tapi kegiatan mereka harus terhenti saat seorang tamu mengacaukannya. "Mengganggu saja!" gerutu Rama. Saat Rama akan melanjutkan, ketukan pintu kembali terdengar. Hal itu terpaksa membuat Rama harus menghentikan kegiatannya bersama sang istri. "Ya, sebentar!" sahut Rama seraya meninggalkan Alya. Sebelum itu, dia kembali mencium istrinya karena belum puas. Rama sempat menggerutu karena mengira itu adalah kurir paket. "Ganggu aja nih." Tapi ucapannya langsung terhenti begitu pintu terbuka. Di hadapannya adalah sosok wanita cantik yang menggerai rambutnya. Mayang membawa paperbag yang di pastikan berisi kain yang akan di jahit. "Mayang?" ucap Rama seraya menyentuh pelipisnya. Dia merasa malu karena dia pikir hanya kurir paket. "Maaf. Aku ganggu waktu kalian, ya?" tanya Mayang melangkah mundur

  • Malam Terakhir Dengan Suamiku   6. Hati Pedih, Hati Rapuh.

    Di kamarnya, Alya sengaja berbaring membelakangi Rama yang bersiap tidur. Keduanya baru saja membahas tentang kepulangan Martha dan Monik esok hari. "Kamu kapan mau pergi ke pasar kain lagi? Tadi kan kamu belum sempat pergi," ucap Rama mengetahui istrinya belum tidur. Sementara Alya sibuk dengan pikirannya sendiri. Dia bahkan tak bisa melupakan bagaimana Martha menghina dan merendahkannya di depan Mayang. Kejadian siang tadi sungguh membuat hati Alya hancur menjadi berkeping-kepimg. Alya berusaha menahan suaranya agar tak bergetar. Dia tak mau membuat suaminya khawatir."Mungkin besok," katanya singkat."Besok sore bisa? Mas Rama usahakan pulang sore agar bisa antar kamu ke pasar."Alya menggelengkan kepalanya. Dia tak mampu lagi menahan tangisnya. "Alya?" Sebelum Rama mengetahui kepedihannya, Alya bergegas berlari menuju kamar mandi. "Sebentar," katanya sambil menutup mulutnya. Air matanya sudah mengalir d

  • Malam Terakhir Dengan Suamiku   5. Harus Punya Anak!

    Apa yang lebih berat yang di alami seorang menantu ketika mendapati ibu mertuanya tengah memuji perempuan lain di depan suaminya? Bahwa Alya tak bisa melakukan apapun selain berharap pada Rama agar tak goyah mendengar pujian kepada Mayang. "Ma, Alya juga kan bisa bikin bolu. Kalau Mama mau nanti tinggal bilang Alya saja," ucap Rama seolah membela Alya. Siang itu hari Minggu, dan Mayang membawakan bolu buatannya khusus untuk Martha. "Alah, gak enak! Bosen! Itu-itu saja! Berbeda dengan punya Mayang. Bahan-bahannya di buat pake bahan premium. Jadi rasanya lebih enak!" nyinyir Martha. Ucapan itu membuat Rama segera menatap Alya untuk menenangkannya. Dia kemudian melipat korannya, dan menggenggam tangan istrinya. "Hari ini kamu mau belanja kain, kan? Aku temenin kamu, ya?"Alya tersenyum simpul meski hatinya sedang perih. Hanya itu yang bisa dia lakukan di hadapan suaminya. Yaitu, berpura-pura tegar. Kemudian Rama bangkit berdiri seraya menggenggam tangan Alya. Membuat Martha dan Mon

  • Malam Terakhir Dengan Suamiku   4. Penderitaan.

    "Alya!" Namun, karena terlalu lelah, Alya tak mendengar panggilan ibu mertuanya itu. Hingga Ibu Mertua Alya mengambil gelas berisi air dan menyiramnya tepat di wajah Alya. Membuat Alya terkejut sambil mencari oksigen. Dia mengusap wajahnya. Air itu mengenai wajah dan pakaiannya. Alya melihat Ibu Mertua dan Monik sedang menatapnya sinis. "Heh, enak-enakan kamu tidur! Liat noh lampu masih gelap belum kamu nyalakan! Dari jam berapa kamu tidur, Hah?!" "Astagfirullah, Bu. Maafin Alya. Alya capek banget habis beberes rumah," ujar Alya dengan keadaan basah. "Capek! Capek! Alesan aja kamu! Kamu emang doyan tidur kan kalo suami kamu kerja? Menerima gaji suami dan kamu leha-leha?" "Alya gak leha-leha, Bu. Alya juga kan kerja di rumah menjahit pakaian. Alya gak cuma mengandalkan uang dari Mas Rama aja."Ibu Martha tak terima setiap kalimatnya di jawab oleh Alya. "Oh, sekarang kamu sombong kalo kamu juga punya penghasilan sendiri? Begitu?" Alya merasa sakit hati. Apapun yang dia lakukan ra

DMCA.com Protection Status