Share

Cemburu

Author: Nannys0903
last update Last Updated: 2021-05-23 14:04:58

Part 9

"Ceraikan aku, Bang!" ucap Airi dengan tenang. Suaranya tak bergetar sedikit pun.

"Tidak! Abang tidak bisa," tolak Faisal. Wajahnya terkejut mendengar ucapan istrinya. Airi memakai hijab putih menatap tajam Faisal. 

"Kamu tak ingin menceraikanku, maka

pilih salah satu dari kami. Itu jalan pilihannya. Aku tak mau dimadu dan tak mengizinkannya." Ucapan Airi membuat kepala Putra menjadi pening.

"Maaf, Abang tak bisa. Aku akan bersikap adil. Abang janji. Percayalah!" Faisal memohon kepada wanita yang telah terluka hatinya. 

"Tidak! Kalau Abang tak memilih, aku yang akan mundur." Airi terlihat tegar. Raut wajahnya tak bersedih. Ia sudah yakin dengan keputusannya.

"Tapi, Abang tak bisa meninggalkan salah satunya." Ucapan Faisal membuat Airi geram.

"Serakah kamu, Bang!" maki Airi. Wanita mana yang mau dimadu tanpa izin. 

"Abang tak bisa meninggalkan kalian. Abang cinta kalian." Faisal mengengam erat jemari Airi. Ia menempelkan bibirnya ke bibir merah Airi. Wanita itu memberontak. Ia jijik dengan sentuhan lelaki itu. 

Seharusnya ini adalah momen yang ia harapkan. Tapi, kali ini tidak mau disentuh. Faisal terlalu menyakitinya. Luka itu terbuka lebar di hatinya. 

"Cukup! Jangan sentuh aku!" Faisal menghentikan aksinya. Ia sangat merindukan wanita dihadapannya. Setelah sekian lama, ia sadar kesalahan yang telah dibuatnya. 

"Baiklah, Abang akan memilih. Beri waktu untuk Abang berpikir. Kasih waktu Abang sebulan." Permohonan Faisal membuat Airi berpikir. Ia tak mau terlalu lama. 

"Dua minggu, itu waktu yang tepat untukmu." Airi duduk menjauhi Faisal. Matanya menatap arah lain. Jantungnya bergejolak. Ingin ia marah dan memaki lelaki yang dulu pernah ia cintai.

"Dua minggu terlalu singkat. Perceraian bukan hal main-main." 

"Aku tidak main-main. Dua minggu atau tidak sama sekali!" ancam Airi. Ia tak peduli harus jadi gembel. 

Faisal menarik napas dalam. Ia memilih mengalah." Baiklah, Abang setuju." Faisal hendak menghampiri Airi. Ia ingin berbaring di ranjang yang sama dengannya. 

"Keluarlah aku ingin sendiri!" usir Airi dengan tatapan dingin. Faisal yang hendak berbaring bangkit kembali. Ia tahu istrinya marah akibat perbuatan gilanya.

Faisal keluar kamar dengan wajah di tekuk. Hatinya dilema. Memilih bidadari surga atau bidadari ranjang. Menghampiri kamar Bella sebagai tempat pelampiasannya yang tak tersalurkan. 

Faisal membuka kamar Bella. Tak ada istri keduanya. Ia menghela napas frustasi. Hasratnya kepada Airi tak bisa tersalurkan.

Airi menyiapkan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi. Selama setahun mengabdi kepada Faisal tanpa nafkah batin. Ia harus memiliki tabungan. 

Airi melihat perhiasan di dalam lacinya. Perhiasan itu mahar yang diberikan Faisal. Memasukkan kotak tersebut ke dalam tas. Melangkahkan kaki ke luar kamar. Menoleh ke kanan dan ke kiri. Apakah ada Faisal di luar. 

Ia bernapas lega. Setidaknya tak bertemu dengan lelaki itu. Memaksa mencumbu dirinya. 

Airi memesan ojek online yang telah diajarkan oleh papa mertua. Menekan aplikasi ojek dan memasukkan alamat penjemputan serta tujuannya. 

"Kamu harus memiliki aplikasi ojek online. Memudahkan kamu untuk ke tempat yang kamu inginkan," ucap pak Joko kala itu. Papa mertua yang selalu membimbingnya. 

"Airi, kamu mau ke mana?" tanya mama mertua. Wanita itu sedang menonton TV. Airi terpaksa menjawab. Hatinya masih kesal dengan perlakuan Ririn.

"Tumben lembut dan sopan bicaranya," gumam Airi dalam hati.

"Ada perlu, Ma." Airi mencium tangan mertuanya dengan takzim. Ia berpamitan untuk pergi. 

"Mau ke mana? Kamu baru sembuh," nasihat mama mertua. Wanita itu melihat penampilan Airi yang sederhana tanpa make up. Baju gamis dan kerudung instan. 

"Airi, sudah sembuh. Hanya sebentar saja pergi," ujarnya. "Mama mau nitip apa?" tanya mantunya. Bibir Ririn tersenyum lebar. 

"Kebetulan Airi nanya, dia baik pasti membelikan yang aku minta," ucapnya dalam hati. "Tolong belikan mama. Ayam bakar bumbu rujak, soto babat, tempe mendoan, dan rempeyek kacang tanah." 

"Udah itu aja." Airi mengingat-ingat pesenan mertuanya. Seperti biasa, Ririn selalu bersikap aji mumpung yang artinya memanfaatkan atau peluang yang ada selagi ada kesempatan.

"Masih ada sedikit. Es campur jangan pakai susu, semangka yang manis buat ngemil, bolu talas bogor, keripik singkong, dan belikan Mama bedak padat yang biasa Mama pakai. Bedak Mama habis." Ririn tertawa seperti kuda. Hatinya bersorak gembira. Sudah lama tak memakan makanan itu. Seperti orang kelaparan yang tak makan berbulan-bulan. 

Airi menghela napas, ingin memaki wanita itu. "Nitip apa ngerampok," sungutnya dalam hati. Airi berpamitan untuk segera pergi. Ojek yang ia pesan berada di depan rumah. 

"Airi, jangan lupa pesenan Mama." Airi menganggukkan kepala dan melambaikan tangan. Ririn melanjutkan lagi kegiatannya yang tertunda. 

Selama tiga hari di rumah Faisal, Airi dan Ririn semakin akrab. Mereka mengerjakan pekerjaan rumah bersama-sama. Untuk sesaat Airi merasa mama mertuanya berubah drastis. 

Mereka menonton drakor bersama-sama. Ririn tak lagi pusing dan lelah mengerjakan pekerjaan rumah karena ada Airi yang mengerjakannya. 

Bella melihat interaksi mertua dan kakak madunya. Ia melihat dan mendengar jelas perbincangan mereka. Ada sedikit rasa iri dan benci kepada mereka. 

Bella merasakan cemburu yang berlebihan dengan perhatian Faisal dan mertuanya. Faisal terlihat dingin begitu juga mama. Semenjak ada Airi, suami Bella tak pernah tidur di kamar. Faisal tidur di sofa. 

Tatapan Bella masih berpusat kepada Airi dan Ririn yang duduk di sofa ruang keluarga. Ia keluar kamar dan menghampiri mereka. 

Ia tak mau kehilangan perhatian dari mereka. Wanita itu akan mendekati mertuanya lebih dulu. Ia memeluk tubuh Ririn dan mengecup pipi Ririn. Sikap manja ia perlihatkan di depan Airi. 

"Mama, gak bosen nonton tv terus." 

"Ya bosen. Mau bagaimana lagi," ucapnya. 

"Mama gak kangen jalan-jalan sama aku?" 

"Ya kangen. Apalagi jalan-jalan. Mau bagaimana lagi," ucapnya pasrah. Selama di rumah Faisal, wanita itu tak pernah pergi ke luar rumah. 

"Bagaimana kalau kita jalan-jalan. Ke salon, shooping, dan makan di restoran favorite Mama," rayu Bella. 

"Mama tak punya uang," ucapnya lesu. Airi melirik madunya yang sedang merayu mama mertua. 

"Tenang, ada aku." Ucapan Bella bagikan jackpot bagi Ririn. Ia tak menyangka mantu keduanya berubah baik. Rasanya wanita itu ingin berteriak dan melompat-lompat kesenangan. 

"Beneran!" Ririn menatap mantunya. Bella meyakinkannya. Bella dan Ririn segera masuk ke kamar untuk menganti pakaian yang lebih bagus dan mencolok. 

Ririn merasa gembira ia akan pergi ke Mall setelah beberapa lama tak berkunjung ke sana. 

Bella mengajak jalan-jalan mertuanya ke tempat favorite mereka. Istri kedua Faisal bersikap ramah dengan Ririn. Apa yang diminta Ririn ia belikan. 

"Mama, semenjak gak ada Papa, Mama terlihat seperi upik abu." ungkap Bella. Mereka berjalan beriringan membawa paper bag. 

"Benarkah! Apa Mama terlihat tua?" Tangannya menyentuh wajah yang mulai berkeriput. Terlihat panik dan Bella terkekeh. 

Bella menganggukkan kepala tanpa berpikir lagi. Wajah Ririn terlihat pucat. Selama ini ia tak pernah membeli serum atau melakukan perawatan kecantikkan. 

"Mama jangan khawatir, Bella akan mengajak Mama ke salon setelah shooping," ucap Bella. Wajah Ririn berubah senang. 

"Benarkah, terima kasih mantu kesayangan Mama." Ririn memeluk dan mengecup pipi Bella.

Sesuai janji Bella, Ririn dibawa ke salon. Wanita itu memilih perawatan untuk wajah dan tubuhnya. 

"Paket yang ini aja Bel. Komplit." Tunjuk Ririn. Paket dari rambut hingga tubuh dengan harga yang sangat mahal. Bella menelan salivanya. Ia harus mengeluarkan uang lebih banyak. Mau tak mau harus menuruti keinginan mertuanya. 

Setelah ini, Bella akan meminta uang kepada Faisal. Dua paket komplit telah dipesan. Bella dan Ririn berada di salon hingga tiga jam. 

Penampilan Ririn kembali seperti dulu. Bella membelikan beberapa perhiasan cantik dan terlihat mahal. 

"Ini kalung, gelang, dan cincin untuk Mama. Biar Mama terlihat lebih cantik." Bella menyodorkan sekotak perhiasan. 

"Wow, bagus sekali. Pasti ini mahal. Mama sudah lama tak memakai perhiasan." 

"Bella, Mama senang banget dengan penampilan baru ini. Makasih, ya," ucap Ririn. Wanita itu memeluk dan mencium pipi Bella berkali-kali.

Wajah Bella berubah masam. Memperlihatkan kesedihannya. Sudah saatnya mengadu kepada Ririn."Bella tahu, Faisal sudah tak sayang lagi." 

Ririn yang mendengar ucapannya terdiam. Wanita itu tahu kalau Faisal akan memilih salah satu dari istri-istrinya. Anaknya sudah memberi tahu. 

"Kamu masih tetap menantu kesayangan Mama," ucap Ririn. Ia memeluk tubuh ramping menantunya. "Kamu tenang saja masih ada waktu beberapa hari lagi." Ririn berusaha menyemangati Bella.

Bella mendapatkan ide bagus. Ia membisikkan rencananya. Ririn harus membantu Bella juga. 

Ririn dan Bella masuk ke rumah dengan tertawa dan bersenda gurau. Airi melihat mereka terlihat bahagia. 

"Wah, Mama cantik lagi," puji Airi. Penampilan Ririn kembali dulu lagi. Baju baru, rambut baru, wajah baru semuanya serba baru. 

"Maksudmu apa bertanya begitu? Kamu menghina atau memuji?" bentak Ririn. Ia mulai ketus seperti dulu. 

"Kok, Mama marah?" Airi merasa heran baru saja kemarin memeluk tubuhnya dan meminta maaf. Sekarang mulai galak lagi.

"Itu barusan! Kamu itu masih untung punya tempat tinggal yang layak daripada kamu ngontrak sepetak, kerja cuma jadi pembantu," cercanya. Airi terlihat santai. Ia tahu Bella sudah menyogoknya. Mama mertua memang tak bisa melihat barang bagus. 

"Itu perhiasan baru apa palsu?" Matanya mendelik ke arah leher dan tangan mertuanya. Bella terlihat gelagapan. Walaupun Airi udik, gadis itu mengenal berbagai macam jenis perhiasan. 

"Asli! Ini permata. Kamu tahu permata,gak?" sungutnya. Ririn menghela napas menahan emosi. Perhiasan yang ia pakai berharga ratusan juta pemberian Bella.

"Kamu orang udik mana tahu." Airi hanya menaikkan satu alis. Dirinya berubah menjadi wanita kuat bukan pembangkang. 

"Oh, permata. Lebih cantik dipakai oleh orang cantik." Airi meninggalkan mereka ke lantai atas.

"Airi ! Dasar kamu berani sekali sekarang. Mentang-mentang Faisal berubah baik kepadamu," teriaknya. Airi menoleh dan tersenyum.

"Berani sekali kamu ngatain Mama jelek," geramnya. Menatap punggung Airi.

"Aku tak mengatakan itu. Mama sendiri yang menyadarinya." Airi menoleh ke belakang dan masuk ke dalam kamar. 

"Dasar matre! Baru di sogok begitu sudah berubah," ucapnya di dalam kamar. 

Airi berbaring di atas ranjang. Airi meraih gawainya, manatap angka yang tertera di aplikasi Banking. Faisal menuruti keinginan Airi dengan mengirim uang 100 juta ke rekening ATM yang diberikan suaminya sebagai nafkah lahir yang tertunda. Selama menikah Faisal hanya memberikan uang tiga juta sebulan. 

"Ternyata, ia melakukannya sesuai yang aku perintahkan. Tak sia-sia merayunya." Pada saat Bella dan Ririn pergi shopping. Airi menghubungi Faisal untuk makan siang di rumah. 

Mereka bercengkraman. Merasa bebas, Airi berubah sikap menjadi manja. Faisal yang mulai menyadari cintanya menuruti keinginan Airi. 

Lelaki itu hampir saja membuka pakaian Airi di ruang keluarga." Tidak sekarang, Bang. Aku butuh kepastian. Bersabarlah! Jika, semua terjawab kamu boleh menyentuhku sepuasnya." Faisal menahan hasratnya. Ia memilih mandi dengan air dingin agar hasratnya terkendali. 

Dulu, mereka jarang bertegur sapa, tapi Faisal tetap memberikan uang untuknya berupa ATM. Gadis itu ingin tahu seberapa serius Faisal mencintainya.

Setelah selesai mandi, Faisal kembali ke kantor dengan mengecup kening Airi. Ia mengantar hingga suaminya masuk ke mobil. Melambaikan tangan mesra. 

"Maafkan aku, Bang. Aku belum siap disentuh olehmu. Maafkan aku ya Rab tak melayani suami." Airi menundukkan kepala. Mungkin ini salah. Jika, Faisal memilih Bella. Ia takut dirinya akan hamil.

~~~~

Faisal pulang membawa sebuket bunga mawar yang indah. Hari ini adalah tanggal ulang tahun Airi. Hatinya merasa berbunga-bunga. Ia pulang lebih cepat dari biasanya. 

Bella sedang bercengkraman dengan Ririn. Faisal tak menegur mereka. Bella memanggil namanya namun, lelaki itu memilih ke kamar Airi.

"Bang udah pulang? Itu bunga untuk aku?" Bella bertanya kepada Faisal. Ia acuh saja. Bella kesal Faisal tak peduli padanya. 

Penampilan yang mengiurkan kaum lelaki sudah ia lakukan. Faisal tak melirik maupun menjamahnya. Lelaki itu selalu menghindar atau mengusir secara langsung. 

Hati istri mudanya itu berubah panas, ia mengepalkan tangannya geram. Ia berjanji akan menyingkirkan Airi secepatnya. 

Faisal mengetuk pintu kamar Airi. Istrinya masih mengenakan mukena. 

"Selamat ulang tahun bidadariku," ucapnya. Merentangkan kedua tangan. Airi terkejut dengan kejutan manis dari suaminya. Membalas pelukan lelaki itu yang telah menoreh luka. 

Senyum manis melengkung di bibirnya. Faisal menyodorkan rangkaian bunga yang indah. Airi menerima dengan senang hati.

"Terima kasih Bang. Indah sekali bunga ini." Airi merangkul pinggang Faisal mesra. Bella menatap mereka dari kejauhan. Hatinya panas menyaksikan kemesraan mereka.

"Bersiaplah! Nanti malam kita makan malam di luar. Berdandan yang cantik." Faisal melangkahkan kaki ke dalam kamar mandi membersihkan dirinya. Dan menghampiri Airi di atas ranjang. 

Mereka bercengkraman dan tertawa mengenang masa pacaran dulu. Sore itu tak terjadi apa-apa. Namun, Bella berpikiran lain.

"Pasti mereka sedang berhubungan badan," sungutnya kesal. Dadanya naik turun. Ririn mengernyit heran.

"Mereka suami istri, kok." Ririn menutup mulutnya keceplosan. Bella menajamkan matanya ke arah mama mertua. Ririn berdiri dan pamit untuk istirahat ke dalam kamar. Ia tahu kalau Bella cemburu. Tak mau menjadi korban mantunya lebih baik menjauh. 

Malam ini, Faisal mengajaknya makan malam. Ia berdandan dengan elegant dan cantik. Airi terlihat seperti seorang putri.

Faisal mengetuk pintu kamar Airi, pintu terbuka lebar. Mata Faisal tak lepas dari tubuh istrinya."Cantik, kamu memang istri yang sempurna."

Bella membuka pintu kamarnya, pakaian dress yang sexy dan mengoda melekat di tubuhnya. 

Ririn dan Bella merengek untuk ikut dengan mereka. Awalnya Faisal tak setuju namun, Airi yang mengizinkan mereka dengan syarat tidak melakukan keributan atau akan mengusir mereka secara paksa. 

"Abang ...," panggil Bella dengan manja. Siapa pun yang mendengar suaranya agar tergoda.

Faisal tak mempedulikan panggilan Bella. Saat ini yang berada di pikirannya adalah Airi. Gadis hijab berwarna merah muda dengan gamis bunga-bunga. Airi tersenyum ke arah Bella yang bergeming. 

Bella turun dari tangga dengan kesal. Selama keputusan Faisal, lelaki itu memilih tidur di kamar lain sendirian. 

Makan malam di restoran mewah dan susana yang romantis. Bella dan Ririn duduk di meja yang berbeda. Faisal selalu mengenggam jemari istrinya. Bella memotong-potong daging dengan kasar.

"Bel, sabar Sayang. Kamu jangan emosi," ucap Ririn menenangkannya. Pemandangan setiap hari yang membuat hatinya panas. 

Setelah makan malam melihat pemandangan indah. Mereka kembali ke rumah. Di dalam mobil Faisal berkata." Airi tutup matamu dengan kain ini." 

"Ih, buat apa, Bang?" tanya Airi malu-malu. Empat mata memperhatikan mereka.

"Tutup saja!" Faisal menutup kedua mata Airi dengan kain. Bella menatap tak suka. Ingin rasanya menjambak hijab Airi. 

Faisal mengendarai mobil dengan pelan. Bella dan mama duduk di belakang. Mereka hanya diam tak ada sepatah katapun.

Lelaki itu menuntun Airi berjalan. Bella dan Ririn mengernyitkan dahi, mereka saling pandang. 

Perlahan membuka kain yang menutup matanya. Airi terkejut melihat mobil berwarna merah berada di garasi rumah. Bella dan Ririn membuka mulutnya terkejut. 

"Abang!" panggil Bella. Mereka sedang berpelukan dan Faisal mencium kening istrinya. 

"Memang dia bisa mengendarai mobil?" tanya Bella sewot. Dirinya tak terima suaminya memberikan mobil yang harganya setengah miliyar. Bella pernah meminta dibelikan mobil,tapi Faisal tak mau membelikannya. Akhirnya, Ririn yang membelikan mobil untuk mantu kesayangannya. 

Airi mengambil kunci mobil tersebut dan masuk ke dalam dengan tenang. Faisal bersedekap dada melihat istrinya mengendarai mobil dengan santai. Mereka tak tahu Airi dapat menjalankannya. Papa mertua yang memaksa Airi untuk belajar.

"Kamu harus menjadi wanita moderen, belajarlah mengendarai mobil," ucapnya kala itu.

Gadis itu juga sudah mengikuti tes berkendaraan dan memiliki Surat Izin Mengemudi. Ia dinyatakan lulus.

Bella dan Ririn tak berkedip. Matanya mengikuti laju mobil. Seperti penonton, Airi memutar mobilnya dengan lancar dan memasukkan kembali mobil tersebut ke dalam garasi rumah tanpa lecet sedikitpun.

Airi keluar mobil, Faisal menyambut tangan istri pertamanya. Airi tersenyum kepada mereka yang telah iri hati. 

Comments (1)
goodnovel comment avatar
David Putra Setiaw
penulisnya nya linglung nih msa faisal jdi outra ud brp x slah sebut
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Malam Tanpa Noda    Main Belakang

    Part 10Dengan elegan Airi turun dari mobil barunya. Faisal terpana melihat sikap istri pertama. Ia merasa jatuh cinta pada gadis itu. Airi sekarang berbeda dengan yang dulu.Airi mulai merawat wajah dan tubuhnya. Ia ingin menikmati hidup sebelum semuanya berakhir. Faisal semakin terbuai oleh paras wajah cantik Airi. Ia tidak lemah dan cengeng seperti dulu."Mulai hari ini, jangan panggil aku Airi kalau aku tak bisa melakukan semuanya," ucapnya kepada mereka yang berdiri di depan.Airi mengandeng lengan Faisal dengan mesra tatapan mereka saling beradu. Ririn dan Bella hanya memandangnya sinis."Dasar udik, sombong!" maki Bella setelah mereka sudah berada dalam rumah."Awas kamu!" Bella menendang mobil baru milik Airi."Aw, sakit Ma!" ringisnya. Memegang jari kakinya yang masih mengenakan sepatu high heel."Kamu benda mati dilawan," kelakar mertuanya. Bella melirik ke arah

    Last Updated : 2021-05-27
  • Malam Tanpa Noda    Fitnah

    Part 11Pak Joko merasa malu melihat sikap Ririn yang tak berakhlak. Perkataan dan sikapnya harus di ruqiah. Tak punya sisi kebaikkan yang ada hanya memaki dan menghina."Dasar kamu pelakor rumah tangga orang. Mertua kamu garap juga," teriak Ririn tanpa peduli sekitar cafe."Cukup! Jaga mulutmu! Kamu jangan membuat fitnah Ma. Airi bukan pelakor. Kami hanya berbicara tidak melakukan zina."Ririn kesal dan cemburu ia tak terima dengan kejadian ini. Segera pergi angkat kaki dan mengadukan semuanya pada anaknya."Lihat saja kamu akan menyesal!" ancam Ririn."Maaf Pak Putra, sikap istri saya yang kurang ajar," permohonan maaf pak Joko."Tidak apa-apa Pak Joko, saya maklumin kok.""Airi, apa kamu baik-baik saja?""Iya, terima kasih Pak." Airi hanya menundukkan kepala.Putra berpamitan k

    Last Updated : 2021-05-30
  • Malam Tanpa Noda    Kepergiannya

    Part 12GoodnovelAiri dan Putra saling bersenda gurau. Mereka berkeliling komplek perumahan. Airi berjalan kaki mengunakan alas sandal jepit merek burung terbang. Putra meminta Airi untuk menemaninya jogging."Ayo lari! Masa jalan kaki. Apa berat badan kamu bertambah sepuluh kilo?" ejek Putra. Ia menertawakan Airi yang bernapas naik turun. Sudah lama Airi tak olah raga. Badannya terasa berat."Pak, saya pake sendal susah untuk lari dan gamis ini bikin ribet. Mana ada jogging pakai baju begini." Airi mengerucutkan bibirnya. Putra memaksanya untuk ikut."Ada kok. Kamu yang pakai." Putra tertawa dan berlari meninggalkan Airi. Wanita itu hendak mengejarnya.Airi tak sanggup lagi untuk berlari. Ia duduk di atas batu pinggir jalan yang biasa digunakan untuk pejalan kaki. Napasnya terputus-putus. Keringat membasahi tubuh.Mengibas-ngibaskan tangan menghasilkan angin yang sejuk. T

    Last Updated : 2021-06-03
  • Malam Tanpa Noda    Rasa

    Part 13GoodnovelBanyak para tetangga, pejabat, artis, dan pengusaha-pengusaha yang bekerja sama dengan perusahaan milik pak Rio. Datang untuk mengantar beliau ke tempat pembaringan terakhir. Hampir setengah rumah beliau penuh.Para pelayan sibuk melakukan acara pemakaman. Airi membantu mereka menyiapkan perlengkapan dan melayani para penyelawat."Non, Airi. Duduk saja di sana. Biar pelayan yang melakukannya.""Tidak, apa-apa Bu. Saya bisa," ungkap Airi. Ia mengambil nampan yang berisi air mineral."Terima kasih sudah bantuin kita," ungkapnya. Ia meninggalkan Airi dan melanjutkan pekerjaannya.Proses pemakamam telah tiba. Pak Rio sudah dimandikan, dikafani dan di salatkan. Lokasi pemakaman tak jauh dari kediaman mereka.Putra memeluk bingkai foto dengan berjalan lunglai. Matanya terlihat sembab. Airi hanya menatap di

    Last Updated : 2021-06-06
  • Malam Tanpa Noda    Aku Bukan Babu

    Part 14GoodnovelSeminggu Airi tinggal di kediaman pak Rio, ia dan Putra semakin dekat. Putra tak lagi sedih dengan kematian pak Rio ada penyembuh dalam dirinya. Kehadiran Airi membuatnya ia tegar."Airi bagaimana kalau kamu bekerja denganku saja di kantor. Kebetulan saya membutuhkan asisten. Saya sangat sibuk, terkadang lupa makan dan istirahat," alasannya." Kamu butuh pekerjaan, besok saya mulai bekerja. Sudah seminggu di rumah.""Pak Putra serius! Tapi, saya tidak bisa apa-apa. Belum pernah bekerja di kantor.""Gak masalah. Saya butuh seorang pendamping.""Pendamping?" Airi mengernyit heran. Apa maksud dari Putra."Eh maksud saya mendampingi saya ketika saya sibuk bekerja di kantor. Sebagai asisten pribadi. Bagaimana, apa kamu mau?"Airi butuh pekerjaan dan akan melanjutkan hidupnya dengan mandiri." Baiklah, saya mau."

    Last Updated : 2021-06-10
  • Malam Tanpa Noda    Shopping

    Selamat membaca jangan lupa nyalakan bintang dan komentarnya. Peluk jauh dari aku.Malam Tanpa NodaBab 15Sejak kejadian itu, tak ada satu karyawan yang berani menghina Airi. Ia memiliki meja sendiri dekat dengan Putra. Tiga hari telah berlalu. Mereka kini berada di sebuah mall ternama. Putra masuk ke dalam salah satu butik hijab terkenal. Ia menelusuri Google untuk mencari info. "Airi pilih yang kamu suka." Putra menyuruh Airi memilih pakaian kantor yang berhijab."Tidak usah repot-repot Pak. Saya akan membelinya sendiri di pasar." "Kamu asisten saya. Penampilan kamu juga harus setara. Besok ada acara pesta perusahan baru. Kamu juga harus hadir menemani saya." "Pesta! Apa itu pesta obat terlarang atau ...." Airi tak berani meneruskan ucapannya. "Semua pesta tak seperti itu. Apa pesta pernikahan juga begitu. Berp

    Last Updated : 2021-06-13
  • Malam Tanpa Noda    Cantik Di luar

    Malam Tanpa NodaBab 16Faisal pulang ke rumah dengan wajah tak bersemangat. Perusahaannya semakin banyak masalah. Ia menarik napas panjang. Membuka pintu rumah dan mengucapkan salam. Tak ada yang menyambutnya. Baru beberapa hari Airi pergi hidupnya berubah drastis.Beberapa kali Faisal memanggil Bella tak ada jawaban dari wanita itu. Istri kedua yang ia pilih setelah mentalak istri pertama."Bella! Mama!" panggilnya. Ia duduk di sofa membuka sepatunya. Bayangan Airi terlihat kembali. Biasanya wanita itu yang membukakan sepatunya. Wajah tanpa polesan terlihat enak dipandang.Senyum manis Airi manari-nari dipikirannya. Senyum yang selalu terlihat menetramkan hati.Dengan angkuh dan dingin, Putra membalas senyum Airi. Ia tersadar, mengapa aku sebodoh itu.Faisal bangkit dari duduknya dan meletakkan sepatu di rak. Rak dekat pintu. Susunan sepatu dan sandal berantak

    Last Updated : 2021-06-16
  • Malam Tanpa Noda    Siapa Sarasyana?

    MALAM TANPA NODABAB 17Wajah Airi murung, ponsel satu-satunya telah hancur karena ulah bosnya. Kini, ia berada di sebuah restoran. Airi tak menemani Putra. Ia memilih menunggu di meja yang lain.Sudah sejam laki-laki itu duduk bersama rekan bisnisnya. Airi memutuskan untuk keluar restoran. Rasa jenuh menghantui dirinya.Putra mengajak Airi namun, wanita itu menolaknya. Wajah Airi terlihat memerah setelah peristiwa perampasan ponselnya.Ia melihat seseorang pemulung tepat berada di depan restoran. Anak itu sedang mengambil barang bekas hasil kerjanya yang berserakkan di jalan karena ulah pengendara sepedah motor ungal-unggalan.Airi segera berlari, membantu anak tersebut."Kamu enggak apa-apa?" tanya Airi. Tangannya mengambil botol kosong yang berhamburan di mana-mana."Gak apa-apa Kak." Wajah lelah terlihat jelas. Anak laki-laki berusia sepuluh t

    Last Updated : 2021-06-17

Latest chapter

  • Malam Tanpa Noda    End

    Malam Tanpa Noda Perut Lily semakin membesar. Mereka sudah melakukan syukuran tujuh bulan dan kini menunggu kehadiran sang buah hati. Fian selalu Siaga. Begitu juga Airi dan Putra. Tak ingin cucu pertamanya mengalami hal buruk. Lily dan Fian kembali ke rumah Mahendra. "Aduh!" teriak Lily melepaskan ponsel hingga membentur lantai keramik putih. Fian menghampiri istrinya dan menutup panggilan begitu saja. "Drian, kita harus pulang!" pinta Prily. "Tidak bisa. Kita baru sehari di sini?" "Kamu tak dengar kalau Lily teriak kesakitan." "Belum waktunya ia lahiran masih satu bulan lagi." "Tapi, aku khawatir sekali!" "Kita hubungi adik kembar. Mereka pasti tahu." Jemari kekar Drian menekan kontak Afisah dan menunggu panggilan terangkat. Dua kali berdering baru diangkat oleh gadis manis yang beranjak dewasa.

  • Malam Tanpa Noda    Dua Sejoli

    Malam Tanpa NodaDua orang sejoli berada di sebuah hotel bintang lima. Sang lelaki berada di atas tubuh wanita. Meliuk-liuk bagaikan ular.Suara mereka bagaikan nyanyian kerinduan. Rindu setelah semua terjadi. Rindu setelah kehampaan menyelimuti. Pikiran negatif selalu menghantui. Kecemburuan membuat Drian tak berpikir jernih.Drian melepaskan diri dan terbaring di samping wanita tanpa sehelai kain. Wanita berwajah boneka bibir manis istri Drian.Prily selamat dari aksi penembakan itu. Walaupun, dirinya koma untuk beberapa hari.Seluruh keluarga Mahendra berdoa kepada sang pencipta agar Prily diselamatkan dari maut.Airi melakukan amal secara besar-besaran meminta doa kepada anak-anak yatim piatu.Prily meletakkan kepala di dada bidang Drian. Memainkan jemari lentik memutar-mutar. Membentuk nama dirinya dan juga lelaki yang dicintainya.“Aku lapar,” rengek Prily.&n

  • Malam Tanpa Noda    Dewi Penolong

    Malam Tanpa NodaTubuh Prily dibawa dengan mobil ambulance. Selama perjalanan tangan Drian tak lepas dari wanita berwajah boneka.Pengorbanan untuk orang tuanya sangat besar. Rela mengorbankan nyawa demi belahan jiwanya."Prily, bertahanlah!"Air mata menetes di pipi lelaki itu. Para medis menawarkan diri untuk mengobati luka Drian."Tidak usah! Selamatkan saja istri saya."Tubuh Prily terkujur kaku bagian perut mengalir noda merah. Tangan petugas menekan bagian itu agar tak kehilangan banyak darah.Semua setok darah sudah dipersiapkan untuk Prily sesuai golongan darahnya. Golongan darah Prily mudah dicari, memudahkan para medis melakukan operasi.--Drian menunggu Prily di ruang tunggu operasi. Gelisah dan takut kehilangan wanita itu. Tak peduli Prily telah mengkhiantinya. Bermain api dengan Johan dan berakhir di tempat tidur.Melihat tubuh

  • Malam Tanpa Noda    Penghianatan Terbongkar

    Malam Tanpa NodaSemua serangan Drian tak dapat menyentuh kulit Johan sedikitpun. "Kamu tak akan bisa melawanku." Johan menyeringai. Setiap serangan selalu ditangkis.Kaki kekar Drian menendang ke arah perut Johan hingga lelaki perusak itu terjerembab di lantai, tawa terdengar di bibir Johan.Johan segera bangkit dan memiringkan kepala, Drian hendak menghampiri Johan namun, lawannya mengeluarkan sesuatu dari balik jaketnya.Senyum menyeringai menghampiri Airi. Wajah tampan milik Johan menatap ibu dari anak-anak Mahendra. Menarik wanita itu kasar, Prily hendak menghalanginya namun kalah cepat."Drian!" panggil Airi.Johan menodongkan senjata dengan pelatuk menempel di jarinya. Tersenyum menyeringai, sekali tekan sejata api itu akan meledak dan masuk ke dalam kepala Airi dan napas akan terhenti dalam hitungan detik."Kamu mendekat aku pecahkan kepalanya. Mundur!" Membulatkan

  • Malam Tanpa Noda    Gedung Tua

    "Kalau begitu. Jauhkan dia dan jangan ganggu wanita itu. Kamu tak ingat berapa umurnya?""Tentu Sayang. Sekarang kita selesaikan semua dan setelah itu kita bersenang-senang."Johan kembali menatap penerus Mahendra."Bawa semuanya ke mari dan habiskan mereka sekarang juga!"Teriakkan Johan menyadarkan Airi. Wanita itu membuka mata perlahan. Makian Drian membuat dirinya sadar sesuatu telah terjadi."Prily ...."Johan menoleh ke arah Airi. "Selamat datang Bunda. Bagaimana tidurmu?"Airi ingin bergerak namun, tubuhnya terikat."Lepaskan aku.""Lepas? Tidak!" Johan menyeringai."Prily, tolong ...."Wajah Prily berubah pucat. Ia tak tega melihat wanita yang telah mencurahkan kasih sayang untuknya.Johan melirik Drian sinis. "Lepaskan wanita ini!"Tali yang mengikat Airi terlepas satu persatu. Airi menyent

  • Malam Tanpa Noda    Tersekap

    Malam Tanpa NodaJohan sangat bergairah melihat hal ini. "Sangat cantik dan memesona," puji Johan. Drian berteriak memaki Lelaki itu dengan segala macam nama binatang. "Jangan sentuh dia!" teriak Drian. Rahangnya mengeras dan wajah memerah. Johan tak peduli tetap berjalan menuju wanita itu. Wanita cantik bagaikan bidadari. "Hentikan Johan! Kamu menyentuhnya akan aku bunuh!" ancam Drian. Wajahnya memerah urat leher terlihat membesar. Napasnya terputus-putus. Satu pukulan menimpa punggung Drian. Lelaki itu tetap bertahan. Johan menghentikan langkahnya, berbalik arah dan menghampiri Drian. Tersenyum menyeringai. Tubuhnya menjongkong menarik rambut belakang hingga rontok."Kamu ancam aku. Padahal, umurmu tak lama lagi. Ha ... ha ...." Menjambak rambut Drian lebih keras."Cuih!"Johan mengusap wajahnya dengan tangan kiri.Anak buah Johan menendang tubuh Drian berkali-k

  • Malam Tanpa Noda    Terjebak

    Malam Tanpa NodaKedua tangan Fian terikat ke belakang, Fian tak sadarkan diri sejak beberapa jam lalu. Johan menatap lelaki gagah dan tampan dihadapannya."Bang ... bangun ...." Drian menatap kakak kandungnya yang belum sadarkan diri sejak beberapa jam. Memastikan keadaan lelaki itu baik-baik saja.Putra juga berada bersama mereka. Tiga lelaki terikat dengan lutut bertekuk di hadapan Johan.Putra juga diculik ketika mengantar kedua anak kembarnya ke sekolah. Fian tak menyadari kalau sang ayah telah diculik oleh mereka."Jangan sakiti anakku, Johan!" ancam Putra menatap tajam lelaki yang telah dianggap keponakan olehnya."Tenang saja Om. Rasa sakitnya hanya sekilas." Tawa mengema di pabrik tua itu."Mengapa kamu lakukan ini, Johan?""Om tak ingat?" Menaikkan satu alis ke atas. "Papaku meninggal karena Om." Kebencian terlihat jelas di mata Johan."Itu buk

  • Malam Tanpa Noda    Membebaskan

    Malam Tanpa NodaHari penembusan Lily telah tiba, Fian di temani Faisal menuju pabrik kosong pada malam hari."Om, yakin ini tempatnya?""Tentu saja.""Sepi sekali!""Pabrik ini sudah tak digunakan bertahun-tahun tentu saja tak berpenghuni."Fian mendesah panjang. Kedua tangannya membawa dua tas besar hitam kaluar dari mobil."Om, tunggu di sini," ucap Faisal."Baik, aku akan mencari mereka." Fian berjalan ke arah pintu masuk pabrik.Bulu leher Fian bergidik ngeri. Pasalnya, tempat yang sudah lama tak berpenghuni banyak sekali makhluk halus. Fian membuang pikiran negatif. Tujuannya saat ini adalah menjemput Lily."Tega sekali mereka kalau Lily berada di tempat ini."Fian berjalan hingga berada di pintu masuk pabrik. Pintu itu telah rusak dan tak terbentuk lagi.Suara dering telepon Fian memecahkan pikirannya saat ini. Fia

  • Malam Tanpa Noda    Tertangkap

    Malam Tanpa Noda"Sakit!" rintih Lily menyentuh perutnya."Kita ke bidan kemarin. Kamu tahan dulu." Prily menyalakan mesin mobil dan meninggalkan kediaman Johan."Aku gak mau, Prily. Aku ingin Fian." Lily meringis berkali-kali. Mengapa nasibnya seperti ini.Kehamilan pertama adalah hal yang ditunggu-tunggu. Seharusnya, Lily dimanja dan disayang Fian. Namun, ia jadi tahanan."Please! Kamu bersabar dulu. Kita gak mungkin melawan Johan. Keselamatan bayi dan dirimu bisa bahaya.""Aku ingin Fian. Aku ingin pulang," rengeknya bagaikan anak kecil."Sudah, jangan pikirkan hal itu. Lebih baik kita periksa kandunganmu. Bersabarlah!""Aku kangen suamiku. Apa aku salah jika merindukannya. Prily, tolong bebaskan aku!""Tidak bisa. Ini bisa berbahaya. Johan itu nekad."Prily membawa Lily ke bidan. Wajah istri mantan kekasihnya itu pucat dan merintih berkali-kal

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status