Malam Tanpa Noda
Bab 16Faisal pulang ke rumah dengan wajah tak bersemangat. Perusahaannya semakin banyak masalah. Ia menarik napas panjang. Membuka pintu rumah dan mengucapkan salam. Tak ada yang menyambutnya. Baru beberapa hari Airi pergi hidupnya berubah drastis.Beberapa kali Faisal memanggil Bella tak ada jawaban dari wanita itu. Istri kedua yang ia pilih setelah mentalak istri pertama. "Bella! Mama!" panggilnya. Ia duduk di sofa membuka sepatunya. Bayangan Airi terlihat kembali. Biasanya wanita itu yang membukakan sepatunya. Wajah tanpa polesan terlihat enak dipandang.Senyum manis Airi manari-nari dipikirannya. Senyum yang selalu terlihat menetramkan hati.
Dengan angkuh dan dingin, Putra membalas senyum Airi. Ia tersadar, mengapa aku sebodoh itu.
Faisal bangkit dari duduknya dan meletakkan sepatu di rak. Rak dekat pintu. Susunan sepatu dan sandal berantakMALAM TANPA NODABAB 17Wajah Airi murung, ponsel satu-satunya telah hancur karena ulah bosnya. Kini, ia berada di sebuah restoran. Airi tak menemani Putra. Ia memilih menunggu di meja yang lain.Sudah sejam laki-laki itu duduk bersama rekan bisnisnya. Airi memutuskan untuk keluar restoran. Rasa jenuh menghantui dirinya.Putra mengajak Airi namun, wanita itu menolaknya. Wajah Airi terlihat memerah setelah peristiwa perampasan ponselnya.Ia melihat seseorang pemulung tepat berada di depan restoran. Anak itu sedang mengambil barang bekas hasil kerjanya yang berserakkan di jalan karena ulah pengendara sepedah motor ungal-unggalan.Airi segera berlari, membantu anak tersebut."Kamu enggak apa-apa?" tanya Airi. Tangannya mengambil botol kosong yang berhamburan di mana-mana."Gak apa-apa Kak." Wajah lelah terlihat jelas. Anak laki-laki berusia sepuluh t
MALAM TANPA NODABAB 18 Pagi-pagi sekali Faisal sudah berangkat. Ia akan menemui temannya untuk meminta bantuan. Perusahaan Faisal semakin kacau. Sudah dua hari Bella tak pergi ke mana-mana. Ia merasa jenuh. Ririn sibuk merapikan rumah. "Bella, bantuin Mama jemur baju. Bajunya masih ada di dalam mesin cuci sudah bersih. Tinggal kamu jemur." Ririn mengelap meja makan yang lengket. "Mama saja. Bella sibuk," ucapnya ketus. Selama dua hari Bella hanya bermain ponsel saja. Tak mau bergerak untuk membantunya. "Sibuk apa, dari tadi duduk aja. Ayo bantuin Mama. Tubuh Mama cape banget." Ia memijit bahu dengan tangannya sendiri. "Enggaklah, Mama saja. Aku bosen di rumah." Bella bangkit dari duduknya. Ia masih mengenakan baju tidur. Bergegas mandi dan menghubungi temannya yang akan pergi shopping. Handuk masih melilit di tubuh rampingnya.Ia memilih baju yang pas
Malam Tanpa NodaBab 19 Susi membantu Airi berdandan untuk menghadiri pesta pembukaan perusahaan baru rekan bisnis Putra. Ia akan pergi bersama Airi. Susi berada di dalam kamar Airi. Ia membantu mengubah Airi sebagai seorang putri. Mama Putra memastikan wajah Airi dalam kondisi bersih sebelum memakai make up."Airi, kamu sudah membersihkan wajah dengan facial foam," tanya Susi memastikannya. "Sudah, Nyonya eh Tante." Susi menyuruh Airi untuk memanggilnya tante. Susi mengambil moisturizer dan foundation sesuai warna kulit Airi. Memolesnya pelan dan menambahkan bedak ke wajah Airi. Tak lupa menghias alis yang sudah dirapikan olehnya. Susi memberi warna di bagian kelopak mata Airi. Hiasan dibagian mata Airi terlihat indah. Susi memberikan blush on di pipi kiri dan kanan Airi. Memberi polesan di bibir dengan warna merah muda. Airi terlihat lebih canti
Malam Tanpa NodaBab 20"Airi mengapa kamu pergi tinggalin saya!" teriak Putra di dalam mobil. "Maaf Pak. Teman saya menarik untuk keluar ruangan." "Seharusnya kamu bilang dulu sama saya. Jangan asal pergi ke luar. Saya pikir kamu diculik orang." "Maaf, Pak. Saya mengaku salah." "Ya, jelas kamu salah. Setengah jam saya mencari kamu. Mengelilingi hotel hingga ke lantai paling atas. Takut kamu bunuh diri." "Maaf Pak. Saya gak mungkin bunuh diri untuk apa?" Airi melipat keningnya. Mengapa bosnya berkata seperti itu."Kamu itu cuma bisa minta maaf, maaf. Apa gak ada kata-kata lain selain itu," sungut Putra kesal. Rahangnya mengeras dan meremas setir mobil menahan emosinya.Airi hanya menundukkan kepala. Ia tahu telah berbuat salah membuat bosnya khawatir. Putra tak melanjutkan perkataannya. Ia menyalakan mesin mobil dan menjalankannya dengan perlahan. Airi masih terdiam dan me
Malam Tanpa NodaBab 21Airi dan Putra selalu tertawa dan berbagi cerita. Semakin hari hubungan mereka semakin dekat. Putra merasakan nyaman bila berada di samping wanita yang telah menjanda itu.Airi membantu bi Nina di dapur dengan menyusun cemilan ringan dan bolu di meja. Bi Nina tak mengizinkan Airi membersihkan rumah dan menyuruh Airi makan bersama di meja makan dengan Putra."Hari ini banyak tamu yang akan datang. Bolunya di bagi dua saja," ucap bi Nina. Airi menganggukkan kepala. Ia melangkah ke meja satunya lagi. Bolu pisang dan brownish tersusun rapi. Tidak lupa cemilan ringan di dalam toples. Bi Nina meletakkan piring yang berisi rissoles. Beberapa mobil terparkir di halaman rumah. Mereka datang atas perintah Putra. Mereka berkumpul di meja yang sudah terhidang makanan dan minuman. "Silahkan, dimakan sambil menunggu yang lain datang," ucap Airi sopan. "Terima kasih Bu Airi." Airi be
Malam Tanpa NodaBab 22Airi menemui Putra di apartemen miliknya. Bi Nina yang memberi info tempat tersebut. Ia memberanikan diri menekan bel yang terletak di sebelah kanan.Putra keluar dengan wajah datar."Ada apa kamu kemari?" Ia mengetahui siapa yang menekan bel di layar kamera dalam rumah."Kakak, aku mau berbicara denganmu," ucapnya dengan lembut. Ia membawa bekal di tangannya. Airi tahu pasti Putra pasti belum makan. Wanita itu paham sifat mantan bosnya.Putra mendengar panggilan kakak merasa dirinya melayang ke udara. Selama ini ia ingin memiliki seorang adik, namun papa dan mamanya sudah bercerai. Lelaki itu membuka pintu lebih lebar dan mempersilahkan Airi masuk.Apartemen yang terlihat nyaman dan bersih, terdapat bar kecil di pojok ruang tamu. Putra mengambil minuman dingin untuk adik sepupunya di dalam lemari pendingin. Soft drinks berwarna merah di sodorkan ke Airi.Airi
Malam Tanpa NodaBab 23 Kejadian tadi pagi. " Bella, kamu ngapain?" Ririn memergoki Bella membuka dompet Faisal. "Dompet Bang Faisal tertinggal." Bella menghitung uang suaminya. "Banyak sekali uang Faisal!" Mata Ririn melotot. Ia sudah lama tak melihat uang sebanyak itu. "Emang banyak. Ma, kita belanja, Yuk!" "Itu uang Faisal. Kamu bilang dulu." "Aku istrinya. Uang suami milik istri. Jadi bebas, dong." "Ririn memperhatikan tangan mantunya. Ia menarik ATM di dalam dompet." "Bella, kamu mau apa?" "Aku mau shooping sudah lama gak beli baju." "Tunggu!" Ririn menarik kartu di tangan Bella. "Mama, jangan!" "Biar Mama yang pegang. Kita shopping bareng-bareng. Kita ke mall yang dekat saja." "Tapi, Ma. Bella ada janji sama teman hari ini."
Malam Tanpa NodaBab 24Faisal tak menyerah begitu saja, lelaki itu terus berusaha untuk menawarkan rumahnya. Ia juga meminta tolong kepada teman-temannya untuk memposting di grup mereka.Diberbagai grup jual beli juga telah dilakukannya. Kini, ia tinggal menunggu keberuntungan berpihak kepadanya atau tidak.Tiga hari kemudian rumah tersebut sudah ada yang menawar. Setelah menyepakati perjanjian jual beli rumah. Sang pembeli mengirim uang DP melalui rekening milik Faisal dan segera melunasi utang mamanya."Alhamdulillah akhirnya terjual," ucapnya penuh syukur. Faisal menjual rumah itu karena utang Ririn, masalah perusahaan, dan ia sudah tak mampu memenuhi kebutuhan rumah tersebut."Abang, kita pindah ke mana?" tanya Bella. Wajahnya berubah cemberut."Untuk sementara kita ngontrak dulu." Faisal memasukkan barang-barang berharga ke dalam kardus."Apa ngontrak? Kena
Malam Tanpa Noda Perut Lily semakin membesar. Mereka sudah melakukan syukuran tujuh bulan dan kini menunggu kehadiran sang buah hati. Fian selalu Siaga. Begitu juga Airi dan Putra. Tak ingin cucu pertamanya mengalami hal buruk. Lily dan Fian kembali ke rumah Mahendra. "Aduh!" teriak Lily melepaskan ponsel hingga membentur lantai keramik putih. Fian menghampiri istrinya dan menutup panggilan begitu saja. "Drian, kita harus pulang!" pinta Prily. "Tidak bisa. Kita baru sehari di sini?" "Kamu tak dengar kalau Lily teriak kesakitan." "Belum waktunya ia lahiran masih satu bulan lagi." "Tapi, aku khawatir sekali!" "Kita hubungi adik kembar. Mereka pasti tahu." Jemari kekar Drian menekan kontak Afisah dan menunggu panggilan terangkat. Dua kali berdering baru diangkat oleh gadis manis yang beranjak dewasa.
Malam Tanpa NodaDua orang sejoli berada di sebuah hotel bintang lima. Sang lelaki berada di atas tubuh wanita. Meliuk-liuk bagaikan ular.Suara mereka bagaikan nyanyian kerinduan. Rindu setelah semua terjadi. Rindu setelah kehampaan menyelimuti. Pikiran negatif selalu menghantui. Kecemburuan membuat Drian tak berpikir jernih.Drian melepaskan diri dan terbaring di samping wanita tanpa sehelai kain. Wanita berwajah boneka bibir manis istri Drian.Prily selamat dari aksi penembakan itu. Walaupun, dirinya koma untuk beberapa hari.Seluruh keluarga Mahendra berdoa kepada sang pencipta agar Prily diselamatkan dari maut.Airi melakukan amal secara besar-besaran meminta doa kepada anak-anak yatim piatu.Prily meletakkan kepala di dada bidang Drian. Memainkan jemari lentik memutar-mutar. Membentuk nama dirinya dan juga lelaki yang dicintainya.“Aku lapar,” rengek Prily.&n
Malam Tanpa NodaTubuh Prily dibawa dengan mobil ambulance. Selama perjalanan tangan Drian tak lepas dari wanita berwajah boneka.Pengorbanan untuk orang tuanya sangat besar. Rela mengorbankan nyawa demi belahan jiwanya."Prily, bertahanlah!"Air mata menetes di pipi lelaki itu. Para medis menawarkan diri untuk mengobati luka Drian."Tidak usah! Selamatkan saja istri saya."Tubuh Prily terkujur kaku bagian perut mengalir noda merah. Tangan petugas menekan bagian itu agar tak kehilangan banyak darah.Semua setok darah sudah dipersiapkan untuk Prily sesuai golongan darahnya. Golongan darah Prily mudah dicari, memudahkan para medis melakukan operasi.--Drian menunggu Prily di ruang tunggu operasi. Gelisah dan takut kehilangan wanita itu. Tak peduli Prily telah mengkhiantinya. Bermain api dengan Johan dan berakhir di tempat tidur.Melihat tubuh
Malam Tanpa NodaSemua serangan Drian tak dapat menyentuh kulit Johan sedikitpun. "Kamu tak akan bisa melawanku." Johan menyeringai. Setiap serangan selalu ditangkis.Kaki kekar Drian menendang ke arah perut Johan hingga lelaki perusak itu terjerembab di lantai, tawa terdengar di bibir Johan.Johan segera bangkit dan memiringkan kepala, Drian hendak menghampiri Johan namun, lawannya mengeluarkan sesuatu dari balik jaketnya.Senyum menyeringai menghampiri Airi. Wajah tampan milik Johan menatap ibu dari anak-anak Mahendra. Menarik wanita itu kasar, Prily hendak menghalanginya namun kalah cepat."Drian!" panggil Airi.Johan menodongkan senjata dengan pelatuk menempel di jarinya. Tersenyum menyeringai, sekali tekan sejata api itu akan meledak dan masuk ke dalam kepala Airi dan napas akan terhenti dalam hitungan detik."Kamu mendekat aku pecahkan kepalanya. Mundur!" Membulatkan
"Kalau begitu. Jauhkan dia dan jangan ganggu wanita itu. Kamu tak ingat berapa umurnya?""Tentu Sayang. Sekarang kita selesaikan semua dan setelah itu kita bersenang-senang."Johan kembali menatap penerus Mahendra."Bawa semuanya ke mari dan habiskan mereka sekarang juga!"Teriakkan Johan menyadarkan Airi. Wanita itu membuka mata perlahan. Makian Drian membuat dirinya sadar sesuatu telah terjadi."Prily ...."Johan menoleh ke arah Airi. "Selamat datang Bunda. Bagaimana tidurmu?"Airi ingin bergerak namun, tubuhnya terikat."Lepaskan aku.""Lepas? Tidak!" Johan menyeringai."Prily, tolong ...."Wajah Prily berubah pucat. Ia tak tega melihat wanita yang telah mencurahkan kasih sayang untuknya.Johan melirik Drian sinis. "Lepaskan wanita ini!"Tali yang mengikat Airi terlepas satu persatu. Airi menyent
Malam Tanpa NodaJohan sangat bergairah melihat hal ini. "Sangat cantik dan memesona," puji Johan. Drian berteriak memaki Lelaki itu dengan segala macam nama binatang. "Jangan sentuh dia!" teriak Drian. Rahangnya mengeras dan wajah memerah. Johan tak peduli tetap berjalan menuju wanita itu. Wanita cantik bagaikan bidadari. "Hentikan Johan! Kamu menyentuhnya akan aku bunuh!" ancam Drian. Wajahnya memerah urat leher terlihat membesar. Napasnya terputus-putus. Satu pukulan menimpa punggung Drian. Lelaki itu tetap bertahan. Johan menghentikan langkahnya, berbalik arah dan menghampiri Drian. Tersenyum menyeringai. Tubuhnya menjongkong menarik rambut belakang hingga rontok."Kamu ancam aku. Padahal, umurmu tak lama lagi. Ha ... ha ...." Menjambak rambut Drian lebih keras."Cuih!"Johan mengusap wajahnya dengan tangan kiri.Anak buah Johan menendang tubuh Drian berkali-k
Malam Tanpa NodaKedua tangan Fian terikat ke belakang, Fian tak sadarkan diri sejak beberapa jam lalu. Johan menatap lelaki gagah dan tampan dihadapannya."Bang ... bangun ...." Drian menatap kakak kandungnya yang belum sadarkan diri sejak beberapa jam. Memastikan keadaan lelaki itu baik-baik saja.Putra juga berada bersama mereka. Tiga lelaki terikat dengan lutut bertekuk di hadapan Johan.Putra juga diculik ketika mengantar kedua anak kembarnya ke sekolah. Fian tak menyadari kalau sang ayah telah diculik oleh mereka."Jangan sakiti anakku, Johan!" ancam Putra menatap tajam lelaki yang telah dianggap keponakan olehnya."Tenang saja Om. Rasa sakitnya hanya sekilas." Tawa mengema di pabrik tua itu."Mengapa kamu lakukan ini, Johan?""Om tak ingat?" Menaikkan satu alis ke atas. "Papaku meninggal karena Om." Kebencian terlihat jelas di mata Johan."Itu buk
Malam Tanpa NodaHari penembusan Lily telah tiba, Fian di temani Faisal menuju pabrik kosong pada malam hari."Om, yakin ini tempatnya?""Tentu saja.""Sepi sekali!""Pabrik ini sudah tak digunakan bertahun-tahun tentu saja tak berpenghuni."Fian mendesah panjang. Kedua tangannya membawa dua tas besar hitam kaluar dari mobil."Om, tunggu di sini," ucap Faisal."Baik, aku akan mencari mereka." Fian berjalan ke arah pintu masuk pabrik.Bulu leher Fian bergidik ngeri. Pasalnya, tempat yang sudah lama tak berpenghuni banyak sekali makhluk halus. Fian membuang pikiran negatif. Tujuannya saat ini adalah menjemput Lily."Tega sekali mereka kalau Lily berada di tempat ini."Fian berjalan hingga berada di pintu masuk pabrik. Pintu itu telah rusak dan tak terbentuk lagi.Suara dering telepon Fian memecahkan pikirannya saat ini. Fia
Malam Tanpa Noda"Sakit!" rintih Lily menyentuh perutnya."Kita ke bidan kemarin. Kamu tahan dulu." Prily menyalakan mesin mobil dan meninggalkan kediaman Johan."Aku gak mau, Prily. Aku ingin Fian." Lily meringis berkali-kali. Mengapa nasibnya seperti ini.Kehamilan pertama adalah hal yang ditunggu-tunggu. Seharusnya, Lily dimanja dan disayang Fian. Namun, ia jadi tahanan."Please! Kamu bersabar dulu. Kita gak mungkin melawan Johan. Keselamatan bayi dan dirimu bisa bahaya.""Aku ingin Fian. Aku ingin pulang," rengeknya bagaikan anak kecil."Sudah, jangan pikirkan hal itu. Lebih baik kita periksa kandunganmu. Bersabarlah!""Aku kangen suamiku. Apa aku salah jika merindukannya. Prily, tolong bebaskan aku!""Tidak bisa. Ini bisa berbahaya. Johan itu nekad."Prily membawa Lily ke bidan. Wajah istri mantan kekasihnya itu pucat dan merintih berkali-kal