Malam Tanpa Noda
Bab 24Faisal tak menyerah begitu saja, lelaki itu terus berusaha untuk menawarkan rumahnya. Ia juga meminta tolong kepada teman-temannya untuk memposting di grup mereka.
Diberbagai grup jual beli juga telah dilakukannya. Kini, ia tinggal menunggu keberuntungan berpihak kepadanya atau tidak.Tiga hari kemudian rumah tersebut sudah ada yang menawar. Setelah menyepakati perjanjian jual beli rumah. Sang pembeli mengirim uang DP melalui rekening milik Faisal dan segera melunasi utang mamanya."Alhamdulillah akhirnya terjual," ucapnya penuh syukur. Faisal menjual rumah itu karena utang Ririn, masalah perusahaan, dan ia sudah tak mampu memenuhi kebutuhan rumah tersebut."Abang, kita pindah ke mana?" tanya Bella. Wajahnya berubah cemberut. "Untuk sementara kita ngontrak dulu." Faisal memasukkan barang-barang berharga ke dalam kardus. "Apa ngontrak? KenaMalam Tanpa NodaBab 25Tak Sengaja Bertemu AiriFaisal menuju ke apotek di luar rumah sakit. Ia menuju Apotek Kimia Farma yang berada di ruko perempatan jalan.Ia menyodorkan kertas resep dari dokter."Semuanya tiga ratus ribu, Pak," ucap kasir. Faisal menyerahkan uang tiga lembar berwarna merah.Faisal masuk ke dalam mobil dan meletakkan kantung plastik berwarna putih di tempat yang aman dan menyalakan mobilnya, berjalan dengan hati-hati.Seorang wanita berpakaian hijab menarik perhatiannya. Wanita itu sedang berdiri di pinggir jalan. Faisal segera memarkirkan mobilnya dengan rindu di dada.Keluar mobil dengan langkah yang lebar. Berharap wanita itu kembali kepadanya."Airi ...." Faisal memeluk tubuh Airi. Ia sudah tahu pemilik suara yang tak pernah dilupakan olehnya. Wanita itu mendorong tubuh Faisal dan melayangkan tangannya ke arah pipi dengan
Malam Tanpa Noda Bab 26"Kakak curang!" pekik Airi melempar bantal sofa ke arah Putra yang sedang tertawa. Mereka bermain ular tangga di ponsel Putra. Sejak kecil, Putra sangat hobi bermain game. Semua game yang viral telah ia mainkan. Menghadapi kejenuhan dan kegundahan selama ia menjomblo. Putra mengisi waktu kekosongannya dengan game online. Lelaki itu tak pernah berpacaran dengan wanita manapun. Berdekatan saja ia pasti akan berubah menjadi harimau. Entah mengapa berbeda dengan Airi. Lelaki itu terlalu nyaman hingga lupa siapa dirinya. "Kalau kalah jangan nangis," ledek Putra dan tertawa melihat wajah Airi yang mengemaskan.Wanita dengan hijab kuning polos dengan baju gamis sederhana. Wajahnya memerah. "Ih ... gemes aku tuh."Putra ingin mencubit kedua pipi Airi, namun tangannya berhenti ketika adiknya berteriak."Jangan sentuh aku!" teriaknya lantang m
Malam Tanpa Noda Bab 27"Lancang kamu mengancam saya! Kamu tak tahu dan tidak tahu apa-apa. Silahkan Anda keluar!" usir Airi dengan lantang. Ia tak suka dengan lelaki tipe Bayu. Air mata Airi tertahan, ia tak mau terlihat lemah. Wanita harus kuat. Lelaki macam Bayu harus di lawan hingga jera. "Sombong sekali!" sindirnya. Merapikan berkas yang berserakan di meja. Menghampiri Airi yang berdiri tak mau mengalah. Lelaki itu mencolek dagu Airi dengan jari telunjuk."Kurang ajar tangan kamu!" teriak Airi. Geram dengan perbuatan lelaki itu.Bayu melangkahkan kaki mendekati pintu ruangan, menoleh ke arah Airi dan tersenyum licik. Mengunci pintu dengan kunci yang menempel di besi.Ceklek!Airi terkejut dengan apa yang dilakukan laki-laki itu. Ia terlihat santai, netranya masih menatap Airi. Berjalan kembali ke arahnya. Jantung Airi memacu dengan cepat.
Malam Tanpa Noda Bab 28 Faisal telah memindahkan barang-barangnya ke kontrakan baru. Ia sudah menyewa selama satu tahun seharga sepuluh juta. Bella menemani Ririn di rumah sakit. Faisal bernapas lega. Ia sudah membayar sisa gaji karyawannya yang berjumlah enam puluh orang. "Alhamdulillah, masalah kantor sudah selesai." Faisal akan menutup perusahaannya sampai pademi berakhir. Barang-barang yang tak perlu dibawa ia jual ke toko. Semua barang Faisal memiliki kualitas yang bagus.Satu truk besar sudah terisi oleh semua barangnya. Faisal mengikuti mereka dari arah belakang. Kontrakan Faisal tak terlalu jauh dari rumahnya. Ia memberikan upah satu juta tujuh ratus lima puluh ribu kepada pemilik truk. "Lemari ini letakkan di sini," tunjuk Faisal. Barang yang ia bawa tak terlalu banyak. Sisanya ia serahkan ke temannya yang memiliki usaha perabot.
Malam Tanpa NodaBab 29Bella kaburFaisal mengetuk pintu kamar, namun Bella tak kunjung membuka pintu." Bella, buka pintunya. Abang lelah," ungkapnya. Bella tak kunjung muncul di balik pintu."Bella, tolong buka pintunya!" Tak ada jawaban.Akhirnya ia tidur di atas lantai dengan alas kain yang diberikan oleh mama-nya. Selembar kain batik berwarna coklat. Tubuhnya lelah dan letih.Di dalam kamar, Bella menatap foto Faisal. Hatinya kini penuh dengan emosi atas tindakkan suaminya. Menghubungi kekasih hatinya untuk menjemput di gang rumah. Bella bergegas memasukkan pakaiannya ke dalam tas.Bella mengintip di cela pintu dengan perlahan-lahan melangkah seperti maling di rumah sendiri keluar rumah melarikan diri dengan kekasih hatinya. Faisal sudah terlelap dalam mimpi. Bella menoleh ke arah pintu tersebut dan berkata,"Selamat menikmati hidup miskinmu. Tak ada lelaki manapun ya
Malam Tanpa NodaBab 30Hari Pertama KerjaFaisal sudah siap untuk bekerja. Hari ini adalah hari pertamanya. Setelah melakukan interview dan berbagai tes. Gaji yang ditawarkan memang tak begitu besar. Lelaki itu tetap bersyukur.Memandang dirinya dari pantulan cermin yang menempel di lemari. Kemeja lengan panjang berwarna biru muda dan celana panjang hitam tak lupa memakai dasi kebanggaannya. Menyemprotkan parfum hadiah dari Bella."Bismillah, mari kita memulai dari awal," ucapnya menyemangati diri. Ia menarik napas dan menghembuskan."Wah, tampan sekal anak Mama," puji Ririn masuk ke dalam kamar. Ia duduk tak jauh dari Putranya."Memangnya kemarin tak tampan." Sengaja mengoda mamanya."Tampan dong, sekarang lebih tampan. Ayo sarapan dulu!" ajak Bella. Ia mengandeng lengan Putra.Ririn membelikan anaknya lontong sayur yang berada di seberang
Malam Tanpa Noda Bab 31Bertemu Putra Faisal dan Dewi melangkah dengan cepat. Mereka sudah telat menghadiri pertemuan dengan salah satu klien ternama. "Aduh, sudah telat satu jam." Mereka terjebak macet akibat kecelakaan lalu lintas.Dewi menghampiri dua orang laki-laki yang duduk dekat kolam renang." Selamat siang, maaf kami telat," sapa Dewi. "Ini bukan telat, tapi kebangetan sudah satu jam lebih kami menunggu." "Maaf, Pak. Tadi terjadi kecelakaan di jalan Menteng. Ini buktinya." Dewi menyodorkan sebuah video dan beberapa foto sebagai barang bukti kepada klien. "Sudah, tak apa. Kasih mereka kesempatan," ucap salah satu lelaki yang memakai jas abu-abu. Dia adalah Putra. "Silahkan duduk!" "Terima kasih, Pak Putra." Faisal menarik bangku kosong tepat di depan Putra untuk Dewi. Mereka saling berpandangan dan tersenyum. Pu
Malam Tanpa Noda Bab 32Airi Wanita KuatPutra dan Airi pergi berlibur ke vila. Di sana mereka memiliki Vila keluarga. Kali ini Putra tak diizinkan membawa mobil sendiri. Wajahnya terlihat kecewa. Bukan hanya supir saja yang dibawa, ia juga membawa seorang pelayan untuk menemaninya.Lelaki itu ingin menghabiskan liburannya berdua saja dengan Airi. Namun, itu hanya angan-angan saja. Airi sudah mengetahui rencana Putra."Pak berhenti dipinggir jalan itu," perintah Airi kepada supir.Airi turun memasuki toko swalayan dan membeli beberapa makanan ringan. Ia menelusuri semua rak makanan. Putra mengikuti adiknya.Airi menatap punggung seseorang yang ia kenal, lelaki itu adalah mantan suaminya bersama perempuan yang usianya lebih tua darinya. Mereka terlihat akrab, Faisal tersenyum dan tertawa mendengar wanita itu berbicara. Jiwa kepo-nya meronta. Ia menyembunyikan tubuhnya di rak makanan. Swa
Malam Tanpa Noda Perut Lily semakin membesar. Mereka sudah melakukan syukuran tujuh bulan dan kini menunggu kehadiran sang buah hati. Fian selalu Siaga. Begitu juga Airi dan Putra. Tak ingin cucu pertamanya mengalami hal buruk. Lily dan Fian kembali ke rumah Mahendra. "Aduh!" teriak Lily melepaskan ponsel hingga membentur lantai keramik putih. Fian menghampiri istrinya dan menutup panggilan begitu saja. "Drian, kita harus pulang!" pinta Prily. "Tidak bisa. Kita baru sehari di sini?" "Kamu tak dengar kalau Lily teriak kesakitan." "Belum waktunya ia lahiran masih satu bulan lagi." "Tapi, aku khawatir sekali!" "Kita hubungi adik kembar. Mereka pasti tahu." Jemari kekar Drian menekan kontak Afisah dan menunggu panggilan terangkat. Dua kali berdering baru diangkat oleh gadis manis yang beranjak dewasa.
Malam Tanpa NodaDua orang sejoli berada di sebuah hotel bintang lima. Sang lelaki berada di atas tubuh wanita. Meliuk-liuk bagaikan ular.Suara mereka bagaikan nyanyian kerinduan. Rindu setelah semua terjadi. Rindu setelah kehampaan menyelimuti. Pikiran negatif selalu menghantui. Kecemburuan membuat Drian tak berpikir jernih.Drian melepaskan diri dan terbaring di samping wanita tanpa sehelai kain. Wanita berwajah boneka bibir manis istri Drian.Prily selamat dari aksi penembakan itu. Walaupun, dirinya koma untuk beberapa hari.Seluruh keluarga Mahendra berdoa kepada sang pencipta agar Prily diselamatkan dari maut.Airi melakukan amal secara besar-besaran meminta doa kepada anak-anak yatim piatu.Prily meletakkan kepala di dada bidang Drian. Memainkan jemari lentik memutar-mutar. Membentuk nama dirinya dan juga lelaki yang dicintainya.“Aku lapar,” rengek Prily.&n
Malam Tanpa NodaTubuh Prily dibawa dengan mobil ambulance. Selama perjalanan tangan Drian tak lepas dari wanita berwajah boneka.Pengorbanan untuk orang tuanya sangat besar. Rela mengorbankan nyawa demi belahan jiwanya."Prily, bertahanlah!"Air mata menetes di pipi lelaki itu. Para medis menawarkan diri untuk mengobati luka Drian."Tidak usah! Selamatkan saja istri saya."Tubuh Prily terkujur kaku bagian perut mengalir noda merah. Tangan petugas menekan bagian itu agar tak kehilangan banyak darah.Semua setok darah sudah dipersiapkan untuk Prily sesuai golongan darahnya. Golongan darah Prily mudah dicari, memudahkan para medis melakukan operasi.--Drian menunggu Prily di ruang tunggu operasi. Gelisah dan takut kehilangan wanita itu. Tak peduli Prily telah mengkhiantinya. Bermain api dengan Johan dan berakhir di tempat tidur.Melihat tubuh
Malam Tanpa NodaSemua serangan Drian tak dapat menyentuh kulit Johan sedikitpun. "Kamu tak akan bisa melawanku." Johan menyeringai. Setiap serangan selalu ditangkis.Kaki kekar Drian menendang ke arah perut Johan hingga lelaki perusak itu terjerembab di lantai, tawa terdengar di bibir Johan.Johan segera bangkit dan memiringkan kepala, Drian hendak menghampiri Johan namun, lawannya mengeluarkan sesuatu dari balik jaketnya.Senyum menyeringai menghampiri Airi. Wajah tampan milik Johan menatap ibu dari anak-anak Mahendra. Menarik wanita itu kasar, Prily hendak menghalanginya namun kalah cepat."Drian!" panggil Airi.Johan menodongkan senjata dengan pelatuk menempel di jarinya. Tersenyum menyeringai, sekali tekan sejata api itu akan meledak dan masuk ke dalam kepala Airi dan napas akan terhenti dalam hitungan detik."Kamu mendekat aku pecahkan kepalanya. Mundur!" Membulatkan
"Kalau begitu. Jauhkan dia dan jangan ganggu wanita itu. Kamu tak ingat berapa umurnya?""Tentu Sayang. Sekarang kita selesaikan semua dan setelah itu kita bersenang-senang."Johan kembali menatap penerus Mahendra."Bawa semuanya ke mari dan habiskan mereka sekarang juga!"Teriakkan Johan menyadarkan Airi. Wanita itu membuka mata perlahan. Makian Drian membuat dirinya sadar sesuatu telah terjadi."Prily ...."Johan menoleh ke arah Airi. "Selamat datang Bunda. Bagaimana tidurmu?"Airi ingin bergerak namun, tubuhnya terikat."Lepaskan aku.""Lepas? Tidak!" Johan menyeringai."Prily, tolong ...."Wajah Prily berubah pucat. Ia tak tega melihat wanita yang telah mencurahkan kasih sayang untuknya.Johan melirik Drian sinis. "Lepaskan wanita ini!"Tali yang mengikat Airi terlepas satu persatu. Airi menyent
Malam Tanpa NodaJohan sangat bergairah melihat hal ini. "Sangat cantik dan memesona," puji Johan. Drian berteriak memaki Lelaki itu dengan segala macam nama binatang. "Jangan sentuh dia!" teriak Drian. Rahangnya mengeras dan wajah memerah. Johan tak peduli tetap berjalan menuju wanita itu. Wanita cantik bagaikan bidadari. "Hentikan Johan! Kamu menyentuhnya akan aku bunuh!" ancam Drian. Wajahnya memerah urat leher terlihat membesar. Napasnya terputus-putus. Satu pukulan menimpa punggung Drian. Lelaki itu tetap bertahan. Johan menghentikan langkahnya, berbalik arah dan menghampiri Drian. Tersenyum menyeringai. Tubuhnya menjongkong menarik rambut belakang hingga rontok."Kamu ancam aku. Padahal, umurmu tak lama lagi. Ha ... ha ...." Menjambak rambut Drian lebih keras."Cuih!"Johan mengusap wajahnya dengan tangan kiri.Anak buah Johan menendang tubuh Drian berkali-k
Malam Tanpa NodaKedua tangan Fian terikat ke belakang, Fian tak sadarkan diri sejak beberapa jam lalu. Johan menatap lelaki gagah dan tampan dihadapannya."Bang ... bangun ...." Drian menatap kakak kandungnya yang belum sadarkan diri sejak beberapa jam. Memastikan keadaan lelaki itu baik-baik saja.Putra juga berada bersama mereka. Tiga lelaki terikat dengan lutut bertekuk di hadapan Johan.Putra juga diculik ketika mengantar kedua anak kembarnya ke sekolah. Fian tak menyadari kalau sang ayah telah diculik oleh mereka."Jangan sakiti anakku, Johan!" ancam Putra menatap tajam lelaki yang telah dianggap keponakan olehnya."Tenang saja Om. Rasa sakitnya hanya sekilas." Tawa mengema di pabrik tua itu."Mengapa kamu lakukan ini, Johan?""Om tak ingat?" Menaikkan satu alis ke atas. "Papaku meninggal karena Om." Kebencian terlihat jelas di mata Johan."Itu buk
Malam Tanpa NodaHari penembusan Lily telah tiba, Fian di temani Faisal menuju pabrik kosong pada malam hari."Om, yakin ini tempatnya?""Tentu saja.""Sepi sekali!""Pabrik ini sudah tak digunakan bertahun-tahun tentu saja tak berpenghuni."Fian mendesah panjang. Kedua tangannya membawa dua tas besar hitam kaluar dari mobil."Om, tunggu di sini," ucap Faisal."Baik, aku akan mencari mereka." Fian berjalan ke arah pintu masuk pabrik.Bulu leher Fian bergidik ngeri. Pasalnya, tempat yang sudah lama tak berpenghuni banyak sekali makhluk halus. Fian membuang pikiran negatif. Tujuannya saat ini adalah menjemput Lily."Tega sekali mereka kalau Lily berada di tempat ini."Fian berjalan hingga berada di pintu masuk pabrik. Pintu itu telah rusak dan tak terbentuk lagi.Suara dering telepon Fian memecahkan pikirannya saat ini. Fia
Malam Tanpa Noda"Sakit!" rintih Lily menyentuh perutnya."Kita ke bidan kemarin. Kamu tahan dulu." Prily menyalakan mesin mobil dan meninggalkan kediaman Johan."Aku gak mau, Prily. Aku ingin Fian." Lily meringis berkali-kali. Mengapa nasibnya seperti ini.Kehamilan pertama adalah hal yang ditunggu-tunggu. Seharusnya, Lily dimanja dan disayang Fian. Namun, ia jadi tahanan."Please! Kamu bersabar dulu. Kita gak mungkin melawan Johan. Keselamatan bayi dan dirimu bisa bahaya.""Aku ingin Fian. Aku ingin pulang," rengeknya bagaikan anak kecil."Sudah, jangan pikirkan hal itu. Lebih baik kita periksa kandunganmu. Bersabarlah!""Aku kangen suamiku. Apa aku salah jika merindukannya. Prily, tolong bebaskan aku!""Tidak bisa. Ini bisa berbahaya. Johan itu nekad."Prily membawa Lily ke bidan. Wajah istri mantan kekasihnya itu pucat dan merintih berkali-kal