“Nggak ada ceritanya bos nebeng sama karyawannya, Mas,” kilah Darline walaupun akhirnya dia melebarkan juga daun pintu dan mempersilahkan Hayden masuk.“Ada dong! Ini sekarang kita buktinya!”“Itu kan karena Mas memaksa.”“Mana ada aku memaksamu! Kamu melebarkan pintu dengan sendirinya lho. Tidak ada pemaksaan.” Hayden tampak menjengkelkan jika sudah bermode tengil seperti ini.Sudah pasti, Darline tak bisa memrotesnya lagi. Dia pun akhirnya hanya menjawab pendek, “Iye, iye, lah!” dengan nada suara seperti Upin Ipin.Seperti tadi, tanpa disuruh duduk, Hayden sudah langsung menuju dapur dan melihat secangkir kopi yang sedang dinikmati Darline.Diangkatnya hanya untuk dia hirup aromanya. Kedua matanya terpejam begitu menikmati aroma kopi yang disesapnya.“Sepertinya lezat. Hmmm.”Tanpa diduga-duga, Hayden meminum dari cangkir Darline, membuat kedua mata Darline membelalak.“Lho, Mas, kenapa diminum? Itu punyaku!”“Eh, iya ya. Habis enak banget. Jadi lupa diri.” Hayden tersenyum tanpa do
Darline terduduk lesu ketika mereka kembali ke mobil.Satu-satunya properti yang dia harapkan dapat direbutnya dari Willson kini ternyata sudah dijual tanpa dia ketahui dan tanpa sedikit pun rupiah yang diberikan padanya.Padahal, pembangunan rumah ini menggunakan uang warisannya. Hanya tanah saja yang merupakan milik Willson.Namun, di atas semua itu, sudah seharusnya Willson memberitahukannya ketika hendak menjual rumah itu.“Maaf, Sayang, tapi aku rasa Willson sudah membohongimu selama ini.” Hayden akhirnya bersuara setelah membiarkan Darline diam dan merenungi semuanya.Hanya deru mesin mobil yang begitu halus yang melingkupi mereka sedari tadi.Dengan hati berat dan pahit yang menyeruak dari hati hingga ke lidahnya, Darline mengangguk.Tidak ada hal lain yang mungkin kecuali bahwa Willson memang sudah menipunya dengan mengatakan bahwa pembangunan rumah mangkrak, padahal dia terus membangunnya. Setelah selesai, dia men
Pertemuan dengan pengacara yang dipersiapkan Hayden menjadi pintu bagi Darline untuk segera mengakhiri status pernikahannya dengan Willson. Sore itu, Darline diperkenalkan pada Pak Harison sang pengacara. Mereka membahas banyak hal. Dan dari percakapan itu juga, Darline jadi mengetahui bahwa Hayden sudah mempersiapkan semuanya. Data-data yang dibutuhkan dalam ajuan gugatan cerai, semua diambil Hayden dari data kantor. Surat undangan menghadiri sidang perceraian pun sudah berada di tangan Pak Harison sehingga Darline hanya perlu menghadiri persidangan dan membeberkan alasannya untuk bercerai dari Willson. “Jika ternyata Bu Darline dan Pak Willson memiliki rumah bersama, maka hasil penjualan rumah haruslah dibagi,” kata Pak Harison dengan mantap. “Bisahkah pembagian dibuat lebih adil? Willson seharusnya hanya berhak mendapatkan seharga tanahnya saja. Sedangkan bangunan rumah semua menggunakan uang warisan Darline.” Hayden menimbrung dengan antusias. Pak Harison mengangguk mantap.
Willson memasuki ruang persidangan dengan raut wajah yang tegang. Dia benar-benar murka pada Darline.Ini adalah hal paling memuakkan yang Darline lakukan semasa berstatus istrinya!“Kalau memang dia menggugat cerai, itu bagus, Willson! Turuti saja apa maunya. Dengan begitu proses perceraian kalian berjalan lancar. Turuti saja, KECUALI ...” Laura Bella memberi penekanan pada kata ‘kecuali’ ketika dia menyampaikan pada Willson di pagi hari itu, selagi Willson bersiap menghadiri persidangan.Demi menghadiri persidangan ini, Willson terpaksa mengambil cuti dan mereka juga terpaksa menginap di Jakarta malam sebelumnya agar bisa hadir tepat waktu.Laura Bella tidak akan mendampingi willson selama sidang, tentu saja. Namun, dia menyempatkan diri menyampaikan peringatannya.“KECUALI ... jika Darline meminta pembagian harta gono gini. Jangan setujui!”Willson menghela napasnya yang terasa seratus kali lebih berat saat dia menganggukkan kepala, mengiyakan perintah Laura Bella.“Tentu saja, Say
Langkah kaki Willson terasa lunglai ketika sidang selesai. Keinginan dan harapannya telah terkabulkan karena gugatan cerai Darline dikabulkan persidangan. Hanya saja apa yang menjadi keputusan sidang, yang harus Willson patuhi itulah yang membuat langkah kakinya lunglai. ‘Darline sialan! Bagaimana mungkin dia bisa seluwes itu sekarang?’ pikir Willson sambil menahan gelegak kemarahannya. Masih terngiang jelas di kepalanya saat Pak Harison menunjukkan bukti berupa rekening koran miliknya. Pak Harison menyoroti khusus di masa satu sampai dua tahun lalu. Dan tercatat jelas di sana, ada transferan dana dari rekening deposito yang awalnya milik ayah Darline ke rekening miliknya, dengan jumlah 80 persen dari jumlah warisan yang diterima Darline. Dari sanalah maka Willson tak bisa mengelak lagi saat dia dituding menggunakan uang warisan Darline untuk membangun rumah yang telah dia jual itu. “Ada sanggahan lagi, Saudara Willson? Atau Anda bisa memberikan bukti lain bahwa dana untuk pemba
“Cheers!”Seruan Hayden mengagetkan Darline.Baru saja dia dipanggil untuk menghadap di ruang Mr. CEO, Hayden malah menyambutnya dengan segelas wine di tangan.Ingin Darline memrotes, tapi Pak Harison ada di sana.“Selamat, Bu Darline. Sidang telah mengabulkan semua tuntutan kita. Berkas resminya akan keluar minggu depan. Status Anda resmi berubah sejak saat itu.”Darline tersenyum seraya menyambut jabatan tangan Pak Harison.“Terima kasih banyak, Pak. Anda sudah banyak memberikan bantuan pada saya.”Pak Harison pun tersenyum lalu ingatannya kembali ke Willson saat di persidangan beberapa hari lalu dan dia pun terkekeh.“Bu Darline harus melihat sendiri betapa setress-nya wajah Pak Willson. Terutama saat dia dengan terpaksa mengakui hubungan gelapnya dengan Laura Bella, lalu detik berikutnya saya menyampaikan tentang pembangunan rumah yang mangkrak.Sepertinya dia tak menduga sama sekali jika kita akan mengungkit tentang rumah itu.”“Iya, Pak Harison. Saya memang sengaja tidak mengata
Darline menunduk, menghindari tatapan Hayden yang menanti jawabannya.Dia sungguh tidak tahu harus menjawab apa. Satu sisi hatinya merasa nyaman dengan Hayden, tapi dia tahu tidaklah etis jika dia langsung berada dalam pelukan Hayden di saat statusnya baru saja resmi bercerai.Karenanya Darline menggeleng.“Aku rasa, kita jangan terburu-buru, Mas.”Hayden terlihat kecewa, karena itulah Darline cepat melanjutkan, “Aku tidak mau kita menjadi bahan gosip, Mas. Pikirkan status dan jabatanmu. Kita bisa dianggap melakukan hubungan terlarang.”Hayden terlihat tak terima dengan kata-kata Darline, tapi belum suaranya keluar, pintu sudah diketuk dan terdengar gerakan membuka pintu beserta suara dari luar.“Selamat siang, Pak!”Cekrek ... cekrek ...Pintu terkunci dan tidak berhasil dibuka.Sedangkan suara tadi adalah suara Bu Alma.Darline panik seketika itu juga sedangkan Hayden tampak t
“Darl, malam ini kita lembur lho!” ucap Hayden ketika sore itu Darline datang membawakan esspresonya yang hitam pekat dan tanpa gula sama sekali.Aroma ruangan CEO langsung berubah harum penuh aroma kopi.“Lembur? Lembur ngapain, Mas? Ada meeting ya? Kok sekretaris Mas ini nggak tau sama sekali ya?” tanya Darline seraya memberikan sarkasme kecil pada Hayden.Hubungan Darline dan Hayden semakin dekat sejak berkas perceraian telah resmi keluar. Meskipun Hayden lebih banyak menahan diri dan tidak lagi mendesak-desak Darline untuk segera menjadi kekasihnya.Hayden menyadari apa yang Darline katakan sebelum ini ada benarnya. Wanita itu baru bercerai dan jika tiba-tiba sudah menjalin hubungan dengannya, akan timbul gosip tak sedap dalam kantor ini.Sekalipun sebenarnya mudah saja untuk meredam gosip itu, Hayden memilih untuk tidak membebani mental Darline dengan ketakutan akan gosip dan tekanan-tekanan lainnya.Jadi, sekalipun dekat, saat ini mereka lebih intens sebagai atasan dan bawahan s