Willson memasuki ruang persidangan dengan raut wajah yang tegang. Dia benar-benar murka pada Darline.Ini adalah hal paling memuakkan yang Darline lakukan semasa berstatus istrinya!“Kalau memang dia menggugat cerai, itu bagus, Willson! Turuti saja apa maunya. Dengan begitu proses perceraian kalian berjalan lancar. Turuti saja, KECUALI ...” Laura Bella memberi penekanan pada kata ‘kecuali’ ketika dia menyampaikan pada Willson di pagi hari itu, selagi Willson bersiap menghadiri persidangan.Demi menghadiri persidangan ini, Willson terpaksa mengambil cuti dan mereka juga terpaksa menginap di Jakarta malam sebelumnya agar bisa hadir tepat waktu.Laura Bella tidak akan mendampingi willson selama sidang, tentu saja. Namun, dia menyempatkan diri menyampaikan peringatannya.“KECUALI ... jika Darline meminta pembagian harta gono gini. Jangan setujui!”Willson menghela napasnya yang terasa seratus kali lebih berat saat dia menganggukkan kepala, mengiyakan perintah Laura Bella.“Tentu saja, Say
Langkah kaki Willson terasa lunglai ketika sidang selesai. Keinginan dan harapannya telah terkabulkan karena gugatan cerai Darline dikabulkan persidangan. Hanya saja apa yang menjadi keputusan sidang, yang harus Willson patuhi itulah yang membuat langkah kakinya lunglai. ‘Darline sialan! Bagaimana mungkin dia bisa seluwes itu sekarang?’ pikir Willson sambil menahan gelegak kemarahannya. Masih terngiang jelas di kepalanya saat Pak Harison menunjukkan bukti berupa rekening koran miliknya. Pak Harison menyoroti khusus di masa satu sampai dua tahun lalu. Dan tercatat jelas di sana, ada transferan dana dari rekening deposito yang awalnya milik ayah Darline ke rekening miliknya, dengan jumlah 80 persen dari jumlah warisan yang diterima Darline. Dari sanalah maka Willson tak bisa mengelak lagi saat dia dituding menggunakan uang warisan Darline untuk membangun rumah yang telah dia jual itu. “Ada sanggahan lagi, Saudara Willson? Atau Anda bisa memberikan bukti lain bahwa dana untuk pemba
“Cheers!”Seruan Hayden mengagetkan Darline.Baru saja dia dipanggil untuk menghadap di ruang Mr. CEO, Hayden malah menyambutnya dengan segelas wine di tangan.Ingin Darline memrotes, tapi Pak Harison ada di sana.“Selamat, Bu Darline. Sidang telah mengabulkan semua tuntutan kita. Berkas resminya akan keluar minggu depan. Status Anda resmi berubah sejak saat itu.”Darline tersenyum seraya menyambut jabatan tangan Pak Harison.“Terima kasih banyak, Pak. Anda sudah banyak memberikan bantuan pada saya.”Pak Harison pun tersenyum lalu ingatannya kembali ke Willson saat di persidangan beberapa hari lalu dan dia pun terkekeh.“Bu Darline harus melihat sendiri betapa setress-nya wajah Pak Willson. Terutama saat dia dengan terpaksa mengakui hubungan gelapnya dengan Laura Bella, lalu detik berikutnya saya menyampaikan tentang pembangunan rumah yang mangkrak.Sepertinya dia tak menduga sama sekali jika kita akan mengungkit tentang rumah itu.”“Iya, Pak Harison. Saya memang sengaja tidak mengata
Darline menunduk, menghindari tatapan Hayden yang menanti jawabannya.Dia sungguh tidak tahu harus menjawab apa. Satu sisi hatinya merasa nyaman dengan Hayden, tapi dia tahu tidaklah etis jika dia langsung berada dalam pelukan Hayden di saat statusnya baru saja resmi bercerai.Karenanya Darline menggeleng.“Aku rasa, kita jangan terburu-buru, Mas.”Hayden terlihat kecewa, karena itulah Darline cepat melanjutkan, “Aku tidak mau kita menjadi bahan gosip, Mas. Pikirkan status dan jabatanmu. Kita bisa dianggap melakukan hubungan terlarang.”Hayden terlihat tak terima dengan kata-kata Darline, tapi belum suaranya keluar, pintu sudah diketuk dan terdengar gerakan membuka pintu beserta suara dari luar.“Selamat siang, Pak!”Cekrek ... cekrek ...Pintu terkunci dan tidak berhasil dibuka.Sedangkan suara tadi adalah suara Bu Alma.Darline panik seketika itu juga sedangkan Hayden tampak t
“Darl, malam ini kita lembur lho!” ucap Hayden ketika sore itu Darline datang membawakan esspresonya yang hitam pekat dan tanpa gula sama sekali.Aroma ruangan CEO langsung berubah harum penuh aroma kopi.“Lembur? Lembur ngapain, Mas? Ada meeting ya? Kok sekretaris Mas ini nggak tau sama sekali ya?” tanya Darline seraya memberikan sarkasme kecil pada Hayden.Hubungan Darline dan Hayden semakin dekat sejak berkas perceraian telah resmi keluar. Meskipun Hayden lebih banyak menahan diri dan tidak lagi mendesak-desak Darline untuk segera menjadi kekasihnya.Hayden menyadari apa yang Darline katakan sebelum ini ada benarnya. Wanita itu baru bercerai dan jika tiba-tiba sudah menjalin hubungan dengannya, akan timbul gosip tak sedap dalam kantor ini.Sekalipun sebenarnya mudah saja untuk meredam gosip itu, Hayden memilih untuk tidak membebani mental Darline dengan ketakutan akan gosip dan tekanan-tekanan lainnya.Jadi, sekalipun dekat, saat ini mereka lebih intens sebagai atasan dan bawahan s
“Maasssss ...!”Darline mendorong kuat tubuh Hayden hingga menjauh dari tubuhnya.“Kita nggak bisa seperti ini!” serunya seraya mengatur napasnya menjadi tenang.“Kenapa? Kamu sudah resmi terlepas dari statusmu, Darl! Sekarang kamu single lagi!”Hayden terheran sekalipun saat ini dia sudah menghentikan sentuhannya, meski tubuhnya masih di atas Darline.Hayden melayangkan tatapan lembut penuh hasrat, tapi juga terlihat dari sorot matanya, betapa kuat dia harus menahan dirinya.“Sudah pernah kubilang, bukan? Aku akan bertanggung jawab padamu atas malam itu, andai kamu bukan istrinya Willson. Sekarang, kamu sudah bukan istrinya lagi. Aku ingin kamu menjadi milikku, Darline.”“Iya, Mas, aku ingat. Tapi ...”“Tapi apa?”“Waktu itu kan aku takut Willson tahu kita tak sengaja bersama. Sekarang, semuanya sudah terkuak dan Willson adalah dalangnya. Jadi
Darline membuka matanya pagi itu akibat dering ponsel yang membangunkannya.Alarmnya telah berbunyi tapi entah mengapa kedua matanya masih terasa berat.Hatinya bagai masih terus terkenang-kenang atas kejadian semalam. Meski dia tidak mengerti, tapi dinginnya sikap Hayden seakan masih membayangi benaknya.Diraihnya ponsel untuk mematikan alaram.Begitu Darline hendak bangkit, perutnya terasa asam luar biasa.Sesuatu seakan mengaduk-aduk perutnya.Darline bangkit dan berlari menuju toilet dan memuntahkan isi perutnya.Setelah beberapa kali muntah, Darline akhirnya kembali ke ranjang dan duduk bersandar.Drrrt. Drrrrt.Terdengar ponselnya bergetar.Darline membuka pesan masuk untuknya.Dari Pak Boss.[Darline, pagi ini aku golf sebentar dengan Mr. Fritzer. Setelahnya baru aku ke kantor. Kamu ke kantor sendiri bisa? Atau aku minta Gael mengantarkanmu?]Darline tersenyum kecil. Setidaknya, Pak Boss ternyata masih perhatian padanya. Walau terdengar aneh, masa dia yang karyawan tapi dia jug
Saat tiba di kantor, Hayden langsung mendapatkan kunjungan dari Bu Alma.Apa lagi jika bukan karena mau mengecek apakah keterlambatan datang Mr. CEO mereka ada hubungan dengan sakitnya Darline?Biar bagaimana pun Bu Alma sudah curiga dan semakin curiga.“Selamat siang, Pak. Tumben masuknya siang, Pak?” tanya Bu Alma dengan nada bercanda.Dia tahu Hayden takkan tersinggung jika ditanya seperti ini.“Iya, tadi menemani Mr. Fritzer dulu bermain gold. Ada agenda urgent hari ini?”‘Oh, benar yang tadi Darline katakan, main golf dulu ...’Bu Alma melanjutkan,“Oh, iya, Pak. Perwakilan dari Top-Oil Asia ingin bertemu siang ini membahas penawaran kerjasama.”“Top-Oil Asia? Hmm, Oke. Nanti minta bagian produksi ikut meeting ini dengan saya.”“Baik, Pak. Oh ya ... hmm ... Darline sakit ya, Pak? Tadi katanya dia sudah minta izin sama Bapak?”