Home / Rumah Tangga / Malam Pertama dengan Janda Anak 2 / 60. Nikahnya Sudah, Malam Pertamanya Belum

Share

60. Nikahnya Sudah, Malam Pertamanya Belum

last update Last Updated: 2024-10-05 20:43:30

"Halo, lu di mana, Dhu?"

"Gue lagi ada urusan, Kim." Aku memperhatikan Aini yang baru saja keluar dari kamar mandi sambil menggendong Intan yang baru saja habis mandi. Aku masih saja dicemberuti gara-gara aku sebal saat nama Anton disebut Aini.

"Urusan apa? Tumben lo gak ngantor? Tumben juga gak ada info ke sekretaris lo."

"Iya, dadakan urusannya. Mungkin tiga hari aku ijin gak ngantor dulu. Udah dulu ya, Kim, gue lagi beneran sibuk."

Aku segera menutup panggilan dari Hakim. Ponsel pun aku matikan setelah aku berikan pesan pada sekretarisku untuk reschedule jadwal meeting hari ini. Aku tidak ingin ada yang mengangguku saat ini karena aku harus berbaikan dengan Aini.

Dari pada dengan Luna yang penuh dengan kebohongan, lebih baik dengan Aini. Gak jelek juga, manis malah, meski kulitnya agak coklat.

"Mau sampai kapan di sini?" tanya Aini ketus. Tangannya berada di pinggang seolah-olah tengah menantangku.

"Suka-suka saya. Kamu itu istri saya, kenapa saya harus pergi dari sini?" Aini
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (6)
goodnovel comment avatar
Titik Saraswati
ceritanya bagus aku suka ..mungkin memang aini adalah jodoh dhuha yang sebenarnya meskipun harus melalui proses yang ber liku2 ..good thor sukses selalu......
goodnovel comment avatar
Alisya Ayudia Rahmadani
makin seruuu thor... aku sukaa...
goodnovel comment avatar
Diganti Mawaddah
baik, sedang diketik kak
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   61. Minta Dukungan

    PoV Luna"Apa yang sebenarnya terjadi Luna? Apa maksud video yang ditunjukkan Dhuha kemarin? Kenapa bisa ada video suara kamu di dalam mobil kamu pula bersama lelaki lain? Siapa lelaki itu?" cecar papaku dengan suara yang lemas. Aku tahu ia kecewa dan juga syok. "Pa, sudah, Luna sendiri masih syok. Mama percaya anak kita, pasti hanya salah paham. Bisa saja itu kerjaan orang yang mau merusak rumah tangga Luna dan Dhuha. Kita harus cari tahu dan jangan gegabah. Kamu juga harus bilang mama mertua kamu, Luna. Bukankah beliau yang paling mendukung hubungan ini?" mama mengusap pundakku pelan. Air mata ini tidak mau berhenti, sehingga aku tak bisa menjawab ucapan mama dan papaku. Semuanya masih menyesakkan dada. Ditambah nomor ponselku di blokir mas Dhuha. Aku tidak ingat persis kejadian hari itu, tapi.... "Terserah Mama saja. Papa pusing. Jika saja anak kita ini tidak tertipu bule di sana, tidak akan mungkin kita bangkrut, Ma. Sekarang, disaat kita berharap bisa membangun usaha kembali d

    Last Updated : 2024-10-05
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   62.

    Mama mertuaku melemparkan ponselnya begitu saja sambil mengurut dada. "A-ada apa, Mbak?" tanya mamaku. "Itu, ada orang nomornya gak dikenal, kirim video aneh-aneh. Mereka kira, saya remaja labil atau perempuan gak bener. Dasar anak jaman sekarang!" Mama dan aku akhirnya bisa bernapas lega. Namun, aku tidak yakin setelah ini jika mama mertuaku memperhatikan video itu kembali. Aku yakin sekali, Dhuha yang mengirimkan pada mamanya, tetapi kenapa mama bilang nomornya gak dikenal? "Tadi, sambung yang tadi. M-maksud kamu gimana, Luna? Anak Mama menceraikan kamu?" aku mengangguk. Drama air mata mulai aku peragakan agar mama mertuaku iba. "Gak mungkin. Kalian mau akad ulang dan resepsi. Undangan cetak sudah dipercetakan dan undangan online sedang dirapikan. Kamu pasti salah dengar, Nak. Gak mungkin Dhuha melakukan hal bodoh seperti itu. Sebentar Mama telepon anak itu." Mama mengambil kembali telepon genggam yang tadi ia lemparkan di atas sofa. Wajahnya menyiratkan keadaan khawatir dan ti

    Last Updated : 2024-10-06
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   63. Wawancara Kerja

    "Dion, kamu mau tolong Mbak?" tanyaku pada Dion yang tengah bermain video game di kamarnya. "Tolong apa?" tanyanya balik tanpa melihat ke arahku. "Cari informasi tentang suamiku." Dion meletakkan remote game-nya. Ia menghela napas. "Kata papa, Mbak dicerai?" "Iya, tapi talak itu tidak berlaku karena aku sedang hamil.""Mas Dhuha bukannya tidak KDRT, tidak galak, tidak pelit, baik malah. Tapi kenapa bisa Mbak ditalak?" cecar Dion sambil terus menatap kearahku. "Suamiku itu.... ck, udahlah, kamu gak perlu tahu detail urusan Mbak. Mbak cuma minta tolong sama kamu untuk menguntit mas Dhuha. Ke mana saja dia? Apa yang dia lakukan, sama siapa? Cek ke kantornya juga. Kamu libur kan?""Iya, nanti Dion cari. Sekarang Dion mau main dulu, sorean Dion keluar." Dion malah menarikku keluar dari kamarnya. Dasar anak itu, susah sekali dimintai tolong. Selalu saja sibuk dengan urusannya. Padahal, jika bukan suamiku yang bayarin kuliah, Dion pasti sudah putus kuliah, orang papaku bangkrut. Merasa

    Last Updated : 2024-10-07
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   64. Malam Pengantin Lagi

    "Apa kamu siap bertanggung jawab jika ada hal buruk terjadi pada Aini, ketika kamu memutuskan kembali menikahinya?! " tanya opa Fauzi pada siang Cucu. "Mama gak akan tega melakukan hal jahat, Pa. Dhuha kenal mama.""Yang kenal dengan diri kita adalah kita sendiri. Bukan orang lain. Apalagi kamu tidak tinggal satu rumah lagi dengan mama kamu. Opa hanya ingatkan, jika sesuatu hal buruk terjadi pada Aini dan anak-anaknya karena kamu, maka Opa tidak akan tinggal diam!""Opa, jangan begitu! Bagaimana juga, mas Dhuha cucu Opa. Darah daging keluarga Opa dari anak sulung. Saya bukan siapa-siapa. Saya hanya orang lain yang datang dengan membawa dua anak. Saya pun, mungkin jika menjadi bu Maria, akan melakukan hal yang sama. Menolak anak lelaki hebat saya menikahi sembarangan perempuan. Maka dari itu.... ""Saya mau Mas Dhuha menolak saya!" Sambung Dhuha jelas. "Itu-itu terus yang kamu ucapkan, Aini. Gak ada yang lain? Aku udah bilang, aku gak mau ceraikan kamu, titik! Ada urusan yang harus a

    Last Updated : 2024-10-07
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   65. Curhat Dhuha pada Aini

    "Mas, bukannya Mas punya istri yang lain? Kenapa gak tidurnya sama yang istri pertama saja?" tanya Aini dengan ekspresi datar. "Saya ini istri jadi-jadian. Jadi, gak perlu tidur bareng beneran. Lagian capek." Dhuha menggigit bibirnya agar tidak tertawa. Aini benar-benar polos. Jelas begituan ya capek. Kalau yang gak capek itu, tidur. "Ya sudah, yang penting sekarang, kamu udah jadi istri aku lagi." Dhuha mulai menikmati makan malamnya. Aini hanya memperhatikan tanpa bersuara lagi. Ia tidak mau merusak suasana makan malam suaminya yang begitu lahap. "Kamu pintar sekali memasak," kata Dhuha sambil menggerakkan kepalanya karena begitu takjub menikmati masakan sang Istri. "Saya memang pintar." Komentar Aini membuat Dhuha tertawa. "Iya, makanya kamu bisa bikin CEO ganteng kayak aku, balik lagi nguber-nguber kamu." "Habis makan, jangan langsung tidur, Mas. Nanti asam lambung." Aini mengingatkan saat Dhuha menguap lebar setelah menghabiskan nasinya. "Iya, aku mau duduk dulu. Kita ngob

    Last Updated : 2024-10-08
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   66. Suamiku Kembali Pada Mantannya

    "Kim, lu bisa ke ruangan gue?" "Eh, udah masuk lu! Bukannya kata opa pengantin baru lagi?""Udah, masuk gue. Kata opa, pengantin basi karena gak ganti pasangan ha ha ha.... ""Oke, gue nanti ke ruangan lu."Dhuha menutup panggilannya pada Hakim. Ia benar-benar merasa ceroboh karena lupa bahwa ia pernah meminta Luna mengirimkan CV pada perusahaannya dan ia pula yang merekomendasikan pada pihak HRD. Tidak mungkin sekarang ia minta HRD memecat Luna karena mereka berdua sedang ada masalah? Apalagi, orang di kantornya yang tahu ia sudah menikah dengan Luna, hanya Hakim saja. Tok! Tok! "Masuk!" Pintu pun terbuka. Hakim berjalan masuk dengan santai. "Gimana pengantin, baru? Kayaknya lu makin gemuk aja.""Ck, baru dua hari. Gak dapat susu, baru dapat nasi doang!" Pletak! Hakim melemparkan pulpen ke arah Dhuha, untung saja pria itu bisa mengelak, sehingga mengenai kursi kebanggaannya saja. "Otak lu!" Hakim mendengus kesal. "Makanya, lu nikah, Kim. Emang lu gak jadi pacaran sama Intan?"

    Last Updated : 2024-10-08
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   67. Kejutan Tak Terduga

    "Kamu yakin akan ke sana, Luna? Apa perlu Mama temani?" Luna menggelengkan kepala. "Biar Luna saja, Ma. Ini urusan wanita yang sama-sama pernah menikah dengan mas Dhuha. Aini itu sebenarnya bukan wanita jahat, ia hanya beruntung saja, Dhuha lebih berpihak padanya, daripada Luna.""Bukannya kamu baru masuk dan gak bisa kalau ijin? Bisa-bisa kamu kena SP." Luna menggigit bibirnya. Ia lupa bahwa sekarang ia sudah bekerja di kantor Dhuha. Masih baru pula, tentu saja tidak bisa ijin seenaknya. "Tidak jadi besok, Ma. Mungkin setelah training seminggu ini selesai. Luna gak ijin tidak masuk kantor, tetapi hanya ijin terlambat masuk. Luna harus membicarakan hal ini pada Aini agar wanita itu juga tahu diri dan gak kegeeran kalau mas Dhuha itu tinggal bersamanya."Selesai menyampaikan apa yang akan ia lakukan, Luna pun masuk ke kamarnya. Tubuhnya lelah karena ia sedang hamil muda. Untung saja bayinya kuat dan tidak membuatnya mabuk di kantor. ***Sementara itu, Dhuha sedang di kamar bersama

    Last Updated : 2024-10-09
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   68. Berciuman

    "Nyonya, saya mau menyampaikan informasi setelah dua hari ini menjalankan tugas dari Nyonya." Maria menatap pemuda di depannya dengan serius. Tatapannya yang tadi fokus pada laptop, kini menjadi begitu tajam pada orang suruhannya. "Katakan cepat karena saya masih ada pekerjaan." Pemuda itu mengangguk. "Pak Dhuha, dinikahkan kembali dengan wanita bernama Aini. Pak Dhuha membawa pakaian ke rumah sederhana dan tinggal di sana. Rumah dan apartemen Pak Dhuha kosong. Pak Dhuha mengganti mobilnya dengan motor. Pak Dhuha tidak pernah pulang terlambat dan selalu mengantar anak lelaki kecil ke sekolah." Maria menelan ludahnya. "Ada lagi?""Tuan Fauzi sering berkunjung ke sana. Tuan besar juga sering antar jemput sekolah anak lelaki kecil yang bernama Izzam. Terakhir yang baru kemarin saya dapatkan informasinya, wanita bernama Aini itu hamil." Maria tidak bisa menahan tawanya. Bukan tawa gembira, melainkan tawa nestapa. Anak lelaki yang begitu ia banggakan. Anak lelaki yang seharusnya bisa m

    Last Updated : 2024-10-09

Latest chapter

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   326. Buah Kesabaran

    Hari itu, matahari bersinar lembut, seolah ikut merayakan kebahagiaan yang memenuhi hati Aini dan Dhuha. Kabar kehamilan Aini menjadi hadiah yang tidak pernah mereka sangka akan datang secepat ini. Setelah bertahun-tahun penantian dan berbagai ujian, akhirnya doa mereka terjawab.Setelah meninggalkan klinik, Dhuha tidak henti-hentinya menggenggam tangan Aini. Tatapan matanya penuh dengan cinta dan rasa syukur.“Aku masih tidak percaya, Sayang,” gumamnya sambil mencuri pandang ke arah istrinya yang duduk di sebelahnya di dalam mobil.Aini tersenyum, meski air matanya belum benar-benar kering. “Aku juga, Mas. Sepertinya Allah benar-benar ingin menguji kesabaran kita sebelum akhirnya memberikan anugerah ini.”Dhuha mengangguk. “Dan kamu lulus ujian itu dengan begitu sabar dan tulus.”Aini menatap suaminya. “Bukan cuma aku. Kita berdua.”Sesampainya di rumah, Dhuha langsung menghubungi keluarganya. Maria awalnya tidak percaya, tapi saat Dhuha menunjukkan foto USG Aini, maka wanita paruh b

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   325. Kejutan dari Ria

    Ria berdiri tidak jauh dari meja mereka, mengenakan blouse berwarna pastel dan rok panjang yang anggun. Wajahnya tampak terkejut, tetapi segera berubah menjadi senyum hangat saat ia mendekat."Aku tidak menyangka akan bertemu kalian di sini," katanya sambil menarik kursi kosong di samping Aini.Dhuha hanya mengangguk kecil. Ia masih merasa canggung setiap kali bertemu Ria, mengingat alasan keberadaan wanita itu dalam hidup mereka. Sementara itu, Aini mencoba tersenyum, meski di dalam hatinya ada perasaan tak nyaman yang berputar."Kak Aini, bagaimana kabarmu?" tanya Ria, nada suaranya lembut dan penuh perhatian."Baik, meskipun sedikit tidak enak badan hari ini," jawab Aini sambil menyandarkan tubuhnya ke kursi.Dhuha menatap istrinya dengan cemas. "Kalau masih merasa pusing, kita pulang saja, Sayang. Istirahat lebih penting."Aini menggeleng pelan. "Tidak apa-apa, Mas. Aku justru senang bertemu Ria di sini."Mata Ria menatap Dhuha dan Aini bergantian. Ia bisa merasakan ketegangan yan

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   324. Ucapan Maria

    Sore itu, langit menguning keemasan, memberi nuansa hangat yang kontras dengan perasaan Dhuha yang penuh beban. Ia melangkah menuju rumah besar yang sudah sejak kecil ia tinggali, rumah tempat ibunya, Maria, menunggunya dengan segudang pertanyaan yang selalu ia hindari."Duduklah, Nak," Maria mempersilakan putranya duduk di kursi teras yang nyaman. Di hadapannya, teh melati mengepul, menebar aroma menenangkan. Namun, Dhuha tahu, pembicaraan kali ini tidak akan senyaman teh itu."Apa kabar, Ma?" tanya Dhuha, mencoba mencairkan suasana. Pria itu membuka sepatunya, sekaligus melepas dua kancing kemeja abu-abunya paling atas. "Mama sehat, kamu minum dulu!" Dhuha mengangguk. Mengambil teh melati yang aromanya sangat sedap itu. "Mama bikin pisang goreng?" "Bukan, bibik yang masak. Kamu cuci tangan dulu sana, kalau mau makan pisang goreng." Dhuha mengangguk dan langsung masuk ke dalam rumah. Ia mencuci tangan di wastafel ruang tengah. "Keliatannya Mama sehat, ada apa Mama panggil aku ke

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   323. Bertemu Izzam dan Intan

    Aini meraih tangan Alex dan menjabatnya pelan. Kesepakatan ini mungkin bukan yang terbaik baginya, tapi setidaknya ini adalah langkah awal untuk bisa kembali dekat dengan anak-anaknya."Terima kasih, Mas," ucapnya dengan suara nyaris berbisik.Alex mengangguk tanpa ekspresi, sementara Zita masih menampilkan senyum ramahnya. Dhuha yang duduk di samping Aini tetap tenang, meskipun tatapannya sesekali bergeser pada Zita, menilai bagaimana wanita itu bersikap."Kapan aku bisa mulai bertemu mereka?" tanya Aini hati-hati.Alex menatap Zita sejenak, seolah meminta pendapatnya."Bagaimana kalau akhir pekan ini? Hari Sabtu setelah makan siang? Kita bisa bertemu di taman dekat rumah," usul Zita."Anak-anak pasti senang sekali," tambahnya masih dengan senyum yang sama. Aini tersenyum lega. "Baik, aku akan datang."Percakapan pun berlanjut dengan membahas hal-hal ringan mengenai kegiatan anak-anak. Zita dengan santai bercerita bagaimana Intan kini semakin menyukai menggambar dan Izzam mulai tert

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   322. Berdamai dengan Takdir

    Mobil sedan hitam itu berhenti di halaman rumah besar dengan taman yang tertata rapi. Anton menatap bangunan megah itu dengan napas berat. Sudah lebih dari sebulan Amel tinggal di sini, di rumah orang tuanya, meninggalkan rumah mereka yang seharusnya menjadi tempat membangun kebahagiaan bersama.Anton turun dari mobil, mengetuk pintu dengan sedikit ragu. Tak lama, seorang asisten rumah tangga membukakan pintu.“Masuklah, Mas. Mbak Amel ada di ruang tamu,” katanya dengan sopan.Anton melangkah masuk, mendapati Amel duduk di sofa, wajahnya dingin tanpa ekspresi. Sejujurnya, ia sudah mengira istrinya akan bereaksi seperti ini.“Assalamualaykum, Amel…” Anton membuka suara, suaranya bergetar. Kakinya melangkah pelan, sesekali melirik ruang tengah yang besar itu teramat sepi. Amel duduk di depan televisi dengan tatapan kosong. "Amel," panggil Anton lagi. Amel menoleh sekilas, lalu kembali menatap layar ponselnya tanpa minat. “Ada perlu apa datang ke sini?” tanya wanita itu sinis. Anton m

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   321. Bertemu Alex

    Pagi harinya, Aini bangun dengan tubuh lebih segar, meski pikirannya masih penuh dengan pertanyaan yang belum terjawab. Setelah menunaikan salat subuh berjamaah dengan Dhuha, ia menyiapkan sarapan sederhana berupa roti panggang dan omelet.Dhuha duduk di meja makan sambil menggulir layar ponselnya. Sesekali ia menatap Aini sambil tersenyum. "Aku selalu senang kalau lihat rambut kamu basah." Aini yang sedang mengangkat roti dari panggangan, langsung menoleh ke belakang. "Dih, dingin tahu!" balasnya sambil tersipu malu. Malu bila ingat kejadian semalam, ia yang terlalu bersemangat sampai mereka berdua jatuh dari ranjang. Suara tawa Dhuha menggema. "Tapi aku suka sama yang semalam. Boleh diulang dia hari lagi ha ha ha.... ""Emmoh!" Aini menaruh piring yang sudah ada roti panggang coklat di depan suaminya. "Diulang gerakannya, bukan jatohnya, ha ha ha... huk! huk!""Makanya jangan iseng, jadinya tersedak!" Aini memberikan air putih pada suaminya. "Maaf, Sayang, kenapa sih, aku selal

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   320. Siapa Wanita Itu?

    Aini menghapus air matanya dengan ujung jari, berusaha menenangkan diri. Dhuha masih menggenggam tangannya erat, memberikan kehangatan di tengah gemuruh emosinya. Dari kejauhan, ia memperhatikan Intan dan Izzam berjalan masuk ke dalam gerbang sekolah, sesekali menoleh ke belakang untuk melambaikan tangan pada wanita yang mengantar mereka.Siapa dia? Wanita itu tersenyum hangat, begitu akrab dengan Intan dan Izzam. Aini menelan ludah. Ada perasaan aneh yang menjalar di hatinya—perasaan kehilangan yang semakin nyata. Wanita yang sama persis dengan yang ada di media sosial Alex tempo hari. Apa wanita itu sudah menjadi istri Alex? "Mas, aku ingin tahu siapa dia," gumamnya pelan, hampir seperti bisikan.Dhuha menoleh ke arahnya, menatap dengan mata penuh pengertian. "Kalau kamu penasaran, kita bisa cari tahu. Tapi kamu harus siap dengan jawabannya."Aini menarik napas panjang. Apakah ia benar-benar siap? Ia tidak tahu. Namun, melihat bagaimana anak-anaknya terlihat nyaman dengan wanita it

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   319. Rindu Intan dan Izzam

    Maria menatap Miranti lekat-lekat, memastikan bahwa gadis itu benar-benar yakin dengan keputusannya. Sejak awal, ia tidak pernah membayangkan akan ada seseorang yang begitu rela mengorbankan dirinya seperti ini.“Tante akan bicara dengan Dhuha dan Aini,” ulang Maria, memastikan Miranti tidak berubah pikiran.Miranti mengangguk. “Terima kasih, Tante. Saya siap menghadapi mereka kapan pun. Kami hanya perlu bicara dari hati ke hati. Apapun nanti jawaban Aini dan Dhuha, saya juga gak keberatan."Maria menyandarkan punggungnya ke kursi. Pikirannya mulai mencari cara terbaik untuk menyampaikan hal ini kepada putranya dan menantunya. Aini mungkin masih belum sepenuhnya terbuka terhadap gagasan ini, meskipun ia sendiri yang mengusulkannya. Dhuha? Maria yakin putranya masih berada dalam fase menolak.Namun, waktu terus berjalan.Setelah makan siang mereka selesai, Maria dan Miranti berpisah. Namun, bagi Maria, ini bukan akhir, melainkan awal dari perjalanan yang lebih rumit. Apa Dhuha akan set

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   318.

    Aini terdiam mendengar syarat yang diajukan Dhuha. Matanya menatap suaminya, mencari keyakinan di balik permintaannya."Satu tahun, Mas?" ulangnya pelan.Dhuha mengangguk. "Iya, Ai. Kita sudah menunggu sejauh ini. Aku ingin kita memberi waktu untuk pernikahan kita lebih matang sebelum kita mengambil keputusan sebesar ini. Lagipula, dokter bilang kamu masih punya peluang hamil secara alami. Kenapa kita tidak mencoba lebih lama? Kamu bukan tidak bisa hamil, tapi memang belum waktunya. Sayang, aku ingin kita benar-benar yakin akan langkah yang ke depannya kita tempuh ini. Termasuk segala hal berkaitan dengan dampaknya, terutama mama."Aini menggigit bibirnya. Ia tahu suaminya tidak sepenuhnya setuju dengan usulannya, tapi setidaknya Dhuha tidak langsung menolaknya mentah-mentah. Ini sudah lebih baik daripada tidak ada kompromi sama sekali.Ria, yang sejak tadi memperhatikan mereka, akhirnya ikut angkat bicara. "Menurut saya, keputusan Mas Dhuha masuk akal, Kak Aini. Ini bukan hal kecil.

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status