Home / Rumah Tangga / Malam Pertama dengan Janda Anak 2 / 66. Suamiku Kembali Pada Mantannya

Share

66. Suamiku Kembali Pada Mantannya

last update Last Updated: 2024-10-08 23:03:50

"Kim, lu bisa ke ruangan gue?"

"Eh, udah masuk lu! Bukannya kata opa pengantin baru lagi?"

"Udah, masuk gue. Kata opa, pengantin basi karena gak ganti pasangan ha ha ha.... "

"Oke, gue nanti ke ruangan lu."

Dhuha menutup panggilannya pada Hakim. Ia benar-benar merasa ceroboh karena lupa bahwa ia pernah meminta Luna mengirimkan CV pada perusahaannya dan ia pula yang merekomendasikan pada pihak HRD. Tidak mungkin sekarang ia minta HRD memecat Luna karena mereka berdua sedang ada masalah? Apalagi, orang di kantornya yang tahu ia sudah menikah dengan Luna, hanya Hakim saja.

Tok! Tok!

"Masuk!" Pintu pun terbuka. Hakim berjalan masuk dengan santai.

"Gimana pengantin, baru? Kayaknya lu makin gemuk aja."

"Ck, baru dua hari. Gak dapat susu, baru dapat nasi doang!"

Pletak!

Hakim melemparkan pulpen ke arah Dhuha, untung saja pria itu bisa mengelak, sehingga mengenai kursi kebanggaannya saja.

"Otak lu!" Hakim mendengus kesal.

"Makanya, lu nikah, Kim. Emang lu gak jadi pacaran sama Intan?"
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Nurmila Karyadi
pede banget luna ..jelas" yg kenyang anton,dhuha baru dua kali..itu jg krn obat.
goodnovel comment avatar
Alisya Ayudia Rahmadani
mudah2an kesialan selalu menimpamu ya lunaaa... ......
goodnovel comment avatar
Tiraya
sok paling terdzalimi Lu Luuun Luuun .....yang salah siapa yang disalahin siapa.... sakit jiwa Luuuu
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   67. Kejutan Tak Terduga

    "Kamu yakin akan ke sana, Luna? Apa perlu Mama temani?" Luna menggelengkan kepala. "Biar Luna saja, Ma. Ini urusan wanita yang sama-sama pernah menikah dengan mas Dhuha. Aini itu sebenarnya bukan wanita jahat, ia hanya beruntung saja, Dhuha lebih berpihak padanya, daripada Luna.""Bukannya kamu baru masuk dan gak bisa kalau ijin? Bisa-bisa kamu kena SP." Luna menggigit bibirnya. Ia lupa bahwa sekarang ia sudah bekerja di kantor Dhuha. Masih baru pula, tentu saja tidak bisa ijin seenaknya. "Tidak jadi besok, Ma. Mungkin setelah training seminggu ini selesai. Luna gak ijin tidak masuk kantor, tetapi hanya ijin terlambat masuk. Luna harus membicarakan hal ini pada Aini agar wanita itu juga tahu diri dan gak kegeeran kalau mas Dhuha itu tinggal bersamanya."Selesai menyampaikan apa yang akan ia lakukan, Luna pun masuk ke kamarnya. Tubuhnya lelah karena ia sedang hamil muda. Untung saja bayinya kuat dan tidak membuatnya mabuk di kantor. ***Sementara itu, Dhuha sedang di kamar bersama

    Last Updated : 2024-10-09
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   68. Berciuman

    "Nyonya, saya mau menyampaikan informasi setelah dua hari ini menjalankan tugas dari Nyonya." Maria menatap pemuda di depannya dengan serius. Tatapannya yang tadi fokus pada laptop, kini menjadi begitu tajam pada orang suruhannya. "Katakan cepat karena saya masih ada pekerjaan." Pemuda itu mengangguk. "Pak Dhuha, dinikahkan kembali dengan wanita bernama Aini. Pak Dhuha membawa pakaian ke rumah sederhana dan tinggal di sana. Rumah dan apartemen Pak Dhuha kosong. Pak Dhuha mengganti mobilnya dengan motor. Pak Dhuha tidak pernah pulang terlambat dan selalu mengantar anak lelaki kecil ke sekolah." Maria menelan ludahnya. "Ada lagi?""Tuan Fauzi sering berkunjung ke sana. Tuan besar juga sering antar jemput sekolah anak lelaki kecil yang bernama Izzam. Terakhir yang baru kemarin saya dapatkan informasinya, wanita bernama Aini itu hamil." Maria tidak bisa menahan tawanya. Bukan tawa gembira, melainkan tawa nestapa. Anak lelaki yang begitu ia banggakan. Anak lelaki yang seharusnya bisa m

    Last Updated : 2024-10-09
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   69. Luna yang Terkejut

    Dhuha meletakkan kepalanya di atas tangan. Ia berbaring miring sambil menatap wajah polos Aini yang kini sudah terlelap. Istrinya masih kurang sehat, tapi karena ia tak bisa menahan diri, istrinya menjadi kelelahan. Dari wajah sederhana berkulit coklat itu, sorot mata pria itu kini berpindah pada perut Aini. Ia menghela napas, lalu memberikan senyuman. Dengan pelan dan hati-hati, Dhuha meletakkan telapak tangannya di atas perut Aini. Baik-baik di dalam sini sampai lahir ya. Do'akan ayah bisa menjadi ayah terbaik nanti dan do'akan ayah bisa segera jatuh cinta sama ibu. Dhuha mendaratkan kecupan di kening Aini. Lalu pria itu membetulkan selimut sang Istri. Sementara itu, Hakim yang baru saja melihat telepon genggamnya, tentu saja merasa terkejut akan pesan yang dikirimkan Dhuha. Ia baru saja selesai menyuapi Intan makan sambil menunggu suami istri itu sampai di rumah. Namun, hingga jam satu siang, tak kunjung pulang juga. "Waduh, Izzam!" Hakim terlonjak saat menyadari bahwa Izzam b

    Last Updated : 2024-10-10
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   70. Air mata

    "Senang sekali rasanya saya boleh tidur di sini. Gak sia-sia ajak kamu tidur di hotel satu malam." Dhuha menarik garis bibirnya begitu lebar. Pria itu semangat menepuk-nepuk bantal yang persis di samping Aini. Intan sudah tidur dan sengaja ditaruh di pinggir dekat tembok. Awalnya Intan di letakkan di tengah oleh Aini, tetapi Dhuha menggernya. "Mas kapan mau tidur? Ini sudah jam sepuluh. Emangnya besok gak kerja?" protes Aini. Sejak jam sembilan malam ia berbaring karena sudah mengantuk, tetapi suaminya terus saja mengoceh tidak jelas. "Aku gak bisa tidur. Mungkin karena belum capek." Aini melotot pada suaminya. "Di depan rumah Bu Ahmad lagi direnovasi. Mas Dhuha kalau mau capek, ke depan aja!" Mendengar celetukan istrinya, membuat pria itu tertawa. "Iya, aku cuma bercanda. Lagian aku juga ngerti. Masa minta hak mulu. Nanti anak kita kenapa-napa!" Aini yang sudah memunggungi suaminya, kini tiba-tiba berbalik. "Anak kita? Anak kita itu kalau bikinnya pakai cinta. Kalau bikinnya kar

    Last Updated : 2024-10-10
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   71. Kemarahan Dhuha

    Dhuha sudah sampai di kantor. Emosi masih bersarang di hati dan pikirannya. Pantas saja pria bernama Anton tiba-tiba datang ke rumahnya membawa gulali. Apa karena memang pria itu adalah ayah dari bayi yang dikandung Aini? Atau sebenarnya mereka adalah komplotan? Semakin ia memikirkan peristiwa tadi, semakin sakit hatinya. Tok! Tok! "Pak, permisi!""Jangan ganggu saya! Jangan biarkan siapapun masuk ke ruangan saya, termasuk kamu! Paham!""B-baik, Pak." Sekretaris pria itu begitu syok dan hampir menangis karena dibentak oleh bosnya. Dhuha belum pernah semarah ini sejak ia ditugaskan sebagai sekretaris. "Pak Dhuha kenapa, Mit?""Gak tahu, gue dibentak kenceng banget! Baru kali ini Pak Dhuha marah besar. Ada apa ya?" "Serius? Pak Dhuha bentak lo?" "Iya, pantesan dari baru sampai gue terus juga gak nengok sama sekali. Pintu ruangannya juga dibanting keras. Duh, ada apa ya? Gue jadi takut." Kasak-kusuk antar sekretaris Dhuha dan staf lainnya tentu saja dengan mudah menyebar sampai ke

    Last Updated : 2024-10-12
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   72. USG

    PoV Dhuha"Dhuha, ini sudah masuk bulan kelima kehamilan Luna. Kamu gak kepengen lihat bayi kamu? " ujar mamaku saat tengah menikmati sarapan di rumahnya. Ya, sejak Aini pergi entah ke mana, aku kembali tinggal di rumah mama. "Belum pasti juga itu bayi Dhuha, Ma." Mama menghela napas. "Kalau ternyata memang bayi kamu, gimana?" aku menaruh lagi sendok yang sudah aku pegang. "Dhuha akan tanggung jawab menafkahi anak Dhuha, tapi untuk rujuk dengan ibunya, mohon maaf, Ma. Dhuha tidak bisa. Luna selingkuh.""Bukannya Aini juga? Aini juga selingkuh'kan?" Aku langsung bangun dari duduk dengan kasar. "Saya berangkat, Ma. Pulang malam." Aku langsung keluar rumah tanpa mendengar interupsi dari mamaku. "Mama gak mau tahu, sore ini kamu harus ke rumah sakit. Temani Luna USG!" Aku sempat mendengar teriakan mama dari depan pintu, tetapi aku enggan menjawab. Hari-hariku sudah seperti biasa lagi. Hanya saja, jika aku melihat anak kecil seumuran Izzam, aku kembali mengingat anak dari Aini. Sayan

    Last Updated : 2024-10-12
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   73. Siapa Wanita Itu?

    "Ibu Luna!" Tiba-tiba tanganku ditarik oleh Luna saat seorang perawat memanggil namanya. Aku dan Anton masih saling mengunci pandangan, tetapi kemudian lelaki itu pergi. Aku menoleh pada Luna yang berekspresi biasa saja. "Wah, Mbak Luna datang bersama suami juga akhirnya." Aku hanya tersenyum tipis pada dokter yang nampak senang aku ikut datang. "Silakan langsung berbaring di ranjang, Mbak." Luna pun berbaring. Dokter mengoleskan seperti gel di atas perut Luna yang membuncit. "Mas-nya boleh mendekat, sini lihat bayinya." Aku pun mendekat, meski enggan. Bayi itu bergerak dan sudah terlihat bentuknya. Mata, hidung, kaki, telinga, semuanya ada. Jauh dalam hatiku aku bersyukur karena jika bayi yang dikandung Luna memang bayiku, paling tidak, ia sempurna secara fisik. "Gimana kondisi bayi saya, Dok?" tanya Luna. "Alhamdulillah semua kondisi baik dan sesuai ukuran bulannya. Bulan depan kontrol lagi, berarti masuk enam bulan ya. Banyak istirahat dan minum vitamin. Saya akan berikan vita

    Last Updated : 2024-10-13
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   74. Gue? Cemburu?

    "Rumah lo segede gini, gak takut dirampok, kalau sering ditinggal?" tanyaku berbasa-basi. "Nggak, ada satpam yang bantu bersih-bersih seminggu sekali. Awalnya emang di rumah ini ada CCTV, tapi sekarang udah gak berfungsi karena rumah ini emang gak ditempati mama. Ini karena kebetulan aja.""Oh, jadi lo nanti balik ke Surabaya s-sama cewek hamil tadi?" "Iya, gue ke Surabaya nganter Aini sama mama. Jadi, mama pergi ke sekolah lama Izzam. Itu nama ponakan gue yang laki. Sekalian ijin dan minta surat pindah." Aku menghela napas. Berarti Aini akan dibawa ke Surabaya. "Lex, kayaknya gue mules nih, gue pinjem kamar mandi belakang ya. Gak enak kalau ke kamar mandi di kamar lo lagi?" aku pura-pura menepuk pelan perut dengan wajah meringis. "Oh, gitu, bukan karena masakan di rumah gue kan?""Oh, b-bukan, ini gue beneran mules. Emang biasanya gue selalu rutin pagi-pagi, tapi tadi belum mules. Mungkin karena semalam gue minum." "Oh, ya, udah, terus aja, belok kiri dekat dapur kotor." "Oke,

    Last Updated : 2024-10-14

Latest chapter

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   209. Bicara pada Monic

    Dhuha berdiri di balkon apartemennya, pandangannya menembus pemandangan kota Bandung yang mulai dihiasi lampu-lampu malam. Angin dingin berembus lembut, membawa aroma hujan yang tersisa sejak sore tadi. Tapi bukan itu yang memenuhi pikirannya. Melainkan bayangan seorang perempuan, dengan senyum lembut yang selalu berhasil membuat hatinya berdebar. Aini.Wanita yang dulunya ia tak sudi menyentuhnya, tapi sekarang, dia bisa mati jika berjauhan dengannya. Ada sebuah kalimat petuah bertuliskan, membencilah sewajarnya, karena suatu saat kalian bisa jadi sangat mencintainya. Kini ia tidak tahu kapan tepatnya jatuh cinta lagi kepada mantan istrinya itu. Mungkin sejak pertama kali Aini datang kembali ke kehidupannya, meminta bantuan untuk menyelesaikan perceraian dengan Alex. Atau mungkin sejak mereka mulai berbagi ruang lagi di apartemen ini, saat Dhuha melihat sisi rapuh Aini yang selama ini jarang ia perhatikan. Namun, situasi mereka jauh dari kata sederhana. Aini masih terikat dalam per

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   208. Ai, Aku Boleh Tidur Di sini gak?

    Pagi-pagi sekali, bik Emi sudah sampai di apartemen Dhuha dengan membawa bahan masakan. Semalam Dhuha mengirimkan pesan pada wanita itu agar bisa datang lebih pagi dan membawa bahan masakan. Wanita itu sudah sibuk di dapur, sambil terus melihat ke arah ruang tengah, dimana bosnya sedang tidur pulas. Mendengar suara sedikit berisik di dapur, Dhuha terbangun. "Oh, udah datang, Bik," sapanya. "Sudah, Pak. Bapak tidur di luar? Lagi ada tamu ya?" Dhuha mengangguk "Iya, ada mama dan saudara saya. Makanya kamu semalam saya suruh datang cepat untuk masak. Biar Aini gak usah masak.""Baik, Pak, saya masak kwetiau kuah seafood, nasi goreng, dan ada jus buah. Apa itu cukup, Pak?""Cukup, Bik. Lanjutkan saja pekerjaan kamu." Dhuha berjalan masuk ke kamar mandi yang berada di luar. Ia tidak mau menganggu tidur mamanya dan juga Monic. Suara gemericik air dari wastafel dan aroma tumisan bawang putih memenuhi dapur apartemen Dhuha. Bik Emi sibuk mengaduk wajan sambil memotong sayuran di sampingn

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   207. Biarkan Aku Menyentuhmu

    Tok! Tok! Anton menoleh ke arah pintu kamar yang diketuk dua kali. Siapa lagi kalau bukan Luna. Pria itu menekan layar ponselnya untuk melihat jam. Sudah jam dua belas malam. Di luar hujan dan saat ini baru saja mati lampu. "Anton." Pria itu menghela napas. "Kenapa?""Maaf, apa kamu punya lilin lagi? Lilin di kamar udah mau habis." Anton melirik lilin yang ada di lantai kamar yang juga tinggal kurang lebih lima senti saja. Pria itu akhirnya membuka pintu kamar. "Di dapur gak ada?" Luna menggelengkan kepala. "Ya sudah, tunggu sebentar." Anton berjalan ke dapur, sedangkan Luna masuk ke kamar yang dulu pernah ia tiduri selama empat tahun lamanya. Kamarnya masih sama, ranjangnya juga. Ia bisa melihat keadaan kamar itu dari temaram cahaya lilin. Lalu ia melihat ke arah dinding yang biasanya ada foto pernikahannya, tetapi kini sudah tidak ada. Foto pernikahan di mana posenya seperti singa yang hendak menerkam mangsa. Beda dengan Anton yang tersenyum. "Ngapain kamu di sini?" tanya Anto

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   206. Siapa Suruh Cium Bibirku?

    "Jadi, lo berangkat malam ini ke Surabaya?" Dhuha mengaduk latte-nya dengan malas, matanya mengamati Hakim yang tampak sibuk memeriksa pesan di ponselnya. Kedua sepupu itu ketemu di sebuah kafe dekat dengan kantor Hakim. "Iya, gue udah pesen tiket tadi pagi," jawab Hakim tanpa mengalihkan pandangan dari layar ponsel. "Resepsi pernikahannya Kinanti kan besok pagi. Gue nggak mungkin datang telat. Mama, papa, sama Amel udah di sana dari jumat karena menyaksikan aksi nikah. Lo beneran gak datang?" "Kayaknya bakal rame, ya. Semua keluarga ngumpul," Dhuha menyesap minumannya."Iya, kalau lagi ada momen nikahan, emang selalu kumpul kan. Mami Maria juga gak datang kayaknya karena masih belum pulih ya?" tanya Hakim. Dhuha pun mengangguk. Ia yang melarang mamanya terbang ke Surabaya karena kondisi kesehatan. "Gue udah transfer langsung ke Kinanti. Dari gue sama mama. Mungkin kalau mama udah enakan, baru ke sana." Hakim pun mengangguk mafhum. "By the way, gimana kabar Amel? Udah lama gue n

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   205. Siapa yang Harus Aku Pilih?

    “Amel, kamu yakin nggak mau mencoba mengenal Levi lebih jauh?” suara Viona terdengar lembut, tapi tetap mendesak.Amel menatap ibunya dengan alis bertaut. Ia baru saja turun ke ruang makan untuk sarapan, tapi Viona sudah memulai lagi topik yang sama. “Ma, aku sudah bilang, aku masih sama Anton. Aku nggak tertarik untuk mengenal siapa pun lagi. Mama tahu kan, aku perempuan yang jarang sekali pacaran dan baru kali ini aku senang sama lelaki dewasa yang bertanggung jawab."Viona menghela napas panjang, menahan diri agar tidak meledak. Fahri yang duduk di sebelahnya ikut menimpali. “Amel, kami hanya ingin yang terbaik buat kamu. Anton itu... ya, kamu tahu sendiri, dia punya banyak masalah. Dia duda dengan satu anak. Kami nggak yakin dia bisa membuatmu bahagia. Apalagi dia duda bercerai, bukan ditinggal meninggal istrinya. Mama dan papa harap, kamu mau memikirkan perkenalan dengan Levi. Just friends, girl!"“Papa, Mama, aku tahu kalian nggak setuju sama hubungan kami,” jawab Amel, suaranya

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   204. Maafkan Aku

    “Mas, Luna masih di sana?” suara Amel terdengar di ujung telepon, nadanya penuh kehati-hatian namun sarat kecurigaan.Anton menghela napas panjang sebelum menjawab, “Iya, Sayang. Luna masih di sini. Tapi, percayalah, dia cuma di sini sampai urusan perceraian kami selesai.”“Tapi kenapa dia harus tinggal di rumahmu? Bukankah itu bisa diselesaikan tanpa harus tinggal bersama?” suara Amel sedikit bergetar. “Aku ini cemburu, Mas. Aku nggak bisa bohong soal itu. Aku takut kalau kalian berdua jadi rujuk. Apalagi, aku harus di Surabaya sampai tiga hari. Ck, ingin banget aku buru-buru pulang, tapi gak bisa. Acara nikahan sodaraku rumit."“Amel, dengarkan aku.” Anton menekankan suaranya, mencoba meyakinkan Amel. “Aku dan Luna sudah selesai. Tidak ada lagi apa-apa di antara kami selain tanggung jawab sebagai orang tua untuk Aris. Dia hanya di sini demi anak kami. Aku mohon, percayalah padaku. Kamu masih gak percaya sama aku?"Namun, jawaban itu tidak sepenuhnya membuat hati Amel tenang. Ia ter

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   203. Aku Masih Istrimu, Mas!

    “Luna, kamu sebaiknya pergi dari sini,” ujar Anton dengan nada tegas, meski suaranya terdengar lelah. Ia berdiri di ruang tamu, menatap Luna yang sedang menyapu lantai dengan gerakan santai, seolah-olah dia adalah pemilik sah rumah itu. Dan memang saat ini statusnya masih istri Anton, tentu saja tak ada masalah dengan kegiatannya membereskan rumah. “Aku tidak akan pergi, Mas,” jawab Luna tanpa menoleh, tetap melanjutkan pekerjaannya. “Aku istrimu, dan sampai pengadilan memutuskan sebaliknya, aku akan tetap di sini.”Tumben sekali panggil, Mas! Apa dia kesambet? Batin Anton. “Kita sedang dalam proses perceraian,” balas Anton, suaranya meninggi. “Kamu tahu itu. Apa yang kamu harapkan dengan tinggal di sini? Rumah tangga ini gak ada harapan. Sejak awal rumah tangga ini berdiri tanpa cinta."Luna berhenti menyapu. Dia menatap Anton dengan mata yang tenang, seolah kata-kata pria itu tidak ada artinya. “Aku tidak di sini untuk cinta, Mas. Aku di sini untuk Aris. Untuk rumah ini. Dan untuk

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   202. Dibuang ke Jurang

    "Jika kamu mau bicara, bicara padaku, bukan dengan Aini. Jika tidak, sebaiknya kamu pergi! Ini unitku dan aku bisa mengusirmu kapan saja!" Alex menahan diri agar tidak emosi di depan Dhuha. Ia tahu jika ia melawan maka ia akan diusir dari apartemen. Apalagi dua security yang menemani Dhuha sudah siap sedia untuk menyeretnya. Bisa dilihat dari tatapan dua pria bertubuh tinggi besar itu. "Jika mau, kita bicara di kafe di bawah. Sebagai lelaki, bagaimana?" tawar Dhuha. Alex tidak menyahut, tapi pria itu pun pergi masuk ke dalam lift. Dhuha mengikuti dari belakang. Kini keduanya sudah duduk di kafe yang berada di lantai satu apartemen. "Lo udah sarapan? Mau pesan makan?" Alex tak menjawab. “Dhuha,” suara Alex terdengar serak, berusaha menahan gejolak di dadanya. Mereka berdua duduk di beranda rumah Dhuha, malam yang sunyi hanya ditemani suara alunan khas musik kafe pagi hari. “Aku ingin kamu jawab jujur satu hal.”Dhuha menatap Alex, ekspresinya datar namun matanya tajam. “Tanya saja,

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   201. Keramas Pagi-pagi

    Ruang televisi yang tadinya dipenuhi suara tawa dari film komedi romantis kini senyap, hanya menyisakan desahan napas tertahan dari dua insan yang saling berpandangan. Dhuha masih duduk di sofa, matanya membulat, sementara Aini berdiri terburu-buru. Wajahnya memerah hingga ke telinga. Ia tidak menunggu lama untuk berlari masuk ke kamarnya, meninggalkan Dhuha yang masih membeku di tempat. Detak jantungnya masih tak beraturan. Di kamar, Aini menjatuhkan dirinya ke ranjang. Jantungnya berdetak terlalu cepat, tangannya gemetar saat menyentuh bibirnya sendiri. "Apa yang aku lakukan?!" bisiknya. Ia menutup wajah dengan kedua tangannya, berharap rasa malu itu bisa mereda. Tapi semakin ia mengingat kejadian tadi, semakin panas wajahnya."Kenapa aku nekat cium Dhuha? Ya ampun, malunya!"Ia telah mencium Dhuha. Bukan kecupan iseng, melainkan ciuman yang terasa nyata, penuh emosi. Dan yang membuatnya semakin sulit menerima adalah kenyataan bahwa ia yang memulai. Ia yang duduk di pangkuan Dhuha,

DMCA.com Protection Status