Share

68. Berciuman

last update Last Updated: 2024-10-09 23:17:21

"Nyonya, saya mau menyampaikan informasi setelah dua hari ini menjalankan tugas dari Nyonya." Maria menatap pemuda di depannya dengan serius. Tatapannya yang tadi fokus pada laptop, kini menjadi begitu tajam pada orang suruhannya.

"Katakan cepat karena saya masih ada pekerjaan." Pemuda itu mengangguk.

"Pak Dhuha, dinikahkan kembali dengan wanita bernama Aini. Pak Dhuha membawa pakaian ke rumah sederhana dan tinggal di sana. Rumah dan apartemen Pak Dhuha kosong. Pak Dhuha mengganti mobilnya dengan motor. Pak Dhuha tidak pernah pulang terlambat dan selalu mengantar anak lelaki kecil ke sekolah." Maria menelan ludahnya.

"Ada lagi?"

"Tuan Fauzi sering berkunjung ke sana. Tuan besar juga sering antar jemput sekolah anak lelaki kecil yang bernama Izzam. Terakhir yang baru kemarin saya dapatkan informasinya, wanita bernama Aini itu hamil." Maria tidak bisa menahan tawanya. Bukan tawa gembira, melainkan tawa nestapa.

Anak lelaki yang begitu ia banggakan. Anak lelaki yang seharusnya bisa m
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (4)
goodnovel comment avatar
Silvana Dewy
seru dan bikin penasaran ni autthor
goodnovel comment avatar
Nurmila Karyadi
gak cinta tp kelabakan ditinggal aini
goodnovel comment avatar
Alisya Ayudia Rahmadani
bikin Aini jd perempuan yg cerdas dan cantik dong thorr... biar yg jahat ga bs menindas Aini
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   69. Luna yang Terkejut

    Dhuha meletakkan kepalanya di atas tangan. Ia berbaring miring sambil menatap wajah polos Aini yang kini sudah terlelap. Istrinya masih kurang sehat, tapi karena ia tak bisa menahan diri, istrinya menjadi kelelahan. Dari wajah sederhana berkulit coklat itu, sorot mata pria itu kini berpindah pada perut Aini. Ia menghela napas, lalu memberikan senyuman. Dengan pelan dan hati-hati, Dhuha meletakkan telapak tangannya di atas perut Aini. Baik-baik di dalam sini sampai lahir ya. Do'akan ayah bisa menjadi ayah terbaik nanti dan do'akan ayah bisa segera jatuh cinta sama ibu. Dhuha mendaratkan kecupan di kening Aini. Lalu pria itu membetulkan selimut sang Istri. Sementara itu, Hakim yang baru saja melihat telepon genggamnya, tentu saja merasa terkejut akan pesan yang dikirimkan Dhuha. Ia baru saja selesai menyuapi Intan makan sambil menunggu suami istri itu sampai di rumah. Namun, hingga jam satu siang, tak kunjung pulang juga. "Waduh, Izzam!" Hakim terlonjak saat menyadari bahwa Izzam b

    Last Updated : 2024-10-10
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   70. Air mata

    "Senang sekali rasanya saya boleh tidur di sini. Gak sia-sia ajak kamu tidur di hotel satu malam." Dhuha menarik garis bibirnya begitu lebar. Pria itu semangat menepuk-nepuk bantal yang persis di samping Aini. Intan sudah tidur dan sengaja ditaruh di pinggir dekat tembok. Awalnya Intan di letakkan di tengah oleh Aini, tetapi Dhuha menggernya. "Mas kapan mau tidur? Ini sudah jam sepuluh. Emangnya besok gak kerja?" protes Aini. Sejak jam sembilan malam ia berbaring karena sudah mengantuk, tetapi suaminya terus saja mengoceh tidak jelas. "Aku gak bisa tidur. Mungkin karena belum capek." Aini melotot pada suaminya. "Di depan rumah Bu Ahmad lagi direnovasi. Mas Dhuha kalau mau capek, ke depan aja!" Mendengar celetukan istrinya, membuat pria itu tertawa. "Iya, aku cuma bercanda. Lagian aku juga ngerti. Masa minta hak mulu. Nanti anak kita kenapa-napa!" Aini yang sudah memunggungi suaminya, kini tiba-tiba berbalik. "Anak kita? Anak kita itu kalau bikinnya pakai cinta. Kalau bikinnya kar

    Last Updated : 2024-10-10
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   71. Kemarahan Dhuha

    Dhuha sudah sampai di kantor. Emosi masih bersarang di hati dan pikirannya. Pantas saja pria bernama Anton tiba-tiba datang ke rumahnya membawa gulali. Apa karena memang pria itu adalah ayah dari bayi yang dikandung Aini? Atau sebenarnya mereka adalah komplotan? Semakin ia memikirkan peristiwa tadi, semakin sakit hatinya. Tok! Tok! "Pak, permisi!""Jangan ganggu saya! Jangan biarkan siapapun masuk ke ruangan saya, termasuk kamu! Paham!""B-baik, Pak." Sekretaris pria itu begitu syok dan hampir menangis karena dibentak oleh bosnya. Dhuha belum pernah semarah ini sejak ia ditugaskan sebagai sekretaris. "Pak Dhuha kenapa, Mit?""Gak tahu, gue dibentak kenceng banget! Baru kali ini Pak Dhuha marah besar. Ada apa ya?" "Serius? Pak Dhuha bentak lo?" "Iya, pantesan dari baru sampai gue terus juga gak nengok sama sekali. Pintu ruangannya juga dibanting keras. Duh, ada apa ya? Gue jadi takut." Kasak-kusuk antar sekretaris Dhuha dan staf lainnya tentu saja dengan mudah menyebar sampai ke

    Last Updated : 2024-10-12
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   72. USG

    PoV Dhuha"Dhuha, ini sudah masuk bulan kelima kehamilan Luna. Kamu gak kepengen lihat bayi kamu? " ujar mamaku saat tengah menikmati sarapan di rumahnya. Ya, sejak Aini pergi entah ke mana, aku kembali tinggal di rumah mama. "Belum pasti juga itu bayi Dhuha, Ma." Mama menghela napas. "Kalau ternyata memang bayi kamu, gimana?" aku menaruh lagi sendok yang sudah aku pegang. "Dhuha akan tanggung jawab menafkahi anak Dhuha, tapi untuk rujuk dengan ibunya, mohon maaf, Ma. Dhuha tidak bisa. Luna selingkuh.""Bukannya Aini juga? Aini juga selingkuh'kan?" Aku langsung bangun dari duduk dengan kasar. "Saya berangkat, Ma. Pulang malam." Aku langsung keluar rumah tanpa mendengar interupsi dari mamaku. "Mama gak mau tahu, sore ini kamu harus ke rumah sakit. Temani Luna USG!" Aku sempat mendengar teriakan mama dari depan pintu, tetapi aku enggan menjawab. Hari-hariku sudah seperti biasa lagi. Hanya saja, jika aku melihat anak kecil seumuran Izzam, aku kembali mengingat anak dari Aini. Sayan

    Last Updated : 2024-10-12
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   73. Siapa Wanita Itu?

    "Ibu Luna!" Tiba-tiba tanganku ditarik oleh Luna saat seorang perawat memanggil namanya. Aku dan Anton masih saling mengunci pandangan, tetapi kemudian lelaki itu pergi. Aku menoleh pada Luna yang berekspresi biasa saja. "Wah, Mbak Luna datang bersama suami juga akhirnya." Aku hanya tersenyum tipis pada dokter yang nampak senang aku ikut datang. "Silakan langsung berbaring di ranjang, Mbak." Luna pun berbaring. Dokter mengoleskan seperti gel di atas perut Luna yang membuncit. "Mas-nya boleh mendekat, sini lihat bayinya." Aku pun mendekat, meski enggan. Bayi itu bergerak dan sudah terlihat bentuknya. Mata, hidung, kaki, telinga, semuanya ada. Jauh dalam hatiku aku bersyukur karena jika bayi yang dikandung Luna memang bayiku, paling tidak, ia sempurna secara fisik. "Gimana kondisi bayi saya, Dok?" tanya Luna. "Alhamdulillah semua kondisi baik dan sesuai ukuran bulannya. Bulan depan kontrol lagi, berarti masuk enam bulan ya. Banyak istirahat dan minum vitamin. Saya akan berikan vita

    Last Updated : 2024-10-13
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   74. Gue? Cemburu?

    "Rumah lo segede gini, gak takut dirampok, kalau sering ditinggal?" tanyaku berbasa-basi. "Nggak, ada satpam yang bantu bersih-bersih seminggu sekali. Awalnya emang di rumah ini ada CCTV, tapi sekarang udah gak berfungsi karena rumah ini emang gak ditempati mama. Ini karena kebetulan aja.""Oh, jadi lo nanti balik ke Surabaya s-sama cewek hamil tadi?" "Iya, gue ke Surabaya nganter Aini sama mama. Jadi, mama pergi ke sekolah lama Izzam. Itu nama ponakan gue yang laki. Sekalian ijin dan minta surat pindah." Aku menghela napas. Berarti Aini akan dibawa ke Surabaya. "Lex, kayaknya gue mules nih, gue pinjem kamar mandi belakang ya. Gak enak kalau ke kamar mandi di kamar lo lagi?" aku pura-pura menepuk pelan perut dengan wajah meringis. "Oh, gitu, bukan karena masakan di rumah gue kan?""Oh, b-bukan, ini gue beneran mules. Emang biasanya gue selalu rutin pagi-pagi, tapi tadi belum mules. Mungkin karena semalam gue minum." "Oh, ya, udah, terus aja, belok kiri dekat dapur kotor." "Oke,

    Last Updated : 2024-10-14
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   75. Digendong

    PoV AiniAku membantu bu Asma memasak sarapan pagi ini. Ini hari kedua aku tiba di Jakarta lagi, setelah sekian bulan aku tinggal di Surabaya. Alasannya adalah karena sekolah baru Izzam meminta surat pindah sekolah. Padahal masih TK, aku mengira tidak perlu pakai surat pindah, tetapi kebijakan sekolah baru Izzam, membutuhkan tersebut. "Masak apa?" tanya Alex, adik dari almarhumah mbak Listy. Wanita yang merupakan cinta pertama suamiku dan kemudian menjadi pelakor dalam rumah tanggaku. "Mama bikin nasi goreng dan ayam goreng serundeng. Ada roti bakar untuk anak-anak. Kamu mau makan yang mana, terserah kamu aja. Tinggal pilih." Jawaban dari bu Asma. Aku sedang menyeduh teh dalam teko saat itu. "Ada teman Alex, Ma.""Iya, Mama lihat dari jendela semalam. Kamu bawa temen mabuk. Dia boleh gabung di meja makan kalau sudah hilang mabuknya. Mama gak mau kalau sampai ponakan kamu melihat orang mabuk berkeliaran di rumah ini.""Iya, Ma, lagian karena dia terlalu mabuk aja. Kalau nggak, juga

    Last Updated : 2024-10-14
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   76. Kembali ke Surabaya

    "Dhuha, lo bisa tolong bawain paper bag belanjaan gue? Please!" "Oh, gitu, ya... baiklah. Biar gue bantu bawain." Mas Alex menggendongku untuk sampai di bangku yang terletak di pinggir dekat tenant kopi. Lalu mas Dhuha benar-benar membawakan paper bag dengan wajahnya yang ditekuk. "Mbak mau makan dulu?" tanyaas Alex. "Iya, lagi pengen makan ayam crispy." Aku menelan ludah membayangkan betapa nikmatnya makan ayam kriuk. "Tapi, kita bungkus aja ya. Saya khawatir kalau makan di tempat, Mbak Aini malah kenapa-napa. Tunggu di sini ya, saya belikan dulu.""Dhuha, lo temenin dulu mbak Aini ya." Duh, kenapa mas Alex malah minta pria itu yang menungguku. "Ya, gue di sini saja." Aku mengeluarkan ponsel berlogo apel digigit yang dibelikan bu Asma. HP canggih seperti milik mas Dhuha dan mbak Luna. HP yang selama ini hanya bisa aku lihat saja, kini bisa aku gunakan meskipun hanya untuk berkirim pesan whatsapp dan menelepon. Aku sama sekali tidak peduli dengan mas Dhuha yang ternyata sudah du

    Last Updated : 2024-10-15

Latest chapter

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   326. Buah Kesabaran

    Hari itu, matahari bersinar lembut, seolah ikut merayakan kebahagiaan yang memenuhi hati Aini dan Dhuha. Kabar kehamilan Aini menjadi hadiah yang tidak pernah mereka sangka akan datang secepat ini. Setelah bertahun-tahun penantian dan berbagai ujian, akhirnya doa mereka terjawab.Setelah meninggalkan klinik, Dhuha tidak henti-hentinya menggenggam tangan Aini. Tatapan matanya penuh dengan cinta dan rasa syukur.“Aku masih tidak percaya, Sayang,” gumamnya sambil mencuri pandang ke arah istrinya yang duduk di sebelahnya di dalam mobil.Aini tersenyum, meski air matanya belum benar-benar kering. “Aku juga, Mas. Sepertinya Allah benar-benar ingin menguji kesabaran kita sebelum akhirnya memberikan anugerah ini.”Dhuha mengangguk. “Dan kamu lulus ujian itu dengan begitu sabar dan tulus.”Aini menatap suaminya. “Bukan cuma aku. Kita berdua.”Sesampainya di rumah, Dhuha langsung menghubungi keluarganya. Maria awalnya tidak percaya, tapi saat Dhuha menunjukkan foto USG Aini, maka wanita paruh b

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   325. Kejutan dari Ria

    Ria berdiri tidak jauh dari meja mereka, mengenakan blouse berwarna pastel dan rok panjang yang anggun. Wajahnya tampak terkejut, tetapi segera berubah menjadi senyum hangat saat ia mendekat."Aku tidak menyangka akan bertemu kalian di sini," katanya sambil menarik kursi kosong di samping Aini.Dhuha hanya mengangguk kecil. Ia masih merasa canggung setiap kali bertemu Ria, mengingat alasan keberadaan wanita itu dalam hidup mereka. Sementara itu, Aini mencoba tersenyum, meski di dalam hatinya ada perasaan tak nyaman yang berputar."Kak Aini, bagaimana kabarmu?" tanya Ria, nada suaranya lembut dan penuh perhatian."Baik, meskipun sedikit tidak enak badan hari ini," jawab Aini sambil menyandarkan tubuhnya ke kursi.Dhuha menatap istrinya dengan cemas. "Kalau masih merasa pusing, kita pulang saja, Sayang. Istirahat lebih penting."Aini menggeleng pelan. "Tidak apa-apa, Mas. Aku justru senang bertemu Ria di sini."Mata Ria menatap Dhuha dan Aini bergantian. Ia bisa merasakan ketegangan yan

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   324. Ucapan Maria

    Sore itu, langit menguning keemasan, memberi nuansa hangat yang kontras dengan perasaan Dhuha yang penuh beban. Ia melangkah menuju rumah besar yang sudah sejak kecil ia tinggali, rumah tempat ibunya, Maria, menunggunya dengan segudang pertanyaan yang selalu ia hindari."Duduklah, Nak," Maria mempersilakan putranya duduk di kursi teras yang nyaman. Di hadapannya, teh melati mengepul, menebar aroma menenangkan. Namun, Dhuha tahu, pembicaraan kali ini tidak akan senyaman teh itu."Apa kabar, Ma?" tanya Dhuha, mencoba mencairkan suasana. Pria itu membuka sepatunya, sekaligus melepas dua kancing kemeja abu-abunya paling atas. "Mama sehat, kamu minum dulu!" Dhuha mengangguk. Mengambil teh melati yang aromanya sangat sedap itu. "Mama bikin pisang goreng?" "Bukan, bibik yang masak. Kamu cuci tangan dulu sana, kalau mau makan pisang goreng." Dhuha mengangguk dan langsung masuk ke dalam rumah. Ia mencuci tangan di wastafel ruang tengah. "Keliatannya Mama sehat, ada apa Mama panggil aku ke

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   323. Bertemu Izzam dan Intan

    Aini meraih tangan Alex dan menjabatnya pelan. Kesepakatan ini mungkin bukan yang terbaik baginya, tapi setidaknya ini adalah langkah awal untuk bisa kembali dekat dengan anak-anaknya."Terima kasih, Mas," ucapnya dengan suara nyaris berbisik.Alex mengangguk tanpa ekspresi, sementara Zita masih menampilkan senyum ramahnya. Dhuha yang duduk di samping Aini tetap tenang, meskipun tatapannya sesekali bergeser pada Zita, menilai bagaimana wanita itu bersikap."Kapan aku bisa mulai bertemu mereka?" tanya Aini hati-hati.Alex menatap Zita sejenak, seolah meminta pendapatnya."Bagaimana kalau akhir pekan ini? Hari Sabtu setelah makan siang? Kita bisa bertemu di taman dekat rumah," usul Zita."Anak-anak pasti senang sekali," tambahnya masih dengan senyum yang sama. Aini tersenyum lega. "Baik, aku akan datang."Percakapan pun berlanjut dengan membahas hal-hal ringan mengenai kegiatan anak-anak. Zita dengan santai bercerita bagaimana Intan kini semakin menyukai menggambar dan Izzam mulai tert

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   322. Berdamai dengan Takdir

    Mobil sedan hitam itu berhenti di halaman rumah besar dengan taman yang tertata rapi. Anton menatap bangunan megah itu dengan napas berat. Sudah lebih dari sebulan Amel tinggal di sini, di rumah orang tuanya, meninggalkan rumah mereka yang seharusnya menjadi tempat membangun kebahagiaan bersama.Anton turun dari mobil, mengetuk pintu dengan sedikit ragu. Tak lama, seorang asisten rumah tangga membukakan pintu.“Masuklah, Mas. Mbak Amel ada di ruang tamu,” katanya dengan sopan.Anton melangkah masuk, mendapati Amel duduk di sofa, wajahnya dingin tanpa ekspresi. Sejujurnya, ia sudah mengira istrinya akan bereaksi seperti ini.“Assalamualaykum, Amel…” Anton membuka suara, suaranya bergetar. Kakinya melangkah pelan, sesekali melirik ruang tengah yang besar itu teramat sepi. Amel duduk di depan televisi dengan tatapan kosong. "Amel," panggil Anton lagi. Amel menoleh sekilas, lalu kembali menatap layar ponselnya tanpa minat. “Ada perlu apa datang ke sini?” tanya wanita itu sinis. Anton m

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   321. Bertemu Alex

    Pagi harinya, Aini bangun dengan tubuh lebih segar, meski pikirannya masih penuh dengan pertanyaan yang belum terjawab. Setelah menunaikan salat subuh berjamaah dengan Dhuha, ia menyiapkan sarapan sederhana berupa roti panggang dan omelet.Dhuha duduk di meja makan sambil menggulir layar ponselnya. Sesekali ia menatap Aini sambil tersenyum. "Aku selalu senang kalau lihat rambut kamu basah." Aini yang sedang mengangkat roti dari panggangan, langsung menoleh ke belakang. "Dih, dingin tahu!" balasnya sambil tersipu malu. Malu bila ingat kejadian semalam, ia yang terlalu bersemangat sampai mereka berdua jatuh dari ranjang. Suara tawa Dhuha menggema. "Tapi aku suka sama yang semalam. Boleh diulang dia hari lagi ha ha ha.... ""Emmoh!" Aini menaruh piring yang sudah ada roti panggang coklat di depan suaminya. "Diulang gerakannya, bukan jatohnya, ha ha ha... huk! huk!""Makanya jangan iseng, jadinya tersedak!" Aini memberikan air putih pada suaminya. "Maaf, Sayang, kenapa sih, aku selal

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   320. Siapa Wanita Itu?

    Aini menghapus air matanya dengan ujung jari, berusaha menenangkan diri. Dhuha masih menggenggam tangannya erat, memberikan kehangatan di tengah gemuruh emosinya. Dari kejauhan, ia memperhatikan Intan dan Izzam berjalan masuk ke dalam gerbang sekolah, sesekali menoleh ke belakang untuk melambaikan tangan pada wanita yang mengantar mereka.Siapa dia? Wanita itu tersenyum hangat, begitu akrab dengan Intan dan Izzam. Aini menelan ludah. Ada perasaan aneh yang menjalar di hatinya—perasaan kehilangan yang semakin nyata. Wanita yang sama persis dengan yang ada di media sosial Alex tempo hari. Apa wanita itu sudah menjadi istri Alex? "Mas, aku ingin tahu siapa dia," gumamnya pelan, hampir seperti bisikan.Dhuha menoleh ke arahnya, menatap dengan mata penuh pengertian. "Kalau kamu penasaran, kita bisa cari tahu. Tapi kamu harus siap dengan jawabannya."Aini menarik napas panjang. Apakah ia benar-benar siap? Ia tidak tahu. Namun, melihat bagaimana anak-anaknya terlihat nyaman dengan wanita it

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   319. Rindu Intan dan Izzam

    Maria menatap Miranti lekat-lekat, memastikan bahwa gadis itu benar-benar yakin dengan keputusannya. Sejak awal, ia tidak pernah membayangkan akan ada seseorang yang begitu rela mengorbankan dirinya seperti ini.“Tante akan bicara dengan Dhuha dan Aini,” ulang Maria, memastikan Miranti tidak berubah pikiran.Miranti mengangguk. “Terima kasih, Tante. Saya siap menghadapi mereka kapan pun. Kami hanya perlu bicara dari hati ke hati. Apapun nanti jawaban Aini dan Dhuha, saya juga gak keberatan."Maria menyandarkan punggungnya ke kursi. Pikirannya mulai mencari cara terbaik untuk menyampaikan hal ini kepada putranya dan menantunya. Aini mungkin masih belum sepenuhnya terbuka terhadap gagasan ini, meskipun ia sendiri yang mengusulkannya. Dhuha? Maria yakin putranya masih berada dalam fase menolak.Namun, waktu terus berjalan.Setelah makan siang mereka selesai, Maria dan Miranti berpisah. Namun, bagi Maria, ini bukan akhir, melainkan awal dari perjalanan yang lebih rumit. Apa Dhuha akan set

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   318.

    Aini terdiam mendengar syarat yang diajukan Dhuha. Matanya menatap suaminya, mencari keyakinan di balik permintaannya."Satu tahun, Mas?" ulangnya pelan.Dhuha mengangguk. "Iya, Ai. Kita sudah menunggu sejauh ini. Aku ingin kita memberi waktu untuk pernikahan kita lebih matang sebelum kita mengambil keputusan sebesar ini. Lagipula, dokter bilang kamu masih punya peluang hamil secara alami. Kenapa kita tidak mencoba lebih lama? Kamu bukan tidak bisa hamil, tapi memang belum waktunya. Sayang, aku ingin kita benar-benar yakin akan langkah yang ke depannya kita tempuh ini. Termasuk segala hal berkaitan dengan dampaknya, terutama mama."Aini menggigit bibirnya. Ia tahu suaminya tidak sepenuhnya setuju dengan usulannya, tapi setidaknya Dhuha tidak langsung menolaknya mentah-mentah. Ini sudah lebih baik daripada tidak ada kompromi sama sekali.Ria, yang sejak tadi memperhatikan mereka, akhirnya ikut angkat bicara. "Menurut saya, keputusan Mas Dhuha masuk akal, Kak Aini. Ini bukan hal kecil.

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status