Share

48. Gak Pulang

last update Terakhir Diperbarui: 2024-09-23 22:02:18

PoV Dhuha

Kalau gak ada satu, setengah milyar juga gak papa, Dhuha. Papa perlu banget. Cuma kamu menantu papa yang bisa menolong papa.

Aku menekan pangkal hidung dengan kuat. Sejak orang tua Luna tinggal bersamaku, tidak habis urusan uang, uang, dan uang. Bukan jutaan lagi atau belasan juta, tapi milyaran. Satu milyar sudah pernah aku berikan, tapi tidak ada nampak di matanya. Empat belas hari berumah tangga, selama empat belas hari juga aku dibuat sakit kepala, sampai aku malas pulang.

"Dhuha, lo kenapa? Itu, Om Fauzan nungguin lo ngomong," ujar Hakim sambil menyikut tanganku.

"Eh, i-iya, kenapa?" tanyaku masih belum tersambung dengan apa yang sedang ditunggu enam orang dalam ruang rapat.

"Sepertinya sejak menikah, kamu banyak melamun. Ada apa? Jika ada masalah, selesaikan dahulu secara baik-baik, baru kamu ngantor. Kalau gini, kamu bikin kerjaan jadi lambat. Ada apa, Dhuha?" tanya om Fauzan dengan nada tegasnya.

"Bukan apa-apa, Om. Cuma lagi gak enak badan aja. Mungkin kecapean
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (8)
goodnovel comment avatar
Nurmila Karyadi
lki payah,makan tuh cinta
goodnovel comment avatar
Titik Saraswati
seru ceritanya sayangnya babnya pendek2
goodnovel comment avatar
Diganti Mawaddah
biar cepat jdi duda yak hehehe
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   49. Minta Ijin pada Mama

    "Lo gak ngantor? Nanti istri lo nyariin, Dhu." Aku menyesap kopi susu buatan Hakim. Dia anak bujangan yang pintar sekali meracik kopi karena Hakim pernah ikut kursus selama dua bulan. Ia pun punya cafe kopi kecil di daerah Depok karena memang sesuka itu Hakim dengan kopi. "Ngantor, tapi siang. Gue ada meeting jam sepuluh di Sudirman. Sebelum meeting, gue mau mampir ke rumah mama. Gue mau bilang kalau gue mau cerai aja." Hakim tertawa mendengar ucapanku yang antusias, sedangkan aku hanya bisa berdecih sebal. "Lo puas banget liat gue sial!" tawa Hakim semakin menggelegar. "Sorry, soalnya nasib lo itu tragis, Dhuha. Ya udah, semoga mama lo ngerti. 😂Gue cabut dulu." Hakim pun pergi dengan mobil sport nya. Aku kembali menghabiskan kopi yang tersisa seperempat. Setelahnya, aku langsung memesan taksi online. Pakaian kerjaku masih ada di rumah mama. Sehingga aku berganti pakaian nanti di sana saja. Jam sudah berada di angka delapan lebih lima belas menit. Aku sampai di rumah mama dengan

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-24
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   50. Tanda Merah

    Aku tersentak saat ponselku berdering nyaring. Aku berusaha bangun mencari benda pipih itu, tetapi aku merasakan berat pada dadaku. Seketika itu juga aku tersadar, itu adalah tangan Luna yang memelukku. Aku telah tidur dengan Luna dan kini aku pun hanya bisa menyesalinya. Luna tidur dengan lelap di balik selimut merah maron milikku. Ada tanda merah di lehernya, bukan hanya satu, tapi ada banyak dan itu karena kelakuanku. Pelan-pelan aku menyingkirkan lengan Luna agar ia tidak terbangun. Aku tidak siap jika ia bangun dan menatapku dengan tatapan mengejek. Aku bergegas masuk ke kamar mandi sambil membawa ponselku. Benar saja, vendor yang hari ini janjian denganku yang menelepon. "Halo.""Halo, Pak Dhuha, kami sudah jalan ke lokasi. Pak Dhuha ada di mana?""Oh, Pak Rico ya. Ini saya baru saja bangun. Maafkan saya lagi kurang sehat, tadi minum obat. Rupanya malah ketiduran. Saya mungkin terlambat, tapi pertemuan kita hari ini tetap ada ya Pak Rico. Mohon saya ditunggu.""Apa mau di res

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-24
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   51. Mertua Minta Jabatan

    "Eh, suamiku sudah pulang." "Duh, kaget! Kirain kamu udah tidur." Aku mengurut dada karena terkejut. Dalam kegelapan kamar, Luna menyapaku. Sepertinya memang sengaja, buktinya sekarang dia sedang menertawakanku. Segera saja aku menekan saklar lampu. "Mau aku buatkan minum, Mas?" aku menoleh ke belakang dan kali ini, Luna menghampiriku hanya dengan br@ dan kain segitiganya. Padahal kamar ini dingin. Apa ia tidak takut masuk angin? Lagi-lagi aku hanya bisa menghela napas. Aku ambil sarung kotak-kotak yang ada di pinggir ranjang, lalu aku berikan padanya. "Tadi pagi, aku karena pusing, makanya kita bisa bercin t@. Sekarang aku lagi gak pusing, justru aku lagi sadar, sehingga aku gak mau mengulanginya. Pakai itu dan aku gak usah dibuatkan air karena aku mau tidur. Aku capek!" Wajah Luna langsung cemberut. Namun, tumben ia menurut, apa karena ia takut aku tinggalkan. Aku bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Selesai mandi, Luna sudah menyiapkan baju piyamaku di ranjan9. Pa

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-24
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   52. Aini Menata Hati

    PoV Aini"Lauknya apa saja, Mas?" "Lauk ikan tongkol suwir, capcay, sama sambal goreng kentang. Jangan lupa sambalnya ya, Mbak." Aku mengangguk, lalu mengambil semua menu yang diangkat pelanggan warung makan tempat aku bekerja. Alhamdulillah, setelah mulai bekerja dan sibuk mengurus anak-anak, perlahan aku bisa melupakan mas Dhuha. Bukan sepenuhnya, tetapi aku mulai menerima takdir. Langit dan bumi memang tidak akan pernah bisa berdekatan. Jaraknya jauh dan tidak terukur. Aku rasa, mas Dhuha pun tidak akan bisa menemukanku di sini. Ayolah, Aini, sadar. Dhuha udah bahagia dengan istrinya, Luna. Mereka setara dan cocok. Tidak mungkin Dhuha capek-capek mau nyari kamu, gak ada manfaatnya juga. Benar sekali, fokusku saat ini adalah bekerja dan mengurus anak saja. Izzam sudah mulai sekolah di PAUD yang didaftarkan oleh bos Anton. Intan boleh aku bawa saat aku bekerja karena pemilik warung makan ini masih saudara bos Anton. Senangnya hati ini dikelilingi orang-orang baik. "Ini, Mas." A

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-25
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   53. Izzam Sakit

    "Minum dulu obatnya, Nak." Aku memberikan sendok obat sirup pada Izzam. Putraku demam sudah dua hari dan hari ini aku terpaksa ijin tidak bekerja. Aku membawa Izzam ke puskesmas. Untunglah aku tidak pernah telat membayar BPJS meskipun aku hanya bekerja mulung barang bekas dan botol plastik. Sehingga anak-anak cepat aku bawa berobat jika sakit. Intan pun sama. Sebenarnya Intan dan Izzam termasuk jarang sakit, tetapi karena rutinitas harian yang baru, berangkat terlalu pagi dan pulang juga malam hari, sehingga tubuh Izzam masih adaptasi. "Pengen muntah, Bu," kata Izzam sambil menutup mulutnya. "Gak papa, nanti juga hilang. Ini, cium aroma kayu putih, pasti gak pengen muntah lagi." Aku memberikan kayu putih pada Izzam. Anak lelakiku itu pun menurut. "Nonton televisi aja ya, Ibu mau jemur cucian. Kalau mau muntah, panggil Ibu." Izzam mengangguk. Aku berjalan membawa keranjang cucian dari ruang cuci. Sekilas aku melirik kamarku untuk mengecek Intan, apakah masih nyenyak tidur. Untung s

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-26
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   54. Aku Tidak Mau Cerai!

    Di lain tempat, Luna yang seharian melakukan perawatan ke salon, sama sekali belum membuka ponselnya. Jadi, kalimat talak yang dikirim oleh Dhuha sama sekali belum ia baca. Setelah melakukan rangkaian peremajaan diri, ia merasa lebih rileks dan tenang. Meskipun sebenarnya saat ini di kepalanya banyak sekali hal yang harus ia selesaikan. Kring! KringLuna baru tersadar saat nama papanya muncul di layar ponsel. "Halo, Pa.""Halo, Luna, kamu di mana? Ada Dhuha pulang, tapi dia sepertinya sedang memasukkan pakaiannya ke dalam koper. Bibik yang bilang, cepat kamu pulang!""Hah, mas Dhuha... b-baik, Pa, Luna akan segera pulang. Papa please, tahan dulu suami Luna ya!""Oke, tapi cepat." Luna segera menaruh kembali ponselnya ke dalam tas. "Mbak, saya rasa sudah cukup rambut saya di blow-nya. Saya mau pulang, ada urusan. Jadi semuanya berapa?" kata Luna tergesa-gesa. Ia melangkah cepat menuju kasir. "Perawatan saya berapa, Mbak? Atas nama Luna.""Mbak Luna total perawatan dikenakan biaya s

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-27
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   55. Menantu Bukan Tulang Punggung

    "Aku sengaja menahan diri untuk nggak kasi tahu kamu, Mas, karena aku maunya surprise, t-tapi...." Luna terisak. Maria menghampiri menantunya yang masih terbaring di brangkar rumah sakit, tetapi sudah berada di kamar perawatan VIP. Wanita itu tersenyum sambil mengusap kepala menantunya. "Jangan khawatirkan Dhuha. Talaknya tidak berlaku karena kamu sedang hamil." Wanita itu tersenyum penuh haru. Tentu saja, hal ini yang sudah ia nantikan sejak lama. Cucu dari cucu pertama keluarga suaminya. Cucu kebanggaan yang akan meneruskan perusahaan keluarga. "Dhuha akan bersikap manis, Mama yang jamin. Ya kan, Dhu?" Dhuha mengangguk sambil memberikan senyumnya. Wanita itu memanggil putranya untuk mendekat. "Peluk istri kamu. Wanita ini hamil anak cucu keturunan kita. Masalah yang ada saat ini, bisa kita selesaikan secara kekeluargaan. Betul begitu Pak Heri?" Maria menoleh pada besannya. "Anak saya akan membantu sebisanya karena anak saya bukan tulang punggung keluarga istri. Anak saya tidak

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-30
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   56. Kabar Kehamilan

    "Tapi lebih baik jangan yang masih saudara. Mmm... kata bu Santi, ada duda yang senang sama kamu. Anton namanya. Betul begitu?" Aini hanya menyeringai saja. Bu Santi benar-benar ember bocor! Gumam Aini dalam hati. "Oh, itu, Aini belum memikirkan sampai ke sana Opa. Biarlah mengalir begitu saja. Kalau jodohnya, pasti ketemu. Lagian, Aini masih kapok berumah tangga." Aini mengulum senyum. "Opa paham!""Oh, iya, Opa. M-mas Dhuha dan Mbak Luna bagaimana kabarnya?" tanya Aini berbasa-basi. "Luna sedang hamil anak Dhuha. Baru saja ketahuan beberapa hari lalu." Wajah Aini langsung mematung. "Kamu gak papa'kan?""Oh, gak papa, Opa. Alhamdulillah, akhirnya Opa punya cicit beneran." Aini berusaha meredakan gejolak hati yang tak menentu setelah ucapan opa Fauzi. Wanita itu sampai harus mengepalkan tangan agar tidak ketahuan gemetar. "Opa jemput Izzam sekolah dulu, setelah itu, baru Opa ke kantor." "Baik, Opa, maaf sudah merepotkan Opa." Pria paruh baya itu hanya tersenyum saja sambil menga

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-30

Bab terbaru

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   209. Bicara pada Monic

    Dhuha berdiri di balkon apartemennya, pandangannya menembus pemandangan kota Bandung yang mulai dihiasi lampu-lampu malam. Angin dingin berembus lembut, membawa aroma hujan yang tersisa sejak sore tadi. Tapi bukan itu yang memenuhi pikirannya. Melainkan bayangan seorang perempuan, dengan senyum lembut yang selalu berhasil membuat hatinya berdebar. Aini.Wanita yang dulunya ia tak sudi menyentuhnya, tapi sekarang, dia bisa mati jika berjauhan dengannya. Ada sebuah kalimat petuah bertuliskan, membencilah sewajarnya, karena suatu saat kalian bisa jadi sangat mencintainya. Kini ia tidak tahu kapan tepatnya jatuh cinta lagi kepada mantan istrinya itu. Mungkin sejak pertama kali Aini datang kembali ke kehidupannya, meminta bantuan untuk menyelesaikan perceraian dengan Alex. Atau mungkin sejak mereka mulai berbagi ruang lagi di apartemen ini, saat Dhuha melihat sisi rapuh Aini yang selama ini jarang ia perhatikan. Namun, situasi mereka jauh dari kata sederhana. Aini masih terikat dalam per

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   208. Ai, Aku Boleh Tidur Di sini gak?

    Pagi-pagi sekali, bik Emi sudah sampai di apartemen Dhuha dengan membawa bahan masakan. Semalam Dhuha mengirimkan pesan pada wanita itu agar bisa datang lebih pagi dan membawa bahan masakan. Wanita itu sudah sibuk di dapur, sambil terus melihat ke arah ruang tengah, dimana bosnya sedang tidur pulas. Mendengar suara sedikit berisik di dapur, Dhuha terbangun. "Oh, udah datang, Bik," sapanya. "Sudah, Pak. Bapak tidur di luar? Lagi ada tamu ya?" Dhuha mengangguk "Iya, ada mama dan saudara saya. Makanya kamu semalam saya suruh datang cepat untuk masak. Biar Aini gak usah masak.""Baik, Pak, saya masak kwetiau kuah seafood, nasi goreng, dan ada jus buah. Apa itu cukup, Pak?""Cukup, Bik. Lanjutkan saja pekerjaan kamu." Dhuha berjalan masuk ke kamar mandi yang berada di luar. Ia tidak mau menganggu tidur mamanya dan juga Monic. Suara gemericik air dari wastafel dan aroma tumisan bawang putih memenuhi dapur apartemen Dhuha. Bik Emi sibuk mengaduk wajan sambil memotong sayuran di sampingn

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   207. Biarkan Aku Menyentuhmu

    Tok! Tok! Anton menoleh ke arah pintu kamar yang diketuk dua kali. Siapa lagi kalau bukan Luna. Pria itu menekan layar ponselnya untuk melihat jam. Sudah jam dua belas malam. Di luar hujan dan saat ini baru saja mati lampu. "Anton." Pria itu menghela napas. "Kenapa?""Maaf, apa kamu punya lilin lagi? Lilin di kamar udah mau habis." Anton melirik lilin yang ada di lantai kamar yang juga tinggal kurang lebih lima senti saja. Pria itu akhirnya membuka pintu kamar. "Di dapur gak ada?" Luna menggelengkan kepala. "Ya sudah, tunggu sebentar." Anton berjalan ke dapur, sedangkan Luna masuk ke kamar yang dulu pernah ia tiduri selama empat tahun lamanya. Kamarnya masih sama, ranjangnya juga. Ia bisa melihat keadaan kamar itu dari temaram cahaya lilin. Lalu ia melihat ke arah dinding yang biasanya ada foto pernikahannya, tetapi kini sudah tidak ada. Foto pernikahan di mana posenya seperti singa yang hendak menerkam mangsa. Beda dengan Anton yang tersenyum. "Ngapain kamu di sini?" tanya Anto

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   206. Siapa Suruh Cium Bibirku?

    "Jadi, lo berangkat malam ini ke Surabaya?" Dhuha mengaduk latte-nya dengan malas, matanya mengamati Hakim yang tampak sibuk memeriksa pesan di ponselnya. Kedua sepupu itu ketemu di sebuah kafe dekat dengan kantor Hakim. "Iya, gue udah pesen tiket tadi pagi," jawab Hakim tanpa mengalihkan pandangan dari layar ponsel. "Resepsi pernikahannya Kinanti kan besok pagi. Gue nggak mungkin datang telat. Mama, papa, sama Amel udah di sana dari jumat karena menyaksikan aksi nikah. Lo beneran gak datang?" "Kayaknya bakal rame, ya. Semua keluarga ngumpul," Dhuha menyesap minumannya."Iya, kalau lagi ada momen nikahan, emang selalu kumpul kan. Mami Maria juga gak datang kayaknya karena masih belum pulih ya?" tanya Hakim. Dhuha pun mengangguk. Ia yang melarang mamanya terbang ke Surabaya karena kondisi kesehatan. "Gue udah transfer langsung ke Kinanti. Dari gue sama mama. Mungkin kalau mama udah enakan, baru ke sana." Hakim pun mengangguk mafhum. "By the way, gimana kabar Amel? Udah lama gue n

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   205. Siapa yang Harus Aku Pilih?

    “Amel, kamu yakin nggak mau mencoba mengenal Levi lebih jauh?” suara Viona terdengar lembut, tapi tetap mendesak.Amel menatap ibunya dengan alis bertaut. Ia baru saja turun ke ruang makan untuk sarapan, tapi Viona sudah memulai lagi topik yang sama. “Ma, aku sudah bilang, aku masih sama Anton. Aku nggak tertarik untuk mengenal siapa pun lagi. Mama tahu kan, aku perempuan yang jarang sekali pacaran dan baru kali ini aku senang sama lelaki dewasa yang bertanggung jawab."Viona menghela napas panjang, menahan diri agar tidak meledak. Fahri yang duduk di sebelahnya ikut menimpali. “Amel, kami hanya ingin yang terbaik buat kamu. Anton itu... ya, kamu tahu sendiri, dia punya banyak masalah. Dia duda dengan satu anak. Kami nggak yakin dia bisa membuatmu bahagia. Apalagi dia duda bercerai, bukan ditinggal meninggal istrinya. Mama dan papa harap, kamu mau memikirkan perkenalan dengan Levi. Just friends, girl!"“Papa, Mama, aku tahu kalian nggak setuju sama hubungan kami,” jawab Amel, suaranya

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   204. Maafkan Aku

    “Mas, Luna masih di sana?” suara Amel terdengar di ujung telepon, nadanya penuh kehati-hatian namun sarat kecurigaan.Anton menghela napas panjang sebelum menjawab, “Iya, Sayang. Luna masih di sini. Tapi, percayalah, dia cuma di sini sampai urusan perceraian kami selesai.”“Tapi kenapa dia harus tinggal di rumahmu? Bukankah itu bisa diselesaikan tanpa harus tinggal bersama?” suara Amel sedikit bergetar. “Aku ini cemburu, Mas. Aku nggak bisa bohong soal itu. Aku takut kalau kalian berdua jadi rujuk. Apalagi, aku harus di Surabaya sampai tiga hari. Ck, ingin banget aku buru-buru pulang, tapi gak bisa. Acara nikahan sodaraku rumit."“Amel, dengarkan aku.” Anton menekankan suaranya, mencoba meyakinkan Amel. “Aku dan Luna sudah selesai. Tidak ada lagi apa-apa di antara kami selain tanggung jawab sebagai orang tua untuk Aris. Dia hanya di sini demi anak kami. Aku mohon, percayalah padaku. Kamu masih gak percaya sama aku?"Namun, jawaban itu tidak sepenuhnya membuat hati Amel tenang. Ia ter

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   203. Aku Masih Istrimu, Mas!

    “Luna, kamu sebaiknya pergi dari sini,” ujar Anton dengan nada tegas, meski suaranya terdengar lelah. Ia berdiri di ruang tamu, menatap Luna yang sedang menyapu lantai dengan gerakan santai, seolah-olah dia adalah pemilik sah rumah itu. Dan memang saat ini statusnya masih istri Anton, tentu saja tak ada masalah dengan kegiatannya membereskan rumah. “Aku tidak akan pergi, Mas,” jawab Luna tanpa menoleh, tetap melanjutkan pekerjaannya. “Aku istrimu, dan sampai pengadilan memutuskan sebaliknya, aku akan tetap di sini.”Tumben sekali panggil, Mas! Apa dia kesambet? Batin Anton. “Kita sedang dalam proses perceraian,” balas Anton, suaranya meninggi. “Kamu tahu itu. Apa yang kamu harapkan dengan tinggal di sini? Rumah tangga ini gak ada harapan. Sejak awal rumah tangga ini berdiri tanpa cinta."Luna berhenti menyapu. Dia menatap Anton dengan mata yang tenang, seolah kata-kata pria itu tidak ada artinya. “Aku tidak di sini untuk cinta, Mas. Aku di sini untuk Aris. Untuk rumah ini. Dan untuk

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   202. Dibuang ke Jurang

    "Jika kamu mau bicara, bicara padaku, bukan dengan Aini. Jika tidak, sebaiknya kamu pergi! Ini unitku dan aku bisa mengusirmu kapan saja!" Alex menahan diri agar tidak emosi di depan Dhuha. Ia tahu jika ia melawan maka ia akan diusir dari apartemen. Apalagi dua security yang menemani Dhuha sudah siap sedia untuk menyeretnya. Bisa dilihat dari tatapan dua pria bertubuh tinggi besar itu. "Jika mau, kita bicara di kafe di bawah. Sebagai lelaki, bagaimana?" tawar Dhuha. Alex tidak menyahut, tapi pria itu pun pergi masuk ke dalam lift. Dhuha mengikuti dari belakang. Kini keduanya sudah duduk di kafe yang berada di lantai satu apartemen. "Lo udah sarapan? Mau pesan makan?" Alex tak menjawab. “Dhuha,” suara Alex terdengar serak, berusaha menahan gejolak di dadanya. Mereka berdua duduk di beranda rumah Dhuha, malam yang sunyi hanya ditemani suara alunan khas musik kafe pagi hari. “Aku ingin kamu jawab jujur satu hal.”Dhuha menatap Alex, ekspresinya datar namun matanya tajam. “Tanya saja,

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   201. Keramas Pagi-pagi

    Ruang televisi yang tadinya dipenuhi suara tawa dari film komedi romantis kini senyap, hanya menyisakan desahan napas tertahan dari dua insan yang saling berpandangan. Dhuha masih duduk di sofa, matanya membulat, sementara Aini berdiri terburu-buru. Wajahnya memerah hingga ke telinga. Ia tidak menunggu lama untuk berlari masuk ke kamarnya, meninggalkan Dhuha yang masih membeku di tempat. Detak jantungnya masih tak beraturan. Di kamar, Aini menjatuhkan dirinya ke ranjang. Jantungnya berdetak terlalu cepat, tangannya gemetar saat menyentuh bibirnya sendiri. "Apa yang aku lakukan?!" bisiknya. Ia menutup wajah dengan kedua tangannya, berharap rasa malu itu bisa mereda. Tapi semakin ia mengingat kejadian tadi, semakin panas wajahnya."Kenapa aku nekat cium Dhuha? Ya ampun, malunya!"Ia telah mencium Dhuha. Bukan kecupan iseng, melainkan ciuman yang terasa nyata, penuh emosi. Dan yang membuatnya semakin sulit menerima adalah kenyataan bahwa ia yang memulai. Ia yang duduk di pangkuan Dhuha,

DMCA.com Protection Status