Share

32. Menagih Penjelasan

last update Terakhir Diperbarui: 2024-09-11 22:45:10

"Mbak, kamu utang penjelasan tentang ini. Kenapa bisa? Lalu Intan dan Izzam itu siapa kalau kamu perawan." Aku menahan lengan Aini saat wanita itu hendak keluar dari kamar mandi dengan kepayahan.

Aku yang tidak tega, akhirnya menggendong Aini sampai di ranjang. Aku mendudukkan istriku itu di pinggir ranjang.

"Aku ambilkan dulu bajunya!" Segera aku buka lemari pakaian dan mengambil satu stel baju santai untuk Aini, berikut pakaian dalamnya juga.

"Mas, saya janji akan cerita, tapi Mas harus pergi ke kamar mbak Luna. Mbak Luna pasti marah banget sama saya ini. Saya takut, Mas," ujar Aini dengan suara bergetar. Sial, aku malah benar-benar seharusnya aku malam pertama dengan Luna!

"Oke, tapi setelah urusanku dengan Luna selesai, kamu harus jujur, Mbak. Paham!" Aini mengangguk. Aku mendekat, lalu mencium rambutnya dengan cepat.

"Maafin yang semalam dan yang tadi," ucapku pelan tak berani menatap wajah istri tuaku itu.

Aku melangkah cepat ke kamar Luna sambil memikirkan alasan apa yang
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (5)
goodnovel comment avatar
Cut Alesha Humaira Humaira
makin seru dan makin penasaran kita membaca novel ini
goodnovel comment avatar
Awan Bilqis
mantul makin seru
goodnovel comment avatar
Sayekti Hananingtyastuti
makin penasaran sma ceritanya thor
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   33. Kesedihan Luna

    "Padahal kemarin itu hanya satu gelas wine saja, tapi kenapa rasanya aku sangat ngantuk ya, Mas? Udah gitu, aku benar-benar gak bisa dibangunkan kata papa," kata Luna sambil menggelengkan kepalanya. "Mana aku tahu, Sayang. Kamu yang kasih minuman itu sama aku'kan? Aku pun heran, kenapa kamu tidur tiba-tiba? Pas banget opa telepon, bilang kalau mau ke kamarku. Jadilah aku langsung pindah kamar. Gawat kalau opa sampai tahu. Kamu gak papa ya, sementara ini kita backstreet dulu?" Luna mengangguk paham. "Iya, Mas, semua ada hikmahnya ya. Coba kalau kita jadi malam pengantin, lebih repot lagi pastinya!"Aku pun tersenyum penuh rasa haru. Luna benar-benar mengerti posisiku saat ini. "Mas, aku ke toilet dulu ya.""Oke, jangan lama-lama ya." Luna pun bergegas menuju toilet, sedangkan aku baru bisa bernapas lega setelah melewati pertanyaan horor Luna. Aku mengambil ponsel, lalu berkaca di sana. Aku terkejut saat baru menyadari bibir ini merah. Bisa-bisanya Aini melakukan ini padaku. Kenapa b

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-12
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   34. Aini Sakit

    "Mbak, kaki kamu kenapa?" tanya Luna begitu ia sudah mendekat pada Aini. Wajah Aini langsung pucat, mungkin ia tidak menyangka akan bertemu Luna di restoran. Begitu juga aku, aku pun kaget karena ada Aini di tempat ini. Bukannya ia tidak bisa jalan? Mau apa? "Eh, Mbak Luna, i-ini, gak papa. S-saya cuma gak enak ini saya lagi gak enak badan. Mau ke klinik dekat sini.""Kamu sakit apa?" Luna dan aku bertanya bersamaan. Kami berdua pun sama-sama saling pandang. "Saya cuma gak enak badan. Mungkin gejala typus, jadi mau ke klinik. Saya sendiri saja, di depan sana ada klinik kan ya?""Sakit typus, tapi kenapa jalannya seperti orang keseleo atau salah urat, Mbak?" tanya Luna lagi. Aku menggigit bibir agar tidak terbahak. "Iya karena saya juga kesandung di kamar mandi. Jadinya mau sekalian minta minyak urut.""Kami anter aja," kata Luna menawarkan. Waduh, jangan sampai Luna mengantarkan Aini ke klinik. Bisa-bisa rahasiaku semalam bisa terbongkar. Lagian ngapain sih, Aini ke klinik segala?

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-15
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   35. Alasan Dhuha

    "Bukannya kamu mau anter opa keliling? Mana opa? Kenapa malah sama Mbak Aini? Digendong pula? Aku aja belum pernah kamu gendong!" "Aa.... ""Saya keseleo, Mbak Luna. Disarankan jangan banyak berjalan. Mas Dhuha anter opa ke sini juga. Lagi periksa gigi di dalam. Karena tiba-tiba opa sakit gigi, begitu kan, Mas?" Aini memutus ucapanku sambil menatapku serius. Tatapan Luna jelas sekali tidak langsung memercayai alasan Aini. "Benar, setelah mengantar Aini ke kamar, aku akan jemput opa ke sini, terus opa akan kembali ke kamar opa juga. Kamu jangan khawatir sayang. Bukannya kamu mau belanja buat oleh-oleh mama?" tanyaku balik pada Luna. Tentu saja aku pun sama terkejutnya dengan wanita itu karena ia ijin untuk berbelanja, tetapi malah muncul di klinik. "Kalian gak bohong, kan?" tanya Luna sekali lagi. "Tidak, Mbak. Biar saya diantar Mas Dhuha dulu ya, Mbak. Kasihan kalau terlalu lama gendong saya begini, nanti suami kita turun berok!" "Sembarangan!" Aku mencebik. "Ya sudah, anter Mba

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-17
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   36. Apartemen untuk Luna

    "O-opa sedang apa di sini?" tanyaku sambil menahan napas. Aini pun sama terkejutnya denganku saat ini. "Sedang jualan nasi goreng. Ya, jelas mau jemput kalian berdua! Kenapa memangnya, gak boleh?!" "B-bukan begitu, Opa. Di sini banyak orang, jadinya banyak virus. Nanti Opa sakit lagi. Ayo, Opa cepat ke mobil. Ini Aini juga udah mau ke mobil. Ayo, Opa dan Aini duluan saja ke mobil!" Aku segera mendorong Aini dengan kursi rodanya menuju mobil. "Dhuha, tunggu! Yee... malah kabur!" Aku sempat mendengar opa menggurutu, tetapi aku tak memedulikannya. Untung saja Luna tidak keluar bersama aku dan Aini, jika tidak, maka habislah aku disemprot istriku itu. Ketahuan semuanya bisa-bisa Luna minta talak. "Lo habis bikin apa, Dhu? Kenapa ketakutan lihat opa?" bisik Hakim saat ia membantu menaikkan koper ke dalam bagasi mobil. "Rahasia!" Aku mengerling pada Hakim. Aku yakin sekali ia pasti kepo. Aku masuk ke dalam mobil dan duduk di depan. Sayang sekali opa yang malah duduk di belakang di samp

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-17
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   37. Suamiku Tak Tahan

    PoV AiniAku duduk di depan cermin. Mematut diri yang sudah banyak sekali perubahannya. Kulit wajahku tak lagi terlalu kusam, meskipun aku bukan perawatan seperti kebanyakan wanita di luar sana. Kulit badanku yang berwarna coklat, bagi sebagian pria mungkin menyukainya. Hanya suamiku saja yang tidak. Suami? Aku sampai sekarang tidak mengerti hubungan yang terjadi antara aku dan mas Dhuha. Awalnya menikah terpaksa, lalu menjadi nikah kontrak, lalu setelah semalaman kami lalui bersama, malah terlihat seperti suami istri yang sedang berhubungan diam-diam. Selama kehidupan anak-anak terjamin, aku tidak masalah dengan statusku dan mas Dhuha. Ia pria baik, hanya saja ia punya cinta pertama yang kini sudah menjadi istrinya juga. Aku harus tahu diri dan mengerti posisi. Tok! Tok!"Ya, masuk saja." Pintu kamar terbuka. Rupanya Citra, suster opa yang membuka pintu. "Bu, maaf, ada telepon dari opa.""Oh, iya." Aku mengambil ponsel milik Citra. Opa memang belum tahu nomor ponselku karena mema

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-18
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   38. Sepuluh Hari Menjadi Cinderella

    "Ma, Mama kenapa?" tanya mas Dhuha terkejut. "Mama Minta kamu ceraikan Aini! Kalian menikah karena salah masuk kamar mandi'kan? Sekarang orang di rumah ini sudah tahu semua, kamu gak perlu takut. Mama juga gak akan jodohkan kamu dengan Monic. Kamu sudah menikah dengan Luna di Bali kan? Mama tahu semua, Dhuha! Jangan kamu menganggap Mama kamu ini stupid! Sudah, sekarang kalian harus berpisah. Tenang, Aini akan mendapatkan pesangon sebagai istri kamu selama sepuluh harian ini." Aku masih mematung. Kedua kaki dan tanganku gemetar mendengar setiap kalimat yang dilontarkan ibu mertuaku. Aku tidak menyalahkannya karena yang ia lakukan benar. Bisa jadi, jika aku berada di posisinya, aku melakukan hal yang sama. Anak lelaki satu-satunya tentu harus mendapatkan yang terbaik. "Aini, ambil ini!" aku menelan ludah saat ibu mertuaku menyodorkan amplop berwarna coklat yang tebal. Kakiku tak bisa bergerak, bagaimana aku bisa menghampirinya. Ternyata hidup menjdi cinderela hanya sepuluh hari saja.

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-19
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   39. Kegembiraan Luna

    "Mama ngerasa keterlaluan pada Aini gak?" tanya Dhuha setelah mobil Hakim keluar dari pekarangan rumahnya. "Tidak, yang Mama lakukan sudah benar. " Maria mengambil napas dalam, lalu mengembuskannya perlahan. "Yang Mama sesalkan, kenapa harus berbohong sebesar ini hanya agar kamu gak dijodohkan dengan Monic? Apa kamu merasa sudah tidak punya orang tua dan keluarga yang dimintai restu? Ridho wanita yang melahirkan kamu ini utama dalam menjalani rumah tangga, Dhuha. Kalian beda jauh. Ditambah Aini janda. Anaknya dua pula. Hhh... sudahlah, Mama mau istirahat. Kalau kamu mau pulang, silakan. Besok pagi, bawa Luna kemari karena kaki Mama masih sakit.""Opa pasti akan terkejut dengan yang Mama lakukan. Seharusnya bisa menunggu esok pagi saja. Jangan malam ini, kasihan anak-anak," ujar Dhuha tanpa ekspresi. "Kamu anak Mama, bukan anak opa. Masa depan kamu, bukan opa kamu yang tentukan. Sudah, Mama mau tidur. Besok bicara lagi. Yang jelas, status kamu sekarang duda." Dhuha tidak mau membal

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-19
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   40. Sifat Luna Sebenarnya

    Bukan Dhuha namanya, jika ia tidak penasaran dan mencari informasi langsung. Tempat tinggal Aini yang lama sengaja datangi sebelum ia pergi ke kantor. Ia ingin bertemu dengan mantan istri kontraknya itu dan meminta maaf. Apalagi mereka baru saja kemarin masih bercumbu mesra. Lebih tepatnya, dirinya yang memaksa Aini. Jika saja tidak ada urusan ranjang, mungkin akan lain cerita. Bagaimana pun, keduanya pernah merasakan sama-sama dimabuk kepayang dalam keadaan halal di ranjang panas. Tentu saja membekas. Ditambah, saat tadi pagi ia bercermin, ia baru sadar ada tanda merah di bagian dha danya. Aini yang memberikan tanda di sana. "Permisi, Bu, apa di sini ada perempuan yang bernama Aini? Ibu dan Izzam," tanya Dhuha pada seorang lelaki yang baru saja lewat dengan gerobak barang rongsokannya. Ia sengaja memakai masker dan juga topi agar tidak ada yang mengenalinya. "Siapa, Mas?""Aini. Di mana rumahnya ya?""Oh, Mbak Aini rumahnya kebanjiran waktu itu, jadi udah dibongkar. Lagian mbak Ai

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-19

Bab terbaru

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   326. Buah Kesabaran

    Hari itu, matahari bersinar lembut, seolah ikut merayakan kebahagiaan yang memenuhi hati Aini dan Dhuha. Kabar kehamilan Aini menjadi hadiah yang tidak pernah mereka sangka akan datang secepat ini. Setelah bertahun-tahun penantian dan berbagai ujian, akhirnya doa mereka terjawab.Setelah meninggalkan klinik, Dhuha tidak henti-hentinya menggenggam tangan Aini. Tatapan matanya penuh dengan cinta dan rasa syukur.“Aku masih tidak percaya, Sayang,” gumamnya sambil mencuri pandang ke arah istrinya yang duduk di sebelahnya di dalam mobil.Aini tersenyum, meski air matanya belum benar-benar kering. “Aku juga, Mas. Sepertinya Allah benar-benar ingin menguji kesabaran kita sebelum akhirnya memberikan anugerah ini.”Dhuha mengangguk. “Dan kamu lulus ujian itu dengan begitu sabar dan tulus.”Aini menatap suaminya. “Bukan cuma aku. Kita berdua.”Sesampainya di rumah, Dhuha langsung menghubungi keluarganya. Maria awalnya tidak percaya, tapi saat Dhuha menunjukkan foto USG Aini, maka wanita paruh b

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   325. Kejutan dari Ria

    Ria berdiri tidak jauh dari meja mereka, mengenakan blouse berwarna pastel dan rok panjang yang anggun. Wajahnya tampak terkejut, tetapi segera berubah menjadi senyum hangat saat ia mendekat."Aku tidak menyangka akan bertemu kalian di sini," katanya sambil menarik kursi kosong di samping Aini.Dhuha hanya mengangguk kecil. Ia masih merasa canggung setiap kali bertemu Ria, mengingat alasan keberadaan wanita itu dalam hidup mereka. Sementara itu, Aini mencoba tersenyum, meski di dalam hatinya ada perasaan tak nyaman yang berputar."Kak Aini, bagaimana kabarmu?" tanya Ria, nada suaranya lembut dan penuh perhatian."Baik, meskipun sedikit tidak enak badan hari ini," jawab Aini sambil menyandarkan tubuhnya ke kursi.Dhuha menatap istrinya dengan cemas. "Kalau masih merasa pusing, kita pulang saja, Sayang. Istirahat lebih penting."Aini menggeleng pelan. "Tidak apa-apa, Mas. Aku justru senang bertemu Ria di sini."Mata Ria menatap Dhuha dan Aini bergantian. Ia bisa merasakan ketegangan yan

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   324. Ucapan Maria

    Sore itu, langit menguning keemasan, memberi nuansa hangat yang kontras dengan perasaan Dhuha yang penuh beban. Ia melangkah menuju rumah besar yang sudah sejak kecil ia tinggali, rumah tempat ibunya, Maria, menunggunya dengan segudang pertanyaan yang selalu ia hindari."Duduklah, Nak," Maria mempersilakan putranya duduk di kursi teras yang nyaman. Di hadapannya, teh melati mengepul, menebar aroma menenangkan. Namun, Dhuha tahu, pembicaraan kali ini tidak akan senyaman teh itu."Apa kabar, Ma?" tanya Dhuha, mencoba mencairkan suasana. Pria itu membuka sepatunya, sekaligus melepas dua kancing kemeja abu-abunya paling atas. "Mama sehat, kamu minum dulu!" Dhuha mengangguk. Mengambil teh melati yang aromanya sangat sedap itu. "Mama bikin pisang goreng?" "Bukan, bibik yang masak. Kamu cuci tangan dulu sana, kalau mau makan pisang goreng." Dhuha mengangguk dan langsung masuk ke dalam rumah. Ia mencuci tangan di wastafel ruang tengah. "Keliatannya Mama sehat, ada apa Mama panggil aku ke

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   323. Bertemu Izzam dan Intan

    Aini meraih tangan Alex dan menjabatnya pelan. Kesepakatan ini mungkin bukan yang terbaik baginya, tapi setidaknya ini adalah langkah awal untuk bisa kembali dekat dengan anak-anaknya."Terima kasih, Mas," ucapnya dengan suara nyaris berbisik.Alex mengangguk tanpa ekspresi, sementara Zita masih menampilkan senyum ramahnya. Dhuha yang duduk di samping Aini tetap tenang, meskipun tatapannya sesekali bergeser pada Zita, menilai bagaimana wanita itu bersikap."Kapan aku bisa mulai bertemu mereka?" tanya Aini hati-hati.Alex menatap Zita sejenak, seolah meminta pendapatnya."Bagaimana kalau akhir pekan ini? Hari Sabtu setelah makan siang? Kita bisa bertemu di taman dekat rumah," usul Zita."Anak-anak pasti senang sekali," tambahnya masih dengan senyum yang sama. Aini tersenyum lega. "Baik, aku akan datang."Percakapan pun berlanjut dengan membahas hal-hal ringan mengenai kegiatan anak-anak. Zita dengan santai bercerita bagaimana Intan kini semakin menyukai menggambar dan Izzam mulai tert

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   322. Berdamai dengan Takdir

    Mobil sedan hitam itu berhenti di halaman rumah besar dengan taman yang tertata rapi. Anton menatap bangunan megah itu dengan napas berat. Sudah lebih dari sebulan Amel tinggal di sini, di rumah orang tuanya, meninggalkan rumah mereka yang seharusnya menjadi tempat membangun kebahagiaan bersama.Anton turun dari mobil, mengetuk pintu dengan sedikit ragu. Tak lama, seorang asisten rumah tangga membukakan pintu.“Masuklah, Mas. Mbak Amel ada di ruang tamu,” katanya dengan sopan.Anton melangkah masuk, mendapati Amel duduk di sofa, wajahnya dingin tanpa ekspresi. Sejujurnya, ia sudah mengira istrinya akan bereaksi seperti ini.“Assalamualaykum, Amel…” Anton membuka suara, suaranya bergetar. Kakinya melangkah pelan, sesekali melirik ruang tengah yang besar itu teramat sepi. Amel duduk di depan televisi dengan tatapan kosong. "Amel," panggil Anton lagi. Amel menoleh sekilas, lalu kembali menatap layar ponselnya tanpa minat. “Ada perlu apa datang ke sini?” tanya wanita itu sinis. Anton m

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   321. Bertemu Alex

    Pagi harinya, Aini bangun dengan tubuh lebih segar, meski pikirannya masih penuh dengan pertanyaan yang belum terjawab. Setelah menunaikan salat subuh berjamaah dengan Dhuha, ia menyiapkan sarapan sederhana berupa roti panggang dan omelet.Dhuha duduk di meja makan sambil menggulir layar ponselnya. Sesekali ia menatap Aini sambil tersenyum. "Aku selalu senang kalau lihat rambut kamu basah." Aini yang sedang mengangkat roti dari panggangan, langsung menoleh ke belakang. "Dih, dingin tahu!" balasnya sambil tersipu malu. Malu bila ingat kejadian semalam, ia yang terlalu bersemangat sampai mereka berdua jatuh dari ranjang. Suara tawa Dhuha menggema. "Tapi aku suka sama yang semalam. Boleh diulang dia hari lagi ha ha ha.... ""Emmoh!" Aini menaruh piring yang sudah ada roti panggang coklat di depan suaminya. "Diulang gerakannya, bukan jatohnya, ha ha ha... huk! huk!""Makanya jangan iseng, jadinya tersedak!" Aini memberikan air putih pada suaminya. "Maaf, Sayang, kenapa sih, aku selal

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   320. Siapa Wanita Itu?

    Aini menghapus air matanya dengan ujung jari, berusaha menenangkan diri. Dhuha masih menggenggam tangannya erat, memberikan kehangatan di tengah gemuruh emosinya. Dari kejauhan, ia memperhatikan Intan dan Izzam berjalan masuk ke dalam gerbang sekolah, sesekali menoleh ke belakang untuk melambaikan tangan pada wanita yang mengantar mereka.Siapa dia? Wanita itu tersenyum hangat, begitu akrab dengan Intan dan Izzam. Aini menelan ludah. Ada perasaan aneh yang menjalar di hatinya—perasaan kehilangan yang semakin nyata. Wanita yang sama persis dengan yang ada di media sosial Alex tempo hari. Apa wanita itu sudah menjadi istri Alex? "Mas, aku ingin tahu siapa dia," gumamnya pelan, hampir seperti bisikan.Dhuha menoleh ke arahnya, menatap dengan mata penuh pengertian. "Kalau kamu penasaran, kita bisa cari tahu. Tapi kamu harus siap dengan jawabannya."Aini menarik napas panjang. Apakah ia benar-benar siap? Ia tidak tahu. Namun, melihat bagaimana anak-anaknya terlihat nyaman dengan wanita it

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   319. Rindu Intan dan Izzam

    Maria menatap Miranti lekat-lekat, memastikan bahwa gadis itu benar-benar yakin dengan keputusannya. Sejak awal, ia tidak pernah membayangkan akan ada seseorang yang begitu rela mengorbankan dirinya seperti ini.“Tante akan bicara dengan Dhuha dan Aini,” ulang Maria, memastikan Miranti tidak berubah pikiran.Miranti mengangguk. “Terima kasih, Tante. Saya siap menghadapi mereka kapan pun. Kami hanya perlu bicara dari hati ke hati. Apapun nanti jawaban Aini dan Dhuha, saya juga gak keberatan."Maria menyandarkan punggungnya ke kursi. Pikirannya mulai mencari cara terbaik untuk menyampaikan hal ini kepada putranya dan menantunya. Aini mungkin masih belum sepenuhnya terbuka terhadap gagasan ini, meskipun ia sendiri yang mengusulkannya. Dhuha? Maria yakin putranya masih berada dalam fase menolak.Namun, waktu terus berjalan.Setelah makan siang mereka selesai, Maria dan Miranti berpisah. Namun, bagi Maria, ini bukan akhir, melainkan awal dari perjalanan yang lebih rumit. Apa Dhuha akan set

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   318.

    Aini terdiam mendengar syarat yang diajukan Dhuha. Matanya menatap suaminya, mencari keyakinan di balik permintaannya."Satu tahun, Mas?" ulangnya pelan.Dhuha mengangguk. "Iya, Ai. Kita sudah menunggu sejauh ini. Aku ingin kita memberi waktu untuk pernikahan kita lebih matang sebelum kita mengambil keputusan sebesar ini. Lagipula, dokter bilang kamu masih punya peluang hamil secara alami. Kenapa kita tidak mencoba lebih lama? Kamu bukan tidak bisa hamil, tapi memang belum waktunya. Sayang, aku ingin kita benar-benar yakin akan langkah yang ke depannya kita tempuh ini. Termasuk segala hal berkaitan dengan dampaknya, terutama mama."Aini menggigit bibirnya. Ia tahu suaminya tidak sepenuhnya setuju dengan usulannya, tapi setidaknya Dhuha tidak langsung menolaknya mentah-mentah. Ini sudah lebih baik daripada tidak ada kompromi sama sekali.Ria, yang sejak tadi memperhatikan mereka, akhirnya ikut angkat bicara. "Menurut saya, keputusan Mas Dhuha masuk akal, Kak Aini. Ini bukan hal kecil.

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status