Share

162. Kamu Ketahuan

last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-07 22:29:52

“Makan siangnya udah Ibu bungkus, Pak,” ujar Bu Rahmi sambil melipat kain serbet yang baru selesai disetrikanya.

Pak Zul, yang sedang membaca koran di ruang tamu, mengangguk kecil.

“Hati-hati di jalan, Bu. Kasih ucapan buat Suci dari Bapak juga, ya. Mudah-mudahan anak kita itu semakin dewasa dan mau dijodohkan dengan Alif. Tapi, apa boleh anterin kue dan lauk ke tempat kerja anak kita, Bu?"

"Boleh, saja, Pak. Tapi nanti kalau gak bisa ketemu, titip satpam aja."

"Ya, sudah kalau gitu. Ibu naik angkot?" Bu Rahmi mengangguk.

"Pengennya naik taksi online, tapi uangnya mau dihemat."

"Iya, ya, hati-hati di jalan. Kalau udah selesai, langsung pulang."

Bu Rahmi tersenyum, menyembunyikan kehangatan sekaligus rasa bangga. Hari ini adalah ulang tahun putrinya, Suci, yang baru saja menginjak usia 23 tahun. Sebagai orang tua, mereka selalu menyempatkan diri memberikan perhatian sederhana meski keadaan ekonomi keluarga mereka tidak begitu baik.

Bu Rahmi menyiapkan makanan kesukaan Suci, nasi kuni
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Mimin Rosmini
nah lho......silahkan bu asma menjadi mertua suci yg sdh tdk suci lagi......
goodnovel comment avatar
Silent Heart
Cieee calon mantu bu Asma. Seru kayaknya kalo Bu Asma punya mantu kayak suci, apalagi besannya, hmmm
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   163. Lima Puluh Juta

    “Kami orang tua Suci. Anak saya sudah diradupaksa oleh anak Anda, Alex. Kami ingin meminta pertanggungjawaban! Jika tidak, maka kami akan lapor polisi!"Mendengar nama polisi disebut, wajah Bu Asma berubah. Ia segera mempersilakan tamunya masuk. Mereka duduk di ruang tamu yang luas dengan perabotan mahal, tetapi suasananya terasa dingin. “Jelaskan, apa yang terjadi?” tanya Bu Asma, suaranya tenang namun tegas. Ia berpura-pura tidak tahu. Pak Zul menarik napas dalam sebelum menceritakan semuanya. Bagaimana Alex menjalin hubungan terlarang dengan Suci, bagaimana putrinya kehilangan pekerjaannya, dan bagaimana harga diri keluarganya hancur. Bu Asma mendengarkan dengan ekspresi yang sulit dibaca, tetapi sorot matanya sesekali menunjukkan kemarahan yang tertahan. “Saya tahu Alex salah,” ujar Bu Asma akhirnya. “Tapi Anda harus tahu, Aini, istrinya, sudah pergi ke Jakarta sejak kejadian itu. Kabar ini sudah cukup membuat keluarga kami hancur.”Pak Zul membalas dengan nada tajam, “Itu mas

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-07
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   164. Intan dan Izzam

    Malam itu, di ruang tamu sederhana rumah Amel, Aini duduk bersandar lemah di sofa. Tubuhnya masih terlihat rapuh, tetapi sorot matanya menunjukkan keteguhan hati. Amel duduk di sebelahnya, menggenggam tangan Aini dengan penuh perhatian.“Mbak, kamu masih belum sehat. Istirahat dulu, jangan pikirkan apa-apa,” ujar Amel dengan nada lembut.Namun, Aini menggeleng pelan. “Aku tidak bisa terus seperti ini, Mel. Aku sudah cukup merepotkan kalian. Aku harus mencari pekerjaan secepatnya. Ini sudah hampir sepuluh hari aku di sini."Amel menghela napas panjang. “Mbak tahu, kami tidak merasa direpotkan. Anton, Dhuha, dan aku ada di sini untuk membantumu. Mas Hakim juga selalu tanya kabar Mbak Aini. Pokoknya kami senang Mbak Aini gak nangis terus."Aini menatap Amel dengan tatapan penuh rasa terima kasih. “Aku tahu, Mel. Tapi aku tidak mau terlalu bergantung. Aku harus belajar mandiri. Alex sudah mengambil segalanya dariku, termasuk harga diriku. Aku ingin membuktikan bahwa aku bisa bertahan tanp

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-08
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   165. Maafkan Aku

    “Aini, aku bersumpah anak-anak tifak baik-baik saja, Aini,” ujar Alex, suaminya, dengan nada memohon. Suaranya terdengar parau dari seberang telepon.Aini menghela napas panjang. Ia duduk di bangku panjang di depan teras, dengan tangan kanannya menggenggam erat ponsel sementara tangan kirinya bergetar. “Aku ingin melihat mereka, Alex. Sekarang.”“Aku sedang di rumah sakit bersama mereka. Kalau kamu tidak percaya, aku bisa buktikan.”Aini menatap layar ponselnya dengan cemas. Dalam hitungan detik, panggilan video dimulai. Wajah Alex muncul pertama kali, dengan latar belakang dinding putih rumah sakit yang terasa dingin. Ia lalu mengarahkan kamera ke dua anak kecil yang terbaring di ranjang rumah sakit. Intan, si Bungsu mereka, tampak lemah dengan infus di tangannya, sementara Izzam terlihat sedang tertidur.Air mata Aini mengalir begitu saja. “Intan... Izzam...” bisiknya pelan. Dhuha hanya bisa menghela napas melihat Aini yang gampang dan sedih. Pria itu bisa menebak, bahwa Aini tidak

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-10
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   166. Tidak Ada Damai

    Aini menatap kedua anaknya yang masih lelap di ranjang rumah sakit. Ia tidak menyangka akan menghadapi situasi seperti ini. Alex, suaminya, baru saja dibawa oleh polisi tanpa penjelasan rinci. Hatinya cemas dan bingung, tetapi ia tahu satu hal pasti: anak-anak harus segera dibawa pulang.“Bu, kami sudah siapkan dokumen kepulangan pasien,” kata seorang perawat yang baru saja masuk.Aini mengangguk pelan. “Terima kasih, Sus.”Ia berusaha tetap tenang, meski pikirannya penuh dengan pertanyaan. Apa yang sebenarnya terjadi pada Alex? Polisi menyebut ada kasus pemer kosaan, tetapi mereka tidak memberikan detail. Sambil mengemas barang-barang anaknya, Aini menguatkan dirinya.Suci benar-benar melaporkan suaminya dan hal itu yang masih belum dimengerti oleh Aini. Wanita itu pun memesan taksi online dengan meminjam ponsel suster. "HP saya jadul, Sus, jadi gak bisa download aplikasi seperti gojrek dan grap." Aini menunjukkan ponsel yang dibelikan oleh Alex untuknya. "Eh, ponsel ginian masih a

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-10
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   167. Poligami?

    Suara langkah kaki Bu Asma terdengar pelan tapi berat memasuki ruang tamu. Sepasang sendalnya dilepas dengan gerakan lambat, lalu diletakkan di sudut pintu. Aini, yang sudah duduk menunggu dengan wajah gelisah, langsung berdiri dan menghampiri ibu mertuanya."Ma, bagaimana? Apa yang terjadi di sana?" Aini bertanya dengan suara cemas, kedua tangannya saling menggenggam erat di depan dada.Bu Asma menghela napas panjang, matanya tampak sayu. Ia meletakkan tas kecil yang dibawanya di atas meja dan duduk di sofa tanpa menjawab. Gestur itu cukup membuat Aini semakin panik. Ia berjongkok di hadapan mertuanya, menatap penuh harap."Alex bagaimana, Ma? Katakan sesuatu, tolong," pintanya, nyaris seperti sebuah rintihan.Bu Asma menunduk, meremas tangan sendiri. Setelah beberapa saat, ia akhirnya bersuara, tapi pelan, seolah takut mendengar suaranya sendiri. "Alex... dia akan tetap di penjara kalau kita tidak memenuhi syarat dari keluarga Suci."Aini tertegun. "Syarat? Apa maksud Mama? Apa yang

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-11
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   168. Ide dari Hakim

    “Aku yakin kali ini akan lebih baik, Nak.” Suara lembut Maria terdengar penuh harap, mengawali pembicaraan yang sudah sangat akrab di telinga Dhuha. Ia sedang duduk di ruang makan bersama Maria, ibunya, sembari menyeruput kopi hangat. Tidak ada semangat dalam dirinya setelah mengantar Aini pulang ke Bandung. Lagi-lagi ia patah hati. Awalnya, ia berharap Aini berpisah dari Alex saja, tetapi karena Izzam dan Intan, Aini mengalah dan memutuskan kembali bersama Alex. "Dhuha, kenapa, sih? Kamu ada masalah di kantor? Mama udah pesan sama Om Fauzan, kalau kamu jangan ditugaskan yang berat-berat dulu. Kamu juga harus bagi waktu untuk diri kamu sendiri. Termasuk mencari jodoh."Dhuha menghela napas panjang. “Ma, aku nggak yakin. Yang kemarin saja sudah cukup merepotkan.”“Dhuha." Maria menatapnya dengan pandangan yang tegas namun penuh kasih. “Mama tahu, kamu merasa kurang cocok waktu itu. Tapi Marissa anaknya baik. Mama sudah kenal keluarganya lama, dan... kali ini Mama cuma minta kamu menc

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-12
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   169. Pebinor

    “Jadi, bagaimana kemarin? Kamu dan Marissa cocok, kan?” Maria memulai pembicaraan pagi itu di ruang makan. Ia terlihat santai, namun dari raut wajahnya, jelas ia ingin mendapatkan jawaban yang ia harapkan. Wajahnya berbinar saat menuangkan teh di cangkir Dhuha. "Bu, saya mau ke pasar dulu ya," ujar bibik menginterupsi. "Oh, iya, jangan lupa beli jeruk mandarin kecil untuk anak-anak ya, Bik.""Baik, Bu." Setelah bibik pergi, Maria kembali menatap sang Putra. Dhuha mengangkat cangkir tehnya perlahan, mencoba memilih kata yang tepat. “Biasa saja, Ma. Kami makan, ngobrol sedikit, terus nonton.”Maria menatapnya penuh perhatian. “Oh, kalian nonton juga? Itu bagus. Berarti ngobrolnya nyambung, ya? Ih, Mama senang banget dengernya." Maria tersenyum lebar. “Lumayan, Ma.” Dhuha mencoba tersenyum sopan, meski hatinya tidak terlalu tertarik untuk melanjutkan diskusi ini. “Dia orangnya baik, tapi aku belum tahu sejauh mana bisa cocok.”Maria mengangguk perlahan. “Yang penting kamu sudah mau

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-12
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   170. Mengabaikan Suci

    “Aini, sudah pulang?” suara lembut Bu Asma menyambut Aini yang baru saja melangkah masuk ke rumah. Tubuhnya sedikit lelah setelah menjemput Intan dari sekolah. Ia hanya menjawab seadanya, “Sudah, Ma,” sambil membantu Intan melepas sepatunya.“Mana Izzam?” tanya Bu Asma lagi.“Masih di sekolah, les tambahan, Ma, " jawab Aini singkat tanpa menoleh. Ia merasa sesak setiap kali berada di rumah ini, tempat di mana luka hatinya semakin dalam.Suci, yang muncul dari dapur sambil membawa nampan berisi teh untuk Bu Asma, menyambut Aini dengan senyum ramah. “Hai, Mbak Aini. Capek ya jemput Intan?”Aini hanya melirik sekilas tanpa membalas sapaan itu. Ia menarik napas dalam-dalam, menahan diri agar tidak mengeluarkan kata-kata yang mungkin akan disesalinya nanti.Bu Asma mengerutkan kening. “Aini, jangan begitu. Suci cuma ingin menyapa. Dia istri Alex juga, sama seperti kamu. Kalian harus belajar saling menerima.”Aini menahan amarahnya. Kata-kata itu baginya seperti garam yang ditaburkan ke luk

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-13

Bab terbaru

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   284. Belum Menikah, Udah Pusing Duluan!

    Hakim kembali memijat pelipisnya setelah pertemuannya dengan Salsabila. Dua miliar bukan jumlah yang kecil, tetapi ia tahu bahwa dengan posisi dan kekayaan keluarganya, itu bukan angka yang mustahil. Yang menjadi pertanyaannya sekarang, apakah Tania akan meminta hal yang sama?Ia meraih ponselnya dan menghubungi Amel."Halo, Mas Hakim," suara Amel terdengar ceria seperti biasa."Amel, aku baru saja bertemu dengan Salsabila dan dia setuju, tapi ada syaratnya," kata Hakim."Syarat seperti apa?" tanya Amel penasaran."Dua miliar sebagai kompensasi atas perannya. Dia ingin semuanya berjalan profesional tanpa perasaan terlibat," jawab Hakim jujur.Amel terdiam sesaat sebelum tertawa kecil. "Wah, nggak kaget sih. Salsabila memang tipe wanita yang tahu apa yang dia mau.""Nah, itu yang mau aku tanyakan ke kamu. Apakah menurutmu Tania juga akan meminta kompensasi seperti itu?" Hakim bertanya hati-hati.Amel menghela napas. "Sejujurnya, aku nggak tahu, Mas. Tania orangnya berbeda dari Salsabil

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   283. Sebuah Jawaban

    Hakim duduk di kursinya dengan perasaan campur aduk setelah mengirim pesan kepada Amel. Ia memijat pelipisnya, mencoba mencerna semua pilihan yang tiba-tiba datang dalam hidupnya. Tiga minggu bukan waktu yang lama untuk mencari pasangan hidup, meskipun hanya sekadar pernikahan pura-pura.Di satu sisi, ada Salsabila. Wanita yang direkomendasikan oleh Aini dan tampak sangat profesional. Sikapnya tegas dan penuh perhitungan. Hakim bisa melihat bahwa Salsabila bukan tipe orang yang mudah dibohongi atau dimanfaatkan. Jika ia setuju, Hakim yakin mereka bisa menyusun kesepakatan yang jelas dan tidak akan ada drama di kemudian hari. Namun, justru itulah yang sedikit membuatnya khawatir. Wanita seperti Salsabila pasti punya standar tinggi dan bisa jadi ia tidak akan mau menjalani sandiwara ini tanpa syarat yang ketat.Di sisi lain, ada Tania. Wanita yang diperkenalkan oleh Amel. Dari deskripsi Amel, Tania tampak seperti gadis sederhana yang pekerja keras dan penuh tanggung jawab. Yatim piatu,

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   282. Calon Istri Hakim

    Hakim menatap layar ponselnya dengan ekspresi serius. Setelah menelepon Dhuha, ia merasa sedikit lebih tenang, tetapi tetap saja, waktu yang diberikan orang tuanya sangatlah singkat. Ia bukan tipe pria yang terbiasa terburu-buru dalam mengambil keputusan besar, apalagi soal pernikahan. Namun, kali ini ia tidak punya banyak pilihan.Di sisi lain, Dhuha masih mencerna ucapan Hakim barusan. Ini bukan permintaan yang biasa. Mencari calon istri dalam waktu tiga minggu saja sudah sulit, apalagi jika syaratnya adalah pernikahan pura-pura. Ia merebahkan diri di sofa sambil menatap langit-langit. Aini, yang baru saja selesai mandi, keluar dari kamar dan melihat ekspresi suaminya yang sedang berpikir keras."Kenapa bengong begitu?" tanya Aini sambil mengeringkan rambutnya.Dhuha menoleh dan tersenyum kecil. "Barusan Hakim nelepon. Dia butuh istri dalam tiga minggu."Aini mengernyit. "Istri? Maksud Mas, dia mau menikah? Emang Hakim punya ayang? ""Iya. Tapi bukan pernikahan yang sebenarnya. Dia

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   281. Istri Sewaan?

    Hotel Mulia Sahabat sudah beroperasi sejak subuh. Para staf dengan cekatan mempersiapkan segala sesuatu untuk memastikan tamu mendapatkan pelayanan terbaik. Dari lobi yang dipenuhi dengan aroma kopi segar hingga restoran yang mulai menyajikan sarapan prasmanan, semuanya berjalan dengan rapi dan efisien. Hakim duduk di ruang rapat utama, menatap layar presentasi yang menunjukkan proyek ekspansi terbaru hotel mereka di Kota Malang."Baik, untuk grand opening di Malang, saya ingin semua berjalan sesuai jadwal. Pak Irwan, bagaimana progres renovasi gedungnya?" tanya Hakim dengan suara tegas namun tetap tenang."Alhamdulillah, Pak Hakim. Progresnya sudah mencapai 85 persen. Kami hanya tinggal menyelesaikan beberapa bagian interior dan pelatihan staf baru."Hakim mengangguk puas. "Bagus. Saya ingin kita pastikan bahwa pelayanannya tetap setara dengan standar hotel kita di kota lain. Bu Siska, bagaimana dengan marketingnya?""Sudah berjalan sesuai rencana, Pak. Kami sudah melakukan kampanye

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   281. Apa Perlu Lapor Polisi?

    Dhuha menatap ibunya dengan perasaan terluka. "Mama, jangan bicara seperti itu. Aku memilih Aini bukan karena sihir atau apapun yang Mama pikirkan. Aku memilihnya karena aku mencintainya. Mama, aku mohon, berhentilah mencurigainya tanpa bukti yang jelas. Aini tulus mencintaiku, Ma. Dulu kami berpisah karena aku yang tidak dewasa. Sekarang aku sudah dewasa dan paham. Aku gak mau sampai pernikahanku gagal lagi.""Kamu tidak pernah tahu kan, kenapa bisa cinta berat sama Aini? Kamu saja jarang solat. Orang yang jarang solat itu, mudah dimasukin jin." Dhuha menggelengkan kepala. Mamanya selalu saja keras kepala dan pasti tidak akan menerima pembelaan darinya. Maria menghela napas panjang. Ia ingin membantah, tetapi dalam hatinya, ia pun ragu. Foto-foto itu memang tampak mencurigakan, tetapi apakah itu cukup sebagai bukti bahwa Aini tidak layak untuk Dhuha? Apalagi setelah mendengar bahwa foto tersebut adalah foto lama."Mama akan mencari tahu lebih lanjut. Tapi untuk sekarang, Mama tidak

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   280. Fitnah Keji

    Setelah membaca pesan itu, Aini merasa hatinya mulai tidak tenang. Meskipun Dhuha sudah meyakinkannya bahwa ia akan selalu melindunginya, tetap saja perasaan gelisah itu tidak bisa hilang begitu saja. Ia mencoba mengabaikan rasa takutnya dan melanjutkan aktivitasnya, tetapi firasat buruk itu terus menghantuinya.Keesokan harinya, Aini dan Dhuha pergi ke Sentul seperti yang mereka rencanakan. Udara pagi yang sejuk dan pemandangan hijau pegunungan sedikit mengurangi kegelisahan yang masih tersisa dalam hati Aini. Mereka mengunjungi rumah yang akan segera menjadi milik mereka, sebuah hunian minimalis dengan halaman luas dan suasana yang tenang."Masya Allah, indah sekali," gumam Aini takjub.Dhuha tersenyum melihat ekspresi bahagia istrinya. "Aku ingin kamu bahagia di sini. Aku ingin kita membangun rumah tangga yang penuh ketenangan dan cinta."Aini menggenggam tangan suaminya erat. "Terima kasih, Mas. Aku tidak butuh rumah besar atau barang mewah, yang penting kita selalu bersama." Mesk

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   279. Pesan Ancaman

    Dhuha menggeleng-geleng sambil tertawa, menarik Aini kembali ke dalam pelukannya. "Adek benar-benar bikin abang kalah terus ya?"Aini terkikik. "Bukannya kalah, tapi harusnya bangga punya istri cerdas."Dhuha mengecup kening istrinya lembut. "Iya, iya, abang bangga sekali."Mereka duduk berdua di ranjang, menikmati momen tenang setelah kejadian barusan. Aini bersandar di bahu Dhuha, memainkan jari-jarinya di telapak tangan suaminya. "Mas, menurutmu, Mama akan terus begini?"Dhuha menghela napas panjang. "Entahlah. Aku tahu Mama butuh waktu. Tapi aku yakin lama-lama beliau akan menerima kamu sepenuhnya."Aini mengangguk. "Aku tidak ingin buru-buru. Yang penting kita berdua tetap satu hati."Dhuha tersenyum. "Selalu."Sementara itu, di kamar Maria, wanita paruh baya itu duduk di depan cermin riasnya, memandangi wajahnya dengan ekspresi penuh pertimbangan. Ia memegang dompet pemberian Monic, mengelus permukaannya pelan. Pikirannya penuh dengan berbagai kemungkinan.Monic adalah kandidat

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   278. Adek Cerdas, Abang Lemas

    Aini tertawa kecil melihat ekspresi terkejut Dhuha. "Sudah, sekarang kita diam saja di dalam kamar, biarkan Mama dan Monic di luar."Dhuha menggelengkan kepala, tetapi akhirnya hanya bisa tersenyum pasrah. Ia menarik Aini ke dalam pelukannya, membiarkan istrinya bersandar di dadanya. "Kamu benar-benar tidak ada takutnya, ya?""Kenapa harus takut? Aku istrimu, sah di mata agama dan negara. Mau Mama undang Monic, Silvi, atau siapa pun, yang terpenting hatimu hanya untukku, kan?" goda Aini.Dhuha tertawa pelan. "Iya, iya. Kamu memang satu-satunya buatku.""Ada yang bilang, selama suami berpihak pada istri, jangankan pelakor, set an pun gak berani menggoda." Dhuha kembali tertawa. "Jadi, apa kita ada momen untuk bikin bayi siang-siang begini?" goda Dhuha. "Of, course, Sayang. Kali ini, aku di atas ya." Dhuha terbahak sambil menekan hidung istrinya karena gemas. Sementara itu, di ruang tamu, Maria menyambut Monic dengan senyuman ramah. Wanita itu terlihat anggun dengan gaun merah marunn

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   277. Mertua, Oh, Mertua

    Setelah kunjungan mereka ke panti asuhan Cahaya Kasih, Dhuha dan Aini kembali ke rumah mereka yang nyaman. Hari itu terasa begitu indah bagi Aini, berbagi kebahagiaan dengan anak-anak di panti asuhan yang telah menjadi bagian dari hidupnya. Namun, kebahagiaan itu tidak bertahan lama.Sore itu, ketika mereka baru saja tiba di rumah, ponsel Dhuha bergetar. Nama yang tertera di layar membuatnya menghela napas panjang sebelum mengangkat panggilan itu. "Mama," sapanya pelan."Dhuha, Mama ingin bicara. Bisa Mama datang sekarang?" suara Maria terdengar lebih lembut dari biasanya.Dhuha melirik Aini yang sedang menata beberapa barang di ruang tamu. Ia mengangguk kecil seolah mengizinkan, meski tak tahu apa yang akan dibahas mamanya kali ini. "Baik, Ma. Mama ke sini sekarang?""Ya, tunggu Mama sebentar.""Kenapa, Mas?" tanya Aini sambil menatap suaminya. "Mama mau berkunjung ke sinu." Aini mengangguk. "Terus kenapa?""Kamu gak papa?" tanya Dhuha khawatir. "Ish, Mama itu juga mamaku sekarang

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status