Share

161. Tak Lelah Membujuk

last update Last Updated: 2024-12-06 23:02:28

Aini duduk di ruang tamu, menatap jendela dengan pikiran yang melayang jauh. Keheningan pagi dipecahkan oleh suara pintu kamar yang terbuka. Dhuha muncul dengan wajah penuh perhatian, membawa secangkir teh hangat dan juga sepiring pisang goreng.

“Kamu belum tidur semalaman, ya?” tanya Dhuha lembut, menyerahkan nampan itu kepada Aini.

Aini hanya menggeleng, mengusap matanya yang masih sembap. “Aku nggak bisa tidur. Rasanya semua ini seperti mimpi buruk yang nggak ada akhirnya.”

Dhuha duduk di seberang Aini, menatapnya dengan tatapan penuh empati. “Aini, aku tahu ini berat. Tapi kamu nggak sendirian. Aku, Amel, dan Anton ada di sini buat kamu. Hakim pun selalu dukung kamu. Jangan pernah merasa sendiri ya."

Aini menundukkan kepala, air matanya menetes perlahan. “Tapi aku nggak tahu harus bagaimana lagi, Dhuha. Alex nggak akan berhenti. Aku sudah memutuskan ingin bercerai, tapi dia terus mencoba memaksaku kembali.”

“Kita bisa urus ini. Kalau perlu, aku akan cari pengacara terbaik untuk
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (5)
goodnovel comment avatar
Nani Rosenani
aini ama dhuha aja..
goodnovel comment avatar
Siti Astichomah
Aini cari bahagiamu, lepaskan anak2mu ke paman & neneknya. Suci berjuang tanpa lelah sampai Alex mau nikahi walaupun nanti ujung2nya pernikahan amburadul juga drpd skr gadis ngk jabda juga bukan. ...
goodnovel comment avatar
Mimin Rosmini
he he he bu asma otw punya mantu baru
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   162. Kamu Ketahuan

    “Makan siangnya udah Ibu bungkus, Pak,” ujar Bu Rahmi sambil melipat kain serbet yang baru selesai disetrikanya.Pak Zul, yang sedang membaca koran di ruang tamu, mengangguk kecil. “Hati-hati di jalan, Bu. Kasih ucapan buat Suci dari Bapak juga, ya. Mudah-mudahan anak kita itu semakin dewasa dan mau dijodohkan dengan Alif. Tapi, apa boleh anterin kue dan lauk ke tempat kerja anak kita, Bu?""Boleh, saja, Pak. Tapi nanti kalau gak bisa ketemu, titip satpam aja.""Ya, sudah kalau gitu. Ibu naik angkot?" Bu Rahmi mengangguk. "Pengennya naik taksi online, tapi uangnya mau dihemat.""Iya, ya, hati-hati di jalan. Kalau udah selesai, langsung pulang."Bu Rahmi tersenyum, menyembunyikan kehangatan sekaligus rasa bangga. Hari ini adalah ulang tahun putrinya, Suci, yang baru saja menginjak usia 23 tahun. Sebagai orang tua, mereka selalu menyempatkan diri memberikan perhatian sederhana meski keadaan ekonomi keluarga mereka tidak begitu baik.Bu Rahmi menyiapkan makanan kesukaan Suci, nasi kuni

    Last Updated : 2024-12-07
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   163. Lima Puluh Juta

    “Kami orang tua Suci. Anak saya sudah diradupaksa oleh anak Anda, Alex. Kami ingin meminta pertanggungjawaban! Jika tidak, maka kami akan lapor polisi!"Mendengar nama polisi disebut, wajah Bu Asma berubah. Ia segera mempersilakan tamunya masuk. Mereka duduk di ruang tamu yang luas dengan perabotan mahal, tetapi suasananya terasa dingin. “Jelaskan, apa yang terjadi?” tanya Bu Asma, suaranya tenang namun tegas. Ia berpura-pura tidak tahu. Pak Zul menarik napas dalam sebelum menceritakan semuanya. Bagaimana Alex menjalin hubungan terlarang dengan Suci, bagaimana putrinya kehilangan pekerjaannya, dan bagaimana harga diri keluarganya hancur. Bu Asma mendengarkan dengan ekspresi yang sulit dibaca, tetapi sorot matanya sesekali menunjukkan kemarahan yang tertahan. “Saya tahu Alex salah,” ujar Bu Asma akhirnya. “Tapi Anda harus tahu, Aini, istrinya, sudah pergi ke Jakarta sejak kejadian itu. Kabar ini sudah cukup membuat keluarga kami hancur.”Pak Zul membalas dengan nada tajam, “Itu mas

    Last Updated : 2024-12-07
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   164. Intan dan Izzam

    Malam itu, di ruang tamu sederhana rumah Amel, Aini duduk bersandar lemah di sofa. Tubuhnya masih terlihat rapuh, tetapi sorot matanya menunjukkan keteguhan hati. Amel duduk di sebelahnya, menggenggam tangan Aini dengan penuh perhatian.“Mbak, kamu masih belum sehat. Istirahat dulu, jangan pikirkan apa-apa,” ujar Amel dengan nada lembut.Namun, Aini menggeleng pelan. “Aku tidak bisa terus seperti ini, Mel. Aku sudah cukup merepotkan kalian. Aku harus mencari pekerjaan secepatnya. Ini sudah hampir sepuluh hari aku di sini."Amel menghela napas panjang. “Mbak tahu, kami tidak merasa direpotkan. Anton, Dhuha, dan aku ada di sini untuk membantumu. Mas Hakim juga selalu tanya kabar Mbak Aini. Pokoknya kami senang Mbak Aini gak nangis terus."Aini menatap Amel dengan tatapan penuh rasa terima kasih. “Aku tahu, Mel. Tapi aku tidak mau terlalu bergantung. Aku harus belajar mandiri. Alex sudah mengambil segalanya dariku, termasuk harga diriku. Aku ingin membuktikan bahwa aku bisa bertahan tanp

    Last Updated : 2024-12-08
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   165. Maafkan Aku

    “Aini, aku bersumpah anak-anak tifak baik-baik saja, Aini,” ujar Alex, suaminya, dengan nada memohon. Suaranya terdengar parau dari seberang telepon.Aini menghela napas panjang. Ia duduk di bangku panjang di depan teras, dengan tangan kanannya menggenggam erat ponsel sementara tangan kirinya bergetar. “Aku ingin melihat mereka, Alex. Sekarang.”“Aku sedang di rumah sakit bersama mereka. Kalau kamu tidak percaya, aku bisa buktikan.”Aini menatap layar ponselnya dengan cemas. Dalam hitungan detik, panggilan video dimulai. Wajah Alex muncul pertama kali, dengan latar belakang dinding putih rumah sakit yang terasa dingin. Ia lalu mengarahkan kamera ke dua anak kecil yang terbaring di ranjang rumah sakit. Intan, si Bungsu mereka, tampak lemah dengan infus di tangannya, sementara Izzam terlihat sedang tertidur.Air mata Aini mengalir begitu saja. “Intan... Izzam...” bisiknya pelan. Dhuha hanya bisa menghela napas melihat Aini yang gampang dan sedih. Pria itu bisa menebak, bahwa Aini tidak

    Last Updated : 2024-12-10
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   166. Tidak Ada Damai

    Aini menatap kedua anaknya yang masih lelap di ranjang rumah sakit. Ia tidak menyangka akan menghadapi situasi seperti ini. Alex, suaminya, baru saja dibawa oleh polisi tanpa penjelasan rinci. Hatinya cemas dan bingung, tetapi ia tahu satu hal pasti: anak-anak harus segera dibawa pulang.“Bu, kami sudah siapkan dokumen kepulangan pasien,” kata seorang perawat yang baru saja masuk.Aini mengangguk pelan. “Terima kasih, Sus.”Ia berusaha tetap tenang, meski pikirannya penuh dengan pertanyaan. Apa yang sebenarnya terjadi pada Alex? Polisi menyebut ada kasus pemer kosaan, tetapi mereka tidak memberikan detail. Sambil mengemas barang-barang anaknya, Aini menguatkan dirinya.Suci benar-benar melaporkan suaminya dan hal itu yang masih belum dimengerti oleh Aini. Wanita itu pun memesan taksi online dengan meminjam ponsel suster. "HP saya jadul, Sus, jadi gak bisa download aplikasi seperti gojrek dan grap." Aini menunjukkan ponsel yang dibelikan oleh Alex untuknya. "Eh, ponsel ginian masih a

    Last Updated : 2024-12-10
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   167. Poligami?

    Suara langkah kaki Bu Asma terdengar pelan tapi berat memasuki ruang tamu. Sepasang sendalnya dilepas dengan gerakan lambat, lalu diletakkan di sudut pintu. Aini, yang sudah duduk menunggu dengan wajah gelisah, langsung berdiri dan menghampiri ibu mertuanya."Ma, bagaimana? Apa yang terjadi di sana?" Aini bertanya dengan suara cemas, kedua tangannya saling menggenggam erat di depan dada.Bu Asma menghela napas panjang, matanya tampak sayu. Ia meletakkan tas kecil yang dibawanya di atas meja dan duduk di sofa tanpa menjawab. Gestur itu cukup membuat Aini semakin panik. Ia berjongkok di hadapan mertuanya, menatap penuh harap."Alex bagaimana, Ma? Katakan sesuatu, tolong," pintanya, nyaris seperti sebuah rintihan.Bu Asma menunduk, meremas tangan sendiri. Setelah beberapa saat, ia akhirnya bersuara, tapi pelan, seolah takut mendengar suaranya sendiri. "Alex... dia akan tetap di penjara kalau kita tidak memenuhi syarat dari keluarga Suci."Aini tertegun. "Syarat? Apa maksud Mama? Apa yang

    Last Updated : 2024-12-11
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   168. Ide dari Hakim

    “Aku yakin kali ini akan lebih baik, Nak.” Suara lembut Maria terdengar penuh harap, mengawali pembicaraan yang sudah sangat akrab di telinga Dhuha. Ia sedang duduk di ruang makan bersama Maria, ibunya, sembari menyeruput kopi hangat. Tidak ada semangat dalam dirinya setelah mengantar Aini pulang ke Bandung. Lagi-lagi ia patah hati. Awalnya, ia berharap Aini berpisah dari Alex saja, tetapi karena Izzam dan Intan, Aini mengalah dan memutuskan kembali bersama Alex. "Dhuha, kenapa, sih? Kamu ada masalah di kantor? Mama udah pesan sama Om Fauzan, kalau kamu jangan ditugaskan yang berat-berat dulu. Kamu juga harus bagi waktu untuk diri kamu sendiri. Termasuk mencari jodoh."Dhuha menghela napas panjang. “Ma, aku nggak yakin. Yang kemarin saja sudah cukup merepotkan.”“Dhuha." Maria menatapnya dengan pandangan yang tegas namun penuh kasih. “Mama tahu, kamu merasa kurang cocok waktu itu. Tapi Marissa anaknya baik. Mama sudah kenal keluarganya lama, dan... kali ini Mama cuma minta kamu menc

    Last Updated : 2024-12-12
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   169. Pebinor

    “Jadi, bagaimana kemarin? Kamu dan Marissa cocok, kan?” Maria memulai pembicaraan pagi itu di ruang makan. Ia terlihat santai, namun dari raut wajahnya, jelas ia ingin mendapatkan jawaban yang ia harapkan. Wajahnya berbinar saat menuangkan teh di cangkir Dhuha. "Bu, saya mau ke pasar dulu ya," ujar bibik menginterupsi. "Oh, iya, jangan lupa beli jeruk mandarin kecil untuk anak-anak ya, Bik.""Baik, Bu." Setelah bibik pergi, Maria kembali menatap sang Putra. Dhuha mengangkat cangkir tehnya perlahan, mencoba memilih kata yang tepat. “Biasa saja, Ma. Kami makan, ngobrol sedikit, terus nonton.”Maria menatapnya penuh perhatian. “Oh, kalian nonton juga? Itu bagus. Berarti ngobrolnya nyambung, ya? Ih, Mama senang banget dengernya." Maria tersenyum lebar. “Lumayan, Ma.” Dhuha mencoba tersenyum sopan, meski hatinya tidak terlalu tertarik untuk melanjutkan diskusi ini. “Dia orangnya baik, tapi aku belum tahu sejauh mana bisa cocok.”Maria mengangguk perlahan. “Yang penting kamu sudah mau

    Last Updated : 2024-12-12

Latest chapter

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   212. I Love You, Istri Orang

    Pagi itu, udara dingin masih terasa menyelimuti kota Bandung. Sisa hujan semalam masih ada. Aroma air hujan yang bertemu tanah, aspal, menimbulkan aroma khasnya. Alex berdiri di depan gedung apartemen Dhuha, matanya menatap pintu masuk dengan keraguan. Dia tahu apa yang dilakukannya mungkin tak akan mudah, tapi ia sudah bulat untuk mencoba sekali lagi. Setelah menarik napas panjang, ia masuk ke dalam lobi dan menaiki lift menuju lantai tempat Aini tinggal.Ayo, Alex, kamu harus tahu Aini tidak bisa dipaksa. Semakin dipaksa, semakin jauh ia pergi. Langkahnya terasa berat ketika ia berdiri di depan pintu. Dia mengetuk perlahan, memastikan suara ketukannya tidak terlalu keras agar tidak menarik perhatian penghuni lain. Ia tahu Dhuha pasti sudah berangkat kerja, sesuai informasi yang ia dapatkan. Ketika pintu terbuka, wajah Aini muncul dari celah pintu. Wanita itu terlihat terkejut, matanya membelalak saat melihat siapa yang berdiri di depannya."Alex? Apa yang kamu lakukan di sini?" t

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   211. Sadar Status

    Suci berdiri mematung di depan tangga, menatap punggung Alex yang memeluk kedua anaknya. Izzam masih menggenggam erat tangan ayahnya, sementara Intan berlari kecil dari dapur untuk bergabung. Mereka tampak seperti sebuah keluarga yang hangat—tanpa dirinya."Papa..." Intan memanggil dengan suara manja sambil mengulurkan tangan kecilnya, meminta digendong. Alex merendah dan meraih tubuh mungil itu, membawanya ke pelukan. Bibirnya tersenyum tipis, meski kelelahan jelas terlukis di wajahnya."Maafkan kalau Papa sering lembur ya." "Iya, Pa, gak papa. Di rumah ada bibik sama tante."Suci mengalihkan pandangannya. Dadanya bergemuruh, marah bercampur sedih. Kata-kata Alex tadi masih menggema di benaknya. Tamu? Aku hanya tamu di rumah ini? Padahal aku yang menjaga anak-anak ini, aku yang memastikan semuanya berjalan seperti semestinya.Ia menggeretakkan gigi. Matanya basah, tapi ia menahan diri untuk tidak menangis di depan Alex. Ia menegakkan bahu, mencoba mempertahankan sisa-sisa martabat y

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   210. Dikurung di Kamar

    Langit Bandung sore itu kelabu, seperti hati yang sedang muram. Hujan turun rintik-rintik, membasahi dedaunan dan jalanan yang masih ramai kendaraan. Udara dingin merayap masuk ke dalam rumah mewah di kawasan Dago, tempat Suci duduk bersandar santai di sofa ruang keluarga. Suara televisi menyala pelan, menayangkan program komedi, tapi perhatiannya setengah saja tertuju ke layar. Di sebelahnya, dua anak kecil, Izzam dan Intan, duduk diam, menikmati cemilan sambil sesekali melirik televisi.Izzam, delapan tahun, mengenakan kaos biru dengan celana pendek. Wajahnya serius, mungkin karena ia tahu bahwa satu gerakan yang salah bisa memancing amarah Suci. Adiknya, Intan, hanya terpaku pada mainan di tangannya, tak banyak bicara.Ini pemandangan yang berbeda dari biasanya. Dua anak itu dulu kerap membuat rumah berantakan—berlarian ke sana kemari, bertengkar, atau berteriak memanggil papa mereka, Alex. Tapi, setelah ancaman serius dari Suci beberapa minggu lalu, semuanya berubah. "Kalau kalia

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   209. Bicara pada Monic

    Dhuha berdiri di balkon apartemennya, pandangannya menembus pemandangan kota Bandung yang mulai dihiasi lampu-lampu malam. Angin dingin berembus lembut, membawa aroma hujan yang tersisa sejak sore tadi. Tapi bukan itu yang memenuhi pikirannya. Melainkan bayangan seorang perempuan, dengan senyum lembut yang selalu berhasil membuat hatinya berdebar. Aini.Wanita yang dulunya ia tak sudi menyentuhnya, tapi sekarang, dia bisa mati jika berjauhan dengannya. Ada sebuah kalimat petuah bertuliskan, membencilah sewajarnya, karena suatu saat kalian bisa jadi sangat mencintainya. Kini ia tidak tahu kapan tepatnya jatuh cinta lagi kepada mantan istrinya itu. Mungkin sejak pertama kali Aini datang kembali ke kehidupannya, meminta bantuan untuk menyelesaikan perceraian dengan Alex. Atau mungkin sejak mereka mulai berbagi ruang lagi di apartemen ini, saat Dhuha melihat sisi rapuh Aini yang selama ini jarang ia perhatikan. Namun, situasi mereka jauh dari kata sederhana. Aini masih terikat dalam per

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   208. Ai, Aku Boleh Tidur Di sini gak?

    Pagi-pagi sekali, bik Emi sudah sampai di apartemen Dhuha dengan membawa bahan masakan. Semalam Dhuha mengirimkan pesan pada wanita itu agar bisa datang lebih pagi dan membawa bahan masakan. Wanita itu sudah sibuk di dapur, sambil terus melihat ke arah ruang tengah, dimana bosnya sedang tidur pulas. Mendengar suara sedikit berisik di dapur, Dhuha terbangun. "Oh, udah datang, Bik," sapanya. "Sudah, Pak. Bapak tidur di luar? Lagi ada tamu ya?" Dhuha mengangguk "Iya, ada mama dan saudara saya. Makanya kamu semalam saya suruh datang cepat untuk masak. Biar Aini gak usah masak.""Baik, Pak, saya masak kwetiau kuah seafood, nasi goreng, dan ada jus buah. Apa itu cukup, Pak?""Cukup, Bik. Lanjutkan saja pekerjaan kamu." Dhuha berjalan masuk ke kamar mandi yang berada di luar. Ia tidak mau menganggu tidur mamanya dan juga Monic. Suara gemericik air dari wastafel dan aroma tumisan bawang putih memenuhi dapur apartemen Dhuha. Bik Emi sibuk mengaduk wajan sambil memotong sayuran di sampingn

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   207. Biarkan Aku Menyentuhmu

    Tok! Tok! Anton menoleh ke arah pintu kamar yang diketuk dua kali. Siapa lagi kalau bukan Luna. Pria itu menekan layar ponselnya untuk melihat jam. Sudah jam dua belas malam. Di luar hujan dan saat ini baru saja mati lampu. "Anton." Pria itu menghela napas. "Kenapa?""Maaf, apa kamu punya lilin lagi? Lilin di kamar udah mau habis." Anton melirik lilin yang ada di lantai kamar yang juga tinggal kurang lebih lima senti saja. Pria itu akhirnya membuka pintu kamar. "Di dapur gak ada?" Luna menggelengkan kepala. "Ya sudah, tunggu sebentar." Anton berjalan ke dapur, sedangkan Luna masuk ke kamar yang dulu pernah ia tiduri selama empat tahun lamanya. Kamarnya masih sama, ranjangnya juga. Ia bisa melihat keadaan kamar itu dari temaram cahaya lilin. Lalu ia melihat ke arah dinding yang biasanya ada foto pernikahannya, tetapi kini sudah tidak ada. Foto pernikahan di mana posenya seperti singa yang hendak menerkam mangsa. Beda dengan Anton yang tersenyum. "Ngapain kamu di sini?" tanya Anto

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   206. Siapa Suruh Cium Bibirku?

    "Jadi, lo berangkat malam ini ke Surabaya?" Dhuha mengaduk latte-nya dengan malas, matanya mengamati Hakim yang tampak sibuk memeriksa pesan di ponselnya. Kedua sepupu itu ketemu di sebuah kafe dekat dengan kantor Hakim. "Iya, gue udah pesen tiket tadi pagi," jawab Hakim tanpa mengalihkan pandangan dari layar ponsel. "Resepsi pernikahannya Kinanti kan besok pagi. Gue nggak mungkin datang telat. Mama, papa, sama Amel udah di sana dari jumat karena menyaksikan aksi nikah. Lo beneran gak datang?" "Kayaknya bakal rame, ya. Semua keluarga ngumpul," Dhuha menyesap minumannya."Iya, kalau lagi ada momen nikahan, emang selalu kumpul kan. Mami Maria juga gak datang kayaknya karena masih belum pulih ya?" tanya Hakim. Dhuha pun mengangguk. Ia yang melarang mamanya terbang ke Surabaya karena kondisi kesehatan. "Gue udah transfer langsung ke Kinanti. Dari gue sama mama. Mungkin kalau mama udah enakan, baru ke sana." Hakim pun mengangguk mafhum. "By the way, gimana kabar Amel? Udah lama gue n

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   205. Siapa yang Harus Aku Pilih?

    “Amel, kamu yakin nggak mau mencoba mengenal Levi lebih jauh?” suara Viona terdengar lembut, tapi tetap mendesak.Amel menatap ibunya dengan alis bertaut. Ia baru saja turun ke ruang makan untuk sarapan, tapi Viona sudah memulai lagi topik yang sama. “Ma, aku sudah bilang, aku masih sama Anton. Aku nggak tertarik untuk mengenal siapa pun lagi. Mama tahu kan, aku perempuan yang jarang sekali pacaran dan baru kali ini aku senang sama lelaki dewasa yang bertanggung jawab."Viona menghela napas panjang, menahan diri agar tidak meledak. Fahri yang duduk di sebelahnya ikut menimpali. “Amel, kami hanya ingin yang terbaik buat kamu. Anton itu... ya, kamu tahu sendiri, dia punya banyak masalah. Dia duda dengan satu anak. Kami nggak yakin dia bisa membuatmu bahagia. Apalagi dia duda bercerai, bukan ditinggal meninggal istrinya. Mama dan papa harap, kamu mau memikirkan perkenalan dengan Levi. Just friends, girl!"“Papa, Mama, aku tahu kalian nggak setuju sama hubungan kami,” jawab Amel, suaranya

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   204. Maafkan Aku

    “Mas, Luna masih di sana?” suara Amel terdengar di ujung telepon, nadanya penuh kehati-hatian namun sarat kecurigaan.Anton menghela napas panjang sebelum menjawab, “Iya, Sayang. Luna masih di sini. Tapi, percayalah, dia cuma di sini sampai urusan perceraian kami selesai.”“Tapi kenapa dia harus tinggal di rumahmu? Bukankah itu bisa diselesaikan tanpa harus tinggal bersama?” suara Amel sedikit bergetar. “Aku ini cemburu, Mas. Aku nggak bisa bohong soal itu. Aku takut kalau kalian berdua jadi rujuk. Apalagi, aku harus di Surabaya sampai tiga hari. Ck, ingin banget aku buru-buru pulang, tapi gak bisa. Acara nikahan sodaraku rumit."“Amel, dengarkan aku.” Anton menekankan suaranya, mencoba meyakinkan Amel. “Aku dan Luna sudah selesai. Tidak ada lagi apa-apa di antara kami selain tanggung jawab sebagai orang tua untuk Aris. Dia hanya di sini demi anak kami. Aku mohon, percayalah padaku. Kamu masih gak percaya sama aku?"Namun, jawaban itu tidak sepenuhnya membuat hati Amel tenang. Ia ter

DMCA.com Protection Status