Share

118. Aini Diusir

last update Last Updated: 2024-11-19 22:37:44

Aini duduk di samping tempat tidur bu Asma yang baru saja melewati masa kritis di rumah sakit. Ruangan itu sunyi, hanya terdengar bunyi monitor medis dan sesekali napas berat wanita paruh baya itu. Wajah wanita berusia lima puluh sembilan tahun terlihat sedikit lebih segar, namun matanya tetap menyiratkan kelelahan. Ia memandang Aini dengan penuh kasih, merasa yakin bahwa Aini adalah calon menantu yang tepat untuk Alex.

"Aini," suaranya serak, tetapi penuh harapan. "Kamu tahu kan, aku ingin kamu dan Alex segera menikah. Aku ingin melihat kalian bahagia."

Aini menggenggam tangan bu Asma berusaha menyampaikan kabar yang menggantung di hatinya selama ini. Ia telah menunda-nunda, berharap ada waktu yang lebih tepat. Namun, saat ini, ia tahu bahwa ia tak bisa menunggu lagi.

"Ma." Aini memulai dengan hati-hati. "Saya sangat menyayangi Mama seperti mama saya sendiri. Sudah banyak hal baik yang Mama lakukan untuk saya dan anak-anak, saya gak akan bisa membalasnya." Bu Asma semakin erat mengge
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Andri W Piknik
betul. suka kesel sendiri sama skenario cerita ini. kenapa gak ada yg kepikiran untuk datang ke ulama dan menanyakan ya..wkwk. padahal kalo Aini bilang gak mau rujuk itu udah sah. karena udah lebih dari 3bulan gak ada nafkah lahir dan batin. yaudah lah suka-suka author y mau gimana.. ...‍...️
goodnovel comment avatar
Siti Astichomah
Empat thn lebih ngk dpt nafkah lahir bathin bisa menjadikan jatuhnya talak
goodnovel comment avatar
Mimin Rosmini
bu asma ga tahu ya..kalau kelakuan anaknya lebih parah dari pada dhuha
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   119. Diam-diam Rujuk

    Maria berdiri di balkon kamarnya sambil menatap lalu-lalang kendaraan bermotor yang tidak terlalu banyak. Di ujung sebelah kanan, nampak bukit-bukit kecil yang terlihat samar karena tertutup kabut. Sebuah ponsel tergeletak di meja di depannya, layar menyala menunjukkan panggilan yang tak berjawab lagi. Ia menghela napas panjang, menggigit bibirnya untuk menahan rasa kecewa.“Dhuha, angkatlah sekali saja, Nak,” gumamnya pelan, seolah berharap anaknya itu bisa mendengar.Sudah tiga hari ini Maria mencoba kembali menelepon Dhuha, anak semata wayangnya yang sudah tidak pernah menerima telepon darinya. Terkadang nomornya diblokir, kadang tidak. Terdengar langkah mendekat. Viona, adik iparnya, muncul dari dalam kamar membawa dua cangkir kopi. Wajahnya tampak ceria seperti biasa, tapi Maria tahu, Viona selalu memperhatikannya dengan mata yang penuh pengertian.“Masih belum diangkat?” tanya Viona sambil meletakkan kopi di meja.Maria menggeleng pelan. “Dhuha seperti melupakan bahwa aku adal

    Last Updated : 2024-11-19
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   120. Kesalahan Dhuha

    Dhuha membalikkan badan untuk menutup pintu mobil, sebuah suara yang sangat dikenalnya membuat langkahnya terhenti."Dhuha?"Ia membeku. Suara itu—lembut tapi penuh kekuatan—adalah suara yang telah lama ia rindukan sekaligus hindari. Dengan perlahan, Dhuha berbalik dan melihat wanita yang berdiri tak jauh darinya. Wanita itu mengenakan baju sederhana berwarna biru, rambutnya tersisir rapi, tapi mata itu… mata yang penuh dengan air mata.“Mama?”Maria, ibunya, berdiri kaku di tempatnya. Matanya merah, bibirnya bergetar, dan air mata perlahan mengalir di pipinya. Langkah Maria cepat menghampiri putranya. "Kamu pulang ke Indonesia... dan tidak bilang sama Mama?"Dhuha tidak tahu harus berkata apa. Lidahnya terasa kelu. “Ma, aku…”“Kamu bahkan tidak datang ke rumah! Kamu langsung ke sini, ke restoran ini?” Nada suara Maria meninggi, membuat beberapa orang di parkiran melirik mereka.“Ma, aku baru sampai. Aku mau…”Maria melangkah maju dengan amarah yang jelas terlihat di wajahnya. “Kamu b

    Last Updated : 2024-11-20
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   121. Sebuah Ide dari Hakim

    "Bagaimana bisa mami Maria ke sini? Ah, itu maksudnya, pasti mamaku yang membawa mami ke restoran Aini. Mami suka kulineran. Tapi.... ck, semua jadi rumit gini ya. Terus gimana?"Dhuha mengangguk pelan, tatapannya kosong menatap gelas teh di depannya yang belum tersentuh sejak tiba di kafe ini. "Aku bahkan sempat berdebat dengan mama dan kami menjadi pusat perhatian, meskipun...” Ia menggantungkan kalimatnya, menelan kekesalan yang tertahan di tenggorokannya.“Meskipun apa?” desak Hakim.“Meskipun hasilnya tetap sama,” jawab Dhuha, suaranya lirih namun sarat frustrasi. “Dia tidak akan pernah merestui hubungan kami. Dia bahkan bilang, aku lebih baik melupakan Aini kalau ingin hidup tenang dan hidup penuh berkah dari restu orang tua."Hakim mengangkat alis. “Dan lo diam aja saat mami ngomong gitu? Lo tetap tidak bisa membela Aini di depan mami! Ini udah empat tahun Dhuha. Lo ganti aja baju pake daster! Jangan cemen lah!"“Itu bukan masalah percaya atau tidak, Hakim,” sahut Dhuha cepat,

    Last Updated : 2024-11-21
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   122. Jangan Gantung Hubungan

    "Aini, aku mohon, jangan terus seperti ini," suara Alex menggema lembut di restoran yang masih sepi. Meja-meja kayu yang tertata rapi, aroma kopi hangat, dan wangi rempah dari dapur tidak cukup untuk menenangkan ketegangan di udara. Pria itu duduk di depan Aini, matanya penuh harap, namun juga lelah.Di depannya aroma secangkir kopi begitu menggoda, tetapi wanita yang kini duduk di depannya mengambil semua perhatiannya. Aini menghela napas panjang, tangannya sibuk membersihkan meja meskipun meja itu sudah bersih. "Alex, berapa kali harus aku bilang? Aku tidak bisa.""Kamu bisa kalau kamu mau, Aini. Ini bukan soal kamu tidak mampu, ini soal kamu tidak mau mengambil langkah untuk kebahagiaanmu sendiri. Sudah empat tahun Aini. Awalnya kamu sudah setuju dan sempat menerima lamaranku'kan?""Sudah cukup, Mas. Masih terlalu pagi membicarakan masalah hati," balas Aini, kali ini dengan nada tegas. Ia menatap Alex, wajahnya yang cantik memancarkan kesedihan yang dalam."Aku sudah lelah dengan

    Last Updated : 2024-11-21
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   123. Bukan Kamu, juga Kamu

    Hujan gerimis menemani gerakan Aini yang tergesa. Masih pagi dan semua sedang bersiap memulai hari. Meskipun dalam keadaan cuaca hujan seperti ini, biasanya pengunjung restoran lebih sepi, tetapi tidak menyurutkan semangat Aini dan tim yang siap memanjakan lidah pelanggan."Ibu mau keluar?" tanya Rina yang sedang mengepel ruangan Aini. "Iya, saya keluar sebentar. Ada keperluan. Nanti saya balik lagi kok. Mudah-mudahan cepat selesai." Aini melirik jam di tangannya. Masih jam delapan tiga puluh pagi. Masih ada waktu dua jam lagi untuk menuntaskan rasa penasarannya. Perasaan cemas menggelayuti hati sejak Alex meninggalkan restorannya dengan wajah merah padam dan langkah penuh amarah. Dia tahu betul sifat Alex yang impulsif, dan pikirannya langsung melayang kepada satu orang: Dhuha.Aini meraih ponselnya, menekan nomor Hakim—sepupu Dhuha yang kebetulan tinggal tak jauh dari apartemen sepupunya."Ri, bisa keluar sebentar?""Oh, bisa, Bu. Udah selesai semua." Aini mengangguk. Begitu pintu

    Last Updated : 2024-11-22
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   124. Apa Ada Orang yang Sengaja?

    Kilatan lampu biru dan merah dari dua mobil pemadam kebakaran memantul di jalan basah yang diterpa gerimis. Di depan restoran yang kini hanya menyisakan dinding yang menghitam, Aini berdiri terpaku, tubuhnya gemetar. Asap tebal masih mengepul dari dalam, dan aroma hangus yang menyengat menusuk hidungnya.“Aku tidak percaya...,” gumam Aini dengan suara parau. Tatapannya kosong menatap reruntuhan mimpinya. Tapi perlahan, rasa tidak percaya itu berubah menjadi jeritan yang meledak dari dadanya.“Tidak!” teriak Aini histeris, lututnya hampir goyah. Hakim dengan sigap memegang bahunya, tapi Aini meronta. “Biarkan aku masuk! Aku harus memastikan semuanya! Kim, restoranku. Ya Allah, ya Allah!"“Mbak, tidak bisa! Itu berbahaya!” seru Hakim, mencoba menahan gerakan liar Aini.“Apa yang terjadi? Siapa yang melakukan ini?!” tangisnya semakin menjadi.Di dekat mereka, dua karyawan Aini, Rina dan Ani, menangis sambil memeluk satu sama lain. Begitu melihat Aini, keduanya berlari menghampiri, lalu

    Last Updated : 2024-11-22
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   125. Kamu Gak Takut Sama Saya?

    Anton memandangi jalanan yang meluncur cepat dari balik kaca mobil. Hembusan angin dari AC yang menyentuh kulitnya terasa dingin, sama seperti perasaan yang masih membeku di hatinya. Ia baru saja pulang dari rumah sakit setelah beberapa minggu berjuang melawan amnesia ringan yang membuat sebagian ingatannya kabur. Hari ini, ia dijemput oleh keluarganya—ibu, bapak, dan putranya yang berumur empat tahun, Aris.Aris duduk di kursi belakang, sibuk mengaduk-aduk sekantong kecil keripik yang tadi dibelikan neneknya di rumah sakit. Bocah itu tak henti-hentinya berbicara, meskipun sebagian besar ceritanya hanya berupa ocehan polos khas anak kecil. Sesekali, Anton tersenyum samar dan mengacak rambut Aris."Bapak, itu helikoptel, ya?" tanya Aris sambil menunjuk ke langit biru di luar jendela."Helikopter atau capung, tuh?" balas Anton dengan suara yang lemah namun mencoba bercanda."Helikopteo, lah! Masa capung segede itu, Pak!" jawab Aris sambil tertawa kecil, membuat semua orang di mobil ikut

    Last Updated : 2024-11-23
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   126. Gak Mungkin Cemburu'kan?

    Luna duduk di sebuah kedai kopi kecil yang ramai, menatap layar laptop yang menampilkan daftar panjang lamaran pekerjaan yang belum mendapatkan balasan. Telapak tangan yang tadinya mulus, kuku jari tangan yang mengkilap dan lentik dengan sederet perawatan, kini sudah tidak ada lagi. Kulit wajahnya pun sedikit kusam. Perawatan wajah yang dahulu masih bisa ia dapatkan dari Anton, kini sudah tidak ada lagi. Tangan itu menggenggam cangkir teh hangat yang sudah hampir dingin, sementara pikirannya melayang-layang di antara rasa frustrasi dan keputusasaan. Sudah dua bulan berlalu dari ia memutuskan pergi dari rumah suaminya dan sampai detik ini ia mencoba peruntungan untuk mendapatkan kembali pekerjaan, tetapi tidaklah mudah. Bahkan ia hampir putus asa. Ia memandangi notifikasi emailnya yang kosong, seperti mengharapkan ada keajaiban. Setiap perusahaan besar yang ia lamar seolah tak tertarik pada namanya. Ia tahu, nilai akademisnya tak buruk, bahkan cukup gemilang. Pengalaman magangnya di

    Last Updated : 2024-11-23

Latest chapter

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   212. I Love You, Istri Orang

    Pagi itu, udara dingin masih terasa menyelimuti kota Bandung. Sisa hujan semalam masih ada. Aroma air hujan yang bertemu tanah, aspal, menimbulkan aroma khasnya. Alex berdiri di depan gedung apartemen Dhuha, matanya menatap pintu masuk dengan keraguan. Dia tahu apa yang dilakukannya mungkin tak akan mudah, tapi ia sudah bulat untuk mencoba sekali lagi. Setelah menarik napas panjang, ia masuk ke dalam lobi dan menaiki lift menuju lantai tempat Aini tinggal.Ayo, Alex, kamu harus tahu Aini tidak bisa dipaksa. Semakin dipaksa, semakin jauh ia pergi. Langkahnya terasa berat ketika ia berdiri di depan pintu. Dia mengetuk perlahan, memastikan suara ketukannya tidak terlalu keras agar tidak menarik perhatian penghuni lain. Ia tahu Dhuha pasti sudah berangkat kerja, sesuai informasi yang ia dapatkan. Ketika pintu terbuka, wajah Aini muncul dari celah pintu. Wanita itu terlihat terkejut, matanya membelalak saat melihat siapa yang berdiri di depannya."Alex? Apa yang kamu lakukan di sini?" t

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   211. Sadar Status

    Suci berdiri mematung di depan tangga, menatap punggung Alex yang memeluk kedua anaknya. Izzam masih menggenggam erat tangan ayahnya, sementara Intan berlari kecil dari dapur untuk bergabung. Mereka tampak seperti sebuah keluarga yang hangat—tanpa dirinya."Papa..." Intan memanggil dengan suara manja sambil mengulurkan tangan kecilnya, meminta digendong. Alex merendah dan meraih tubuh mungil itu, membawanya ke pelukan. Bibirnya tersenyum tipis, meski kelelahan jelas terlukis di wajahnya."Maafkan kalau Papa sering lembur ya." "Iya, Pa, gak papa. Di rumah ada bibik sama tante."Suci mengalihkan pandangannya. Dadanya bergemuruh, marah bercampur sedih. Kata-kata Alex tadi masih menggema di benaknya. Tamu? Aku hanya tamu di rumah ini? Padahal aku yang menjaga anak-anak ini, aku yang memastikan semuanya berjalan seperti semestinya.Ia menggeretakkan gigi. Matanya basah, tapi ia menahan diri untuk tidak menangis di depan Alex. Ia menegakkan bahu, mencoba mempertahankan sisa-sisa martabat y

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   210. Dikurung di Kamar

    Langit Bandung sore itu kelabu, seperti hati yang sedang muram. Hujan turun rintik-rintik, membasahi dedaunan dan jalanan yang masih ramai kendaraan. Udara dingin merayap masuk ke dalam rumah mewah di kawasan Dago, tempat Suci duduk bersandar santai di sofa ruang keluarga. Suara televisi menyala pelan, menayangkan program komedi, tapi perhatiannya setengah saja tertuju ke layar. Di sebelahnya, dua anak kecil, Izzam dan Intan, duduk diam, menikmati cemilan sambil sesekali melirik televisi.Izzam, delapan tahun, mengenakan kaos biru dengan celana pendek. Wajahnya serius, mungkin karena ia tahu bahwa satu gerakan yang salah bisa memancing amarah Suci. Adiknya, Intan, hanya terpaku pada mainan di tangannya, tak banyak bicara.Ini pemandangan yang berbeda dari biasanya. Dua anak itu dulu kerap membuat rumah berantakan—berlarian ke sana kemari, bertengkar, atau berteriak memanggil papa mereka, Alex. Tapi, setelah ancaman serius dari Suci beberapa minggu lalu, semuanya berubah. "Kalau kalia

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   209. Bicara pada Monic

    Dhuha berdiri di balkon apartemennya, pandangannya menembus pemandangan kota Bandung yang mulai dihiasi lampu-lampu malam. Angin dingin berembus lembut, membawa aroma hujan yang tersisa sejak sore tadi. Tapi bukan itu yang memenuhi pikirannya. Melainkan bayangan seorang perempuan, dengan senyum lembut yang selalu berhasil membuat hatinya berdebar. Aini.Wanita yang dulunya ia tak sudi menyentuhnya, tapi sekarang, dia bisa mati jika berjauhan dengannya. Ada sebuah kalimat petuah bertuliskan, membencilah sewajarnya, karena suatu saat kalian bisa jadi sangat mencintainya. Kini ia tidak tahu kapan tepatnya jatuh cinta lagi kepada mantan istrinya itu. Mungkin sejak pertama kali Aini datang kembali ke kehidupannya, meminta bantuan untuk menyelesaikan perceraian dengan Alex. Atau mungkin sejak mereka mulai berbagi ruang lagi di apartemen ini, saat Dhuha melihat sisi rapuh Aini yang selama ini jarang ia perhatikan. Namun, situasi mereka jauh dari kata sederhana. Aini masih terikat dalam per

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   208. Ai, Aku Boleh Tidur Di sini gak?

    Pagi-pagi sekali, bik Emi sudah sampai di apartemen Dhuha dengan membawa bahan masakan. Semalam Dhuha mengirimkan pesan pada wanita itu agar bisa datang lebih pagi dan membawa bahan masakan. Wanita itu sudah sibuk di dapur, sambil terus melihat ke arah ruang tengah, dimana bosnya sedang tidur pulas. Mendengar suara sedikit berisik di dapur, Dhuha terbangun. "Oh, udah datang, Bik," sapanya. "Sudah, Pak. Bapak tidur di luar? Lagi ada tamu ya?" Dhuha mengangguk "Iya, ada mama dan saudara saya. Makanya kamu semalam saya suruh datang cepat untuk masak. Biar Aini gak usah masak.""Baik, Pak, saya masak kwetiau kuah seafood, nasi goreng, dan ada jus buah. Apa itu cukup, Pak?""Cukup, Bik. Lanjutkan saja pekerjaan kamu." Dhuha berjalan masuk ke kamar mandi yang berada di luar. Ia tidak mau menganggu tidur mamanya dan juga Monic. Suara gemericik air dari wastafel dan aroma tumisan bawang putih memenuhi dapur apartemen Dhuha. Bik Emi sibuk mengaduk wajan sambil memotong sayuran di sampingn

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   207. Biarkan Aku Menyentuhmu

    Tok! Tok! Anton menoleh ke arah pintu kamar yang diketuk dua kali. Siapa lagi kalau bukan Luna. Pria itu menekan layar ponselnya untuk melihat jam. Sudah jam dua belas malam. Di luar hujan dan saat ini baru saja mati lampu. "Anton." Pria itu menghela napas. "Kenapa?""Maaf, apa kamu punya lilin lagi? Lilin di kamar udah mau habis." Anton melirik lilin yang ada di lantai kamar yang juga tinggal kurang lebih lima senti saja. Pria itu akhirnya membuka pintu kamar. "Di dapur gak ada?" Luna menggelengkan kepala. "Ya sudah, tunggu sebentar." Anton berjalan ke dapur, sedangkan Luna masuk ke kamar yang dulu pernah ia tiduri selama empat tahun lamanya. Kamarnya masih sama, ranjangnya juga. Ia bisa melihat keadaan kamar itu dari temaram cahaya lilin. Lalu ia melihat ke arah dinding yang biasanya ada foto pernikahannya, tetapi kini sudah tidak ada. Foto pernikahan di mana posenya seperti singa yang hendak menerkam mangsa. Beda dengan Anton yang tersenyum. "Ngapain kamu di sini?" tanya Anto

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   206. Siapa Suruh Cium Bibirku?

    "Jadi, lo berangkat malam ini ke Surabaya?" Dhuha mengaduk latte-nya dengan malas, matanya mengamati Hakim yang tampak sibuk memeriksa pesan di ponselnya. Kedua sepupu itu ketemu di sebuah kafe dekat dengan kantor Hakim. "Iya, gue udah pesen tiket tadi pagi," jawab Hakim tanpa mengalihkan pandangan dari layar ponsel. "Resepsi pernikahannya Kinanti kan besok pagi. Gue nggak mungkin datang telat. Mama, papa, sama Amel udah di sana dari jumat karena menyaksikan aksi nikah. Lo beneran gak datang?" "Kayaknya bakal rame, ya. Semua keluarga ngumpul," Dhuha menyesap minumannya."Iya, kalau lagi ada momen nikahan, emang selalu kumpul kan. Mami Maria juga gak datang kayaknya karena masih belum pulih ya?" tanya Hakim. Dhuha pun mengangguk. Ia yang melarang mamanya terbang ke Surabaya karena kondisi kesehatan. "Gue udah transfer langsung ke Kinanti. Dari gue sama mama. Mungkin kalau mama udah enakan, baru ke sana." Hakim pun mengangguk mafhum. "By the way, gimana kabar Amel? Udah lama gue n

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   205. Siapa yang Harus Aku Pilih?

    “Amel, kamu yakin nggak mau mencoba mengenal Levi lebih jauh?” suara Viona terdengar lembut, tapi tetap mendesak.Amel menatap ibunya dengan alis bertaut. Ia baru saja turun ke ruang makan untuk sarapan, tapi Viona sudah memulai lagi topik yang sama. “Ma, aku sudah bilang, aku masih sama Anton. Aku nggak tertarik untuk mengenal siapa pun lagi. Mama tahu kan, aku perempuan yang jarang sekali pacaran dan baru kali ini aku senang sama lelaki dewasa yang bertanggung jawab."Viona menghela napas panjang, menahan diri agar tidak meledak. Fahri yang duduk di sebelahnya ikut menimpali. “Amel, kami hanya ingin yang terbaik buat kamu. Anton itu... ya, kamu tahu sendiri, dia punya banyak masalah. Dia duda dengan satu anak. Kami nggak yakin dia bisa membuatmu bahagia. Apalagi dia duda bercerai, bukan ditinggal meninggal istrinya. Mama dan papa harap, kamu mau memikirkan perkenalan dengan Levi. Just friends, girl!"“Papa, Mama, aku tahu kalian nggak setuju sama hubungan kami,” jawab Amel, suaranya

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   204. Maafkan Aku

    “Mas, Luna masih di sana?” suara Amel terdengar di ujung telepon, nadanya penuh kehati-hatian namun sarat kecurigaan.Anton menghela napas panjang sebelum menjawab, “Iya, Sayang. Luna masih di sini. Tapi, percayalah, dia cuma di sini sampai urusan perceraian kami selesai.”“Tapi kenapa dia harus tinggal di rumahmu? Bukankah itu bisa diselesaikan tanpa harus tinggal bersama?” suara Amel sedikit bergetar. “Aku ini cemburu, Mas. Aku nggak bisa bohong soal itu. Aku takut kalau kalian berdua jadi rujuk. Apalagi, aku harus di Surabaya sampai tiga hari. Ck, ingin banget aku buru-buru pulang, tapi gak bisa. Acara nikahan sodaraku rumit."“Amel, dengarkan aku.” Anton menekankan suaranya, mencoba meyakinkan Amel. “Aku dan Luna sudah selesai. Tidak ada lagi apa-apa di antara kami selain tanggung jawab sebagai orang tua untuk Aris. Dia hanya di sini demi anak kami. Aku mohon, percayalah padaku. Kamu masih gak percaya sama aku?"Namun, jawaban itu tidak sepenuhnya membuat hati Amel tenang. Ia ter

DMCA.com Protection Status