Home / Rumah Tangga / Malam Pertama dengan Janda Anak 2 / 126. Gak Mungkin Cemburu'kan?

Share

126. Gak Mungkin Cemburu'kan?

last update Last Updated: 2024-11-23 22:37:12

Luna duduk di sebuah kedai kopi kecil yang ramai, menatap layar laptop yang menampilkan daftar panjang lamaran pekerjaan yang belum mendapatkan balasan. Telapak tangan yang tadinya mulus, kuku jari tangan yang mengkilap dan lentik dengan sederet perawatan, kini sudah tidak ada lagi. Kulit wajahnya pun sedikit kusam. Perawatan wajah yang dahulu masih bisa ia dapatkan dari Anton, kini sudah tidak ada lagi.

Tangan itu menggenggam cangkir teh hangat yang sudah hampir dingin, sementara pikirannya melayang-layang di antara rasa frustrasi dan keputusasaan. Sudah dua bulan berlalu dari ia memutuskan pergi dari rumah suaminya dan sampai detik ini ia mencoba peruntungan untuk mendapatkan kembali pekerjaan, tetapi tidaklah mudah. Bahkan ia hampir putus asa.

Ia memandangi notifikasi emailnya yang kosong, seperti mengharapkan ada keajaiban. Setiap perusahaan besar yang ia lamar seolah tak tertarik pada namanya. Ia tahu, nilai akademisnya tak buruk, bahkan cukup gemilang. Pengalaman magangnya di
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Mimin Rosmini
Nyesel kan selalu belakangan ya luna..rasain deh..
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   127. Suami Orang Lebih Menggoda

    Amel tersenyum puas sambil melangkah keluar dari toko kue, menggandeng tangan Anton dengan erat. Di balik kaca etalase, ia sempat melirik Luna yang berdiri terpaku di belakang kasir, wajahnya pias seperti kehilangan warna.Ia tahu Luna bekerja di toko itu. Amel sengaja memilih tempat ini untuk "kebetulan" bertemu dengannya. Tak ada yang lebih memuaskan daripada menyaksikan ekspresi Luna yang penuh keterkejutan dan rasa sakit."Amel, tadi kenapa kamu tiba-tiba menggandeng tanganku?" tanya Anton saat mereka keluar dari toko, suaranya terdengar bingung namun tetap lembut.Amel melirik pria di sampingnya. Wajah Anton tampak tenang, seperti biasa, tetapi ia tahu bahwa Anton belum pulih, terbukti Anton masih terlihat tak begitu semangat dan sangat irit sekali senyum. Memang sudah lebih baik dari pada awal pria itu pulang ke rumah, tetapi masih saja begitu kaku. "Ah, iseng saja. Kamu kelihatan lelah, jadi aku pikir nggak apa-apa menggandeng kamu sebentar. Gak papa'kan? Anggap saja pemanasan

    Last Updated : 2024-11-23
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   128. Aku Bukan Pelakor, Pa

    Ruang tamu itu terasa lebih sempit dari biasanya. Amel duduk di sofa paling ujung, jari-jarinya saling menggenggam erat di pangkuannya. Di hadapannya, duduk kedua orang tuanya, Viona dan Darma dengan raut wajah tegang. Sementara itu, Hakim, kakak laki-lakinya, berdiri bersandar di dinding dengan tatapan tajam yang membuat Amel tak nyaman. Atmosfer ruangan dipenuhi ketegangan yang tak terucapkan.Sepertinya momen aku mengucapkan tadi tidak tepat. Batin Amel. "Amel," suara Viona, pecah dalam keheningan. Ada nada gemetar di balik tegasnya. "Jawab dengan jujur. Kamu pernah bermalam dengan lelaki itu atau belum?"Amel menelan ludah. Pertanyaan itu seperti tamparan yang sudah ia duga akan datang. Tapi kali ini ia tak bisa menghindar. Ia menarik napas panjang, mencoba mengumpulkan keberanian."Iya," jawabnya, suaranya nyaris berbisik. Memang setiap malam ia tidur di rumah Anton, karena ia ngekos. Bukan karena hal-hal tabu lainnya. Namun, ia tidak mengatakan yang sebenarnya pada kedua orang

    Last Updated : 2024-11-24
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   129. Meminta Bantuan Dhuha

    Hening malam seperti menertawakan Aini yang duduk termenung di sudut kamarnya. Ia memandangi dinding kosong, pikirannya dipenuhi rasa bersalah yang berat. Setiap kedipan mata seolah memutar ulang kejadian hari itu, ketika api melahap semua restoran miliknya. Tiga karyawannya—Pak Agung, Majid, dan Sinta—terluka. Dua di antaranya harus menjalani operasi. Tangisan dan teriakan mereka masih terngiang di telinganya.Hanya Ani dan Rina yang luka ringan, tetapi keduanya tetap perlu perawatan oleh dokter di rumah sakit. Aini menghela napas panjang, berusaha menenangkan diri, tapi sia-sia. Sejak kejadian itu, tidur menjadi barang langka baginya. Pikirannya terus melompat-lompat antara rasa bersalah, khawatir, dan rasa putus asa. Apalagi, BPJS tidak sepenuhnya mengcover biaya rumah sakit. Pak Agung bahkan tak memiliki BPJS, meskipun Aini selalu mengalokasikan dana untuk itu. Kesalahan sistem atau kelalaian? Ia tak tahu lagi.“Apa aku telah gagal menjadi pemilik yang bertanggung jawab?” batinny

    Last Updated : 2024-11-24
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   130. Pilihan Buruk untuk Aini

    “Alex, Mama sudah bilang,” suara Bu Asma terdengar dingin, serasi dengan tatapan tegas yang dilemparkannya ke arah putranya. Ia duduk di ruang tamu rumahnya, tangannya menggenggam secangkir teh yang kini terasa hambar. “Mama tidak akan membantu Aini. Wanita itu sudah menghancurkan terlalu banyak hal, termasuk masa depanmu. Apa kau pikir aku akan membiarkannya terus bertingkah seperti ini? Mama malu bertemu dengan teman-teman yang sudah tahu kamu batal nikah. Belum lagi modal yang sudah Mama keluarkan untuk DP WO ternama di kota Bandung ini. Souvenir dan banyak barang yang dibeli, tetapi sia-sia. Seserahan yang jauh-jauh hari sudah kamu beli pun, berakhir di dalam lemari. Mama tidak terima, lelaki sulung Mama diperlakukan seperti ini. Ini martabat keluarga." “Mama,” Alex mencoba meredam emosi, mendekati ibunya dengan nada bicara yang lebih lembut. “Dia sedang menghadapi masalah besar. Restorannya nyaris bangkrut, dan karyawan-karyawannya terluka. Dia tidak punya siapa-siapa lagi. Kal

    Last Updated : 2024-11-24
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   131. Hubungan yang Rumit

    "Operasi Pak Agung berjalan lancar. Tidak ada komplikasi, dan beliau sudah bisa dipindahkan ke kamar perawatan," ucap dokter dengan senyum profesionalnya.Aini menghela napas lega, seakan beban di dadanya sedikit terangkat. "Alhamdulillah, terima kasih, Dok," jawabnya pelan, mencoba menyembunyikan air mata syukur yang hampir jatuh."Kamarnya jadi dipindahkan?" tanya perawat yang menemani dokter. "Jadi, Suster, sudah saya yang urus," jawab Dhuha. "Kelas satu," tambahnya lagi. Dokter itu memberi anggukan kecil sebelum berlalu. Aini masih berdiri di lorong rumah sakit yang dingin, menatap lantai sambil mengatur napas. Syukurnya atas kondisi Pak Agung bercampur dengan rasa cemas yang menyengat seperti duri dalam dada. Ancaman Alex tadi siang masih terngiang di telinganya."Jangan lupa, Aini. Satu kesalahan kecil, aku bisa buat hidupmu dan anak-anakmu berantakan." Aini menggigit bibir, berusaha menahan gemetar yang perlahan merambat ke tubuhnya. Namun, ia tahu tak ada waktu untuk laru

    Last Updated : 2024-11-25
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   132. Menyerah dan Terluka

    Aini tidak menjawab pertanyaan Dhuha saat pria itu bertanya apakah ia pernah mencintainya. Suara Dhuha yang rendah, namun penuh dengan kepastian, masih terngiang-ngiang di telinganya. Namun, ia hanya terdiam, membiarkan kesunyian menjadi jawaban yang menggantung di antara mereka.Perjalanan ke rumah terasa sunyi, hanya diisi oleh suara mesin mobil yang berputar stabil. Dhuha sesekali melirik ke arah Aini, yang hanya memandang keluar jendela dengan ekspresi datar. Sesampainya di depan rumah, Dhuha memarkir mobil tanpa mengatakan sepatah kata. Saat Aini membuka pintu mobil dan keluar, ia sempat berhenti sejenak di samping pintu."Terima kasih sudah mengantar," ujar Aini tanpa menoleh, begitu mobil berhenti di depan pagar rumah Aini. Bukan rumah wanita itu sebenarnya, tetapi rumah bu Asma, nenek dari dua anaknya yang dipinjamkan padanya. Ia hanya punya tabungan dan restoran yang sudah sama-sama ludes. Brangkas di kantor pun ikut terbakar dan uang yang cukup banyak di sana, juga ikut terb

    Last Updated : 2024-11-25
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   133. Izzam Mencari Informasi

    “Intan, Izzam, ayo cepat! Sudah hampir pukul tujuh. Kalau kalian terlambat lagi, bagaimana mau jadi anak yang disiplin?” suara Aini terdengar dari dapur, sementara tangannya sibuk membungkus bekal nasi goreng dan potongan buah ke dalam kotak makan.“Sebentar, Bu! Adik Intan lama banget pakai kaos kaki!” seru Izzam dari ruang tamu.“Enggak kok, Bu. Ini Abang Izzam yang nggak bisa cari sepatu!” Intan membela diri sambil menuruni tangga."Dari tadi juga Abang lama sekali sisiran. Emangnya cakep!""Dih, emang Abang cakep. Kamu tuh yang ----""Eh, eh, ada apa lagi ini? Bukannya langsung masuk ke mobil. Ini bawa kotak bekalnya. Sebentar Ibu sisiran dulu. Rambut Ibu masih seperti singa berantem sama harimau." Intan tertawa. Momen seperti ini adalah salah satu hal yang ia syukuri dalam hidupnya. Meski ada badai besar dalam hatinya, keberadaan Intan dan Izzam memberinya alasan untuk bertahan.“Cepat selesai. Ibu akan antar kalian ke sekolah, ya,” ujar Aini sambil mengunci pintu. "Udah dicek

    Last Updated : 2024-11-25
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   134. Sikap Protes Izzam

    "Kenapa tugasnya belum dikerjakan, Izzam?" suara lembut Bu Santi terdengar di ruang kelas dua. Ia berjongkok di sebelah meja seorang anak kecil yang sedang duduk diam. Di atas meja itu hanya ada kertas kosong tanpa gambar sedikit pun. Padahal, sudah tiga puluh menit berlalu dan anak-anak yang lain sudah ada yang selesai. Namun, Izzam nampaknya sedang tidak semangat. Izzam menunduk, tak menjawab. Pandangannya tertuju ke ujung sepatu hitamnya yang masih mengkilap karena baru dibelikan Alex. Teman-temannya di kelas sibuk menggambar, membuat suasana riuh dengan suara tawa dan goresan pensil. Celotehan siswa-siswi di kelas, terdengar riuh dan riang. Hanya Izzam saja yang tak berminat. Tentu ini tidak seperti biasanya. "Izzam dengar Bu Guru, kan?" tanya Bu Santi lagi, masih dengan nada sabar.Anak itu akhirnya mengangkat kepalanya perlahan, menatap guru wali kelasnya. Matanya tampak sayu. "Aku nggak tahu mau gambar apa, Bu," gumamnya pelan."Tadi tugasnya sudah Ibu jelaskan, Sayang. Gamba

    Last Updated : 2024-11-26

Latest chapter

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   326. Buah Kesabaran

    Hari itu, matahari bersinar lembut, seolah ikut merayakan kebahagiaan yang memenuhi hati Aini dan Dhuha. Kabar kehamilan Aini menjadi hadiah yang tidak pernah mereka sangka akan datang secepat ini. Setelah bertahun-tahun penantian dan berbagai ujian, akhirnya doa mereka terjawab.Setelah meninggalkan klinik, Dhuha tidak henti-hentinya menggenggam tangan Aini. Tatapan matanya penuh dengan cinta dan rasa syukur.“Aku masih tidak percaya, Sayang,” gumamnya sambil mencuri pandang ke arah istrinya yang duduk di sebelahnya di dalam mobil.Aini tersenyum, meski air matanya belum benar-benar kering. “Aku juga, Mas. Sepertinya Allah benar-benar ingin menguji kesabaran kita sebelum akhirnya memberikan anugerah ini.”Dhuha mengangguk. “Dan kamu lulus ujian itu dengan begitu sabar dan tulus.”Aini menatap suaminya. “Bukan cuma aku. Kita berdua.”Sesampainya di rumah, Dhuha langsung menghubungi keluarganya. Maria awalnya tidak percaya, tapi saat Dhuha menunjukkan foto USG Aini, maka wanita paruh b

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   325. Kejutan dari Ria

    Ria berdiri tidak jauh dari meja mereka, mengenakan blouse berwarna pastel dan rok panjang yang anggun. Wajahnya tampak terkejut, tetapi segera berubah menjadi senyum hangat saat ia mendekat."Aku tidak menyangka akan bertemu kalian di sini," katanya sambil menarik kursi kosong di samping Aini.Dhuha hanya mengangguk kecil. Ia masih merasa canggung setiap kali bertemu Ria, mengingat alasan keberadaan wanita itu dalam hidup mereka. Sementara itu, Aini mencoba tersenyum, meski di dalam hatinya ada perasaan tak nyaman yang berputar."Kak Aini, bagaimana kabarmu?" tanya Ria, nada suaranya lembut dan penuh perhatian."Baik, meskipun sedikit tidak enak badan hari ini," jawab Aini sambil menyandarkan tubuhnya ke kursi.Dhuha menatap istrinya dengan cemas. "Kalau masih merasa pusing, kita pulang saja, Sayang. Istirahat lebih penting."Aini menggeleng pelan. "Tidak apa-apa, Mas. Aku justru senang bertemu Ria di sini."Mata Ria menatap Dhuha dan Aini bergantian. Ia bisa merasakan ketegangan yan

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   324. Ucapan Maria

    Sore itu, langit menguning keemasan, memberi nuansa hangat yang kontras dengan perasaan Dhuha yang penuh beban. Ia melangkah menuju rumah besar yang sudah sejak kecil ia tinggali, rumah tempat ibunya, Maria, menunggunya dengan segudang pertanyaan yang selalu ia hindari."Duduklah, Nak," Maria mempersilakan putranya duduk di kursi teras yang nyaman. Di hadapannya, teh melati mengepul, menebar aroma menenangkan. Namun, Dhuha tahu, pembicaraan kali ini tidak akan senyaman teh itu."Apa kabar, Ma?" tanya Dhuha, mencoba mencairkan suasana. Pria itu membuka sepatunya, sekaligus melepas dua kancing kemeja abu-abunya paling atas. "Mama sehat, kamu minum dulu!" Dhuha mengangguk. Mengambil teh melati yang aromanya sangat sedap itu. "Mama bikin pisang goreng?" "Bukan, bibik yang masak. Kamu cuci tangan dulu sana, kalau mau makan pisang goreng." Dhuha mengangguk dan langsung masuk ke dalam rumah. Ia mencuci tangan di wastafel ruang tengah. "Keliatannya Mama sehat, ada apa Mama panggil aku ke

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   323. Bertemu Izzam dan Intan

    Aini meraih tangan Alex dan menjabatnya pelan. Kesepakatan ini mungkin bukan yang terbaik baginya, tapi setidaknya ini adalah langkah awal untuk bisa kembali dekat dengan anak-anaknya."Terima kasih, Mas," ucapnya dengan suara nyaris berbisik.Alex mengangguk tanpa ekspresi, sementara Zita masih menampilkan senyum ramahnya. Dhuha yang duduk di samping Aini tetap tenang, meskipun tatapannya sesekali bergeser pada Zita, menilai bagaimana wanita itu bersikap."Kapan aku bisa mulai bertemu mereka?" tanya Aini hati-hati.Alex menatap Zita sejenak, seolah meminta pendapatnya."Bagaimana kalau akhir pekan ini? Hari Sabtu setelah makan siang? Kita bisa bertemu di taman dekat rumah," usul Zita."Anak-anak pasti senang sekali," tambahnya masih dengan senyum yang sama. Aini tersenyum lega. "Baik, aku akan datang."Percakapan pun berlanjut dengan membahas hal-hal ringan mengenai kegiatan anak-anak. Zita dengan santai bercerita bagaimana Intan kini semakin menyukai menggambar dan Izzam mulai tert

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   322. Berdamai dengan Takdir

    Mobil sedan hitam itu berhenti di halaman rumah besar dengan taman yang tertata rapi. Anton menatap bangunan megah itu dengan napas berat. Sudah lebih dari sebulan Amel tinggal di sini, di rumah orang tuanya, meninggalkan rumah mereka yang seharusnya menjadi tempat membangun kebahagiaan bersama.Anton turun dari mobil, mengetuk pintu dengan sedikit ragu. Tak lama, seorang asisten rumah tangga membukakan pintu.“Masuklah, Mas. Mbak Amel ada di ruang tamu,” katanya dengan sopan.Anton melangkah masuk, mendapati Amel duduk di sofa, wajahnya dingin tanpa ekspresi. Sejujurnya, ia sudah mengira istrinya akan bereaksi seperti ini.“Assalamualaykum, Amel…” Anton membuka suara, suaranya bergetar. Kakinya melangkah pelan, sesekali melirik ruang tengah yang besar itu teramat sepi. Amel duduk di depan televisi dengan tatapan kosong. "Amel," panggil Anton lagi. Amel menoleh sekilas, lalu kembali menatap layar ponselnya tanpa minat. “Ada perlu apa datang ke sini?” tanya wanita itu sinis. Anton m

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   321. Bertemu Alex

    Pagi harinya, Aini bangun dengan tubuh lebih segar, meski pikirannya masih penuh dengan pertanyaan yang belum terjawab. Setelah menunaikan salat subuh berjamaah dengan Dhuha, ia menyiapkan sarapan sederhana berupa roti panggang dan omelet.Dhuha duduk di meja makan sambil menggulir layar ponselnya. Sesekali ia menatap Aini sambil tersenyum. "Aku selalu senang kalau lihat rambut kamu basah." Aini yang sedang mengangkat roti dari panggangan, langsung menoleh ke belakang. "Dih, dingin tahu!" balasnya sambil tersipu malu. Malu bila ingat kejadian semalam, ia yang terlalu bersemangat sampai mereka berdua jatuh dari ranjang. Suara tawa Dhuha menggema. "Tapi aku suka sama yang semalam. Boleh diulang dia hari lagi ha ha ha.... ""Emmoh!" Aini menaruh piring yang sudah ada roti panggang coklat di depan suaminya. "Diulang gerakannya, bukan jatohnya, ha ha ha... huk! huk!""Makanya jangan iseng, jadinya tersedak!" Aini memberikan air putih pada suaminya. "Maaf, Sayang, kenapa sih, aku selal

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   320. Siapa Wanita Itu?

    Aini menghapus air matanya dengan ujung jari, berusaha menenangkan diri. Dhuha masih menggenggam tangannya erat, memberikan kehangatan di tengah gemuruh emosinya. Dari kejauhan, ia memperhatikan Intan dan Izzam berjalan masuk ke dalam gerbang sekolah, sesekali menoleh ke belakang untuk melambaikan tangan pada wanita yang mengantar mereka.Siapa dia? Wanita itu tersenyum hangat, begitu akrab dengan Intan dan Izzam. Aini menelan ludah. Ada perasaan aneh yang menjalar di hatinya—perasaan kehilangan yang semakin nyata. Wanita yang sama persis dengan yang ada di media sosial Alex tempo hari. Apa wanita itu sudah menjadi istri Alex? "Mas, aku ingin tahu siapa dia," gumamnya pelan, hampir seperti bisikan.Dhuha menoleh ke arahnya, menatap dengan mata penuh pengertian. "Kalau kamu penasaran, kita bisa cari tahu. Tapi kamu harus siap dengan jawabannya."Aini menarik napas panjang. Apakah ia benar-benar siap? Ia tidak tahu. Namun, melihat bagaimana anak-anaknya terlihat nyaman dengan wanita it

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   319. Rindu Intan dan Izzam

    Maria menatap Miranti lekat-lekat, memastikan bahwa gadis itu benar-benar yakin dengan keputusannya. Sejak awal, ia tidak pernah membayangkan akan ada seseorang yang begitu rela mengorbankan dirinya seperti ini.“Tante akan bicara dengan Dhuha dan Aini,” ulang Maria, memastikan Miranti tidak berubah pikiran.Miranti mengangguk. “Terima kasih, Tante. Saya siap menghadapi mereka kapan pun. Kami hanya perlu bicara dari hati ke hati. Apapun nanti jawaban Aini dan Dhuha, saya juga gak keberatan."Maria menyandarkan punggungnya ke kursi. Pikirannya mulai mencari cara terbaik untuk menyampaikan hal ini kepada putranya dan menantunya. Aini mungkin masih belum sepenuhnya terbuka terhadap gagasan ini, meskipun ia sendiri yang mengusulkannya. Dhuha? Maria yakin putranya masih berada dalam fase menolak.Namun, waktu terus berjalan.Setelah makan siang mereka selesai, Maria dan Miranti berpisah. Namun, bagi Maria, ini bukan akhir, melainkan awal dari perjalanan yang lebih rumit. Apa Dhuha akan set

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   318.

    Aini terdiam mendengar syarat yang diajukan Dhuha. Matanya menatap suaminya, mencari keyakinan di balik permintaannya."Satu tahun, Mas?" ulangnya pelan.Dhuha mengangguk. "Iya, Ai. Kita sudah menunggu sejauh ini. Aku ingin kita memberi waktu untuk pernikahan kita lebih matang sebelum kita mengambil keputusan sebesar ini. Lagipula, dokter bilang kamu masih punya peluang hamil secara alami. Kenapa kita tidak mencoba lebih lama? Kamu bukan tidak bisa hamil, tapi memang belum waktunya. Sayang, aku ingin kita benar-benar yakin akan langkah yang ke depannya kita tempuh ini. Termasuk segala hal berkaitan dengan dampaknya, terutama mama."Aini menggigit bibirnya. Ia tahu suaminya tidak sepenuhnya setuju dengan usulannya, tapi setidaknya Dhuha tidak langsung menolaknya mentah-mentah. Ini sudah lebih baik daripada tidak ada kompromi sama sekali.Ria, yang sejak tadi memperhatikan mereka, akhirnya ikut angkat bicara. "Menurut saya, keputusan Mas Dhuha masuk akal, Kak Aini. Ini bukan hal kecil.

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status