Share

129. Meminta Bantuan Dhuha

last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-24 20:11:28

Hening malam seperti menertawakan Aini yang duduk termenung di sudut kamarnya. Ia memandangi dinding kosong, pikirannya dipenuhi rasa bersalah yang berat. Setiap kedipan mata seolah memutar ulang kejadian hari itu, ketika api melahap semua restoran miliknya. Tiga karyawannya—Pak Agung, Majid, dan Sinta—terluka. Dua di antaranya harus menjalani operasi. Tangisan dan teriakan mereka masih terngiang di telinganya.

Hanya Ani dan Rina yang luka ringan, tetapi keduanya tetap perlu perawatan oleh dokter di rumah sakit.

Aini menghela napas panjang, berusaha menenangkan diri, tapi sia-sia. Sejak kejadian itu, tidur menjadi barang langka baginya. Pikirannya terus melompat-lompat antara rasa bersalah, khawatir, dan rasa putus asa. Apalagi, BPJS tidak sepenuhnya mengcover biaya rumah sakit. Pak Agung bahkan tak memiliki BPJS, meskipun Aini selalu mengalokasikan dana untuk itu. Kesalahan sistem atau kelalaian? Ia tak tahu lagi.

“Apa aku telah gagal menjadi pemilik yang bertanggung jawab?” batinny
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (3)
goodnovel comment avatar
Nurmila Karyadi
nah kaaann....pke sombong siihh baru jg begituu akhirnya butuh jg suaminya
goodnovel comment avatar
Mimin Rosmini
makanya jangan terlalu keras kepala aini..apakah selama ini Dhuha kurang minta maaf sama kamu? yg jadi istrinya kan kamu.bukan maria..ga usah terlalu muluk mau balik dgn dhuha nunggu restu dr maria .wanita itu patut dihormati aja tapi tdk dgn restunya..itu aja pesanku
goodnovel comment avatar
Yani Hyugie
Thor...katanya triple....kurang satu yaaa....eeeh sapa tau mau ditambahin lg gpp lho yaaa
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   130. Pilihan Buruk untuk Aini

    “Alex, Mama sudah bilang,” suara Bu Asma terdengar dingin, serasi dengan tatapan tegas yang dilemparkannya ke arah putranya. Ia duduk di ruang tamu rumahnya, tangannya menggenggam secangkir teh yang kini terasa hambar. “Mama tidak akan membantu Aini. Wanita itu sudah menghancurkan terlalu banyak hal, termasuk masa depanmu. Apa kau pikir aku akan membiarkannya terus bertingkah seperti ini? Mama malu bertemu dengan teman-teman yang sudah tahu kamu batal nikah. Belum lagi modal yang sudah Mama keluarkan untuk DP WO ternama di kota Bandung ini. Souvenir dan banyak barang yang dibeli, tetapi sia-sia. Seserahan yang jauh-jauh hari sudah kamu beli pun, berakhir di dalam lemari. Mama tidak terima, lelaki sulung Mama diperlakukan seperti ini. Ini martabat keluarga." “Mama,” Alex mencoba meredam emosi, mendekati ibunya dengan nada bicara yang lebih lembut. “Dia sedang menghadapi masalah besar. Restorannya nyaris bangkrut, dan karyawan-karyawannya terluka. Dia tidak punya siapa-siapa lagi. Kal

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-24
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   131. Hubungan yang Rumit

    "Operasi Pak Agung berjalan lancar. Tidak ada komplikasi, dan beliau sudah bisa dipindahkan ke kamar perawatan," ucap dokter dengan senyum profesionalnya.Aini menghela napas lega, seakan beban di dadanya sedikit terangkat. "Alhamdulillah, terima kasih, Dok," jawabnya pelan, mencoba menyembunyikan air mata syukur yang hampir jatuh."Kamarnya jadi dipindahkan?" tanya perawat yang menemani dokter. "Jadi, Suster, sudah saya yang urus," jawab Dhuha. "Kelas satu," tambahnya lagi. Dokter itu memberi anggukan kecil sebelum berlalu. Aini masih berdiri di lorong rumah sakit yang dingin, menatap lantai sambil mengatur napas. Syukurnya atas kondisi Pak Agung bercampur dengan rasa cemas yang menyengat seperti duri dalam dada. Ancaman Alex tadi siang masih terngiang di telinganya."Jangan lupa, Aini. Satu kesalahan kecil, aku bisa buat hidupmu dan anak-anakmu berantakan." Aini menggigit bibir, berusaha menahan gemetar yang perlahan merambat ke tubuhnya. Namun, ia tahu tak ada waktu untuk laru

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-25
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   132. Menyerah dan Terluka

    Aini tidak menjawab pertanyaan Dhuha saat pria itu bertanya apakah ia pernah mencintainya. Suara Dhuha yang rendah, namun penuh dengan kepastian, masih terngiang-ngiang di telinganya. Namun, ia hanya terdiam, membiarkan kesunyian menjadi jawaban yang menggantung di antara mereka.Perjalanan ke rumah terasa sunyi, hanya diisi oleh suara mesin mobil yang berputar stabil. Dhuha sesekali melirik ke arah Aini, yang hanya memandang keluar jendela dengan ekspresi datar. Sesampainya di depan rumah, Dhuha memarkir mobil tanpa mengatakan sepatah kata. Saat Aini membuka pintu mobil dan keluar, ia sempat berhenti sejenak di samping pintu."Terima kasih sudah mengantar," ujar Aini tanpa menoleh, begitu mobil berhenti di depan pagar rumah Aini. Bukan rumah wanita itu sebenarnya, tetapi rumah bu Asma, nenek dari dua anaknya yang dipinjamkan padanya. Ia hanya punya tabungan dan restoran yang sudah sama-sama ludes. Brangkas di kantor pun ikut terbakar dan uang yang cukup banyak di sana, juga ikut terb

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-25
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   133. Izzam Mencari Informasi

    “Intan, Izzam, ayo cepat! Sudah hampir pukul tujuh. Kalau kalian terlambat lagi, bagaimana mau jadi anak yang disiplin?” suara Aini terdengar dari dapur, sementara tangannya sibuk membungkus bekal nasi goreng dan potongan buah ke dalam kotak makan.“Sebentar, Bu! Adik Intan lama banget pakai kaos kaki!” seru Izzam dari ruang tamu.“Enggak kok, Bu. Ini Abang Izzam yang nggak bisa cari sepatu!” Intan membela diri sambil menuruni tangga."Dari tadi juga Abang lama sekali sisiran. Emangnya cakep!""Dih, emang Abang cakep. Kamu tuh yang ----""Eh, eh, ada apa lagi ini? Bukannya langsung masuk ke mobil. Ini bawa kotak bekalnya. Sebentar Ibu sisiran dulu. Rambut Ibu masih seperti singa berantem sama harimau." Intan tertawa. Momen seperti ini adalah salah satu hal yang ia syukuri dalam hidupnya. Meski ada badai besar dalam hatinya, keberadaan Intan dan Izzam memberinya alasan untuk bertahan.“Cepat selesai. Ibu akan antar kalian ke sekolah, ya,” ujar Aini sambil mengunci pintu. "Udah dicek

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-25
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   134. Sikap Protes Izzam

    "Kenapa tugasnya belum dikerjakan, Izzam?" suara lembut Bu Santi terdengar di ruang kelas dua. Ia berjongkok di sebelah meja seorang anak kecil yang sedang duduk diam. Di atas meja itu hanya ada kertas kosong tanpa gambar sedikit pun. Padahal, sudah tiga puluh menit berlalu dan anak-anak yang lain sudah ada yang selesai. Namun, Izzam nampaknya sedang tidak semangat. Izzam menunduk, tak menjawab. Pandangannya tertuju ke ujung sepatu hitamnya yang masih mengkilap karena baru dibelikan Alex. Teman-temannya di kelas sibuk menggambar, membuat suasana riuh dengan suara tawa dan goresan pensil. Celotehan siswa-siswi di kelas, terdengar riuh dan riang. Hanya Izzam saja yang tak berminat. Tentu ini tidak seperti biasanya. "Izzam dengar Bu Guru, kan?" tanya Bu Santi lagi, masih dengan nada sabar.Anak itu akhirnya mengangkat kepalanya perlahan, menatap guru wali kelasnya. Matanya tampak sayu. "Aku nggak tahu mau gambar apa, Bu," gumamnya pelan."Tadi tugasnya sudah Ibu jelaskan, Sayang. Gamba

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-26
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   135. Persiapan Pernikahan

    Malam semakin larut, tapi hati Aini tak tenang. Beberapa orang tua murid yang ia kenal, sudah ia telepon, tapi belum ada informasi tentang Izzam. Sama seperti jawaban pak Haris tadi, teman-teman Izzam melihat putranya itu naik ke mobil jemputan seperti biasa. Ponselnya berdering, layar menunjukkan nama Alex. Dengan tangan gemetar, Aini segera mengangkatnya."Aini, aku dengar dari guru lesnya, Izzam tidak ada di tempat les?" suara Alex terdengar tegas, mencerminkan kekhawatirannya."Iya, Mas," jawab Aini, suaranya lirih. "Aku sudah mencari tahu ke Pak Haris, sopir jemputannya, tapi dia bilang Izzam sudah diantar langsung ke tempat les. Tapi ternyata...""Jangan panik. Aku akan ke sana sekarang," potong Alex. "Aku akan bantu mencari.""Terima kasih, Mas," ucap Aini. Meskipun ia merasa lega, sekaligus rasa bersalah menyelimuti dirinya.Setelah menutup telepon, Aini segera menghubungi Pak Haris lagi. "Pak Haris, kita bantu cari Izzam sekarang," katanya buru-buru."Bisa, Bu, akan saya ba

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-26
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   136. Kartu Undangan

    Rumah Bu Maria, ibu dari Dhuha, pagi itu lebih ramai dari biasanya. Suara gelak tawa dan obrolan seru memenuhi ruang tamu yang telah dihias cantik untuk acara arisan. Meja prasmanan dipenuhi aneka hidangan, dari nasi tumpeng, pastel, hingga berbagai kue manis yang menggoda.Di antara tamu-tamu yang hadir, terlihat Viona, ibu dari Hakim, ipar sekaligus teman sekolah Bu Maria. Mereka berbincang hangat, mengenang masa muda mereka. Namun, topik utama hari itu tak lain adalah Dhuha. Viona tentu saja masih menutupi masalah putrinya. Ia malu kalau harus mengatakannya sekarang. "Mbak, kamu pasti lega sekali Dhuha akhirnya kembali ke rumah," kata Tia sambil menyentuh tangan Bu Maria."Alhamdulillah, Ti. Akhirnya anakku mau kembali ke sini setelah sekian lama. Aku ingin merayakan kebahagiaan ini," jawab Bu Maria, senyumannya merekah."Tinggal nanti anaknya Jeng Viona, siapa namanya? Hakim ya?""Iya, Bu Ratna, Hakim nama putra sulung saya, tapi belum mau nikah juga. Gak ngerti anak jaman sekara

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-26
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   137. Aku Boleh Cium?

    Amel sedang duduk di ruang tamu rumah Anton ketika ponselnya berdering. Nama Hakim, kakaknya, muncul di layar. Dengan senyuman, ia mengangkat telepon itu. Anton melirik sekilas wajah ceria Amel yang sigap menggeser layar terima pada telepon genggamnya. "Halo, Mas, ada apa?""Kamu lagi di mana?""Di rumah Anton, lagi ada kerjaan."Terdengar Hakim menghela napas. "Kamu ini, udah Mas bilang kan, jangan tinggal berdua saja dengan laki-laki tidak dikenal, nanti kamu kenapa-napa. Cepat pindah dari sana kalau kamu gak mau, Mas beritahu mama papa, bahwa kamu masih kos di sana!""Ish, apaan sih, baru telepon langsung marah-marah. Tutup aja deh!""Eh, jangan! Jangan, adikku sayang. Mas mau minta tolong.""Tolong apa?""Amel, besok kamu ada waktu luang?" tanya Hakim langsung."Besok kan hari libur. Ada apa, Mas?" jawab Amel sambil melirik Anton yang kini juga sedang menatapnya. "Aku butuh bantuanmu. Temani Dhuha ke sebuah acara undangan di Bandung. Dia butuh ditemani," kata Hakim.Amel menger

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-26

Bab terbaru

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   212. I Love You, Istri Orang

    Pagi itu, udara dingin masih terasa menyelimuti kota Bandung. Sisa hujan semalam masih ada. Aroma air hujan yang bertemu tanah, aspal, menimbulkan aroma khasnya. Alex berdiri di depan gedung apartemen Dhuha, matanya menatap pintu masuk dengan keraguan. Dia tahu apa yang dilakukannya mungkin tak akan mudah, tapi ia sudah bulat untuk mencoba sekali lagi. Setelah menarik napas panjang, ia masuk ke dalam lobi dan menaiki lift menuju lantai tempat Aini tinggal.Ayo, Alex, kamu harus tahu Aini tidak bisa dipaksa. Semakin dipaksa, semakin jauh ia pergi. Langkahnya terasa berat ketika ia berdiri di depan pintu. Dia mengetuk perlahan, memastikan suara ketukannya tidak terlalu keras agar tidak menarik perhatian penghuni lain. Ia tahu Dhuha pasti sudah berangkat kerja, sesuai informasi yang ia dapatkan. Ketika pintu terbuka, wajah Aini muncul dari celah pintu. Wanita itu terlihat terkejut, matanya membelalak saat melihat siapa yang berdiri di depannya."Alex? Apa yang kamu lakukan di sini?" t

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   211. Sadar Status

    Suci berdiri mematung di depan tangga, menatap punggung Alex yang memeluk kedua anaknya. Izzam masih menggenggam erat tangan ayahnya, sementara Intan berlari kecil dari dapur untuk bergabung. Mereka tampak seperti sebuah keluarga yang hangat—tanpa dirinya."Papa..." Intan memanggil dengan suara manja sambil mengulurkan tangan kecilnya, meminta digendong. Alex merendah dan meraih tubuh mungil itu, membawanya ke pelukan. Bibirnya tersenyum tipis, meski kelelahan jelas terlukis di wajahnya."Maafkan kalau Papa sering lembur ya." "Iya, Pa, gak papa. Di rumah ada bibik sama tante."Suci mengalihkan pandangannya. Dadanya bergemuruh, marah bercampur sedih. Kata-kata Alex tadi masih menggema di benaknya. Tamu? Aku hanya tamu di rumah ini? Padahal aku yang menjaga anak-anak ini, aku yang memastikan semuanya berjalan seperti semestinya.Ia menggeretakkan gigi. Matanya basah, tapi ia menahan diri untuk tidak menangis di depan Alex. Ia menegakkan bahu, mencoba mempertahankan sisa-sisa martabat y

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   210. Dikurung di Kamar

    Langit Bandung sore itu kelabu, seperti hati yang sedang muram. Hujan turun rintik-rintik, membasahi dedaunan dan jalanan yang masih ramai kendaraan. Udara dingin merayap masuk ke dalam rumah mewah di kawasan Dago, tempat Suci duduk bersandar santai di sofa ruang keluarga. Suara televisi menyala pelan, menayangkan program komedi, tapi perhatiannya setengah saja tertuju ke layar. Di sebelahnya, dua anak kecil, Izzam dan Intan, duduk diam, menikmati cemilan sambil sesekali melirik televisi.Izzam, delapan tahun, mengenakan kaos biru dengan celana pendek. Wajahnya serius, mungkin karena ia tahu bahwa satu gerakan yang salah bisa memancing amarah Suci. Adiknya, Intan, hanya terpaku pada mainan di tangannya, tak banyak bicara.Ini pemandangan yang berbeda dari biasanya. Dua anak itu dulu kerap membuat rumah berantakan—berlarian ke sana kemari, bertengkar, atau berteriak memanggil papa mereka, Alex. Tapi, setelah ancaman serius dari Suci beberapa minggu lalu, semuanya berubah. "Kalau kalia

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   209. Bicara pada Monic

    Dhuha berdiri di balkon apartemennya, pandangannya menembus pemandangan kota Bandung yang mulai dihiasi lampu-lampu malam. Angin dingin berembus lembut, membawa aroma hujan yang tersisa sejak sore tadi. Tapi bukan itu yang memenuhi pikirannya. Melainkan bayangan seorang perempuan, dengan senyum lembut yang selalu berhasil membuat hatinya berdebar. Aini.Wanita yang dulunya ia tak sudi menyentuhnya, tapi sekarang, dia bisa mati jika berjauhan dengannya. Ada sebuah kalimat petuah bertuliskan, membencilah sewajarnya, karena suatu saat kalian bisa jadi sangat mencintainya. Kini ia tidak tahu kapan tepatnya jatuh cinta lagi kepada mantan istrinya itu. Mungkin sejak pertama kali Aini datang kembali ke kehidupannya, meminta bantuan untuk menyelesaikan perceraian dengan Alex. Atau mungkin sejak mereka mulai berbagi ruang lagi di apartemen ini, saat Dhuha melihat sisi rapuh Aini yang selama ini jarang ia perhatikan. Namun, situasi mereka jauh dari kata sederhana. Aini masih terikat dalam per

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   208. Ai, Aku Boleh Tidur Di sini gak?

    Pagi-pagi sekali, bik Emi sudah sampai di apartemen Dhuha dengan membawa bahan masakan. Semalam Dhuha mengirimkan pesan pada wanita itu agar bisa datang lebih pagi dan membawa bahan masakan. Wanita itu sudah sibuk di dapur, sambil terus melihat ke arah ruang tengah, dimana bosnya sedang tidur pulas. Mendengar suara sedikit berisik di dapur, Dhuha terbangun. "Oh, udah datang, Bik," sapanya. "Sudah, Pak. Bapak tidur di luar? Lagi ada tamu ya?" Dhuha mengangguk "Iya, ada mama dan saudara saya. Makanya kamu semalam saya suruh datang cepat untuk masak. Biar Aini gak usah masak.""Baik, Pak, saya masak kwetiau kuah seafood, nasi goreng, dan ada jus buah. Apa itu cukup, Pak?""Cukup, Bik. Lanjutkan saja pekerjaan kamu." Dhuha berjalan masuk ke kamar mandi yang berada di luar. Ia tidak mau menganggu tidur mamanya dan juga Monic. Suara gemericik air dari wastafel dan aroma tumisan bawang putih memenuhi dapur apartemen Dhuha. Bik Emi sibuk mengaduk wajan sambil memotong sayuran di sampingn

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   207. Biarkan Aku Menyentuhmu

    Tok! Tok! Anton menoleh ke arah pintu kamar yang diketuk dua kali. Siapa lagi kalau bukan Luna. Pria itu menekan layar ponselnya untuk melihat jam. Sudah jam dua belas malam. Di luar hujan dan saat ini baru saja mati lampu. "Anton." Pria itu menghela napas. "Kenapa?""Maaf, apa kamu punya lilin lagi? Lilin di kamar udah mau habis." Anton melirik lilin yang ada di lantai kamar yang juga tinggal kurang lebih lima senti saja. Pria itu akhirnya membuka pintu kamar. "Di dapur gak ada?" Luna menggelengkan kepala. "Ya sudah, tunggu sebentar." Anton berjalan ke dapur, sedangkan Luna masuk ke kamar yang dulu pernah ia tiduri selama empat tahun lamanya. Kamarnya masih sama, ranjangnya juga. Ia bisa melihat keadaan kamar itu dari temaram cahaya lilin. Lalu ia melihat ke arah dinding yang biasanya ada foto pernikahannya, tetapi kini sudah tidak ada. Foto pernikahan di mana posenya seperti singa yang hendak menerkam mangsa. Beda dengan Anton yang tersenyum. "Ngapain kamu di sini?" tanya Anto

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   206. Siapa Suruh Cium Bibirku?

    "Jadi, lo berangkat malam ini ke Surabaya?" Dhuha mengaduk latte-nya dengan malas, matanya mengamati Hakim yang tampak sibuk memeriksa pesan di ponselnya. Kedua sepupu itu ketemu di sebuah kafe dekat dengan kantor Hakim. "Iya, gue udah pesen tiket tadi pagi," jawab Hakim tanpa mengalihkan pandangan dari layar ponsel. "Resepsi pernikahannya Kinanti kan besok pagi. Gue nggak mungkin datang telat. Mama, papa, sama Amel udah di sana dari jumat karena menyaksikan aksi nikah. Lo beneran gak datang?" "Kayaknya bakal rame, ya. Semua keluarga ngumpul," Dhuha menyesap minumannya."Iya, kalau lagi ada momen nikahan, emang selalu kumpul kan. Mami Maria juga gak datang kayaknya karena masih belum pulih ya?" tanya Hakim. Dhuha pun mengangguk. Ia yang melarang mamanya terbang ke Surabaya karena kondisi kesehatan. "Gue udah transfer langsung ke Kinanti. Dari gue sama mama. Mungkin kalau mama udah enakan, baru ke sana." Hakim pun mengangguk mafhum. "By the way, gimana kabar Amel? Udah lama gue n

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   205. Siapa yang Harus Aku Pilih?

    “Amel, kamu yakin nggak mau mencoba mengenal Levi lebih jauh?” suara Viona terdengar lembut, tapi tetap mendesak.Amel menatap ibunya dengan alis bertaut. Ia baru saja turun ke ruang makan untuk sarapan, tapi Viona sudah memulai lagi topik yang sama. “Ma, aku sudah bilang, aku masih sama Anton. Aku nggak tertarik untuk mengenal siapa pun lagi. Mama tahu kan, aku perempuan yang jarang sekali pacaran dan baru kali ini aku senang sama lelaki dewasa yang bertanggung jawab."Viona menghela napas panjang, menahan diri agar tidak meledak. Fahri yang duduk di sebelahnya ikut menimpali. “Amel, kami hanya ingin yang terbaik buat kamu. Anton itu... ya, kamu tahu sendiri, dia punya banyak masalah. Dia duda dengan satu anak. Kami nggak yakin dia bisa membuatmu bahagia. Apalagi dia duda bercerai, bukan ditinggal meninggal istrinya. Mama dan papa harap, kamu mau memikirkan perkenalan dengan Levi. Just friends, girl!"“Papa, Mama, aku tahu kalian nggak setuju sama hubungan kami,” jawab Amel, suaranya

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   204. Maafkan Aku

    “Mas, Luna masih di sana?” suara Amel terdengar di ujung telepon, nadanya penuh kehati-hatian namun sarat kecurigaan.Anton menghela napas panjang sebelum menjawab, “Iya, Sayang. Luna masih di sini. Tapi, percayalah, dia cuma di sini sampai urusan perceraian kami selesai.”“Tapi kenapa dia harus tinggal di rumahmu? Bukankah itu bisa diselesaikan tanpa harus tinggal bersama?” suara Amel sedikit bergetar. “Aku ini cemburu, Mas. Aku nggak bisa bohong soal itu. Aku takut kalau kalian berdua jadi rujuk. Apalagi, aku harus di Surabaya sampai tiga hari. Ck, ingin banget aku buru-buru pulang, tapi gak bisa. Acara nikahan sodaraku rumit."“Amel, dengarkan aku.” Anton menekankan suaranya, mencoba meyakinkan Amel. “Aku dan Luna sudah selesai. Tidak ada lagi apa-apa di antara kami selain tanggung jawab sebagai orang tua untuk Aris. Dia hanya di sini demi anak kami. Aku mohon, percayalah padaku. Kamu masih gak percaya sama aku?"Namun, jawaban itu tidak sepenuhnya membuat hati Amel tenang. Ia ter

DMCA.com Protection Status