Share

107. Ceraikan Aku!

last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-11 22:03:21
Enak, beneran enak," kata Viona jujur.

"Ya, kan, Mbak Mar?" tanya Viona sengaja. Maria hanya tersenyum saja karena menghargai Asma. Semua makan dengan lahap, kecuali ibu dari Dhuha. Wanita itu tidak bisa menelan nasi di dalam mulutnya. Ia bahkan sudah menghabiskan dua gelas jus jeruk, tetapi nasi dan menu lainnya tak bisa ia telan dengan baik.

"Permisi!" Aini masuk kembali, lalu berbisik pada bu Asma.

"Ma, Aini ada urusan. Jadi gak bisa nemenin sampai selesai ya."

"Mau ke mana?"

"Ke Jakarta, Ma. Teman Aini yang namanya Anton sakit." Bu Asma langsung mengingat nama pria yang sering disebut Aini maupun cucunya.

"Oh, ya? Oke, salam dari Mama ya. Jangan lupa kamu belikan oleh-oleh khas di sini untuk Anton. Anak-anak biar sama Mama. Dari sini, Mama akan jemput anak-anak." Aini mengangguk sambil tersenyum.

"Makasih, Ma."

"Om, Tante, saya ijin tidak menemani sampai selesai ya. Masih ada pekerjaan lain. Silakan dinikmati hidangannya. Jika kurang, panggil saja pelayan say
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (5)
goodnovel comment avatar
Nurmila Karyadi
alah aini keras kepala banget siih.. sombong
goodnovel comment avatar
Cut Zanah
aq rindu dgn aini yg dulu...
goodnovel comment avatar
Silent Heart
Kak serius nih udah tamat. Tapi season 2 nya langsung kan Kak? Terus lanjut nya juga disini bukan ganti judul?
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   108. Keadaan Anton

    "Kalian berdua ini, bisa tidak, jangan berdebat di dalam mobil? Kita masih di tol. Ada anak kecil yang harus kita urus dahulu. Kalian berdua jangan egois. Benar-benar pernikahan bikin aku takut. Kalau gak ada yang mau ngalah, ya udah gak ada lagi namanya suami istri di bumi ini, tapi janda dan duda! Dua-duanya egois dan gak mau ngalah!" Teguran Hakim membuat Dhuha dan Aini terdiam, tetapi membuat Aris terbangun. "Ada apa, Om?" tanya Aris. "Kita sudah sampe Jakalta?" tanya anak itu lagi sambil menguap lebar. Ia masih mengantuk, tetapi suara perdebatan di dalam mobil membuatnya terbangun. "Belum, masih satu jam lagi sampai ketemu ayah Anton. Sabar ya. Aris mau makan? Ini ada roti dan minuman." Dhuha mengeluarkan bekal snack yang tadi sempat ia beli di rest area. Aris mengangguk "Mau minum, Om." Dhuha membukakan tutup botol minuman untuk Aris. Anak kecil itu meneguknya dengan cepat. Ia benar-benar haus. "Ada yang beltengkal ya? Alis denger. Sama kayak ibu di lumah, tapi bapak gak ga

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-12
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   109. Istri Tak Beradab

    "Apa kabar Aini?" wanita bernama bu Nikmah itu memeluk Aini dengan erat, di luar kamar perawatan Anton. Bu Nikmah menangis sedih karena mengingat Aini dan nasib keponakannya saat ini. "Makasih udah bawa Aris kembali, Ai." "Bukan saya, Bu, tapi Dhuha dan Hakim. Mereka berdua yang menemukan Aris di lampu merah." Suara Aini pun bergetar. Wanita itu sembari menoleh ke kiri, tempat di mana Dhuha dan Hakim tengah duduk. "Kalian sama-sama orang baik." Bu Nikmah menyentuh pipi Aini, lalu berjalan menuju Dhuha dan Hakim yang berdiri cepat saat melihat Aini dan saudara dari Anton ingin menghampiri mereka. "Yang mana namanya Dhuha?" tanya bu Nikmah. "Saya, Bu." Dhuha mengulurkan tangannya sambil tersenyum. "Oh, berarti kamu Hakim." Pandangan bu Nikmah kini beralih pada Hakim. Hakim mengangguk juga sambil mengulurkan tangannya. "Terima kasih ya, kalian udah bawa Aris kembali ke Jakarta. Anton jika sudah sembuh, pasti sangat berterima kasih pada kalian.""Sama-sama Bu. Semoga Anton lekas se

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-13
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   110. Dilabrak Mertua

    "Ada apa ini? Eh, I-ibu." Luna melotot saat mengenali suara wanita yang berteriak-teriak di rumahnya. "Heh, kamu ini istri yang gak tahu diri ya? Suami sakit, gak pernah sekali pun kamu ke sana!" Bu Ami berkacak pinggang. "Sabar, Bu, kita bisa bicara baik-baik!" Ujar bu Mira, menenangkan besannya. "Mana bisa saya sabar melihat menantu gak tahu diuntung seperti anak kamu ini. Udah bikin anak hilang, jadi pengamen. Suami sakit gak peduli, masih ngambil ATM anakku lagi. Kembalikan! Kembalikan!" Luna menelan ludah. "Tidak, Bu, itu adalah hak Luna.""Itu hak istri dan kamu bukan istri, kamu itu nyonya. Gak pernah masak, gak nyapu, gak setrika, semua dibawa ke laundry. Kamu makan, anak kamu gak kamu kasih makan. Ibu macam apa kamu?!" Kali ini bu Mira yang terkejut mendengar ucapan besannya. Bahkan warga yang saat ini sudah berkumpul di depan rumah wanita itu, menjadi tahu semuanya. Karena bu Mira tidak pernah tahu bagaimana kehidupan Luna dengan cucunya karena Luna tidak pernah bercerit

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-14
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   111. Memulai dari Awal Lagi

    "Halo, Dhu, lo udah sampe Bandung?""Iya, udah. Kenapa, Kim?""Lo sekarang di mana?" "Di apartemen. Kenapa?""Ada nyokap lo nginep di rumah kakek yang di Margahayu. Lo bilang gak, kalau udah pulang ke Indo?""Nggak, nanti aja. Gue gak mau bertemu mama kalau yang diperdebatkan masalah Aini terus. Tapi dalam beberapa hari ini, gue bakalan balik ke Jakarta.""Oh, gitu, iya, gimana juga Mami Maria, ibu yang udah lahirin lo, Dhu. Lo jangan makin membangkang. Pendekatan lo sama mami harus benar-benar lembut biar lo bisa diterima kalau kembali sama Aini.""Gue juga mikirnya gitu, cuma untuk sekarang belom ada niat. Tiga harian lagi mungkin dan kayaknya gue mau menetap di sini saja. Gue mau kerja di sini sambil liat-liatin Aini dari jauh.""Lo gak mau balik ke perusahaan?""Nggak untuk sekarang. Lo bantu urus dulu dah. Katanya Fani mau balik dari Kanada. Lo gak jemput?""Nggak, besok mama yang jemput Fani. Lagian adek gue itu mandiri. Ketemu gue yang ada ribut mulu." "Lu enak ada sodara bia

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-14
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   112. Istri Muda

    "Nenek, Bapak sakit ya? Kapan Bapak sembuh?" tanya Aris pada neneknya; ibu dari Anton. Wanita itu dan suaminya tinggal di rumah yang pernah dikontrak Aini untuk sementara waktu, sampai Anton benar-benar pulih. Lagian, Aris adalah cucu lelaki pertama mereka, sedangkan adik dari Anton anaknya perempuan tiga orang. "Doakan bapak lekas sembuh ya. Aris tinggal sama nenek dan mbah kung dulu sampai bapak sembuh." Aris mengangguk paham. Anak kecil itu kembali menyeruput susu kotak yang baru dibelikan neneknya. "Ibu ke mana?" tanya Aris lagi. Bu Ami dan suaminya saling pandang. "Ibu lagi pergi, gak tahu ke mana. Kata ibu, Aris sama Mbahkung dan nenek saja dulu.""Iya, makasih ya Nek. Alis mau sama nenek saja. Kalau sama ibu nanti Alis dimalahin. Sama gak dimasakin. Alis juga gak papa kalau di kampung.""Tapi nanti bapak gak ada temennya kalau Aris ikut Nenek di kampung.""Ya sudah, di sini saja sama bapak deh." Aris pun berjalan masuk ke kamar untuk mengambil mainan. Bu Ami menghela napas.

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-16
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   113. Kehadiran Amel

    Amel mendengar suara di luar yang memanggilnya, langsung membuka pintu. Ia baru saja mengganti pakaian, menjadi lebih santai. Setelan piyama bergaris berwarna marun. "Ada apa, Pak?" tanya Amel. "Di depan Ada tamu, Bapak minta tolong, apapun yang Bapak dan ibu katakan, Nak Amel cukup jawab iya. Apapun itu, jawab iya!" Amel mengangguk kaku. "Ayo, Nak, orangnya ada di depan!" Amel pun mengikuti langkah pak Mul. Menyadari kedatangan Amel, bu Ami langsung tersenyum dan menyambut Amel dengan pelukan, tapi tidak dengan wajah kaku Luna. Kakinya bahkan tidak bisa digerakkan karena sebuah kejutan yang tidak disangka-sangka. "Oh, iya, Nak Amel, kenalkan ini Luna. Luna, ini Amel, istri kedua Anton. Ya, kan, Amel?" Amel menatap suami istri itu bergantian, lalu mengangguk. "Bohong, gak mungkin Anton nikah lagi. Dia sibuk mulung sampah di sini. Pasti gak ada wanita yang mau nikah sama dia, kecuali aku!" "Mungkin saja karena poligami diperbolehkan. Ada masalah?" Pak Mul tersenyum dari balik tu

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-16
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   114. Butuh Kerjaan

    Aini sebenarnya malas pergi ke restoran karena ia ingin menghindari Alex, tetapi karena salah satu karyawan kepercayaaannya resign tiba-tiba, tentu saja di restoran tidak punya pasukan lain. Hingga ia pun harus turun tangan. Anak-anak masih menginap di rumah bu Asma. Wanita itu yang meminta karena ia rindu cucunya. Anak-anak pun sudah terbiasa dengan bu Asma dan Alex, serta beberapa orang keluarga Alex lainnya. Pagi ini, Aini makan tanpa semangat karena rumah sepi tanpa anak-anak. "Makanannya gak dihabiskan, Bu?" tanya bibik. "Nggak, Bi, lagi gak selera makan. Saya mau ke restoran ya.""Baik, Bu. Anak-anak hari ini pulang dari rumah omanya?" tanya bibik lagi. "Saya belum tahu, mungkin saja. Tapi pulang sekolah. Saya juga udah kabari jemputan sekolah untuk tidak perlu menjemput Izzam dan Intan. Ya sudah, saya naik ya, Bik. Mau siap-siap dulu." Aini pun naik ke kamarnya untuk berganti pakaian. Tadi subuh ia sudah mandi dan sempat berolahraga sebentar sebelum mandi. Begitu tiba di

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-17
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   115. Staf Tampan Restoran

    Dhuha mengusap wajahnya yang tampak lelah. Jam di dinding menunjukkan pukul delapan malam, namun pikirannya tak kunjung tenang. Sudah seminggu ini ia berusaha membujuk Aini, istrinya, untuk menerima permintaannya. Ia ingin bekerja di restoran milik Aini, namun istrinya selalu menolak dengan alasan yang sama: “Aku tidak ingin dekat denganmu, Mas, kita sudah berpisah, Mas."Dhuha menarik napas panjang. Ia tahu Aini tidak bermaksud buruk. Restoran yang dirintis Aini sejak empat tahun lalu itu telah menjadi kebanggaannya sebagai seorang wanita dan juga ibuSebagai seorang istri, Aini tidak hanya sukses mengelola restoran, tetapi juga mampu menjaga keharmonisan rumah tangga, meskipun tanpa hadirnya suami. Namun, Dhuha merasa perlu pendekatan lagi dengan Aini agar hubungan mereka kembali baik, meskipun semua berproses. “Aku tidak ingin hanya menjadi penonton saja, ” gumam Dhuha lirih sambil menatap kerja Aini. Tidak lama kemudian, suara langkah kaki Aini terdengar. Wanita itu muncul denga

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-18

Bab terbaru

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   237. Ceraikan Aini!

    Suasana rumah terasa berbeda pagi itu. Erwin yang biasanya penuh energi terlihat lemas terbaring di kamar. Sejak semalam, tubuhnya demam tinggi. Diana, yang sedang hamil muda, hanya bisa duduk di sofa ruang tamu dengan wajah lelah, sementara Rio sibuk berkeliling memastikan anak-anak panti mendapatkan perhatian yang cukup sebelum ia berangkat ke kantor. Aini berada di dapur, mengaduk bubur di panci dengan gerakan lamban. Rasa kesalnya tidak bisa ia sembunyikan. Siapa lagi kalau bukan tentang Diana dan Erwin. “Kenapa harus aku lagi?” gumam Aini dengan nada gerutu. Ia memindahkan bubur ke dalam mangkuk sambil menghela napas panjang. “Dia suami Diana, bukan aku. Tapi kenapa aku yang harus turun tangan? Giliran sakit, baru ngandelin aku!"Meski hatinya kesal, Aini tetap melangkahkan kaki menuju kamar Erwin. Ia tahu Rio yang memintanya dan bagaimanapun, ia tidak bisa menolak permintaan Rio, terutama karena Rio sudah banyak membantunya selama ini.Saat Aini masuk ke kamar, Erwin terbaring

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   236. Istri Sah vs Istri Siri

    Pagi itu, suasana di meja makan terasa tegang. Diana duduk dengan wajah murung, sesekali mengelus perutnya yang masih rata. Erwin tampak tidak sabar, terus menatap Aini yang sedang menyiapkan sarapan di dapur. Rio duduk di sisi lain meja, mengamati situasi tanpa bicara."Aini!" suara Erwin terdengar tajam, memecah keheningan.Aini menghentikan gerakannya, menoleh dengan wajah cemas. "Ya, Mas Erwin?""Masih lama? Istriku ini udah lapar." Erwin sedikit berteriak pada Aini. "Masih.""Kenapa?""Saya masak untuk semua orang yang ada di panti dan anggota rumah. Bibik yang biasa bantu-bantu dipecat Kak Diana, jadi saya repot. Kalau mau cepat, Mas Erwin bantuin saya!" Suara Aini pun terdengar bernada kesal. “Kamu ini bagaimana? Diana bilang kamu bersikap kasar padanya kemarin. Dia hamil muda, Aini. Kamu seharusnya lebih hati-hati,” kata Erwin dengan nada penuh teguran.Aini tertegun, berusaha mengingat apa yang mungkin ia lakukan salah. “Saya tidak bermaksud kasar, Mas. Saya hanya mengingat

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   235. Menyusahkan

    Pagi itu, suasana meja makan terasa lebih hangat dari biasanya. Rio sedang sibuk membantu Aini menyiapkan makanan, sementara Erwin duduk sambil membaca koran. Diana, yang biasanya terlambat bangun, pagi ini datang lebih awal dan langsung duduk di sebelah suaminya. Aini yang sibuk di dapur membawa hidangan terakhir, memastikan semua sudah tersedia untuk mereka."Mas Erwin, mau tambah kopi?" tanya Diana dengan suara manis.Erwin menggeleng sambil tersenyum. "Tidak, terima kasih. Perutku terlalu penuh nanti. Mas Rio mungkin mau?" Erwin menatap Rio. "Aku tidak bisa minum kopi terlalu pagi," jawab Rio. Rio melirik Diana, yang tampak lebih ceria dari biasanya. Ia hanya menggeleng pelan, tak ingin terlibat lebih jauh dalam urusan rumah tangga adiknya. Aini, yang berdiri tak jauh dari meja makan, memperhatikan kehangatan itu dengan hati yang berat.Beberapa tahun lalu, ia pernah berhayal bahwa suatu hari ia akan mendapatkan keluarga utuh layaknya orang lain. Bercerita, tertawa, berdiskusi

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   234. Jagain Jodoh Orang

    Hari-hari berlalu, dan ketegangan di panti asuhan semakin terasa. Diana semakin sering menunjukkan sikap tidak peduli terhadap anak-anak panti. Ia juga semakin terang-terangan memperhatikan Rio, meskipun pria itu selalu menjaga jarak. Diana terlihat cari perhatian saat di depan Rio. Ia akan bersikap manis pada anak-anak jika Rio ada di sana, tapi ketika Rio tidak ada, Diana kembali acuh. Aini menyaksikan semua itu dengan perasaan campur aduk. Di tengah kehidupannya yang sudah penuh tekanan, ia tetap berusaha menjalani hari-harinya di dapur dan merawat anak-anak dengan sepenuh hati. Meski kehadiran Rio membawa sedikit ketenangan, ia tahu bahwa situasinya tidak akan bertahan lama tanpa adanya perubahan besar."Besok saya sudah mulai bekerja, Ai," kata Rio saat menghampiri Aini yang tengah menyiram tanaman. "Oh, ya, Mas, Alhamdulillah. Kerjaan Mas yang lama bagaimana? Apa maksudnya Mas kembali kerja di luar negeri gitu?" Rio menggeleng. "Di sini, mungkin naik motor sekitar empat pulu

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   233. Suami Goib

    Ganteng, tinggi, putih, baik, murah senyum, siapa yang gak suka melihat pemandangan pria seperti itu? Diana berdiri di balkon lantai dua, memandang ke halaman panti tempat Rio sedang bermain bola dengan anak-anak. Ia tidak bisa memungkiri, ada sesuatu pada pria itu yang menarik perhatiannya. Wajah tampannya, sikap tegasnya, dan bagaimana ia memperhatikan anak-anak membuat Diana semakin sulit mengalihkan pikirannya.Berbeda sekali dengan suaminya yang memang cukup ramah pada anak-anak panti, tapi gesturnya tidak seluwes Rio. “Aku tidak mengerti kenapa dia selalu mempermasalahkanku,” gumam Diana sambil memandangi Rio yang tertawa bersama anak-anak.Meskipun Rio sering menegurnya karena ketidakpeduliannya terhadap panti, Diana tidak pernah benar-benar merasa terganggu. Sebaliknya, ia justru menikmati setiap interaksi mereka, bahkan yang penuh ketegangan sekalipun.Kenapa sampai sekarang, pria itu belum menikah? Sepertinya wanita manapun yang ia tunjuk jadi istri, pasti akan langsung se

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   232. Tak Berkutik

    Keesokan paginya, Rio memutuskan untuk mulai menyelidiki laporan keuangan panti yang baru dikirim oleh Diana. Ia tahu bahwa masalah terbesar yang disampaikan ibunya adalah mengenai kebutuhan anak-anak panti yang tidak terpenuhi. Hal ini hanya bisa dijelaskan jika ia menemukan sesuatu yang tidak beres dalam pengelolaan dana panti yang semuanya diatur oleh Diana. Rio langsung menuju ruang kantor yang biasa digunakan oleh Diana. Ia menemukan meja yang penuh dengan tumpukan kertas, dokumen, dan beberapa map yang terlihat acak-acakan. Saat membuka laci, ia menemukan sebuah buku besar yang tampaknya menjadi catatan keuangan utama panti.Ia membawa buku itu ke ruang tamu dan mulai memeriksa halaman demi halaman. Di situ, tercatat pemasukan dari donatur tetap, sumbangan insidental, serta beberapa pengeluaran utama seperti makanan, pakaian, dan biaya operasional. Namun, semakin lama ia membaca, semakin banyak hal yang mencurigakan.Rio memusatkan perhatiannya pada kolom pengeluaran. Di sana

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   231. Kedatangan Rio

    Pagi itu, suasana di panti yatim piatu milik Nara sedikit lebih riuh dari biasanya. Anak-anak berlarian ke halaman, saling bersahutan dengan suara ceria. Mereka jarang terlihat seantusias ini. Sebuah mobil hitam baru saja berhenti di depan gerbang panti, dan seorang pria bertubuh tinggi, berkulit cerah, serta berpenampilan rapi keluar dari kendaraan itu.Pria itu adalah kakak sulung Erwin yang telah menetap di luar negeri selama beberapa tahun terakhir. Meskipun jarang pulang, Rio selalu mengirimkan kabar dan sumbangan untuk membantu panti. Namun kali ini, ia datang karena ingin melihat kondisi ibunya. “Om Rio!” teriak salah satu anak kecil sambil berlari ke arahnya.Rio tersenyum hangat, menunduk untuk mengangkat bocah itu ke pelukannya. “Hei, Nia, kamu makin besar ya!” ucapnya dengan tawa ringan."Udah, dong, Om Rio juga udah besar." Rio tertawa. "Bukan sudah besar, Nia, tapi sudah tua." Rio pum tertawa. Anak-anak yang lain mengikuti gerakan Nia yang mencium punggung tangan Rio.

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   230. Diana yang Licik

    Tiga tahun kemudian…Aini berdiri di dapur, mengaduk panci besar berisi bubur yang ia siapkan untuk makan siang anak-anak panti. Asap mengepul, memenuhi ruangan kecil itu dengan aroma sederhana. Meski lelah, ia tetap memastikan makanan itu matang sempurna. Namun, hatinya terasa berat. Ia tahu bubur itu tidak akan cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi anak-anak.Tiga tahun yang lalu, ia masih disibukkan dengan agenda kursus anak-anak panti dan juga berhubungan dengan donatur, meskipun ia bukan orang sekolahan. Namun, kini ia hanya bisa berdiri di depan kompor dan mesin cuci. “Aini, jangan terlalu banyak pakai susu,” suara Diana terdengar dari ambang pintu. Perempuan itu berdiri dengan tangan terlipat, matanya mengawasi setiap gerakan Aini.Aini menoleh, mencoba menahan perasaan kesal yang muncul. “Kalau susu tidak cukup, anak-anak akan semakin kekurangan gizi. Anak-anak terlihat kurus, Kak. Sudah ada donatur yang berkomentar."“Jangan berlagak tahu segalanya,” Diana memotong tajam. “Aku

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   229. Kamu Salah Orang!

    Diana duduk di sofa ruang keluarga, menatap Erwin dengan mata penuh amarah. Tangannya yang kurus mengepal erat di atas meja, napasnya pendek-pendek."Berapa lama lagi aku harus bersabar, Mas?" tanyanya dingin. "Kamu bilang pernikahan ini hanya formalitas, tapi lihat apa yang terjadi. Dia masih di sini, menjalani hidup seperti istrimu yang sah. Ibumu juga sangat membelanya." Diana melipat kedua tangannya di dada. Erwin mendesah panjang, menyandarkan tubuhnya ke sofa. "Sayang, aku sudah bilang, ini tidak semudah itu. Sabar sedikit lagi ya.""Tidak semudah itu?" Diana mencemooh, matanya menyala. "Kalau memang hanya formalitas, kenapa kamu tidak bisa mengusirnya? Apa kamu lupa? Dia hanya istri kedua yang bahkan tidak pantas ada di sini!"Erwin memijat pelipisnya, mencoba menahan kesabarannya yang mulai terkikis. "Diana, aku tidak bisa begitu saja menyuruhnya pergi. Kamu tahu bagaimana ibu memandang Aini. Dia menganggap Aini seperti anak sendiri. Kalau aku tiba-tiba menceraikannya atau

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status