"Nona Ang, silakan masuk ke dalam. Ini adalah rumah tinggal pribadi pemberian Tuan Muda Joshua Cheng!" ujar Lucas Wang sembari membukakan pintu teras depan sebuah mansion tiga lantai di daerah Queens, New York. Joshua sengaja memilihkan rumah di pinggiran kota untuk Julia Ang karena jauh dari Chinatown di mana bisnis utama keluarga Cheng berpusat. Dia tak ingin ada skandal busuk yang terendus oleh keluarga besarnya. Biarlah perkara Eva Xin mencoreng nama baiknya karena pembatalan pernikahan itu. Namun, mengenai istri simpanannya yang berbeda status tidak boleh sampai diketahui pihak luar selain mereka berdua, pikir pria itu."Ini kunci untuk semua ruangan lengkap dengan tulisan kodenya agar tidak kebingungan untuk membukanya, Nona Julia Ang!" kata asisten pribadi Joshua lagi seraya menyerahkan sepaket kunci mansion besar itu.Tatapan mata Julia Ang memindai seisi rumah, dia terkesima dengan segala kemewahan yang dapat dihadirkan bos sekaligus suami gelapnya, Joshua Cheng. Wanita muda
Empat bulan kemudian di Chinatown, New York."Joshua, karena Eva sudah membatalkan pernikahannya denganmu, ada baiknya kita mencarikan wanita pengganti untuk menjadi pendamping hidupmu!" tutur Tuan Winston Cheng yang menemui putranya di ruangan presdir, kantor Joshua Cheng siang itu.Mendengar perkataan ayah Joshua, sekretarisnya yang mendampinginya pun hanya bisa terdiam melirik sekilas pria yang telah menjadi suami rahasianya selama beberapa bulan terakhir dan bertukar pandang penuh arti. Kemudian Julia Ang menundukkan kepalanya sambil terduduk lesu di sofa sendirian.Joshua yang duduk di kursi kebesarannya di meja kerja presdir berhadapan dengan Tuan Winston Cheng hanya tertawa kering. Dia berdecak malas seraya berkata, "Papa, biarkan aku menata hati terlebih dahulu. Mencari istri tak semudah membalikkan telapak tangan. Buktinya, Eva Xin telah menjalin hubungan dekat selama tujuh tahun denganku pun justru kabur dengan pria lain tanpa pesan di malam pertama yang seharusnya kami lewa
"Signore Alberto Giovani, aku turut berbela sungkawa sedalam-dalamnya untuk kepergian putri Anda di usianya yang masih belia!" Jason memeluk pria konglomerat berdarah Italia itu dengan akrab. "Terima kasih, Master Jason. Rasanya masih seperti mimpi seolah baru kemarin gadis kecilku berada di buaianku bersama mamanya. Uukh ... ini sebuah pukulan kuat bagiku, ohh ... Feli yang malang!" Pria berperawakan bak petinju kelas berat itu terisak sedih dan menitikkan air matanya.Jason mengulurkan tisu baru dari dalam saku jasnya kepada kolega dekatnya. Dia pun sedang menantikan kelahiran putra pertamanya di rahim Eva Xin. Rasanya hatinya seperti teremas oleh kekuatiran. Nampaknya menjadi orang tua berarti terikat kuat secara emosional dengan sang buah hati."Bagaimana kabar istrimu, Master Jason? Kudengar dari orang-orang, nyonya muda Cheng sedang hamil besar saat ini," tanya Tuan Alberto Giovani berusaha mengalihkan topik yang menyedihkan itu.Namun, pertanyaan simpatik itu sungguh tak tepat
"Tuan Liu, kami telah mendapatkan foto yang Anda inginkan. Tuan Muda Jason Cheng dan Eva Xin sedang berpelukan. Nampak jelas kehamilan wanita itu di dalam foto!" lapor Julius Ma di ruangan presdir Grup Liu Dao sore itu.Tawa membahana terdengar di ruangan kantor mewah berseberangan dengan bangunan mall milik Grup Cheng Yi East Star. Pria beralis tebal dengan rambut hitam klimis disisir ke belakang itu nampak puas dengan hasil pekerjaan anak buahnya."Saatnya menambah cuka dan garam di atas luka yang berdarah-darah, Julius!" ujarnya memicingkan mata mereka-reka rencana sempurna untuk menghancurkan bisnis rival kuatnya. Dia lalu bertanya, "Joshua Cheng ... apa dia telah kembali dari Italia? Bajingan itu masih punya hati juga, kupikir setelah puas bermain-main dengan perempuan murahan putri Alberto Giovani, dia tak akan mengingatnya lagi!""Menurut kabar mata-mata kita, Tuan Muda Joshua Cheng sudah kembali ke New York tadi malam dengan private jet. Wajahnya sangat muram, entah karena apa
Julia Ang berlari-lari di belakang paramedis yang berjalan cepat mendorong brankar di mana Joshua Cheng terbaring tak sadarkan diri. Mereka melewati lorong menuju ruang ICU pasca dokter IGD meminta pasien dirawat intensif terkait kondisinya.Jantung wanita itu berdegup kencang karena cemas presdir Grup Cheng Yi East Star dalam kondisi kritis pasca menemui Tuan Muda Welson Liu. Dia tak mengetahui apa topik yang diperbincangkan dua tuan muda konglomerat itu tadi di dalam ruangan Joshua. Nampaknya suami gelapnya itu pun tersulut emosinya karena ada vas bunga yang pecah berkeping-keping di lantai dekat pintu masuk. "Maaf, pasien dilarang untuk dibesuk sementara, Nona!" sergah perawat jaga ICU kepada Julia Ang sebelum menutup pintu kamar perawatan Joshua dengan rapat. Hanya melalui jendela kaca pantau saja Julia Ang bisa melihat Joshua dari kejauhan. Berbagai macam kabel dipasang di tubuh pria itu untuk menjaga keberadaan nyawanya tetap berada dalam raga. Menurut diagnosa dokter IGD, Jos
"Tuan Muda Liu, apa yang kalian bicarakan di ruangan Joshua sore itu? Putraku saat ini terbaring di ICU tak sadarkan diri dengan diagnosa pecah pembuluh darah di otaknya. Tolong jujur saja!" desak Tuan Winston Cheng yang menemui Welson dan keluarga Liu di kediaman mereka di Chinatown. Tuan Besar Liu dan mama Welson Liu saling bertukar pandang tak mengerti kenapa bencana tersebut bisa menimpa Joshua Cheng selepas menemui putra sulung mereka. Kemudian karena Welson Liu enggan menjawab, maka Tuan Richard Liu menanggapi kolega terhormatnya tersebut, "Tuan Winston Cheng, mohon maaf. Kalau terkait kondisi kesehatan Joshua, itu pastinya banyak penyebabnya, kasihanilah putraku yang tidak tahu apa-apa. Bisa jadi mereka hanya bercanda atau bicara hal yang biasa-biasa saja, tetapi fisik Joshua stres dan kelelahan. Bukankah dia baru pulang dari Italia belum lama ini?"Ayah Joshua menghela napas dengan berat. Dia pun mengangguk-anggukkan kepalanya setuju dengan perkataan Tuan Richard Liu. Kemungk
Pasangan suami istri itu menaiki tangga private jet yang terparkir di Bandar Udara Pulau K. Mereka diikuti oleh Joel Yi dan enam orang pengawal pilihan yang sangat loyal kepada Jason Cheng. Tak seberapa lama pesawat berukuran sedang tersebut meluncur meninggalkan landasan menuju angkasa yang sedikit mendung sore itu."Eva, berhati-hatilah selama di perjalanan dan juga saat berada di New York. Sebentar lagi putra kita akan lahir. Terus terang aku tak tahu akan berapa lama kita harus berada di kota itu karena Joshua mengalami koma akibat serangan stroke yang dideritanya beberapa hari lalu," tutur Jason yang duduk bersebelahan dengan Eva Xin di kabin pesawat pribadi miliknya.Wanita itu sedikit terkejut mendengar kabar buruk tentang mantan kekasihnya yang juga tak lain adalah suami pertamanya. Eva turut merasa sedih sekalipun sudah tak ada lagi cinta tersisa di hatinya untuk Joshua Cheng. Kini yang bertahta dan menjadi raja atas jiwa raganya hanyalah Jason Cheng."Baiklah, aku pasti berh
"Mama, Papa, apa kabar?" sapa Jason ketika sampai di koridor depan ruang ICU tempat kakak kembarnya sedang dirawat.Nyonya Helena Cheng bergegas menghampiri putra kesayangannya lalu memeluk pria muda bertubuh tegap itu. "Anakku Sayang, kapan kamu tiba di New York? Pasti kamu lelah!" sambut wanita berumur itu dengan mata sembab yang nampaknya tak henti menangisi kakak kembar Jason."Aku baru saja mendarat di bandara lalu bergegas ke mari. Jangan pikirkan aku, Ma, aku masih muda, sehat, dan kuat. Bagaimana kabar Kak Joshua?" balas Jason dengan simpatik. Dia lalu memeluk papanya juga dan memberi salam hormat."Joshua baru melewati operasi bedah otak beberapa jam yang lalu. Dia masih terbaring tak sadarkan diri di ruang ICU. Tak ada yang boleh masuk ke dalam kecuali dokter dan perawat. Kau temanilah mama, ini sudah larut malam, Papa harus pulang karena besok pagi harus bekerja. Banyak urusan pekerjaan yang ditinggalkan oleh Joshua, jadi Papa sementara akan menanganinya," tutur Tuan Winsto