Wanita hamil besar itu tergopoh-gopoh keluar dari lift dan berjalan cepat menuju poli bedah intensif New York Presbyterian Hospital. Ketika mendengar suaminya tertembak di kantor Welson Liu, dia tak dapat menunggu saja di rumah dicekam rasa kuatir. Sebentar lagi dia akan melahirkan buah hati mereka, sungguh menyedihkan bila bayi itu kehilangan sosok ayahnya. Dengan terisak-isak Julia Ang menghampiri bangku tunggu pasien bedah. Dia melihat Jason Cheng yang seharusnya menjadi adik iparnya dan juga istri palsu alias istri ketiga Joshua duduk bersebelahan menatapnya dengan gundah serta kebingungan.Jason bangkit dari tempat duduknya, lidahnya kelu bahkan untuk membahasakan panggilan untuk wanita hamil itu. Sementara Brenda Yin dengan suara sengau berkata mendahuluinya, "Ohh ... rupanya kau sudah mendengar bahwa suamimu nyaris mati hari ini!""Diam! Aku heran ... kita sama-sama hamil, tapi mungkin hanya anak di kandunganku yang berayahkan Joshua Cheng. Bisa-bisanya kau mengharapkan kemati
"Bagaimana Dok, putra kami?" tanya Tuan Winston Cheng kepada dokter bedah yang menangani operasi Joshua.Semua telinga ikut memerhatikan perkataan sang dokter, "Mister Joshua Cheng sudah berhasil melewati periode yang berbahaya di ruang operasi tadi. Kita tunggu saja sampai siuman. Sementara belum boleh dijenguk di ICU karena harus dijaga kesterilan ruangan terkait yang tertembus peluru adalah paru-parunya!""Baik, terima kasih, Dokter Wallace!" jawab Jason mewakili keluarganya. Ayah Joshua lalu menatap kedua wanita yang sama-sama berstatus sebagai istri putranya tersebut bergantian. "Kalian lebih baik pulang dan beristirahat. Joshua masih tidak bisa dijenguk siapa pun kata dokter tadi. Janin di rahim kalian lebih penting, jangan sampai terjadi hal yang tidak-tidak yang membuat putraku syok!" tutur Tuan Winston Cheng mengutamakan kepentingan Joshua di atas segalanya.Julia Ang dan Brenda Yin tak berani membantah titah Tuan Besar Cheng. Mereka berpamitan kepada papa mama mertua lalu d
"Ukkh!" Joshua menghirup perlahan oksigen yang dialirkan ke masker yang terpasang di wajahnya. Dadanya yang tertembak masih nyeri dan rasanya seperti terbakar di bekas operasi. Dia kembali memutar ingatan di otaknya mengenai kejadian di kantor Welson Liu.'Sialan, lelaki itu apa masih hidup setelah aku menembak balik dia?!' batin Joshua kesal. Di dalam ruang ICU, tempat dia dirawat tak ada orang lain. Dia haus dan ingin minum. Dengan sekuat tenaga, Joshua meraih tombol emergency panggilan perawat jaga. Tak lama setelahnya seorang perawat berkebangsaan Amerika masuk memeriksa kondisinya. "Anda sudah sadar rupanya. Sebentar akan saya panggilkan Dokter Wallace Kirkman!" ujar wanita berseragam putih tersebut sebelum bergegas keluar lagi dari ruang ICU.Hari sudah pukul 07.30 waktu New York, tetapi anggota keluarga Cheng belum ada yang tiba di rumah sakit termasuk Jason. Hal itu dikarenakan semalam Jason pulang nyaris tengah malam setelah mengantarkan Brenda pulang ke kediaman Yin. Dia di
"Bagaimana, Hubby? Kulihat tadi kalian seperti bertengkar di dalam ruang ICU," tanya Eva Xin ketika suaminya keluar dari ruang perawatan Joshua.Jason menghela napas panjang, dia merangkul istrinya untuk duduk di bangku lorong poli ICU. "Eva, aku ingin membuat reservasi ruangan di restoran Golden Lantern cabang China Town untuk lusa. Sebentar lagi akan kutemui Tuan Muda Liu untuk mengundangnya bertemu dengan Joshua ditemani aku di restoran keluarga Xin!" ujar Jason tanpa mengeluhkan sikap Joshua yang sulit tadi."Ohh, baiklah. Aku bisa menyampaikannya ke manager restoran. Apa hanya kalian bertiga saja atau ada orang lain yang ikut hadir dalam pertemuan itu?" tanya Eva Xin memastikan sebelum meneruskan reservasi tempat itu ke manager Golden Lantern Restaurant."Sebaiknya kami bertiga saja agar lebih fokus dengan poin penting pertemuan itu. Ini berkaitan dengan kakak ipar, Brenda Yin. Dia seharusnya ikut hadir, tetapi aku yakin dia justru memperkeruh suasana bila diundang juga. Biarlah
Sesuai rencana Jason, ketiga pria itu menghadiri pertemuan di Golden Lantern Restaurant untuk membicarakan keputusan akhir hubungan rumit antara Joshua-Brenda-Welson. "Mari ikut saya, Tuan-tuan. Master Jason sudah menunggu di Paviliun Pohon Willow!" ujar seorang waiter yang menyambut kedatangan Joshua dan Welson Liu yang bersamaan di restoran keluarga Xin.Kedua pria yang masih berseteru itu saling mendiamkan satu sama lain hingga mereka sampai di sebuah ruangan yang menghadap ke kolam ikan Koi. Suasana ruangan sejuk dan nyaman dengan suara gemericik air yang dipadu sayup-sayup alunan musik instrumental tradisional Timur."Ohh, kalian datang bersamaan. Silakan duduk, Joshua, Tuan Muda Liu!" sambut Jason dengan ramah. Eva Xin tersenyum sopan lalu mohon diri untuk menyiapkan hidangan yang telah dipesan oleh Jason.Diam-diam Joshua mengikuti kepergian wanita itu dari ekor matanya. Tempat ini membuatnya terkenang masa-masa indah dahulu bersama Eva Xin. Dadanya sesak oleh perasaan sentime
"Tolong semuanya tenang. Ini hanya pertengkaran kecil, ayo kita teruskan makan siangnya!" bujuk Jason dengan perasaan bersalah. Seharusnya tadi dia tidak menyinggung persoalan di masa lalu.Welson Liu dibantu bangkit berdiri oleh asistennya, dia lalu menjawab, "Kau yang membuat segalanya kacau, Jason!" "Maafkan aku, Tuan Muda Liu. Aku kelepasan bicara, sebenarnya aku telah cukup lama mengetahui fakta tersebut dari anak buahku. Duduklah dahulu, Joshua, Welson!" Jason kembali duduk di bantal alasnya.Kedua pria lainnya melempar tatapan saling bunuh yang berbahaya padahal baik Joshua maupun Welson Liu baru saja menjalani operasi pengangkatan peluru. Akhirnya, Jason angkat bicara menenangkan mereka. Namun, Joshua menuntut penjelasan dari Welson Liu mengenai kejadian tragis pernikahannya yang pertama bersama Eva Xin. Dia masih terobsesi memiliki mantan istrinya itu dan kesal karena rivalnya yang menjebak sehingga Jason menjalani malam pertama bersama Eva Xin lalu membawanya kabur ke Pula
Pasangan kekasih gelap yang belum memiliki hubungan sah di mata hukum itu naik lift menuju ke lantai teratas gedung pencakar langit hunian mewah milik Grup Liu Dao. "TING." Pintu lift terbuka otomatis lalu Welson Liu menggandeng tangan Brenda Yin untuk mengikutinya menuju ke unit penthouse nomor dua."Duduklah di sofa, kita akan membicarakan semua pengaturan terbaik untuk kita berdua dan anak di kandunganmu, Brenda!" ujar Welson dengan nada tenang berwibawa. Wanita berambut panjang sepinggang itu berdehem lalu menjawab, "Baiklah. Apa Joshua setuju mengakhiri hubungan kami, Welson?""Iya, dia menganggap pernikahannya dengan Julia Ang jauh lebih berharga, dia memang tidak mencintaimu sedikit pun. Lupakan saja Joshua dan ayo mulai lembaran baru bersamaku. Jadi apa kamu mau mendengarkan saran dariku?" ujar Welson Liu menatap pujaan hatinya.Brenda Yin mengangguk lalu mendengarkan perkataan pria itu mengenai rencana untuk dijalani bersama-sama. "Kita akan langsung menikah di balai kota
"Sir, istri Anda harus menjalani sectio cesarean segera. Pendarahannya terlalu hebat akibat kontraksi palsu yang kuat, saya menduga karena tingkat stres yang tinggi. Tim medis kami tidak bisa menjanjikan apakah ibu dan janin selamat semua, tapi akan tetap diusahakan yang terbaik. Tolong tanda tangani surat persetujuan operasi secepatnya, setiap detik amat berharga bagi pasien!" tutur Dokter Vincent Bronson, spesialis obsgyn yang memeriksa kondisi Brenda Yin.Welson Liu dicekam rasa panik, dia hanya bisa menganggukkan kepala lalu berlari ke meja perawat poli IGD New York Presbyterian Hospital untuk menyelesaikan prosedur persetujuan operasi dari pihak keluarga pasien. Sebuah hari bahagia menjadi bencana yang tak terduga. Gaun pengantin putih cantik yang tadi dikenakan Brenda bernoda merah dan teronggok di atas kursi di sudut bilik IGD, tempat dia dirawat sebelum menjalani operasi cesar sebentar lagi."Permisi, Nyonya Brenda Yin. Kami akan memindahkan Anda ke ruang persiapan operasi un