"Ukkh!" Joshua menghirup perlahan oksigen yang dialirkan ke masker yang terpasang di wajahnya. Dadanya yang tertembak masih nyeri dan rasanya seperti terbakar di bekas operasi. Dia kembali memutar ingatan di otaknya mengenai kejadian di kantor Welson Liu.'Sialan, lelaki itu apa masih hidup setelah aku menembak balik dia?!' batin Joshua kesal. Di dalam ruang ICU, tempat dia dirawat tak ada orang lain. Dia haus dan ingin minum. Dengan sekuat tenaga, Joshua meraih tombol emergency panggilan perawat jaga. Tak lama setelahnya seorang perawat berkebangsaan Amerika masuk memeriksa kondisinya. "Anda sudah sadar rupanya. Sebentar akan saya panggilkan Dokter Wallace Kirkman!" ujar wanita berseragam putih tersebut sebelum bergegas keluar lagi dari ruang ICU.Hari sudah pukul 07.30 waktu New York, tetapi anggota keluarga Cheng belum ada yang tiba di rumah sakit termasuk Jason. Hal itu dikarenakan semalam Jason pulang nyaris tengah malam setelah mengantarkan Brenda pulang ke kediaman Yin. Dia di
"Bagaimana, Hubby? Kulihat tadi kalian seperti bertengkar di dalam ruang ICU," tanya Eva Xin ketika suaminya keluar dari ruang perawatan Joshua.Jason menghela napas panjang, dia merangkul istrinya untuk duduk di bangku lorong poli ICU. "Eva, aku ingin membuat reservasi ruangan di restoran Golden Lantern cabang China Town untuk lusa. Sebentar lagi akan kutemui Tuan Muda Liu untuk mengundangnya bertemu dengan Joshua ditemani aku di restoran keluarga Xin!" ujar Jason tanpa mengeluhkan sikap Joshua yang sulit tadi."Ohh, baiklah. Aku bisa menyampaikannya ke manager restoran. Apa hanya kalian bertiga saja atau ada orang lain yang ikut hadir dalam pertemuan itu?" tanya Eva Xin memastikan sebelum meneruskan reservasi tempat itu ke manager Golden Lantern Restaurant."Sebaiknya kami bertiga saja agar lebih fokus dengan poin penting pertemuan itu. Ini berkaitan dengan kakak ipar, Brenda Yin. Dia seharusnya ikut hadir, tetapi aku yakin dia justru memperkeruh suasana bila diundang juga. Biarlah
Sesuai rencana Jason, ketiga pria itu menghadiri pertemuan di Golden Lantern Restaurant untuk membicarakan keputusan akhir hubungan rumit antara Joshua-Brenda-Welson. "Mari ikut saya, Tuan-tuan. Master Jason sudah menunggu di Paviliun Pohon Willow!" ujar seorang waiter yang menyambut kedatangan Joshua dan Welson Liu yang bersamaan di restoran keluarga Xin.Kedua pria yang masih berseteru itu saling mendiamkan satu sama lain hingga mereka sampai di sebuah ruangan yang menghadap ke kolam ikan Koi. Suasana ruangan sejuk dan nyaman dengan suara gemericik air yang dipadu sayup-sayup alunan musik instrumental tradisional Timur."Ohh, kalian datang bersamaan. Silakan duduk, Joshua, Tuan Muda Liu!" sambut Jason dengan ramah. Eva Xin tersenyum sopan lalu mohon diri untuk menyiapkan hidangan yang telah dipesan oleh Jason.Diam-diam Joshua mengikuti kepergian wanita itu dari ekor matanya. Tempat ini membuatnya terkenang masa-masa indah dahulu bersama Eva Xin. Dadanya sesak oleh perasaan sentime
"Tolong semuanya tenang. Ini hanya pertengkaran kecil, ayo kita teruskan makan siangnya!" bujuk Jason dengan perasaan bersalah. Seharusnya tadi dia tidak menyinggung persoalan di masa lalu.Welson Liu dibantu bangkit berdiri oleh asistennya, dia lalu menjawab, "Kau yang membuat segalanya kacau, Jason!" "Maafkan aku, Tuan Muda Liu. Aku kelepasan bicara, sebenarnya aku telah cukup lama mengetahui fakta tersebut dari anak buahku. Duduklah dahulu, Joshua, Welson!" Jason kembali duduk di bantal alasnya.Kedua pria lainnya melempar tatapan saling bunuh yang berbahaya padahal baik Joshua maupun Welson Liu baru saja menjalani operasi pengangkatan peluru. Akhirnya, Jason angkat bicara menenangkan mereka. Namun, Joshua menuntut penjelasan dari Welson Liu mengenai kejadian tragis pernikahannya yang pertama bersama Eva Xin. Dia masih terobsesi memiliki mantan istrinya itu dan kesal karena rivalnya yang menjebak sehingga Jason menjalani malam pertama bersama Eva Xin lalu membawanya kabur ke Pula
Pasangan kekasih gelap yang belum memiliki hubungan sah di mata hukum itu naik lift menuju ke lantai teratas gedung pencakar langit hunian mewah milik Grup Liu Dao. "TING." Pintu lift terbuka otomatis lalu Welson Liu menggandeng tangan Brenda Yin untuk mengikutinya menuju ke unit penthouse nomor dua."Duduklah di sofa, kita akan membicarakan semua pengaturan terbaik untuk kita berdua dan anak di kandunganmu, Brenda!" ujar Welson dengan nada tenang berwibawa. Wanita berambut panjang sepinggang itu berdehem lalu menjawab, "Baiklah. Apa Joshua setuju mengakhiri hubungan kami, Welson?""Iya, dia menganggap pernikahannya dengan Julia Ang jauh lebih berharga, dia memang tidak mencintaimu sedikit pun. Lupakan saja Joshua dan ayo mulai lembaran baru bersamaku. Jadi apa kamu mau mendengarkan saran dariku?" ujar Welson Liu menatap pujaan hatinya.Brenda Yin mengangguk lalu mendengarkan perkataan pria itu mengenai rencana untuk dijalani bersama-sama. "Kita akan langsung menikah di balai kota
"Sir, istri Anda harus menjalani sectio cesarean segera. Pendarahannya terlalu hebat akibat kontraksi palsu yang kuat, saya menduga karena tingkat stres yang tinggi. Tim medis kami tidak bisa menjanjikan apakah ibu dan janin selamat semua, tapi akan tetap diusahakan yang terbaik. Tolong tanda tangani surat persetujuan operasi secepatnya, setiap detik amat berharga bagi pasien!" tutur Dokter Vincent Bronson, spesialis obsgyn yang memeriksa kondisi Brenda Yin.Welson Liu dicekam rasa panik, dia hanya bisa menganggukkan kepala lalu berlari ke meja perawat poli IGD New York Presbyterian Hospital untuk menyelesaikan prosedur persetujuan operasi dari pihak keluarga pasien. Sebuah hari bahagia menjadi bencana yang tak terduga. Gaun pengantin putih cantik yang tadi dikenakan Brenda bernoda merah dan teronggok di atas kursi di sudut bilik IGD, tempat dia dirawat sebelum menjalani operasi cesar sebentar lagi."Permisi, Nyonya Brenda Yin. Kami akan memindahkan Anda ke ruang persiapan operasi un
"Eva, kudengar Brenda Yin telah melahirkan bayinya secara prematur karena mengalami perdarahan akut. Bagaimana dengan kandunganmu? Apa belum ada tanda-tanda kontraksi?" tanya Jason seusai makan malam. Dia berjalan menuju ke kamar tidur sembari merangkul Eva Xin.Wanita hamil yang memang telah terlewati beberapa hari HPL-nya itu membelai perut besarnya sambil tersenyum bahagia. "Masih belum terasa kontraksi yang kuat, mungkin ... papanya perlu memberi sedikit bantuan agar si kecil minta keluar!" canda Eva Xin yang sontak mendapat tanggapan tawa renyah suaminya."Hmm, begitukah? Ayo Papa Jason tengok dan ajak dia keluar ya!" sahut Jason seraya menutup pintu kamar tidur. Dia membawa Eva menuju ke ranjang dengan tatapan mesra yang meluluhkan hati kaum Hawa."Hubby, kamu membuatku menjadi wanita paling bahagia sedunia. Aku selalu merasa beruntung ketika malam pertama dahulu Joshua tertukar denganmu!" ujar Eva Xin sembari berbaring menikmati setiap sentuhan penuh cinta dari Jason yang menai
Pintu kamar perawatan Eva Xin terbuka disusul masuknya keluarga Cheng. Kali ini ada yang berbeda karena Julia Ang mendampingi Joshua Cheng menjenguk adik ipar mereka yang baru saja melahirkan pagi tadi."Wah, selamat untuk kelahiran Ryan ya, Eva, Jason!" ucap Julia Ang dengan riang. Sementara janin di perutnya masih belum ada tanda-tanda ingin menyusul kehadiran sepupunya di dunia. Dengan tawa ramah, Eva Xin membalas, "Terima kasih, Kakak Ipar. Bagaimana dengan kehamilanmu? Kapan HPL bayi itu, bukankah usia kehamilan kita berdekatan?" "Iya, entahlah ... mungkin memang belum saatnya saja. Bisa kapan saja karena HPL sudah terlewati lima hari yang lalu, Eva!" jawab Julia Ang dengan keresahan tersirat.Joshua merangkul bahu istrinya yang kini hanya semata wayang tak ada duanya itu, dia menimpali, "Kita sekalian periksa ke dokter spesialis kandungan saja, Jule. Aku ikut gelisah karena takut terjadi apa-apa dengan putra kita di dalam rahimmu!" Istrinya menuruti saran Joshua lalu mengobro
Tahun-tahun hukuman pidana yang dijalani Welson Liu sama sekali tidak menyeramkan, sekalipun kehidupan dalam penjara itu keras dan menuntut kehati-hatian bersikap serta bertindak. Welson tahu kapan dia harus mengalah sekalipun ditindas penjahat yang menjadi penguasa penjara demi keselamatannya sendiri. Tak jarang dia dihajar hingga memar dan berdarah-darah oleh narapidana lain yang tidak menyukainya. Namun, sipir penjara baik dan menolongnya hingga lama kelamaan dia menjadi tahanan senior. Dia lebih dihargai oleh rekan-rekan satu penjara lain di Wyoming tersebut. Di sana Welson Liu belajar menjadi sosok preman sekalipun tadinya dia seorang tuan muda konglomerat."Welson Liu, ada yang membesukmu. Cepatlah keluar!" seru penjaga penjara di depan pintu sel tahanan sambil membuka kunci gembok.Wajah pria bercambang subur itu terhiasi oleh senyum bahagia. Ini adalah akhir pekan, dia sudah hapal bahwa istri dan anaknya pasti mengunjunginya di Wyoming Correctional Facility. Welson melangkah
"Vonis persidangan Tuan Welson Albertus Liu melawan negara dalam kasus percobaan pembunuhan Tuan Oliver Jason Cheng telah diputuskan yaitu sanksi pidana selama tujuh tahun di Wyoming Correctional Facility, Negara Bagian New York. Demikian putusan dari Hakim Ulysses Malcom!" "TOK TOK TOK!" Palu hakim diketok tiga kali mengakhiri kasus percobaan pembunuhan terhadap Jason Cheng yang merengut nyawa pengemudi mobil.Seisi ruang pengadilan negara bagian New York sontak riuh, pihak keluarga Liu merasakan kesedihan yang mendalam. Sedangkan, keluarga Cheng dan keluarga Xin merasa puas dengan hasil vonis sidang yang baru saja diputuskan oleh hakim.Awak media heboh meliput kasus yang menjadi pusat perhatian publik karena melibatkan dua grup konglomerasi terkaya di China Town. Lampu blitz kamera berkilat-kilat mengabadikan peristiwa tak terlupakan dalam sejarah kelam persaingan bisnis tycoon asal China yang berdarah tersebut.Brenda Yin sambil menggendong Shawn menghentikan rombongan polisi yan
"Ohh ... Mister Jason Cheng!" seru Suster Angelina Collins yang baru saja selesai menyuntikkan obat di pembuluh nadi pasien ICU itu.Jason merasakan sakit yang hebat di bagian kepalanya hingga seperti mau pecah saja, pandangannya masih berputar-putar melihat langit-langit putih di ruang perawatannya. Dia bergumam, "Ugh ... tolong, pusing—" Segera saja perawat berusia awal tiga puluh tahun itu berlari memanggil Dokter Russell Octario di ruangan praktiknya. Kemudian dokter asal Mexico itu bergegas masuk ke ruang ICU untuk memeriksa kondisi pasiennya yang tadinya tak sadar."Apa Anda bisa mendengar kata-kata saya, Sir?" tanya Dokter Russell sambil memeriksa fungsi organ vital Jason dengan stetoskop. "Ya, Dok. Kepala saya sakit sekali dan rasanya berputar-putar!" jawab Jason dengan lemas.Dokter Russell berkata, "Segalanya akan baik-baik saja, dengan kembali sadar, itu sudah sangat bagus. Kami tetap monitor kondisi Anda dan berikan perawatan intensif hingga nanti pulih. Tolong jangan ba
"APA?!" Joshua berteriak seakan tak percaya ketika Arthur Devlinski melaporkan kecelakaan yang menimpa Jason sekeluarga di jembatan tol layang saat berangkat ke Bandara John F. Kennedy tadi pagi."Temani aku ke rumah sakit sekarang, Lucas!" ujar Joshua kepada asisten pribadinya seraya bergegas keluar dari ruangan presdir mall. Jantungnya serasa dipukul kencang, ini kabar buruk yang tak terduga. Joshua diikuti oleh beberapa pengawalnya turun dengan lift. Sebuah mobil sedan telah menunggu di depan pintu lobi utama mall, sopir segera melajukan kendaraan ke rumah sakit. Di dalam mobilnya Joshua menghubungi kepala sekuriti rumah dan mall untuk memeriksa rekaman kamera CCTV di mana mobil yang dipakai Jason dan mengalami kecelakaan itu terparkir sejak kemarin. Tak ada yang nampak kebetulan karena sopir keluarga Cheng yang mengantarkan Jason sekeluarga itu telah melayani selama belasan tahun. Pria paruh baya itu sangat hati-hati bila menyetir mobil, pasti ada yang salah dengan mesin mobilny
"Jason, bisakah kau berkompetisi dengan sportif? Aku memintamu untuk menyalakan listrik mall waktu itu, kenapa masih saja ada gangguan listrik hingga hari ini?" cecar Welson Liu di kantor Jason Cheng.Mendengar protes Welson Liu, tentu saja Jason hanya bisa tertawa. Dia pun menjawab, "Kurasa itu sama sekali bukan karena perbuatanku, tak ada buktinya juga kalau aku yang mengakali aliran listrik mall Grup Liu Dao. Itu hanya sekadar asumsimu saja, Sir!" Joshua pun menimpali dengan kebingungan bercampur kesal di sebelah sofa adiknya, "Seharusnya kau tanyakan ke teknisi PLN, kenapa malah ke Jason? Dia bukan insinyur listrik, dia ini CEO!" Namun, Welson Liu berdecak kesal. "Kau tidak tahu apa-apa, Joshua. Diamlah!" Kemudian dia berkata lagi kepada Jason, "katakan apa syarat darimu agar mallku kembali normal!" "Maaf, aku tak butuh apa pun darimu, Tuan Muda Liu. Aku hanya mengurusi mall Grup Cheng Yi East Star dan nampaknya usahaku sudah cukup berhasil. Lusa aku akan kembali menyerahkan ma
"Master Welson, listrik di mall sudah menyala!" lapor Julius Ma dengan penuh semangat di kantor hotel bosnya.Welson Liu tertawa pongah mendengar berita baik itu, dia berpikir masalahnya telah berakhir. Dia lalu bangkit dari kursi presdir lalu bergegas meninggalkan ruangan untuk meninjau langsung situasi mall pasca delapan hari tutup.Sayangnya bagian sayur dan buah segar mengalami pembusukan akibat lama tanpa pendingin. Lantai juga kotor karena tak ada cleaning service yang bekerja dalam kondisi gelap gulita sepanjang hari."Julius, suruh bagian cleaning service membersihkan semua bagian dalam mall ini! Kita masih belum bisa buka dan menerima pengunjung dalam kondisi berantakan begini!" seru Welson Liu frustasi sembari berkacak pinggang."Tentu, Sir. Segera saya suruh mereka membereskan kekacauan mall!" sahut Julius Ma sigap. Dia segera menelepon kepala bagian kebersihan mall.Dalam waktu kurang dari 24 jam, semua lantai dan dinding mall telah bersih sempurna. Welson Liu pun menyuruh
"Selamat datang, Jason Cheng!" sambut Welson Liu dengan kedua tangan terbuka lalu memeluk tamu kehormatannya."Hmm ... tak usah berbasa basi, Tuan Muda Liu. Kau memiliki apa yang sedang aku cari, bukan? Serahkan kembali Ares kepadaku sebelum aku membawa kasus penculikan anak di bawah umur ini ke jalur hukum!" balas Jason dengan tatapan mata dingin berbahaya.Tawa Welson Liu bergema di ruangan CEO hotel bintang lima itu. Dia mengajak Jason duduk bersamanya di sofa berlapis kulit licin warna hitam. "Kenapa begitu keras kepadaku, Jason? Kita bisa membicarakan ini baik-baik, anakmu itu aman di tempatku. Dia sedang menghabiskan waktu bersama Bibi Brenda Yin!" bujuknya dengan persuasif."Brenda?" Alis Jason berkerut. Wanita itu pernah menjadi bibinya Ares karena menikah dengan Joshua dulu. "Hmm ... baiklah, apa maumu?" lanjut Jason tak ingin bertele-tele dan membuat istrinya cemas berkepanjangan."Nyalakan aliran listrik mallku, kamu pun sudah mendengar permintaanku kemarin, Jason!" jawab W
Brenda Yin yang disuruh menemani keponakannya oleh Welson Liu menunggui hingga Ares siuman dari efek Chloroform di salah satu kamar hotel milik pria itu. Sedangkan, pelayan remaja yang menemani Ares yaitu Lena Chia telah siuman dan duduk di sofa berhadapan dengannya."Bibi—" panggil Ares yang baru tersadar dan duduk di atas ranjang king size. Dia mengedarkan pandangan berkabutnya ke sekeliling ruangan luas nan mewah itu sembari mengucek-ngucek matanya.Kedua wanita berbeda usia itu bergegas menghampiri Ares. Karena takut kepada Brenda Yin, pelayan berusia remaja itu hanya terdiam dan duduk di tepi ranjang menunggu bocah yang diasuhnya bertanya."Lho, Bibi Brenda kok bisa ada di sini? Emm ... ini di mana ya?" tanya Ares polos seraya menatap wajah Brenda Yin yang agak kebingungan menghadapi bocah kecil itu."Ares Sayang, kita di hotel. Apa kamu lapar? Bibi Brenda pesankan makanan enak ya? Sebentar!" jawab wanita cantik itu dengan ramah. Dia tahu itu putra Jason Cheng dan wajah bocah itu
Kantor kerja pria itu telah pindah ke tempat managemen Hotel Honeymoon in New York. Situasi di Mall Golden Lotus masih gelap gulita seminggu ini. Para suplier membatalkan perjanjian promosi potongan harga besar, penyewa lapak di mall meneror setiap hari menuntut ganti rugi akibat bisnis mereka terhenti. Itu membuat Welson Liu mengambil sebuah langkah yang sedikit berbahaya untuk mengamankan bisnisnya agar tidak jatuh pailit."Apa kau sudah mengatur yang kuperintahkan kemarin, Julius?" tanya Welson Liu dari kursi kebesarannya. "Sudah, Master Welson. Saya sudah mengirim beberapa anak buah untuk mengawasi kediaman Cheng. Kita tunggu saja kesempatan itu tiba!" jawab Julius Ma yang selalu dapat diandalkan.Sementara itu beberapa bodyguard Welson mengintai di dalam mobil Land Rover yang terparkir tak jauh dari kediaman Cheng. Mereka menunggu target mereka keluar dari pintu gerbang untuk diculik.Kesabaran mereka membuahkan hasil, setelah jam makan siang bocah balita yang penuh semangat itu