Julia Ang sangat beruntung karena ketika dini hari itu dia menyelinap meninggalkan mansion mewah pemberian Joshua Cheng untuknya tersebut, para pengawal pria itu tengah terlelap di sofa ruang tengah dan ruang tamu. Mereka masih manusia biasa yang butuh istirahat setelah mengawal majikan mereka sepanjang hari bahkan terombang-ambing naik kapal berhari-hari di lautan. Wanita yang tengah hamil tiga bulan tersebut hanya menjinjing sebuah travel bag berukuran sedang tanpa membawa koper sama sekali dan sebuah tas wanita dikempitnya di ketiak. Segera Julia Ang berlari-lari kecil menyusuri bayang-bayang tanaman hias tinggi serta pepohonan di halaman depan mansion agar tidak ketahuan penjaga. Beruntung saat melewati pos satpam, pria tersebut tak ada di tempat. Kemungkinan sedang buang hajat di toilet, duga Julia Ang lega. Dengan hati-hati dia membuka pintu gerbang dengan kunci miliknya lalu memasang gembok lagi ke kait gerendel pintu gerbang.Langit masih gelap di atas kota Queens, New York.
"Brenda, kau sudah besar sekarang. Cantik sekali!" puji Tuan Winston Cheng ketika menemui sobat kentalnya bersama putri bungsu keturunan Grup Yin Zhen, tycoon yang bergerak di bisnis media di New York.Gadis berambut sepinggang bergelombang warna cokelat itu tersipu malu seraya menjawab sopan, "Paman Winston terlalu memujiku!""Charles, bagaimana rencana kita? Apa jadi Brenda menggantikan putri keluarga Xin itu? Eva sudah diperistri oleh Jason, adik kembar putra kesayanganku!" ujar Tuan Besar Cheng penuh harap. Baginya sebuah pernikahan dari pewaris Grup Cheng Yi East Star harus menjadi sebuah kerja sama yang menguntungkan.Dengan senyum lebar Charles Yin mengangguk-angguk yakin. "Kita tunggu saja kedatangan Joshua. Mereka berdua serasi masih sama-sama belia dan berkarir bagus di perusahaan masing-masing," jawabnya senang. Menjadi besan dari Grup Cheng Yi adalah impian sebagian besar grup konglomerat asal Cina yang menetap di Negri Paman Sam ini."TOK TOK TOK.""Masuk!" jawab Tuan Win
Kabar mengejutkan pernikahan pewaris dua grup konglomerat di New York yang sama-sama berasal dari Cina itu menjadi headline berita selama sehari penuh sebelum hari H pesta yang akan digelar di Brooklyn pasca pemberkatan pernikahan di katedral. "Cihh ... aku baru beberapa hari lalu kabur dari Joshua, sungguh mencengangkan dia sudah mau menikah lagi?!" gerutu Julia Ang di dalam kamar hotel Le Bleu yang ada di Fourth Avenue, Brooklyn. Ketika mengetahui lokasi resepsi ada di restoran taman yang terkenal di kota yang sama dengan posisinya saat ini, Julia Ang memiliki ide gila."Bagaimana kalau aku mengirimkan kado iseng sekotak kondom untuk mereka besok? Aku akan membungkusnya dengan rapi. Oya, hasil USG minggu lalu menunjukkan bahwa kehamilanku sehat, Joshua sebaiknya juga mengetahui darah dagingnya, bukan?" Julia Ang berbicara sendirian sembari menimbang-nimbang rencananya esok hari.Dia membuka galeri ponselnya dan memandangi foto Joshua dalam berbagai pose dengan setelan jas yang memb
Selepas kepergiaan Julia Ang dari Maison Premiere Garden Restaurant at Brooklyn, Joshua Cheng kembali melanjutkan perannya sebagai raja sehari dengan main cantik. Tak ada yang mencurigai statusnya yang telah menjadi suami Julia Ang sebelum menikahi Brenda Yin.Para tamu beserta keluarga besar Yin dan Cheng bersulang minuman French Champagne mahal di pesta pernikahan meriah Joshua Cheng dan Brenda Yin."Ganpei ... ganpei!" seru mereka sembari mendentingkan gelas serta menenggak isi cawan bertangkai panjang di tangan masing-masing.Tiba-tiba sesosok pria ditemani seorang wanita cantik bergaun gold yang panjangnya menyapu permukaan lantai begitu anggun bergabung ke pesta tersebut. "Selamat atas pernikahanmu, Kakakku Tersayang!" ucap sang pria yang berwajah bak pinang dibelah dua dengan mempelai pria."JASON!" ucap Joshua keras seraya menahan kata-kata makian kasar yang nyaris meluncur dari bibirnya. Amarah menggelegak dalam dadanya, dia juga menatap betapa cantiknya Eva Xin bak dewi turu
"Brenda, ini kamar kita malam ini. Apa perlu kubantu membukakan gaun pengantin yang kau kenakan?" ujar Joshua saat dia memasuki kamar 711 Hotel Le Bleu Brooklyn. Mempelai wanita itu kecewa karena ternyata tidak menghabiskan malam pertamanya di kamar pengantin yang telah didekorasi dengan begitu indah oleh saudara-saudarinya dari pihak keluarga Xin. Wajah cantiknya tak memancarkan binar kegembiraan yang sama seperti ketika meninggalkan rumah orang tuanya di pagi hari tadi. "Ya, tentu saja, Josh. Bukankah kita akan menjalani malam pertama sebagai suami istri?" sahut Brenda Yin berharap pria itu akan menjadi lebih lembut nanti setelah bercinta dengannya."Hmm ... apa kau masih virgin? Di New York ini komoditas wanita yang masih terjaga kesuciannya sedikit ... langka," tanya Joshua sembari menurunkan resleting punggung gaun putih bak pakaian putri raja itu.Brenda pun mencebik kesal di hadapan cermin wastafel kamar mandi hotel tersebut. Dia mendengkus lalu menjawab, "Mungkin ada baiknya
"Master Joshua?" Lucas Wang sedikit terkejut karena tuan mudanya yang seharusnya melewati malam pertama di hotel lain justru muncul di situ. Dia memang menjaga di dalam kamar hotel Julia Ang sejak siang."Di mana Julia?" tanya Joshua mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan kamar deluxe king hotel Le Bleu itu.Lucas Wang pun menjawab, "Beliau sedang mandi, Sir. Mungkin sebentar lagi selesai!""Okay, keluarlah dan beristirahat, Lucas. Besok pagi aku akan kembali ke Kediaman Cheng bersama istri baruku. Ada Alvin Chan yang menjaganya di lantai tujuh, tenanglah!" titah Joshua yang segera dimengerti tanpa banyak bicara oleh asiten pribadi kepercayaannya tersebut.Maka Lucas Wang segera meninggalkan kamar nomor 515 itu sembari menghela napas. Tuan mudanya memang pemain wanita. Saat seharusnya berdua menyenangkan istri yang baru beberapa jam dinikahinya, justru Joshua menghampiri istri simpanannya. Setelah Lucas Wang menutup pintu kamar rapat-rapat, Joshua melangkah menuju ranjang yan
"Jason, Eva, kalian tidurlah di kamar tamu yang telah disiapkan oleh pelayan rumah. Besok kita mengobrol lagi. Oya, kapan kalian kan pulang ke Pulau K?" tutur Nyonya Helena Cheng seusai temu keluarga besar Cheng."Lusa kami akan pulang, Ma. Besok rencananya kami akan mengunjungi kediaman keluarga Xin sekalian ketika kami di New York," jawab Jason sambil merangkul bahu Eva di koridor lantai dua.Maka Nyonya Helena pun berpesan, "Baiklah, serahkan titipan barang dariku untuk Tuan Besar dan Nyonya Besar Xin karena mereka tetaplah besanku, Nak! Sekarang beristirahatlah, kalian pasti lelah."Pasangan itu pun mengucap terima kasih lalu memasuki kamar tamu yang telah dipersiapkan pelayan kediaman Cheng. Ini adalah kali pertama Eva Xin menginap di rumah mertuanya pasca kisruh lenyapnya dia sejak malam pertama bersama Joshua dahulu."Jason, rumah keluargamu indah sekali. Aku malah baru melihat sebagian saja untuk pertama kalinya!" puji Eva Xin ketika memasuki kamar tidur tamu yang terkesan mew
"TING TONG!" "TING TONG!"Suara bel kamar hotel di lantai tujuh itu berbunyi di ujung pagi. Brenda Yin masih mengantuk, tetapi tombol bel itu terus saja dipencet oleh tamunya yang tak tahu adat."Sialan. Siapa sepagi ini mengganggu tidurku?! Hissh!" gerutu wanita muda yang seharusnya semalam menjalani malam romantis bersama suaminya. Namun, dia justru berakhir menonton film Dracin sendirian di kamar hotel ditemani menu room service yang dia pesan sekehendak hatinya untuk mengobati kekesalan yang menyeruak di dada seusai kepergian Joshua.Akhirnya Brenda Yin menyeret tubuhnya yang masih mengantuk ke pintu kamar hotel dan membukanya. "Lama sekali! Apa kau jadi menyewa gigolo semalam, hahh?!" sembur Joshua seraya menyeruak masuk masuk ke dalam kamar hotel 711 itu. Dia mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan. Namun, tak ada pria lain di sana. Hanya bertumpuk-tumpuk piring kotor yang berserakan di meja bundar dekat jendela."Apa maumu, Josh? Aku mau tidur sampai siang, semalam aku
Tahun-tahun hukuman pidana yang dijalani Welson Liu sama sekali tidak menyeramkan, sekalipun kehidupan dalam penjara itu keras dan menuntut kehati-hatian bersikap serta bertindak. Welson tahu kapan dia harus mengalah sekalipun ditindas penjahat yang menjadi penguasa penjara demi keselamatannya sendiri. Tak jarang dia dihajar hingga memar dan berdarah-darah oleh narapidana lain yang tidak menyukainya. Namun, sipir penjara baik dan menolongnya hingga lama kelamaan dia menjadi tahanan senior. Dia lebih dihargai oleh rekan-rekan satu penjara lain di Wyoming tersebut. Di sana Welson Liu belajar menjadi sosok preman sekalipun tadinya dia seorang tuan muda konglomerat."Welson Liu, ada yang membesukmu. Cepatlah keluar!" seru penjaga penjara di depan pintu sel tahanan sambil membuka kunci gembok.Wajah pria bercambang subur itu terhiasi oleh senyum bahagia. Ini adalah akhir pekan, dia sudah hapal bahwa istri dan anaknya pasti mengunjunginya di Wyoming Correctional Facility. Welson melangkah
"Vonis persidangan Tuan Welson Albertus Liu melawan negara dalam kasus percobaan pembunuhan Tuan Oliver Jason Cheng telah diputuskan yaitu sanksi pidana selama tujuh tahun di Wyoming Correctional Facility, Negara Bagian New York. Demikian putusan dari Hakim Ulysses Malcom!" "TOK TOK TOK!" Palu hakim diketok tiga kali mengakhiri kasus percobaan pembunuhan terhadap Jason Cheng yang merengut nyawa pengemudi mobil.Seisi ruang pengadilan negara bagian New York sontak riuh, pihak keluarga Liu merasakan kesedihan yang mendalam. Sedangkan, keluarga Cheng dan keluarga Xin merasa puas dengan hasil vonis sidang yang baru saja diputuskan oleh hakim.Awak media heboh meliput kasus yang menjadi pusat perhatian publik karena melibatkan dua grup konglomerasi terkaya di China Town. Lampu blitz kamera berkilat-kilat mengabadikan peristiwa tak terlupakan dalam sejarah kelam persaingan bisnis tycoon asal China yang berdarah tersebut.Brenda Yin sambil menggendong Shawn menghentikan rombongan polisi yan
"Ohh ... Mister Jason Cheng!" seru Suster Angelina Collins yang baru saja selesai menyuntikkan obat di pembuluh nadi pasien ICU itu.Jason merasakan sakit yang hebat di bagian kepalanya hingga seperti mau pecah saja, pandangannya masih berputar-putar melihat langit-langit putih di ruang perawatannya. Dia bergumam, "Ugh ... tolong, pusing—" Segera saja perawat berusia awal tiga puluh tahun itu berlari memanggil Dokter Russell Octario di ruangan praktiknya. Kemudian dokter asal Mexico itu bergegas masuk ke ruang ICU untuk memeriksa kondisi pasiennya yang tadinya tak sadar."Apa Anda bisa mendengar kata-kata saya, Sir?" tanya Dokter Russell sambil memeriksa fungsi organ vital Jason dengan stetoskop. "Ya, Dok. Kepala saya sakit sekali dan rasanya berputar-putar!" jawab Jason dengan lemas.Dokter Russell berkata, "Segalanya akan baik-baik saja, dengan kembali sadar, itu sudah sangat bagus. Kami tetap monitor kondisi Anda dan berikan perawatan intensif hingga nanti pulih. Tolong jangan ba
"APA?!" Joshua berteriak seakan tak percaya ketika Arthur Devlinski melaporkan kecelakaan yang menimpa Jason sekeluarga di jembatan tol layang saat berangkat ke Bandara John F. Kennedy tadi pagi."Temani aku ke rumah sakit sekarang, Lucas!" ujar Joshua kepada asisten pribadinya seraya bergegas keluar dari ruangan presdir mall. Jantungnya serasa dipukul kencang, ini kabar buruk yang tak terduga. Joshua diikuti oleh beberapa pengawalnya turun dengan lift. Sebuah mobil sedan telah menunggu di depan pintu lobi utama mall, sopir segera melajukan kendaraan ke rumah sakit. Di dalam mobilnya Joshua menghubungi kepala sekuriti rumah dan mall untuk memeriksa rekaman kamera CCTV di mana mobil yang dipakai Jason dan mengalami kecelakaan itu terparkir sejak kemarin. Tak ada yang nampak kebetulan karena sopir keluarga Cheng yang mengantarkan Jason sekeluarga itu telah melayani selama belasan tahun. Pria paruh baya itu sangat hati-hati bila menyetir mobil, pasti ada yang salah dengan mesin mobilny
"Jason, bisakah kau berkompetisi dengan sportif? Aku memintamu untuk menyalakan listrik mall waktu itu, kenapa masih saja ada gangguan listrik hingga hari ini?" cecar Welson Liu di kantor Jason Cheng.Mendengar protes Welson Liu, tentu saja Jason hanya bisa tertawa. Dia pun menjawab, "Kurasa itu sama sekali bukan karena perbuatanku, tak ada buktinya juga kalau aku yang mengakali aliran listrik mall Grup Liu Dao. Itu hanya sekadar asumsimu saja, Sir!" Joshua pun menimpali dengan kebingungan bercampur kesal di sebelah sofa adiknya, "Seharusnya kau tanyakan ke teknisi PLN, kenapa malah ke Jason? Dia bukan insinyur listrik, dia ini CEO!" Namun, Welson Liu berdecak kesal. "Kau tidak tahu apa-apa, Joshua. Diamlah!" Kemudian dia berkata lagi kepada Jason, "katakan apa syarat darimu agar mallku kembali normal!" "Maaf, aku tak butuh apa pun darimu, Tuan Muda Liu. Aku hanya mengurusi mall Grup Cheng Yi East Star dan nampaknya usahaku sudah cukup berhasil. Lusa aku akan kembali menyerahkan ma
"Master Welson, listrik di mall sudah menyala!" lapor Julius Ma dengan penuh semangat di kantor hotel bosnya.Welson Liu tertawa pongah mendengar berita baik itu, dia berpikir masalahnya telah berakhir. Dia lalu bangkit dari kursi presdir lalu bergegas meninggalkan ruangan untuk meninjau langsung situasi mall pasca delapan hari tutup.Sayangnya bagian sayur dan buah segar mengalami pembusukan akibat lama tanpa pendingin. Lantai juga kotor karena tak ada cleaning service yang bekerja dalam kondisi gelap gulita sepanjang hari."Julius, suruh bagian cleaning service membersihkan semua bagian dalam mall ini! Kita masih belum bisa buka dan menerima pengunjung dalam kondisi berantakan begini!" seru Welson Liu frustasi sembari berkacak pinggang."Tentu, Sir. Segera saya suruh mereka membereskan kekacauan mall!" sahut Julius Ma sigap. Dia segera menelepon kepala bagian kebersihan mall.Dalam waktu kurang dari 24 jam, semua lantai dan dinding mall telah bersih sempurna. Welson Liu pun menyuruh
"Selamat datang, Jason Cheng!" sambut Welson Liu dengan kedua tangan terbuka lalu memeluk tamu kehormatannya."Hmm ... tak usah berbasa basi, Tuan Muda Liu. Kau memiliki apa yang sedang aku cari, bukan? Serahkan kembali Ares kepadaku sebelum aku membawa kasus penculikan anak di bawah umur ini ke jalur hukum!" balas Jason dengan tatapan mata dingin berbahaya.Tawa Welson Liu bergema di ruangan CEO hotel bintang lima itu. Dia mengajak Jason duduk bersamanya di sofa berlapis kulit licin warna hitam. "Kenapa begitu keras kepadaku, Jason? Kita bisa membicarakan ini baik-baik, anakmu itu aman di tempatku. Dia sedang menghabiskan waktu bersama Bibi Brenda Yin!" bujuknya dengan persuasif."Brenda?" Alis Jason berkerut. Wanita itu pernah menjadi bibinya Ares karena menikah dengan Joshua dulu. "Hmm ... baiklah, apa maumu?" lanjut Jason tak ingin bertele-tele dan membuat istrinya cemas berkepanjangan."Nyalakan aliran listrik mallku, kamu pun sudah mendengar permintaanku kemarin, Jason!" jawab W
Brenda Yin yang disuruh menemani keponakannya oleh Welson Liu menunggui hingga Ares siuman dari efek Chloroform di salah satu kamar hotel milik pria itu. Sedangkan, pelayan remaja yang menemani Ares yaitu Lena Chia telah siuman dan duduk di sofa berhadapan dengannya."Bibi—" panggil Ares yang baru tersadar dan duduk di atas ranjang king size. Dia mengedarkan pandangan berkabutnya ke sekeliling ruangan luas nan mewah itu sembari mengucek-ngucek matanya.Kedua wanita berbeda usia itu bergegas menghampiri Ares. Karena takut kepada Brenda Yin, pelayan berusia remaja itu hanya terdiam dan duduk di tepi ranjang menunggu bocah yang diasuhnya bertanya."Lho, Bibi Brenda kok bisa ada di sini? Emm ... ini di mana ya?" tanya Ares polos seraya menatap wajah Brenda Yin yang agak kebingungan menghadapi bocah kecil itu."Ares Sayang, kita di hotel. Apa kamu lapar? Bibi Brenda pesankan makanan enak ya? Sebentar!" jawab wanita cantik itu dengan ramah. Dia tahu itu putra Jason Cheng dan wajah bocah itu
Kantor kerja pria itu telah pindah ke tempat managemen Hotel Honeymoon in New York. Situasi di Mall Golden Lotus masih gelap gulita seminggu ini. Para suplier membatalkan perjanjian promosi potongan harga besar, penyewa lapak di mall meneror setiap hari menuntut ganti rugi akibat bisnis mereka terhenti. Itu membuat Welson Liu mengambil sebuah langkah yang sedikit berbahaya untuk mengamankan bisnisnya agar tidak jatuh pailit."Apa kau sudah mengatur yang kuperintahkan kemarin, Julius?" tanya Welson Liu dari kursi kebesarannya. "Sudah, Master Welson. Saya sudah mengirim beberapa anak buah untuk mengawasi kediaman Cheng. Kita tunggu saja kesempatan itu tiba!" jawab Julius Ma yang selalu dapat diandalkan.Sementara itu beberapa bodyguard Welson mengintai di dalam mobil Land Rover yang terparkir tak jauh dari kediaman Cheng. Mereka menunggu target mereka keluar dari pintu gerbang untuk diculik.Kesabaran mereka membuahkan hasil, setelah jam makan siang bocah balita yang penuh semangat itu